Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60926 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Ironisnya ,pelaku utama kekerasan justru orang-orang yang dekat dengan anak , bukan orang asing bagi anak, seperti ayah,ibu,guru atau ustadz, mandor atau majikan di tempat kerja. Pelaku kekerasan justru adalah orang-orang yang seharusnya bertanggung jawab melindungi anak...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997
616.97 Eti
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Kurnia Sari
"Latar belakang: Kelompok anak buah kapal merupakan salah satu kelompok pekerja yang memiliki risiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS karena terdapat 46% anak buah kapal membeli seks dalam satu tahun terakhir, 51% mempunyai pasangan lebih dari satu, namun hanya 13% yang konsisten menggunakan kondom dengan WPS.
Tujuan penelitian: Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks berisiko HIV/AIDS pada kelompok pekerja anak buah kapal di Kawasan Pelabuhan Cilegon Banten.
Desain penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus.
Hasil: perilaku seks berisiko dipengaruhi oleh faktor niat atau intensi sedangkan niat antau intensi itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor sikap, pengaruh sosial, dan kemampuan mengontrol perilaku. Faktor sikap dan pengaruh sosial tidak mempengaruhi niat mereka untuk mengubah perilaku seks berisiko menjadi perilaku seks yang lebih aman. Sedangkan faktor persepsi kemampuan mengontrol perilaku mempengaruhi niat untuk berperilaku seks berisiko.
Kesimpulan: Lemahnya kemampuan mengontrol perilaku berhubungan erat dengan niat individu untuk melakukan perilaku seks berisiko.

Background: Seafarer is one of a group of workers who have a high risk of contracting HIV/AIDS because there are 46% of them bought sex in the past year, 51% had more than one sex partner, but only 13% used condoms consistently with sex workers.
Objective: Describe the factors that influence sexual risk behaviors of HIV/AIDS on the ship crew in Port zone of Cilegon Banten.
Study design: This research is a descriptive qualitative case study research.
Results: risky sexual behavior influenced by intention, while intentions itself is affected by several factors. There are the factors of attitude, social influence, and the ability to control the behavior. Attitudes and social factors influence does not affect their intentions to change risky sexual behaviors become safer sex behavior. While the perceived behavioral control influencing the intention to risky sexual behavior.
Conclusion: Lack of ability to control the behavior of individuals closely associated with the intention to do the risky sexual behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Pratomo
"ABSTRAK
Permasalahan penelitian: HIV/AIDS dan Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting karena belum ditemukan obatnya sampai saat ini. Ibu usia subur, khususnya yang berpenghasilan rendah pengunjung Puskesmas semakin rentan terhadap risiko penularan kedua penyakit tersebut. Sampai saat ini belum ada model upaya promotif dan preventif di Puskesmas yang mengintegrasikan pelayanan penyakit hubungan seksual (PHS) ke dalam pelayanan Puskesmas (BP/KIA/KB).
Tujuan penelitian: Mengembangkan model intervensi guna menurunkan risiko infeksi PHS termasuk HIV/AIDS dan Hepatitis B bagi ibu usia reproduksi, ibu hamil dan peserta keluarga berencana yang berpenghasilan rendah melalui keterpaduan program PHS dengan program kesehatan reproduksi di klinik KIA/KB dan BP di Puskesmas daerah pedesaan dan perkotaan.
