Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130580 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Previous studies had shown that pasak bumi(PB) root chloroform extract given to laboratory animal would cause aphrodisiac effect and increase the testosterone hormone,FSH and LH whic mechanism of action was assumed to be by central simulation....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Evelyn Lina, auhor
"Latar Belakang: Prevalensi akne vulgaris (AV) pada perempuan dewasa tinggi dengan morbiditas psikososial bermakna. Akne vulgaris yang timbul saat remaja dan berlanjut hingga umur lebih dari 25 tahun disebut sebagai AV menetap (AVM). Hormon androgen memiliki peranan terpenting dalam patogenesis AVM. Indeks Androgen Bebas (IAB) adalah metode yang bagus untuk mengevaluasi kadar hormon androgen. Perbedaan ras berpengaruh pada variasi kadar hormon androgen antara individu.
Tujuan: Untuk mengetahui perbandingan nilai IAB dalam darah pada perempuan dewasa dengan AVM dan tanpa AV.
Metode: Penelitian kasus kontrol.
Hasil: Nilai IAB dalam darah pada perempuan dewasa dengan AVM memiliki median 1,93 (minimum 0,46 - maksimum 9,88). Nilai IAB dalam darah pada perempuan dewasa tanpa AV memiliki median 1,05 (minimum 0,24 - maksimum 2,42). Nilai IAB dalam darah pada perempuan dewasa dengan AVM lebih tinggi dibandingkan tanpa AV, dengan perbedaan yang bermakna secara statistik (p=0,014).
Kesimpulan: Nilai IAB dalam darah pada perempuan dewasa dengan AVM lebih tinggi dibandingkan tanpa AV.

Background: The prevalence of acne vulgaris (AV) in adult women is high with significant psychosocial morbidity. Acne vulgaris which occur in adolescence and continue until age more than 25 years is mentioned as persistent acne vulgaris (PAV). Androgen hormone has the most important role in PAV pathogenesis. Free Androgen Index (FAI) is a good methode to evaluate androgen hormone level. Race difference influent the variation of androgen hormone level between individual.
Objective: To investigate the comparison of blood FAI in adult women with PAV and without AV.
Methods: Case control study.
Result: The blood FAI in adult women with PAV has median 1,93 (minimum 0,46 - maksimum 9,88). The blood FAI in adult women without AV has median 1,05 (minimum 0,24 - maksimum 2,42). The blood FAI in adult women with PAV is higher than without AV, with difference which is statisticaly significant. (p=0,014).
Conclusion: The blood FAI in adult women with PAV is higher than without AV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dheeva Noorshintaningsih
"Usia subur merupakan usia yang paling penting dalam reproduksi perempuan. Usia subur berkisar 15 tahun hingga 46 tahun. Usia memiliki pengaruh terhadap sekresi GnRH, pada saat perempuan menempuh dekade ketiga dan keempat folikel akan mengalami penurunan sehingga sekresi GnRH juga akan terpengaruh, namun menjelang menopause sekresi GnRH akan meningkat karena folikel sudah tidak ada lagi dan tidak akan yang memberikan umpan balik negatif kepada GnRH, maka itu sekresi GnRH pada orang menopause tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar LH berdasarkan perempuan dengan usia subur yang mengalami gangguan menstruasi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional analitik, dalam penelitian ini terdapat 74 perempuan usia subur (15-45 tahun) yang mengalami gangguan menstruasi yang terlibat. Data pada penelitian didapatkan dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari hasil pemeriksaan laboratorium dan kuesioner SCL-90 pada penelitian ?Peranan Adiponektin terhadap Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) dan Hubungannya dengan Faktor Genetik, Endokrin, dan Metabolik?. Data pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 17.0 dengan analisis chi-square. Berdasarkan analisis, didapatkan hasil bahwa proporsi usia dibawah 30 tahun yang memiliki kadar LH yang tergolong normal lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi usia dibawah 30 tahun yang mempunyai kadar LH abnormal yaitu masing-masing nilainya 60,9% dan 39,1%. Perbedaan proporsi tersebut secara statistic bermakna dengan P sama dengan 0,009. Sementara, tidak terdapat perbedaan bermakna kadar LH pada aktivitas fisik, status gizi, gejala gangguan mental emosional, serta status SOPK perempuan dengan gangguan menstruasi. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa usia memiliki peran dalam perbedaan kadar LH pada perempuan dengan gangguan menstruasi.

