Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182352 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Yunus
"Penelitian ini menunjukkan bagaimana hubungan antara orientasi entrepreneurial internasional, strategi internasional dan kinerja internasional pada industri kecil dan menengah. Industri kecil dan menengah yang diteliti adalah industri yang bergerak di bidang kerajinan dan telah melakukan pemasaran internasional selama minimal 2 tahun.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menganalisis bahwa dengan penerapan orientasi entrepreneurial internasional dan strategi internasional yang balk dapat meningkatkan kinerja internasional industri kecil dan menengah tersebut. Orientasi entrepreneurial internasional dalam penelitian ini terdiri dari empat dimensi yaitu (1) orientasi riset pasar dan konsumen, (2) orientasi pemasaran, (3) orientasi manajemen dan (4) orientasi respon terhadap pasar. Sedangkan strategi internasional dijelaskan oleh tiga aktivitas kunci perusahaan yaitu (1) kompetensi strategik, (2) akuisisi teknologi dan (3) persiapan internasionalisasi.
Sampel penelitian adalah industri kecil dan menengah terinternasionalisasi dalam bidang kerajinan yang mengikuti Pameran Produksi Indonesia (PPI) mulai tanggal 20 sampai 29 Mei 2003 di Pekan Raya Jakarta dan berasal dari berbagai kota di seluruh Indonesia dengan jumlah 31 responden. Para responden yang berpartisipasi aktif dalam penelitian ini menjabat sebagai pemilik atau manajer di industri kecil dan menengah yang diteliti.
Hubungan antara orientasi entrepreneurial internasional, strategi internasional dan kinerja internasional pada industri kecil dan menengah ini dianalisis dengan menggunakan analisis faktor dan analisis regresi dengan bantuan software SPSS 10.0.
Hasil penelitian ini menunj ukkan bahwa :
1. Orientasi entrepreneurial internasional pada industri kecil dan menengah yang diteliti dalam penelitian ini yang terdiri dari orientasi riset pasar dan konsumen, orientasi pemasaran, orientasi manajemen dan orientasi respon terhadap pasar tidak signifikan membentuk strategi internasional yang dijelaskan oleh tiga aktivitas kunci perusahaan yaitu kompetensi strategik, akuisisi teknologi dan persiapan internasionalisasi.
2. Proses pengembangan kompetensi strategik perusahaan, persiapan memasuki pasar internasional dan penyerapan teknologi baru dalam industri kecil dan menengah yang diteliti masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak sinergi.
3. Proses akuisisi teknologi pada industri kecil dan menengah yang bergerak di bidang kerajinan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja internasional. Sedangkan kompetensi strategik dan persiapan internasionalisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja internasional.
Hasil penelitian yang dihasilkan oleh Knight (2001) berkebalikan dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti yang menunjukkan bahwa proses akuisisi teknologi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja internasional sedangkan kompetensi strategik dan persiapan internasionalisasi tidak berpengaruh secara signifikan. Begitu pula hubungan antara Orientasi entrepreneurial internasional dan strategi internasional tidak signifikan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20597
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lamont, Douglas
Massachusetts : Blackwell Publishers, 1996
R 658.8 LAM i
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Rhenald Kasali
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009
380.1 RHE m (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Menurut global competitiveness report 2007 - 08 yang beleum lama dipublikasikan oleh world economic forum (http://www.gcr,weforum.org) iIndonesia menempati urutan ke 54 dari 131 negara yang dinilai dalam indeks dayasaing global/IDG (Global competitiveness index/GCI) 2007-08..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hasiholan, Frans
"ABSTRAK
Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian mengenai Resource-Based View RBV telah memperoleh perhatian banyak pihak. Konstruk yang menjelaskan bagaimana sumber daya internal perusahaan mempengaruhi performa perusahaan menjadi menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh keunggulan posisional terhadap performa perusahaan, dengan orientasi pasar, orientasi kewirausahaan, dan kualitas sumber daya manusia sebagai indikator-indikator reflektif bagi konstruk keunggulan posisional. Responden dalam penelitian ini adalah pelaku UMKM yang beroperasi pada industri telekomunikasi di Indonesia, khususnya pada industri hulu, yang kebanyakan menjadi mitra bagi operator-operator besar telekomunikasi di Indonesia. Metode pengolahan data yang digunakan adalah Structural Equation Model SEM . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi pasar, orientasi kewirausahaan, dan kualitas sumber daya manusia adalah memang benar indikator reflektif yang positif bagi keunggulan posisional, dan keunggulan posisional pada gilirannya berpengaruh positif terhadap performa perusahaan.

