Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5044 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Savitri Sayogo
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
612.3 SAV g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Umniati
"Penelitian ini membahas tentang bagaimana Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi, Sikap, Pola Makan dan Tingkat Stress Ibu Hamil dengan Kenaikan Berat Badan di Poli Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian cross sectional, dimana dari hasil uji analisis univariat didapat 46,8% responden berumur 19-29 tahun, 97,4% berpendidikan tinggi, 52,1% berpengetahuan kurang baik, 52,1% sikap yang mendukung (positif), 68,9% tidak mengalami stress, 77,4% mempunyai pola makan baik, dan 53,7% mengalami kenaikan berat badan yang berlebih, dari uji bivariat didapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan dan pola makan dengan kenaikan berat badan p value ≤ 0,05.

This research talks about how the level of nutrition an attitude, diet and levels of stress pregnant women to increase the weight in poly obstretict mitra keluarga hospital bekasi. The research done by the research cross sectional, where is the result of the test were univariat 46,8 % of the respondents was 19-29 years, 97,4 % of well-educated, 52,1 % have a knowledge is not good 52,1 % have an attitude that support to increase the weight, 68,9 % not subjected to stress, 77.4 % have this whole eating well, and 53,7 % increased by excess of weight, Of the relationship between the level of knowledge and a diet to increase the weight of the p- value ≤ 0,05."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S44873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Dewayani
"Perilaku makan anak sekolah didominasi dengan jajan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang pedoman umum gizi seimbang dengan perilaku anak sekolah dalam pemilihan jajanan sekolah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional dan menggunakan teknik Simple Random Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang pedoman umum gizi seimbang dengan perilaku anak sekolah dalam pemilihan jajanan sekolah (p value=0,108). Anak usia sekolah dapat mengatur sendiri pola makannya dan berkurangnya pengawasan langsung oleh orang tua. Hasil penelitian menyarankan pentingnya edukasi pangan jajanan anak sekolah yang sehat dan aman untuk anak sekolah.

Eating behaviour of school-aged children was dominated by street foods. This study aimed to analyze the relationship between mother's knowledge on Pedoman Umum Gizi Seimbang (Balanced Nutritional Guidelines) towards the behaviour of school-aged children in school foods selection. This study used descriptive correlational design and used simple random sampling techniques.
The result showed that there was no significant relationship between mother?s knowledge on Pedoman Umum Gizi Seimbang (Balanced Nutritional Guidelines) towards the behaviour of school-aged children in school foods selection (p value=0,108). School-aged children can regulate their own food choices and have less direct supervision by parents during school. This study suggested the importance of education on healthy and safe school foods for school-aged children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Ngurah Anom Kumbara
"Masalah sehat sakit adalah merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya (Kleinman 1978: 252; Lieban 1973: 1034). Dengan demikian kesehatan merupakan kondisi yang dinamis dan beragam secara ajeg dari individu atau atau kelompok (Audy 1971; Rudy dan Dunn 1974). Ancangan ini menekankan pada gagasan bahwa kesehatan mungkin bisa berubah dan berfluktuasi dari suatu titik ketitik yang lain dalam waktu berikutnya seperti antara kondisi sehat, sakit dan mati.
Ancangan pengertian atau konsep sehat tersebut berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh World Health Organization WHO bahwa sehat adalah a state of complete physical, mental and social wellbeing, and not merely the absence of disease and infirmity.
Kalangan ilmuwan sosial dan beberapa ahli kedokteran tidak menerima rumusan ini karena mengandung kelemahan dasar. Selain rumusan ini bersifat utopis, juga menunjukkan bahwa kondisi ini bersifat statis dan mutlak menurut ukuran-ukuran yang dianggap universal. Padahal di dalam kenyataannya secara budaya kondisi sehat sakit bervariasi antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain, dalam satu masyarakat yang luas (variasi antar budaya dan variasi infra budaya ). Selain dari itu ide﷓ide kesehatan senantiasa dikaitkan dengan kemampuan profesional individu dalam menjalankan peranan-peranan sosial dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat (Wilson 1970: 92; Kalangie 1982: 46).