Reproductive age is the most important phase in women?s reproductive cycle. In most women the reproductive age is around 15-46 years old. Age has influence on GnRH secretion, when women take the third and fourth decades of follicles will decrease so the secretion of GnRH may also be affected, but the menopause GnRH secretion will increase as the follicle is no longer there and that will not give negative feedback to GnRH, the GnRH secretion was higher in the menopause. This study aimed to compare the levels of LH by women of reproductive age, especially in women with menstrual disorders. The study design is cross-sectional analytic involving 74 women of childbearing age (15-45 years) who experience menstrual disorders. The study was conducted using secondary data derived from the results of laboratory tests and the SCL-90 questionnaire of study titled "The Role of Adiponection to polycystic ovary syndrome (PCOS) and Its Relationship to Genetic Factors, Endocrine and Metabolic". Data analysis was performed with SPSS for Windows version 17.0 using chi-square analysis. Based on the analysis, showed that the proportion aged under 30 years who have a relatively normal LH levels higher than the proportion aged under 30 years who have abnormal levels of LH values ​​respectively 60.9% and 39.1%. The difference was statistically significant proportion of the P equals 0.009. Meanwhile, there were no significant differences in the levels of LH in physical activity, nutritional status, symptoms of mental, emotional, as well as the status of PCOS women with menstrual disorders. It can be concluded that there are differences in the role of age in LH levels in women with menstrual disorders."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaima Amalia
"Keamanan pangan merupakan salah satu isu internasional. Bahaya penggunaan antibiotik pada budidaya hewan menjadi salah satu penyumbang timbulnya resistensi pada manusia. DiIndonesia, lazim digunakan antibiotik sebagai growth promotor pada budidaya hewan.Larangan penggunaan hormon dan antibiotik imbuhan pakan tertulis dalam Undang-UndangNo. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang kemudian diperjelasdengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14/Permentan/PK.350/5/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan. Tesis ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kebijakan larangan penggunaan hormon dan antibiotik imbuhan pakan, khususnya faktor kesehatan, hukum, politik, dan ekonomi. Penelitian menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ekonomi memiliki pengaruh lebih kuat dibandingkan faktor politik, hukum dankesehatan.

Food safety is an international issue. Using antibiotic in poultry production is dangerous and it could be caused of antibiotic antimicrobial resistance for human. In Indonesia, poultries using antibiotic as growth promoter AGP. The prohibition of hormones andantibiotics as feed additive using written in Act 18 of 2009 on Livestock and Animal Health, which is then clarified by the Regulation of the Minister of Agriculture No.14 Permentan PK.350 5 2017 on Classification of Animal Drugs. This thesis discusses the factors that influence the making policy of prohibiting the use ofhormones and antibiotics as feed additive, especially health, legal, politic, and economicfactors.This is a descriptive study by qualitative approach. The data were collected by of in depthinterview and literature review. The result is the economy factor is more influence thanpolitic, legal and health`s factor."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T47574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetty Setiowati
"Eksplan tunas apikal kecambah terong KB (Solanum khasianum Clarke) dikultur pada medium Murashige dan Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan pemberian variasi konsentrasi IAA 0 ; 0,25; 0,5; 0,75; dan 1 ppm serta kinetin 0; 1; 2; 3; dan 4 ppm selama 8 minggu. Tunas-tunas aksilar mulait erbentuk pada hari ke-5 sedangkan planlet pada hari ke-10. Jumlah tunas pada minggu ke-8 paling banyak terdapat pada medium yang hanya diberi kinetin 4 ppm, yaitu 10 tunas; sedangkan jumlah planlet paling banyak terdapat pada medium yang diberi kinetin 3 ppm, yaitu 5 planlet. Berat basah dan berat kering tertinggi pada minggu ke-8 terdapat pada medium yang hanya diberi kinetin 4 ppm, yaitu masing-masing 3401,9 mg dan 188,4 mg. Uji nonparametrik Friedman pada minggu ke-8 dengan taraf nyata α = 0,01 menunjukkan adanya pengaruh interaksi IAA dan kinetin terhadap jumlah tunas, jumlah planlet, berat basah dan berat kering. Hasil uji perbandingan berganda dengan taraf nyata α = 0,01 menunjukkan adanya perbedaan nyata antara pasangan perlakuan pada data jumlah tunas, berat basah, dan berat kering; sedangkan pada data jumlah planlet tidak terdapat perbedaan nyata antara pasangan perlakuan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasanthy Kusumaningtyas