ABSTRACT
In the last few decades, research on Resource Based View RBV has received the attention of many parties. The construct that explains how company rsquo s internal resources affect company rsquo s performance becomes an interesting subject to be studied further. This study was conducted to analyze the effect of company rsquo s positional advantage on company rsquo s performance, with market orientation, entrepreneurial orientation, and human capital as the indicators of positional advantage. Respondents in this study were the owner of SMEs engaged in telecommunication industry in Indonesia, especially in the upstream level, which mostly are the suppliers of major telecommunication operators in Indonesia. Structural Equation Model SEM is used as data processing method. The results of this study indicate that market orientation, entrepreneurial orientation, and human capital are indeed the positive indicators of positional advantage, and positional advantage has a positive effect on company performance."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsany Naufal Hidayat
"Penggunaan fasilitas internet saat ini semakin bertambah setiap harinya. Di Indonesia sendiri pengguna internet mencapai 37% pada tahun 2020. Kemudian kenaikan pengguna media sosial juga telah mencapai 191 juta orang di tahun 2022 atau mengalami kenaikan sebesar 12,35% dari tahun sebelumnya. Namun hal ini belum dimanfaatkan secara baik oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk memasarkan produknya. Dimana pada Mei 2021 baru tercapai sebanyak 13,5 juta UKM atau sekitar 21% dari angka yang ditargetkan. Hal serupa juga terjadi di Provinsi Jawa Timur, dimana masih ada 43% UKM yang belum menggunakan akses internet dalam menjalankan usahanya. Untuk itu perlu diamati lebih jauh terkait variabel apa saja yang mendorong orang untuk mampu menggunakan jaringan internet (daring) untuk memasarkan produknya. Dari penelitian ada beberapa variabel yaitu sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, persepsi kebermanfaatan, persepsi kemudahan penggunaan, dan niat untuk melakukan pemasaran secara daring yang merupakan variabel pendukung perilaku memasarkan produk secara daring. Kemudian lebih lanjut lagi ada beberapa hambatan yang menyebabkan kesulitan untuk memasarkan produk secara daring di antaranya adalah kendala teknis, kendala organisasional, kendala sumber daya manusia (SDM), kendala keamanan digital, kendala infrastruktur dan institusi terkait, serta kendala keuangan.

The use of internet facilities is currently increasing every day. In Indonesia alone internet users reached 37% in 2020. Then the increase in social media users has also reached 191 million people in 2022 or an increase of 12,35% from the previous year. However, this has not been utilized properly by Small and Medium Enterprises (SMEs) to market their products. However, in May 2021, there were only 13,5 million SMEs or about 21% of the targeted figure. The same thing also happened in East Java Province, where there are still 43% of SMEs that have not used internet access in running their business. For this reason, it is necessary to observe further regarding what variables encourage people to be able to use the internet network (online) to market their products. From the research, there are several variables, namely attitudes, subjective norms, perceptions of behavioral control, perceptions of usefulness, perceptions of ease of use, and intentions to do online marketing which are supporting variables for online product marketing behavior. Furthermore, there are several obstacles that make it difficult to market products online, including technical constraints, organizational constraints, human resource (HR) constraints, digital security constraints, infrastructure and related institutional constraints, and financial constraints."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Due to the continuing expansion of the notion of security, various national, regional and international institutions now find themselves addressing contemporary security issues. While institutions may evolve by adjusting themselves to new challenges, they can also fundamentally alter the intricate balance between security and current legal frameworks. This volume explores the tensions that occur when institutions address contemporary security threats, in both public and international law contexts. As part of the Connecting International with Public Law series, it provides important and valuable insights into the legal issues and perspectives which surround the institutional responses to contemporary security challenges. It is essential reading for scholars, practitioners and policy makers seeking to understand the legal significance of security institutions and the implications of their evolution on the rule of law and legitimacy."
United Kingdom: Cambridge University Press, 2015
e20528807
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"many studies have proved that market orientation has an influence on marketing performance, but it is considered a market orientation is not sufficient to improve marketing performance. Market orientation will able able to improve marketing performance when combined with organizational learning, but the role of organizational learning in the convert market orientation into marketing performance is unclear. By integrating variables of organizational learning as a single entity - market orientation-organizational learning - innovation, competitive advantage marketing performance in a study as one is expected to clarify the role of learning in the convert market orientation into marketing performance has been deemed not clear."