Metode Penelitian: Desain penelitian ini adalah Kuasi eksperimen, yaitu one group pre dan post test tanpa kelompok kontrol, dimana dilakukan observasi awal, intervensi. dan observasi akhir. Pengumpulan data yang dilakukan pada observasi awal adalah sebagai berikut: a) studi kualitatif, yaitu Wawancara Mendalam terhadap 4 dokter Puskesmas. Diskusi Kelompok Terarah (DKT) bidan/perawat Puskesmas sebanyak 4 kelompok (6-8 orang/kelompok), dan DKT ibu usia reproduksi pengunjung BP/Klinik KIA/KB sebanyak 8 kelompok (6-10 orang/kelompok), b) Observasi pada pelayanan BP/KIA/KB Puskesmas. c) survei PSP (Pengetahuan, Sikap, dan Praktek) terhadap 400 ibu pengunjung BP/Klinik KIA/KB yang dipilih secara acak. d) skrining terhadap 1.200 ibu pengunjung BP/Klinik KIA/KB Puskesmas terutama untuk mengindentifikasi Trichomonas dan Gonorrhoe, juga infeksi PHS lainnya. Lokasi penelitian ini adalah di 4 wilayah Puskemas, yaitu 2 Puskesmas perkotaan (Puskesmas Kec. Ciracas dan Puskesmas Kec. Koja di DKI Jakarta) dan 2 Puskesmas pedesaan (Puskesmas Kec. Pamanukan, Kai). Suhang dan Puskesmas Kec. Pulomerak, Kab. Serang di Jawa Barat).

ABSTRACT
The research problem:
HIV/AIDS and Hepatitis B are becoming two major and critical public health problems. Unfortunately, up to now there is no cure for these two diseases. The low income married women of reproductive age (MWRA) are becoming more and more susceptible to the risk of infection of sexually transmitted diseases (STDs) including HIV/ AIDS. So far, a model of integrating STD services into the existing ambulatory/ mother & child health (MCH)/ family planning (FP) services in the Puskesmas is presently unavailable.
The research objectives:
To develop an intervention model iii reducing the risk of STDs including HIV/AIDS and Hepatitis B infection for low income MWRA through integrating STD services into MCHl/FP services in the Puskesmas both for urban as well as rural areas.
Methodology:
The design of the study is one group pre and post test without a control group (a Quasi-experimental design). A measurement was conducted at the beginning of the study then followed by intervention and evaluation/ measurement after the intervention. Three different measurements were conducted prior to the intervention period namely both qualitative and quantitative study (survey) and STD screening. During the qualitative study, an in-depth interview was conducted for 4 Puskesmas doctors and a series of focus group discussions (FGD) was performed. Four (4) FGDs for midwives and nurses of the Puskesmas and four (4) FGDs for MWRA attending ambulatory, MCH and FP clinic of the Puskesmas. Each FGD consisted of 6 - 10 participants.
A survey of Knowledge, Attitude and Practice (KAP) was conducted among 400 MWRA visiting the four Puskesmas which were randomly selected. In addition, screening for STDs (except syphillis aiid HIV/AIDS) using wet-mount and Grain staining techniques were performed among 1200 MWRA visiting the Puskesmas both in the urban and in the rural areas.
Location of the study were two Puskesmas in the urban areas namely Puskesmas Kec. Koja and Ciracas of the Metropolitan Municipality of Jakarta. For the rural areas Puskesmas Pulomerak (district Serang) and Pamanukan (district Subang) from West Java were selected to participate in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Kartika Esti
"Latar belakang: Epidemi HIV secara global masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Pada tahun 2011 terdapat 2.5 juta (2.2 – 2.8 juta) kasus baru infeksi HIV di seluruh dunia, dengan kamatian karena AIDS mencapai 1.7 juta jiwa. Penularan infeksi HIV di Indonesia saat ini terutama melalui hubungan seks heteroseksual terutama terjadi dari WPS kepada pelanggan seks komersial, yaitu kelompok lelaki berperilaku risiko tinggi. Populasi ini merupakan jembatan penularan infeksi HIV (bridging population) dari populasi risiko tinggi ke populasi umum. Data menunjukkan jumlah laki-laki di Indonesia yang menjadi klien WPS lebih banyak dibandingkan pengguna napza suntik dan kelompok MSM (men who have sex with men). Prevalensi HIV pada kelompok LBT meningkat 7 kali lipat dari 0.1% (STBP 2007) menjadi 0.7% (STBP 2011). Keberadaan IMS meningkatkan kemudahan seseorang terkena infeksi HIV. Sebagian besar IMS akan menimbulkan peradangan dan kerusakan jaringan kulit/selaput lendir genital yang memudahkan masuknya HIV. Infeksi menular seksual dengan gejala ulkus genital, misalnya sifilis, menyebabkan kemudahan terkena infeksi HIV meningkat 4 – 6 kali. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh faktor perilaku seks yang berhubungan dengan infeksi HIV dengan mempertimbangkan penyakit sifilis sebagai efek modifikasi, pada populasi LBT 12 kabupaten/kota di Indonesia.