"ABSTRAK
Pengaruh kombinasi NAA 0, 0,5 dan 1 ppm serta kinetin 0, 1, 2, 3 dan 4 ppm pada medium Murashige & Skoog (MS) 1962 terhadap organogenesis daun terong KB Solanum khasianum Clarke diamati pada minggu ke-4, 6 dan 8 setelah penanaman. Kalus mulai terbentuk pada minggu ke-2. Pembentukan akar dan tunas terjadi secara langsung maupun tidak langsung melalui kalus. Akar mulai terbentuk pada minggu ke-2 dan ke-3: tunas mulai terbentuk pada minggu ke-3 dan ke-4 sedangkan planlet mulai terbentuk pada minggu ke-6 dan ke-8. Jumlah akar terbanyak, yaitu 5 dihasilkan dengan penambahan 1 ppm NAA dan 3 ppm kinetin; jumlah tunas terbanyak, yaitu 5 dan jumlah planlet terbanyak yaitu 2 dihasilkan dengan penambahan 4 ppm kinetin tanpa NAA; berat basah terbesar, yaitu 1962,4 mg dan berat kering terbesar, yaitu 193,5 mg dihasilkan dengan penambahan 0,5 ppm NAA dan 4 ppm kinetin. Uji Friedman pada α = 0,01 terhadap data jumlah akar, tunas, planlet serta berat basah dan berat kering pada minggu ke-8 menunjukkan adanya pengaruh kombinasi NAA dan kinetin. Uji perbandingan berganda pada α = 0,01 menunjukkan terdapat beda nyata dalam jumlah akar, tunas, berat basah dan berat kering pada beberapa pasangan perlakuan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlina
"Telah dilakukan penelitian eksperimental untuk mengetahui pengaruh estradiol benzoat terhadap diferensiasi warna bulu dada, berat badan, perilaku seks, dan gonad Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnixjaponica Temm. & Schleg.). Delapan puluh butir telur dibagi dalam empat kelompok perlakuan, yaitu satu kelompok kontrol tanpa perlakuan dan tiga kelompok eksperimen yang disuntik dengan estradiol benzoat dosis 5 ρg, 10 ρg, dan 15 ρg. Penyuntikan dilakukan pada hari ke-3 inkubasi telur, kemudian setelah menetas burung puyuh dipelihara dan dilakukan pengamatan warna bulu dada (minggu ke-7), berat badan (minggu ke-1,3,5,7,dan 14), perilaku
seks (minggu ke-12 sampai 14), dan gonad (minggu ke-14). Hasil uji statistik nonparametrik Kruskal-Wallis menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap berat badan burung betina dan berat gonad jantan dan gonad betina, tetapi menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap berat badan burung jantan. Hasil analisis secara deskriptif cenderung tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap perilaku seks burung betina, dan warna bulu dada burung jantan dan burung betina, tetapi cenderung menunjukkan adanya pengaruh terhadap perilaku seks burung jantan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf (sedang dalam proses digitalisasi)
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrati Handini
"Dari tahun ke tahun, usia harapan hidup wanita Indonesia semakin meningkat. Sementara SDKI pada tahun 2003-2004 menyebutkan sekitar 21,1 % penduduk Indonesia yang telah memasuki usia menopause.
Menopause merupakan peristiwa fisiologis yang menyebabkan munculnya berbagai perubahan fisik, reproduksi dan psikis. Hal ini berhubungan dengan berhentinya fungsi indung telur yang mempengaruhi produksi hormon estrogen dan progesteron. Keadaan ini menyebabkan munculnya berbagai keluhan, gangguan atau penyakit, seperti sindroma menopause, osteoporosis, dan penyakit jantung koroner.
Untuk mencegah, dan mengurangi risiko kejadian tersebut, salah satu alternatifnya adalah dengan pemberian Terapi Sulih Harmon/Harmane Replacement Therapy (HRT). TSH adalah hormon pengganti yang diberikan kepada wanita menopause karena sudah tidak memproduksi estrogen lagi. TSH dapat mencegah, dan mengurangi resiko keluhan, gangguan atau penyakit akibat menopause. Penggunaan TSH sampai sekarang masih menimbulkan kontraversi di masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan penggunaan terapi sulih hormon pada pasien menopause. Sebagai variabel bebas adalah usia saat menopause, lama menopause, sindroma menopause, riwayat reproduksi, riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, riwayat penggunaan kontrasepsi, pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan tentang terapi sulih hormon, anjuran dokter dan permintaan pasien.