Konsep kesehatan bukanlah terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan masalah biologis, tetapi dia juga berkaitan dengan konsep sosial sebagai proses interaksi manusia dengan lingkungannya dalam upaya mencapai keseimbangan optimal dan menguntungkan. Karena itu status kesehatan merupakan masalah yang rumit yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: faktor genetik dan kependudukan, faktor pelayanan kesehatan, faktor lingkungan dan faktor prilaku manusia (Blums 1974 : 3).
Faktor tingkah laku dan faktor lingkungan berperan menonjol, sehingga dalam upaya peningkatan derajat kesehatan, kedua faktor itu dipandang sebagai faktor yang amat menentukan.
Faktor kemiskinan dan keterbatasan sumber daya sering mendasari gangguan kesehatan dalam bentuk kekurangan gizi, sanitasi yang buruk, menurunnya daya tahan tubuh dan mudahnya kena penyakit infeksi maupun parasitis, serta kurang memadainya pelayanan kesehatan.
Kebijakan-kebijakan sosial dan ekonomi pada kelompok miskin untuk mendapatkan kebutuhan dasar pangan yang cukup, air bersih yang sehat, lingkungan yang baik serta pelayanan kesehatan yang memadai, mempengaruhi status kesehatan kelompok ini (Eckholm 1981 : 3; Pherson 1987: 128; Chambers 1987: 1).
Masalah gizi salah ( malnutrition) baik yang bersifat kelebihan gizi (over nutrition) maupun yang kurang gizi, (under nutrition) dengan berbagai implikasinya merupakan fenomena yang amat luas dan kompleks. Kelaparan dan kekurangan gizi merupakan hambatan yang paling besar bagi perbaikan kesehatan pada sebagian besar penduduk negara-negara dunia ke tiga.
Masalah kelebihan gizi (over nutrition) merupakan gambaran kenyataan yang umumnya ada di negara-negara industri maju dan beberapa negara-negara sedang berkembang sebagai kelompok minoritas yang tingkat ekonominya tinggi, menampaknya pola penyakit dan gambaran klinis yang berbeda dengan yang menderita kekurangan gizi. Pola penyakit dan gambaran klinis yang ada pada kelompok ini biasanya merupakan bentuk penyakit kronis yang tidak menular seperti penyakit lever, hipertensi, gangguan jantung, obesitas, pshikosomatis, diabetes dan sakit gigi (Sanjur 1982: 7 ). Pola penyakit seperti ini merupakan konsekwensi dari perilaku diet, di mama faktor-faktor sosio budaya dan psikologis, kemungkinan besar juga berkontribusi besar dan menentukan."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wied Harry Apriadji
Jakarta: Penebar Swadaya, 1986
612.3 WIE g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hananto Wiryo
Jakarta : Sagung Seto , 2002
613.043 2 HAN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Long-term health benefits can be achieved by vegetarian including a lower risk of
cardiovascular disease, some fomms of cancer, and hypertension. Some vegetarians
worry, that they're not getting enough nutrients when they are pregnant. In fact,
there is nothing to be worried about. Pregnant vegetarian could meet good
nutritional status by knowing key nutrients they should eat. Key nutrients for
vegetarian pregnancy include protein, iron, zinc, calcium, vitamin D, vitamin B12,
iodine, and omega-3 fatty acids. A vegetarian or vegan diet can meet requirements
for all of these nutrients although in some instances, fortified foods or supplements
can be especially useful in meeting recommendations. The nutrient content of
supplements targeted to pregnant vegetarians should be evaluated to make sure
nutrient needs are being met. Other important aspect concerning vegetarian diet is
gestational weight gain. Optimal birth weight and outcome are influenced by maternal
weight gain. Low gestational weight gain is associated with poor fetal growth and
risk of pretemi delivery while excessive weight gain affects infant growth, body
fatness in childhood, and the potential for postpartum weight retention and future
obesity. Vegetarian women should also be counseled to follow standard weight gain
recommendations. Ideally, weight gain recommendations should be individualized to
promote the best outcomes while reducing risk for excessive postpartum weight
retention and reducing the risk of later chronic disease for the child and adult. Some
studies (Rosso, 1985; Umniyati, 2009) stated an optimal weight gain for pregnancy
outcome is 20% of ideal matemal weight. In order to calculate a recommendation of
optimal weight gain to be achieved by pregnant mothers, pre-pregnancy weight
should be known. By understanding these aspects, optimal weight gain and
important nutrients needs, vegetarian pregnant mother can get optimal pregnancy
outcomes."