Metode: cross sectional, analisis data hasil STBP 2011.
Hasil: Prevalensi HIV pada LBT sebesar 0.7%, LBT dengan perilaku seks berisiko rendah sebesar 91.5%. Perilaku seks risiko tinggi terdapat pada 6.6% LBT dan 1.9% di antaranya berperilaku seks risiko sedang. Prevalensi LBT yang mengaku setia pada pasangan sebesar 49.8%. Kejadian infeksi HIV berhubungan secara signifikan dengan riwayat hubungan seks dengan WPS, setia pada pasangan, jumlah WPS dalam 1 tahun terakhir, penggunaan napza suntik, serta keluhan IMS. Keberadaan sifilis tidak memodifikasi efek perilaku seks terhadap infeksi HIV, karena kejadiannya kecil. Pada analisis multivariat didapat perilaku seks yang berisiko untuk tertular HIV adalah pernah berhubungan dengan WPS memiliki risiko tertular HIV dengan OR 2.113(0.883-5.052) dan pernah berhubungan dengan casual partner memiliki OR sebesar 1.347(0.506-3.589) setelah dikontrol dengan variabel penggunaan napza suntik dan keluhan IMS.

Background: Global HIV epidemic still reveal serious public health issue. In 2011 there was 2.5 million (2.2 – 2.8 million) HIV new cases worldwide with mortality reach 1.7 million people. Heterosexual transmission of HIV in Indonesia mainly occurs from FSW to their clients, which is identifying as high risk men (HRM). HRM population is HIV transmission bridging population from high to low risk population. Data shows FSW’s clients amounted much more than the IDUs or MSM. HIV prevalence in HRM had been increased 7 times from 0.1% (IBBS 2007) to 0.7% (IBBS 2011). The presence of STD increases risk of HIV infection, so that STD is believed as HIV infection cofactor. Most STD caused inflammation and genital mucosa/skin damage which make HIV infection easier. Genital ulcer disease, such as syphilis, raised HIV infection 4-6 times. This study aims to see sexual behavior effect on HIV infection with regard of syphilis as modification effect on HRM population in 12 districts in Indonesia.
Method: Cross sectional. The IBBS 2011 data analyses.