Sedangkan sebagai varibel terikat adalah penggunaan terapi sulih hormon. Penelitian ini dilakukan di Klinik Menopause Yasmin Perjan RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Klinik Menopause RSPAD Gatol Soebroto mulai bulan Januari 2003 - Desember 2004.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Sampel penelitian adalah pasien yang sudah menopause yang datang berkonsultasi di klinik menopause selama periode Januari 2003- Desember 2004. Jumlah sampel minimal ditetapkan kasus banding kontrol = 1 : 1, dengan tingkat kemaknaan 95% dan presisi 20%, diperoleh 105 responden untuk kelompok kasus dan 105 responden untuk kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan secara bermakna dengan pemberian terapi sulih hormon adalah variabel riwayat penyakit, riwayat kontrasepsi hormonal, pengetahuan tentang terapi sulih hormon ananjuran dokter. Dari analisis multivariat didapatkan OR= 3,117 untuk variabel riwayat penyakit, OR = 2,381 untuk variabel riwayat menggunakan kontrasepsi hormonal, OR= 2,303 untuk variabel berpengetahuan linggi dan OR = 4.454 untuk variabel anjuran dokter.
Diperlukan upaya sosialisasi dan pendidikan yang berhubungan dengan masalah-masalah menopause dan penggunaan TSH kepada masyarakat luas. Hal ini harus didukung oleh kebijakan dari Departemen Kesehatan maupun organisasi profesi kedokteran tentang penatalaksanaan TSH, termasuk mempersiapkan tenaga yang handal untuk melaksanakan konseling pasca menopause.

Reasons on Use of Hormone Replacement Therapy for Menopausal Patients in Yasmine Perjan Menopause Clinic in Dr Cipto Mangunkusumo Hospital & Menopause Clinic RSPAD Gatot Subroto 2005.Through the years the life span of Indonesian women has been increasing. While in year 2003-2004 SDKI says that 21,1 % of Indonesian population is entering menopausal ages.
Menopause itself is a physiologic episode that causes many physical changes and in reproduction and psyche as well. It relates to the stop of the ovary function that affects the estrogen and progestine hormones. This condition will also affect other complaints on body, disorders or diseases, such as menopausal syndrome, osteoporosis, and coronary heart disease.
Hormone Replacement Therapy (HRT) is an alternative therapy to prevent and reduce the risks of those complaints. HRT aims to replace the hormone of a menopausal woman so that it could prevent and reduce the risks. But HRT user gives controversial with public
This research aims to find out the basic reasons for the patients to use the therapy. As free variables are the age by the time menopause starts, the length, the syndrome, the reproduction history of the patient and family, the history of contraception use, education, occupation and knowledge on HRT, doctor's advises and patients demands. As bond variable is the use of HRT. This research is conducted in Yasmin Perjan Menopause Clinic in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital and Menopause Clinic in RSPAD Gatot Soebroto starting January 2003 up to December 2004.
It uses primary and secondary data. The samples are patients with menopausal problem that already have a consultation in the clinic during period of January 2003 - December 2004. The total sample, with ratio = 1.1 minimally, with significant level 95% and precision 20%, is found respectively from 105 respondents each lbr case group and controlled group.
The result shows that the variables that related significantly to HRT are history of the diseases, hormonal contraception, knowledge on HRT and doctor's advises. From multi variant analysis it is found OR= 3, 1 17 times for variable of history o f disease, OR = 2,381 for variable of history on hormonal contraception, OR= 2,303 for variable with high education and OR= 4.454 for doctor's advises.
Finally it is necessary to socialize and to educate people relates to menopausal problems and use of HRT to the public. Policies are from Health Department and other Medical Profession Organization on HRT management. It is needed more experiences to do the menopausal consultation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2005
T13579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti
"Tanaman mahkota dewa, Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl, famili
Thymelaeaceae, merupakan tanaman yang secara emplris teiah digunakan
oleh masyarakat lues sebagai obat antitumor.
