Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 219255 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"A security defines as amarketable investment instrument representing financial value. Securities are broadly categorized into debt securities,commercial bonds,stocks,bonds,equity, securities,e.g common stocks,future trading securities and derivative securities....."
JHB 27 : 3 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada tahun 1980an ,Bappenas (Kedeputian Ekonomi,dahulu bernama Kedeputian Fiskal dan Moneter) mempunyai model makro-ekonometrik yang cukup besar dan kompleks,yang disebut dengan Bappenas Core Model..."
330 IKB 5:2 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Maduri
2007
T24346
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sautma Ronni Basana
"Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering, disingkat IPO) atau go publik merupakan salah satu alternatif sumber pendanaan melalui peningkatan ekuitas perusahaan dengan Cara menawarkan saham kepada masyarakat. Penetapan harga saham perdana pada IPO atau pada saat go publik sangat sulit, karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan penawaran. Selain itu, kebanyakan dari Perusahaan yang akan go publik mempunyai sedikit atau bisa juga tidak ada pengalaman terhadap penetapan harga ini. Untuk hal tersebut di atas, Perusahaan yang hendak go publik berhubungan dengan Underwriter dalam usaha bersama menetapkan harga saham.
Terdapat Anomali dalam IPO ini yang dapat difragmentasikan menjadi tiga : Pertama, Underpricing / Positive Initial Return (IR), adapun yang dimaksud Underpricing adalah harga perdana (IPO) berada di bawah harga Pasar Sekunder yang terjadi setelah Pasar Perdana berakhir. Kondisi ini juga menyebabkan terjadinya Positive Initial Return (IR) ). Perhitungan dilakukan lewat : (Aftermarket Price - Offer Price)/Offer Price * 100%].Bukti empiris di berbagai negara menunjukkan bahwa Anomali ini terjadi juga di berbagai bursa negara lain. Kedua, Kinerja Jangka Panjang yang jelek ( Long Term Underperfbmance of IPO Shares). Ketiga, Pasar Hot dan Cold, Pada saham- saham IPO pada periode Hot mempunyai kinerja jangka panjang yang lebih jelek dibanding sahamsaham IPO pada periode Cold.
Penelitian ini mencoba menjelaskan fenomena Anomali IPO tersebut pada Pasar Modal Indonesia yang ada di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Studi yang dilakukan untuk menjelaskan fenomena tersebut menggunakan penjelasan Withdrawn IPO (WIPO) Model yang dikembangkan Roy Sembel(1996) sebagai penjelasan atau model terbaru dalam menjelaskan fenomena Anomali IPO. Model ini berpijak pada lima konsep dasar: (1) IPO dapat dilakukkan penundaan; (2) Reputasi Underwriter jadi penting; (3) Terdapat dua grup Investor: Pertama, Frequent Investor (Investor yang berpengalaman), Kedua, Occasional Investor (Investor yang tidak berpengalaman) ; (4) Keheterogenan penilaian Investor ; (5) Faktor Random dan Sistematis yang mempengaruhi Excess Demand saham IPO. Pengamatan dilakukan dari tahun 1992 hingga Maret 1998. Sampel yang digunakan adalah Perusahaan yang melakukan IPO selama kurun waktu tersebut dan ditemukan sebanyak 153 Perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 1996 hingga Maret 1998, dengan menggunakan metode Weighted Average Model, WIPO Model mampu menjelaskan 7,83% dari 13,79 % (56,78 %) fenomena anomali pada rata-rata positif IR terhadap IPO yang dapat terobservasi, sedangkan dengan menggunakan The Truncated a - Left Tail Model dan Gradually Decreasing Probability of Withdrawal Model menjelaskan 5,6328 % dan 3,6 % dari 13,79 % rata-rata positif Initial Return (IR).
Selanjutnya, Penelitian menghasilkan faktor Offer price, Age dan Risk sebagai Proxy yang baik dari Uncertainty. Hasil ini berarti ketiga faktor tersebut dalam WIPO Model dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat/level keheterogenan penilaian Investor. Penelitian juga melihat adanya hubungan positif yang signifikan antara positif Initial Return (IR) dengan Excess Demand.