[FKM UI, Universitas Indonesia], 2009
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sanny Rachmawati Setyaningsih
"Gizi merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan balita. Pada aspek gizi, peran orang tua terutama ibu sangat penting. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam pemenuhan gizi balita. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah multistage random dan consecutive sampling serta didapatkan sampel sebanyak 112 ibu yang memiliki anak berusia 13-59 bulan di wilayah puskesmas Pancoran Mas.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 75.9% ibu memiliki pengetahuan yang cukup, 57.1% ibu memiliki sikap yang cukup baik, serta 71.4% ibu memiliki perilaku baik dalam pemenuhan gizi balita. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk menyusun strategi dalam mengatasi masalah gizi balita.

Nutrition is important for children’s growth and development. On nutritional aspects, the role of parents, particularly mothers have a main role. This study aim is to identify mother’s nutrition knowledge, attitude, and behavior. Cross-sectional study was used in this study. Participants were selected by multistage random and consecutive sampling technique and 112 mothers who have children aged between 13-59 months included as sample.
The results showed that 75.9% of mothers have moderate knowledge, 57.1% of mothers have moderate attitude, and 71.4% of mothers show good behavior toward nutrition compliance. The results of this research can be used as an idea to develop strategies to address nutritional problems in children aged under five years.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46410
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Fikawati
"ABSTRAK
Pola konsumsi vegetarian menunjukkan peningkatan popularitas yang signifikan. Indonesia Vegetarian Society mencatat peningkatan pesat jumlah anggotanya dari 5.000 orang (1998) menjadi 500.000 (2010). Ibu vegetarian dikuatirkan memiliki status gizi prahamil yang lebih rendah dan berisiko memiliki outcome kehamilan yang rendah yaitu status gizi bayi lahir dan cadangan lemak ibu untuk menyusui rendah. Studi ini bertujuan menganalisis pengaruh vegetarian dan nonvegetarian terhadap status gizi ibu, durasi ASI predominan, dan pertumbuhan bayi selama periode 0-6 bulan. Studi dengan desain kohort longitudinal dilakukan di lima kota di Indonesia (Jakarta, Surabaya, Pontianak, Palembang dan Pekanbaru) dengan populasi vegetarian usia subur terbanyak. Sejumlah 85 ibu-bayi berhasil diikuti selama 6 bulan postpartum.. Berdasarkan data 24 HR food recall, ibu vegetarian secara bermakna mengkonsumsi energi, protein, dan lemak lebih rendah namun karbohidrat lebih tinggi dibandingkan ibu nonvegetarian. Dalam hal zat gizi mikro, ibu vegetarian mengkonsumsi vitamin B12 dan Zn lebih rendah secara signifikan dibandingkan ibu nonvegetarian. Konsumsi saat laktasi pada kedua kelompok signifikan lebih rendah daripada konsumsinya saat hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetarian tidak mempengaruhi durasi ASI predominan. Konsumsi energi ibu laktasi mempengaruhi durasi ASI predominan pada kelompok nonvegetarian. Secara keseluruhan tidak ada perbedaan IMT postpartum kedua kelompok selama 6 bulan (p value=0,306), tetapi setelah dikontrol durasi ASI predominan (24 minggu) ada perbedaan bermakna (p value=0,047) pada penurunan BB ibu postpartum. Pada kelompok vegetarian faktor yang paling mempengaruhi IMT ibu postpartum adalah IMT postpartum 0 bulan (bulan ke-1 dan ke-2) dan IMT prahamil (bulan ke-3 hingga ke-6), sedangkan pada kelompok nonvegetarian adalah IMT postpartum 0 bulan (bulan ke-1 hingga ke-5) dan durasi ASI predominan (bulan ke-6). Pertumbuhan BB bayi ibu vegetarian lebih tinggi dari nonvegetarian secara bermakna (p value=0,009), tetapi kedua