Telah dilakukan penelitian terhadap ekstrak aseton daun mahkota
dewa yang bertujuan untuk mengisolasi senyawa kimia yang bersifat inhibitor
terhadap sei leukemia L1210. Isolasi dilakukan dengan menggunakan teknik
kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis, sedangkan penentuan
struktur senyawa dilakukan berdasarkan data-data spektrometer massa, IR
dan UV. Dari hasil isolasi diperoleh 3 komponen yang diidentifikasi sebagai
senyawa skualena, senyawa anhidrolutein II dan senyawa echinenon.
Berdasarkan hasil uji aktivitas inhibisi terhadap perkembangbiakan sel
leukemia L1210 dari ketiga komponen tersebut diperoleh hasil dengan nilai ICso untuk komponen X1 (IC50 =3,67 / ml ); komponen X2 (IC50 =4.95 pg /
ml): dan komponen X3 (IC50 =5,67 pg / ml)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lieke Koes Handayani
"Latar Belakang: SOPK dijumpai pada 5-20% perempuan usia reproduksi. AMH digunakan sebagai penanda SOPK karena pada penderita SOPK salah satu gejalanya adalah terjadinya anovuasi yang menyebabkan peningkatan kadar AMH. SOPK juga berkaitan dengan adanya resistensi insulin dan hiperandrogen yang berkorelasi dengan obesitas dan inflamsi kronik yang dapat menyebabkan risiko terjadinya sindrom metabolik.
Tujuan: Mengetahui hubungan peningkatan kadar AMH pada penderita SOPK dan fenotip SOPK dengan kejadian Sindrom Metabolik.
Metode: Penelitian ini menggunakan disain potong lintang di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada penderita SOPK pada bulan Januari 2013 hingga Desember 2017. Data penderita SOPK yang memenuhi kriteria inklusi dicatat dan dilakukan analisis statistik.
Hasil: Dari pengumpulan data Januari 2013 hingga Desember 2017 di RSUPN Cipto Mangunkusumo didapati 109 kasus SOPK yang memenuhi kriteria inklusi. Penderita SOPK tesebut memiliki median kadar AMH 7.10 ng/ml (3.11-34.06) dan yang mengalami sindrom metabolik 21% dengan median kadar AMH 7.21ng/ml (2.83-20.20) yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak sindrom metabolik (p=0.387). Sedangkan untuk fenotip yang terbanyak adalah fenotip 4 (OA dan PCOM) yaitu 41.3% dan yang mengalami sindrom metabolik terbanyak adalah fenotip 1 (OA+PCOM+HA)  sebanyak 56.5% dengan median kadar AMH  yang tertinggi sebesar 13.92ng/ml.
Kesimpulan: Kadar AMH pada penderita SOPK yang mengalami sindrom metabolik  trend nya lebih tinggi dibandingkan yang tidak sindrom metabolik. Fenotip 1 (OA+PCOM+HA) adalah kelompok fenotip yang paling banyak mengalami sindrom metabolik.

Background: PCOS is present in 5-20% women of reproductive age. AMH is used as a marker because one of the sign is anovulation that cause elevated AMH level. PCOS is also associated with the presence of insulin resistance and hyperandrogen that correlate with obesity and chronic inflammation that will increase the risk of metabolic syndrome.
Purpose: To evaluate the correlation between AMH level in PCOS patients with the incidence of Metabolic Syndrome.
Method: This research used cross sectional design with consecutive sampling. Data that fulfilled the inclusion criteria were collected and analyzed.
Result: Data collection from January 2013 to December 2017 at RSUPN Cipto Mangunkusumo found 109 cases of PCOS meet the inclusion criteria. Patients with PCOS have median level of AMH 7.10 ng/ml (3.11-34.06). Twenty one percent of the patient had metabolic syndrome with median level of AMH 7.21ng/ml (2.83-20.20) higher than non-metabolic syndrome (p = 0.387). The largest number of phenotypes on PCOS patients is phenotype 4 (OA and PCOM) which is 41.3%. Most metabolic syndrome is phenotype 1 (OA + PCOM + HA) as much as 56.5% with median highest AMH level of 13.92 ng/ml.
Conclusion: AMH levels in patients with PCOS who have metabolic syndrome are higher than non-metabolic syndrome. Phenotype 1 (OA + PCOM + HA) is a group of phenotypes with the most metabolic syndrome."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>