Untuk Penelitian terhadap Kinerja Jangka Panjang yang jelek sebagai fenomena Anomali yang kedua, diambil sampel sebanyak 81' Emiten yang melakukan IPO pada tahun 1992,1993 dan 1994 agar Kinerja Jangka Panjang selama I tahun, 2 tahun dan 3 Tahun secara konsisten dapat teramati. Hasil menunjukkan bahwa dalam jangka panjang saham IPO berkinerja jelek, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, Kinerja Jangka Panjang saham-saham IPO (termasuk IR disertakan) adalah not hanya berada di tahun pertama saja.
Pada fenomena Anomali ketiga, Penelitian juga memperoleh hasil bahwa pada Pasar saham Hot, kinerja jangka panjangnya sesudah tahun kedua lebih jelek dibandingkan dengan kinerja jangka panjang saham Cold , hasil ini juga konsisten dengan WIPO Model."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Kurniawan Sudjatmiko
"Penelitian empiris yang dilakukan oleh Elton dan Gruber (1970) memberikan pandangan yang menarik tentang price behavior saham-saham yang memberikan deviden, ketika ex dividend date. Dikatakan bahwa harga saham yang membagikan deviden akan turun sebesar jumlah deviden yang dibagikan setelah dikurangi pajak, ketika ex dividend date. Hal ini sama seperti yang dikemukakan oleh R. Bali (1998), Grammatikos (1984), dan Michaely (1991), atas hasil penelitian empiris yang mereka lakukan pada bursa New York Stock Exchange dari Nasdaq. Di lain pihak, penelitian yang dilakukan oleh Green dan Rydqvist (1999) pada instrumen Swedish Lottery Bonds memberikan hasil yang berbeda, di mana mean penurunan harga saham saat ex dividend date secara statistik lebih besar dari dividend after tax yang diberikan.
Terdapat perbedaan hasil penelitian yang sejenis mendasari dilakukannya penelitian serupa di Bursa Efek Jakarta dengan menambahkan variabel dua kondisi pasar yang berbeda, yaitu pasar bearish di tahun 2000 dan pasar bullish di tahun 2004.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menguji apakah terjadi proses penurunan harga saham ketika ex dividend date dan mengukur apakah penurunan yang terjadi lebih besar dari dividend after tax yang diberikan untuk kedua kondisi pasar tersebut.
Menggunakan metode perhitungan Raw Price Ratio (RPR), Market Adjusted Price Ratio (MAPR), Raw Price Drop (RPD) dan Market Adjusted Price Drop (MAPD), diperoleh hasil secara keseluruhan bahwa harga saham saat ex dividend date mengalami penurunan yang secara rata-rata sama dengan jumlah dividend after tax yang diberikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Elton dan Gruber sebelumnya.

Empirical research that has been done by Elton and Gruber open a new interesting point of view about price behavior of stock that gives away cash distributions in terms of dividends, on the ex dividend date. Elton and Gruber said that stocks that gives away cash dividends to their shareholder, would experience a decline movement on their price of stock which equal to the amount of dividend after being deducted by tax, on the ex dividend date. The same results being announced by R.Bali, Grammatikos, and Michaely, based on their empirical research on New York Stock Exchange and Nasdaq. Contrarily, the research that being done by Green and Rydqvist gave different result, based on the average statistic of down movement stock price on the ex dividend date, the price of stock moves deeper than the cash dividend after tax that being distributed to the share holder.
That different kind of result on the same kind of research are the foundation of why the author doing the same kind research on Jakarta Stock Exchange, and with two different kind of conditions added as a new variable, which are conditions of market bearish in years 2000 and market bullish in years 2004.
The goals of these research is to test whether there has been a decline on the stock price movement on the ex dividend date and to measure the large of the movement and compare it to the dividend after tax that has been given to the shareholder on those two kinds of market conditions.