Result: HIV prevalence among HRM amounted 0.7%. Of 91.5% HRM have low risk of sexual behavior, 1.9% medium risk, and 6.6% experience high risk sexual behavior. 49.8% HRM was faithful. There was significant association between HIV infection and having sex with FSW, faithfulness, the amount of FSW in 1 year, injecting drug user, and the presence of STI symptoms. The presence of syphilis has not modified the association between sexual behavior and HIV infection, statistically. Multivariate analyses founded that having sex with FSW and/or casual partner were risky sexual behavior with OR of being infected by HIV were 2.113(0.883-5.052) and 1.347(0.506-3.589) respectively, after being controlled with variables injecting drug user and the presence of STI symptoms.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warto
Yogyakarta : Departemen Sosial, 2004
362.19 WAR u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Argyo Demartoto
"Di tingkat nasional dan daerah telah terdapat kebijakan publik, program dan
kegiatan untuk menanggulangi HIV/AIDS, namun jumlah kasus HIV/AIDS
meningkat setiap tahun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas
collaborative governance antarpemangku kepentingan dalam pelayanan
komprehensif berkesinambungan untuk menanggulangi HIV/AIDS di Kota
Surakarta. Penelitian ini merupakan studi kasus jenis exploratory. Informan
ditentukan dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data
dilakukan pada 2 Juli ? 2 September 2013 dengan wawancara mendalam,
observasi, focus group discussion, dan dokumentasi. Teknik analisis data
dengan model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberi
dan penerima layanan berperan dalam penanggulangan HIV/AIDS
sesuai tugas dan fungsinya masing-masing. Program pencegahan dan penjangkauan,
layanan kesehatan, reduksi bahaya, dan pemberdayaan belum
efektif karena komitmen terhadap tujuan dan sikap saling percaya antarpemangku
kepentingan belum optimal, petugas lapangan kurang profesional,
terdapat konflik laten antarpemangku kepentingan, kurang optimalnya koordinasi
antaranggota Komisi Penanggulangan AIDS Daerah Kota
Surakarta dan rendahnya anggaran untuk penanggulangan HIV/AIDS karena
HIV/AIDS belum menjadi isu prioritas dalam pembangunan daerah.
Disimpulkan bahwa kolaborasi governance antarpemangku kepentingan
belum efektif. Untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas kolaborasi
governance antarpemangku kepentingan, harus ada norma, struktur, dan
proses yang jelas dalam menanggulangi HIV/AIDS.
There have been public policies, programs and activities to cope with
HIV/AIDS in Indonesia at national and local level, but number of HIV/AIDS
cases is increasing every year. This study aimed to determine effectivity of
collaborative governance between stakeholders in a sustainable comprehensive
service to cope with HIV/AIDS in Surakarta City. This study was an
exploratory study. Informants were selected using purposive sampling technique.
Data collection was conducted on 2 July ? 2 September 2013 using
in-depth interview, observation, focus group discussion, and documentation.
Technique of data analysis was an interactive analysis model. Results
showed that service provider and receiver had taken roles in HIV/AIDS coping
based on their own duty and function. Prevention and outreach, healthcare
service, harm reduction and empowerment programs had not been yet
effective because of less optimal commitment to purpose and mutual trust
between stakeholders, less professional fieldworkers, latent conflict occurred
between stakeholders, less optimal coordination between AIDS
Coping Commission of Surakarta City members, and low budget for
HIV/AIDS coping as HIV/AIDS is not yet a priority issue in regional development.
In brief, collaborative governance between stakeholders is not yet
efffective. To improve the quality and collaborative governance effectivity
between stakeholders, there should be any clear norm, structure and
process in coping with HIV/AIDS."
Universitas Sebelas Maret, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Program Studi Sosiologi, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Riza Hayati Ifroh
"Pemerintah Indonesia menargetkan standar pengetahuan remaja tentang HIVAIDS di Kabupaten/Kota sebesar 95%. Kalimantan Timur sebagai salah satu provinsi di Indonesia berdasarkan data Dinas Kesehatannya tahun 2012, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja di Kota Samarinda baru mencapai 25,5%. Sehubungan dengan hal tersebut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur melaksanakan kampanye kesehatan Aku Bangga Aku Tahu di Kota Samarinda dengan menggunakan media bantu KIE.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kombinasi media audiovisual berupa film animasi Aku Bangga Aku Tahu dan diskusi kelompok dalam meningkatkan pengetahuan HIV-AIDS pada remaja di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Samarinda. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang terdiri dari 80 subjek penelitian. Penelitian dilakukan pada Bulan Januari 2014 menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh subjek penelitian. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Wilcoxon dan Mann Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah kegiatan intervensi, kelompok intervensi dan kontrol mengalami peningkatan pengetahuan tentang HIV-AIDS. Peningkatan pengetahuan remaja tentang HIVAIDS pada kelompok intervensi adalah sebesar 22,41% dan peningkatan pengetahuan remaja tentang HIV-AIDS pada kelompok kontrol adalah sebesar 21,6%. Selain itu, tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perubahan nilai pengetahuan tentang HIV-AIDS antara kelompok intervensi (melalui pemutaran film dan diskusi kelompok) dan kelompok kontrol (melalui pemutaran film).