kelompok memiliki PB yang tidak berbeda (p value=0,235). Setelah dikontrol durasi ASI predominan (24 minggu) tidak ada perbedaan pertumbuhan BB dan PB bayi pada kedua kelompok, namun weight loss ibu vegetarian lebih besar (p value=0,047). Faktor yang paling mempengaruhi BB bayi kelompok vegetarian adalah jenis kelamin bayi (bulan ke-1 sampai ke-6), dan pada kelompok nonvegetarian adalah BBL bayi (bulan ke-1 dan ke-2), jenis kelamin (bulan ke-3), dan IMT ibu postpartum 0 bulan (bulan ke-4 hingga ke-6). Faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan PB bayi kelompok vegetarian adalah jenis kelamin bayi (bulan ke-1 hingga bulan ke-5) dan PBL (bulan ke-6), pada kelompok nonvegetarian adalah PBL (bulan ke-1 hingga ke-4) dan jenis kelamin bayi (bulan ke-5 dan ke-6).
Hasil penelitian ini mendukung kebijakan pemberian ASI eksklusif 6 bulan, baik pada vegetarian dan nonvegetarian, dengan didukung program gizi dan konsumsi yang cukup pada periode laktasi. Penting menyebarluaskan informasi konsumsi energi dan zat gizi yang cukup pada masa laktasi serta peran aktif pemerintah untuk melakukan suplementasi energi dan zat gizi bagi ibu laktasi. Ibu vegetarian juga perlu mengkonsumsi suplemen zat gizi mikro seperti vitamin B12 dan Zn pada saat laktasi.

ABSTRACT
Numbers of vegetarian has increased significantly in recent years. Indonesia Vegetarian Society recorded an increase of its member from 5000 in 1998 to 500000 in 2010. Vegetarian mothers were known to have lower pre-pregnancy nutritional status and posing a greater risk to have lower pregnancy outcomes including lower nutrional status of infant at birth and lower maternal fat stores for lactation. This study aimed at analyzing the effect of vegetarian diet on maternal nutritional status, duration of predominant breastfeeding, and infant growth in the period of 0-6 months postpartum. This study is a longitudinal cohort design and conducted in five cities in Indonesia (Jakarta, Surabaya, Pontianak, Palembang and Pekanbaru) with high population of vegetarian childbearing age women. A number of 85 mother-infant pairs consisted of 42 vegetarian and 43 non-vegetarian were followed until 6 month postpartum period. Based on 24 HR food recall, vegetarian mothers consumed lower intakes of energy, protein, and fat but higher intake of carbohydrate. Vegetarian mothers had significant lower intakes of vitamin B12 and zinc. In both groups, nutrient intakes during lactation were significantly lower than intakes during pregnancy. This study shows that vegetarian diet had no influence on predominant breastfeeding duration, but among non-vegetarian mothers, energy intakes during lactation did affect duration of pre-dominant breastfeeding. Overall, no difference was found for 6 months postpartum BMI between the two groups (p value=0.306). However, after controlled by predominant breastfeeding of 24 weeks, significant difference was found for weight loss during postpartum period (p value=0.047). Among vegetarian mothers, the most influencing factor affecting maternal postpartum BMI was 0 month postpartum BMI (affecting BMI 1- and 2-month postpartum), and pre-pregnancy BMI (affecting BMI 3-month postpartum BMI onward). Among non-vegetarian mothers, the most influencing factor affecting maternal postpartum BMI was 0 month postpartum BMI (affecting BMI 1- to 5-month postpartum) and duration of predominant breastfeeding (affecting BMI 6-month postpartum). Weight growth of infants of vegetarian mothers was higher than that of non-vegetarian mothers (p value=0.009), but no difference was found for infant length growth (p value=0.235). After controlled by predominant breastfeeding of 24 weeks, the difference on infant growth were disappeared. However vegetarian mothers had significantly greater weight loss (p value=0.047). Among