Using the formula of Raw Price Ratio (RPR), Market Adjusted Price Ratio (MAPR), Raw Price Drop (RPD) and Market Adjusted Price Drop (MAPO), the overall result shows that the stock price on the ex dividend date experience an equal percentage decline with the dividend after tax on the ex dividend date. This result is consistent with the research of Elton and Grubber before.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18247
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Dewi
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan kausalitas antara bursa global terhadap bursa efek Indonesia dan mengetahui bursa apa yang paling berpengaruh terhadap Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah berbagai bursa dari beberapa negara yang akan diwakili dengan menggunakan proxy indeks. Adapun tujuh bursa saham tersebut adalah bursa saham Hongkong (HSI), Jepang (Nikkei 225), Singapura (STI), Australia (AORD), Inggris (FTSE), dan Amerika Serikat (DJIA) dan Indonesia (IHSG).
Penelitian menggunakan metode ekonometrika granger causality dan VAR (Vechtorauthoreggression) dengan periode penelitian Januari 2004 sampai dengan Mei 2009.
Hasil penelitian dengan uji granger causality menunjukan bahwa terdapat hubungan kausalitas satu arah ( Uni-directional causality) dan dua arah (bidirectional causality) terhadap bursa Efek Indonesia. Dan bursa global yang memiliki pengaruh terhadap bursa Efek Indonesia adalah bursa Hongkong dan Jepang.

This research was intended to analyze the causality of word stock exchange to Indonesian stock exchange, and eksplore what stock exchange have significant influence to Indonesian. Seven Stock exchange is represent by Hongkong (HIS), Jepang (nikkei), Singapura (STI), Australia (AORD), Inggris (FTSE), dan Amerika Serikat (DJIA).
The method in this paper, using granger causality and VAR, from January 2004-May 2009.
The result, there are causality granger among the stock Exchange to Indonesia stock exchange. Japan and Hongkong have significant influence to Indonesia stock exchange."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Hermanto
"We try to detect chaos structure on the capital market by searching for low dimensional chaos at the market portfolio index: IHSG. We apply BDS statistic, R/S Analysis, Correlation Dimension and Lyapunov Exponent for non linearity and chaos testing. We observe IHSG data from January 1988 until November 2003. We find nonlinearity, persistence and low dimensional chaos in IHSG"
2005
MUIN-XXXIV-11-Nov2005-3
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tutang Wirachman
"Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara sejak pertengahan tahun 1997, telah mewarnai perkembangan perekonomian Indonesia, dan dampaknya masih terus dirasakan dalam rentang waktu lima tahun ini.
Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi memberikan idea untuk melihat sampai seberapa jauh kondisi tersebut berpengaruh terhadap pasar modal, dengan melakukan penelitian terhadap pergerakkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta.
Tujuan penelitian untuk melihat seberapa jauh gejolak ekonomi yang diwakili pergerakkan indikator pertumbuhan ekonomi (Gross Domestic Product), laju inflasi, tingkat bunga SBI dan kurs dollar Amerika, berpengaruh terhadap imbal hasil indeks IHSG di Bursa Efek Jakarta, pada kurun waktu tahun 1997 sampai tahun 2001.
Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder, dengan populasi yang dipilih sebagai objek riset adalah harga saham-saham yang telah listing di Bursa Efek Jakarta yang tergabung dalam indeks harga saham gabungan (IHSG), data pertumbuhan ekonomi (GDP), laju inflasi, bunga SBI dan kurs dollar Amerika, masing-masing sebanyak 20 sampel dari tahun 1997 sampai tahun 2001 dalam kwartalan.
Model penelitian digunakan model persamaan regresi linier berganda, dimana variabel terikat adalah IHSG dan variabel bebas adalah GDP, laju inflasi, bunga SBI dan kurs dollar Amerika.