The Indonesian government has a target of 95% adolescents to have knowledge about HIV-AIDS throughout Indonesia. East Kalimantan, as one of the provinces in Indonesia, based on data from The Departement of Health in 2012 showed that the level of adolescent's knowledge Samarinda reached 25.5%. Based on these data, the Department of Health in East Kalimantan implemented the health campaign Aku Bangga Aku Tahu in Samarinda by using teaching aids.
This study aims to determine the effectiveness a combination of audiovisual media Aku Bangga Aku Tahu and discussion groups to improve knowledge about HIV-AIDS among adolescents in SMAN 1 and SMAN 3 Samarinda. The study design used was quasi experimental on the primary data consisted of 80 research subjects. The study was conducted on January 2014 using self administered questionnaire by research subjects. Data analysis are univariate and bivariate analysis by using the Wilcoxon and Mann Whitney.
The results showed that after the intervention, both intervention and control groups experienced an increase in knowledge about HIVAIDS. The increase of adolescent's knowledge about HIV-AIDS in the intervention group amounted to 22,41% and the increase of adolescent's knowledge about HIV-AIDS in the control group was 21,6%. In addition, there is no statistically significant difference in the change in the value of knowledge of HIV-AIDS among the intervention group (film screening and group discussion) and control group (film screening).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T39290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Rizki Utami
"Studi Keluarga dan Anak-anak Rawan HIV dan AIDS tahun 2007 yang dilakukan di tujuh provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa kehadiran sekolah, pencapaian pendidikan, serta persepsi untuk melanjutkan sekolah anak pada rumahtangga dengan ODHA lebih rendah dibandingkan dengan anak pada rumahtangga tanpa ODHA. Oleh karena itu penelitian ini akan mengkaji lebih jauh mengenai dampak keberadaan ODHA dalam rumahtangga terhadap partisipasi pendidikan anak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan data Studi Keluarga dan Anak-anak Rawan HIV dan AIDS tahun 2007. Khususnya sampel rumahtangga dengan anak yang berusia 7 hingga 18 tahun yang berjumlah 509 rumahtangga ODHA dan 552 rumahtangga tanpa ODHA.
Penelitian ini menggunakan analisis multivariat dengan regresi logistik multinomial. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang tinggal pada rumahtangga ODHA berpeluang dua kali untuk tidak berpartisipasi dalam pendidikan dibandingkan anak yang tinggal pada rumahtangga tanpa ODHA. Hal ini terutama dikarenakan masalah ekonomi yang dihadapi rumahtangga ODHA sebagai akibat meningkatnya kebutuhan perawatan ODHA ataupun akibat kematian ODHA. Upaya mengatasi kesulitan ekonomi dilakukan rumahtangga antara lain; menjual berbagai aset rumahtangga, menyuruh anak bekerja, dan mengurangi biaya sekolah. Anak terpaksa harus menjaga ODHA atau anggota rumahtangga yang lebih kecil. Mahalnya biaya pendidikan juga menjadi penghalang begitu juga pendidikan orangtua/pengasuh.
Penelitian ini menunjukkan bahwa bantuan pendidikan masih minim. Depdiknas belum mengeluarkan kebijakan khusus terkait dengan pendidikan anak pada rumahtangga ODHA. KPAN juga belum menjadikan program mitigasi di seluruh provinsi. Penelitian ini mengajukan beberapa saran yakni; subsidi biaya-biaya yang terkait dengan sekolah dan pemberian beasiswa, skema pekerjaan yang sesuai untuk anak, respon berbasis keluarga dan komunitas, serta konseling oleh guru."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>