vegetarian mothers, the most influencing factor affecting infant weight was infant?s sex (affecting infant weight at month 1 to 6 after birth) while among non-vegetarian mothers was infant birthweight (affecting infant weight at month 1 and 2 after birth), infant?s sex (affecting infant weight at month 3 after birth), and maternal 0 month postpartum BMI (affecting infant weight at month 4 to 6 after birth). The most influencing factor affecting infant length among vegetarian mothers was infant?s sex (affecting infant length at month 1 to 5 after birth) and length at birth (affecting infant length at month 6 after birth), while among non-vegetarian mothers the most influencing factor was infant length at birth (affecting infant length at 1 to 4 after birth) and infant?s sex (affecting infant length at 5 and 6 month after birth.
Results of this study supports 6 months exclusive breastfeeding policy for both vegetarian and non-vegetarian, but necessitates nutrition and food consumption related programs during lactation period. It is important to spread information on the importance of adequate energy and nutrient intakes during lactation. Government should take an active role toward supplementation program for lactating mothers. Vegetarian mothers are to balance their diet during lactation period by taking micro-nutrient supplementation such as vitamin B12 and zi
"
2013
D1431
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitihajar Imanuddin
"Tingkat literasi gizi dapat menggambarkan kemampuan individu dalam menerima, memproses, dan memahami informasi terkait gizi untuk membuat suatu keputusan yang tepat terkait gizi. Literasi gizi terdiri dari tiga tingkat, yaitu tingkat literasi gizi fungsional, interaktif, dan kritikal. Tingkat literasi gizi pada ibu baduta dapat mempengaruhi praktik pemberian makan pada anak, yaitu pemberian ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI MP-ASI. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat perbedaan proporsi tingkat literasi gizi berdasarkan tingkat pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, usia, dan paritas pada ibu baduta di Jakarta Timur. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain studi potong lintang pada Bulan April hingga Juni 2018 di Kecamatan Cakung dan Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Responden pada penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak di bawah dua tahun baduta dengan jumlah 102 responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner literasi gizi yang diisi secara mandiri. Uji chi square menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi tingkat literasi gizi fungsional berdasarkan tingkat pendidikan p=0,040.

Nutritional literation level can describe an individual rsquo s ability to receive, process, and understand nutritional information to make a nutrition related decision. Nutrition literacy consists of three levels, namely functional, interactive, and critical nutrition literacy. The nutritional literation level at mother of toddler may influence feeding practices in children, namely Exclusive Breastfeeding and Complementary Food MP ASI ortion of nutritional literation level based on family income level, educational level, age, and parity rate in mother of toddler in East Jakarta. The study was conducted using cross sectional study design from April to June 2018 in Cakung and Makasar Subdistrict, East Jakarta. Respondents in this study are mothers who have children under two years baduta with total of 102 respondents. Data were collected using a self administered nutrition literacy questionnaire. Chi square test showed that there was a differences proportion of functional nutritional literation level based on educational level p 0,040."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>