Dari hasil analisis diperoleh gambaran bahwa pada dasarnya pengaruh indikator-indikator ekonomi tersebut secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap imbal hasil indeks IHSG, dan dapat menjelaskan pengaruhnya sebesar 61,90% dan sisanya sebesar 38,10% dijelaskan variabel lainnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa gejolak krisis ekonomi di Indonesia yang ditinjau dari pergerakkan indikator-indikator ekonomi diatas, pengaruhnya cukup signifikan terhadap naik turunnya imbal hasil indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T 9787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Sarnoto
"Investasi dalam bentuk saham mempunyai risiko tinggi karena harga saham sangat peka terhadap banyak faktor, baik faktor eksternal maupun internal perusahaan. Dalam melakukan analisis untuk memutuskan investasi suatu jenis saham Investor perlu menganalisis risiko (risk) yang dihadapi dan keuntungan (return) yang diharapkan. Salah satu alat analisis yang digunakan adalah analisis fundamental yang mencoba memperkirakan harga saham dengan memperkirakan nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Penelitian dalam Tesis ini bertujuan untuk menguji pengaruh Tingkat Profitabilitas yang diukur dengan Earning per share (EPS), Leverage Keuangan yang diukur dengan Debt to equity ratio (DER) dan Pertumbuhan harga Saham yang diukur dengan Price earning ratio (PER) sebagai variabel bebas terhadap Return saham sebagai variabel terikat. Return adalah pendapatan atau hasil investasi yang dilakukan oleh Investor, EPS merupakan perbandingan antara Laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar, DER merupakan perbandingan antara Jumlah kewajiban dengan Jumlah Modal Sendiri dan PER merupakan perbandingan antara harga saham terhadap Laba bersih per lembar saham.
Penelitian dalam Tesis ini dilakukan terhadap 215 Perusahaan sahamnya yang telah listing di Bursa efek Jakarta dengan rentang waktu penelitian dari bulan Januari 1995 sampai dengan Desember 1996. Untuk menguji penggaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dilakukan dengan Regresi Linear Berganda sedangkan untuk menguji penggaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dilakukan dengan Regresi Linear Tunggal. Data diolah dengan menggunakan Program Komputer Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 10. Untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan analisis regresi dengan menggunakan metode enter (full regression). Selanjutnya untuk menentukan model regresi dan tingkat signifikansi masing-masing variabel independen secara rinci satu persatu digunakan analisis Regresi dengan metode Stepwise.
Hasil Penelitian dengan menggunakan metode enter menunjukkan bahwa secara bersama-sama EPS,DER dan PER berpengaruh terhadap Return Saham. Namun dengan metode Stepwise di antara tiga variabel babas yang diduga mempengaruhi return, ternyata hanya variabel EPS yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam rentang waktu penelitian EPS berpengaruh signifikan terhadap Return saham dan sebaliknya DER dan PER tidak berpengaruh secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, para Investor yang melakukan analisis fundamental dalam menentukan Investasi saham sebaiknya memperhatikan EPS dari Perusahaan yang sahamnya hendak dibeli, karena terbukti kenaikan EPS akan mengakibatkan kenaikan Return dalam satuan tertentu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Arista Dewi
"Mispricing harga saham merupakan salah satu dampak dari lemahnya bentuk efisiensi pasar modal Indonesia. Penelitian terdahulu yang menggunakan indeks sentimen pasar Baker dan Wurgler (2006) menunjukkan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh sentimen investor. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, Twitter menjadi salah satu media sosial yang dapat digunakan untuk mengukur sentimen investor yang akurat. Penelitian dengan 600 observasi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh sentimen investor pada Twitter terhadap mispricing harga saham Indonesia tahun 2017. Dengan menggunakan Vector Autoregressive (VAR), mispricing harga saham dibagi menjadi dua komponen, yaitu earning mispricing dan required return mispricing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga saham Indonesia tahun 2017 mengalami undervalue sebesar 19,5% dan sentimen investor berhubungan negatif signifikan terhadap mispricing harga saham di Indonesia. Oleh karena itu, investor disarankan untuk memperhatikan kondisi pasar modal dan sentimen pada Twitter sebelum mengambil keputusan investasi.
Stock mispricing is one of the effects of the weak form of Indonesia's capital market efficiency. Previous research using market sentiment index by Baker and Wurgler (2006) shows that it was affected by investor sentiment. However, along with the development of technology, Twitter has become one of the social media that can be used to measure investor sentiment accurately. This study, using 600 observations, aims to analyze the impact of investor sentiment on Twitter on Indonesia’s stock mispricing in 2017. By using Vector Autoregressive (VAR), stock mispricing is divided into two components, earning mispricing and required return mispricing. The results show that Indonesia's stock price in 2017 experienced undervalue of 19,5% and investor sentiment had a significantly negative relationship with stock mispricing in Indonesia. Therefore, investors are advised to pay attention to capital market conditions and sentiment on Twitter before making investment decisions."
2019
T54144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>