JUEKBIS
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Erwin Anandita
"ABSTRAK
Salah satu faktor yang mendorong perkembangan pariwlsata di Indonesia adalah meningkatnya pertemuan-pertemuan antara para usahawan, profesional, negarawan, ataupun cendekiawan sebagai dampak dari fenomena giobalisasi.
Pertemuan antar para usahawan dan profesional guna membahas penemuan baru dan strategi bersaing bagi perusahaannya, pertemuan antar negarawan untuk membahas koordinasi ekonomi dan politik dunia serta pertemuan antar cendekiawan untuk membicarakan mengenai penemuan baru dalarn berbagai bidang dan teknologi baru tersebut merupakan kegiatan konvensi.
Seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan konvensi, para ahli dan pelaku bisnis mencari inovasi baru guna menambah mata rantai nilai dalam bisnis ini. Dirumuskan bahwa selain konvensi, konferensi, pertemuan-pertemuan khusus, pameran dan perjalanan insentif juga merupakan bagian dari satu industri. Kelompok wisata yang merupakan penggabungan dari bisnis dan rekreasi ini telah menjadi bisnis Meetings, Incentive Travel, Conventions, dan Exhibitions, untuk rnudahnya disingkat menjadi MICE.
Penyelenggaraan suatu kegiatan MICE harus dilakukan secara profesional, tepat dan berhasil guna sehingga mendukung tercapainya tujuan peserta maupun penyelenggara sebagai konsumen. Bcrdasarkan hal tersebut maka pemerintah membuat peraturan bahwa penyelenggaraan kegiatan MICE harus dilakukan oleh Badan Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, dan Pameran (BUJPIP) yang diakui secara resmi dan mendapat ijin dari pemerintah. BUJPIP adalah seperti PCO (Professional Congress Organizer) yang dikenal di luar negeri, yang berperan sebagai konsultan penyelenggaraan MICE. Bedanya, BUJPIP selain berperan memberikan konsultasi kepada pemrakarsa, juga dapat bettindak sebagai kontraktor atau penyelenggara.
Meskipun jumlah kegiatan MICE yang dilakukan di Indonesia cukup signifikan, tingkat pertumbuhannya dari tahun 1992 hingga 1993 menurun dibandingkan dengan negara-negara tetangga, menjadi 3.05%. Sebelumnya, tingkat pertumbuhan di Indonesia antara tahun 1991 hingga 1992 adalah sebesar 6.13%, menduduki peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Korea.
Di dalam penulisan karya akhir ini, akan dibahas mengenai rencana pemasaran strategis suatu BUJPIP di Indonesia, dalam rangka menghadapi persaingan di pasarjasa global. BUJPIP yang diambil sebagai contoh kasus adalah PT. Pacto Convex Niagatama (PCN).
Sebagai badan usaha jasa MICE, PCN berperan sebagai mediator antara demand dan supply. PCN mengkategorikan demand dan supply nya menjadi dua. Demand dibagi menjadi (1) panitia penyelenggara (convenor, berupa asosiasi, organisasi, pemerintah, atau perusahaan), dan (2) peserta kegiatan. Supply dibagi menjadi (1) pihak-pihak yang bersifat sebagai penyedia fasilitas dan informasi seperti biro konvensi, hotel, jasa transportasi, dan sebagainya, dan (2) pihak-pihak yang bersifat sebagai penunjang langsung pada kegiatan yang diadakan, seperti misalnya sponsor sebagai penunjang dana, percetakan sebagai penyedia cetakan materi kegiatan, dan sebagainya.
Lingkup perencanaan pemasaran strategis yang dibahas dalam karya akhir ini akan dibatasi hanya pada; identifikasi peluang dan hambatan yang ada dan mungkin terjadi, kekuatan dan kelemahan, analisis atas misi, tujuan, pemasaran strategis yang tepat bagi unit bisnis, serta pengembangannya baik pasar maupun produknya.
Ditemukan bahwa rencana pemasaran strategis PCN dalam menghadapi pasar jasa global tidak dapat dibatasi hanya pada bauran pemasaran 4P (product, price, promotion, dan place) seperti umumnya produk barang. Karena sifat usaha dan komoditinya yang bersifat jasa khas, pemasaran strategis juga harus meliputi pemasaran internal dan pemasaran interaktif.
Pemasaran internal adalah hubungan antara karyawan dengan perusahaan. Pembinaan karyawan dalam bisnis MICE adalah hal yang vital, karena sifat produk jasanya menuntut hubungan yang baik antara karyawan dengan pelanggan. Staf dan karyawan harus terlebih dahulu disiapkan sebelum PCN mempromosikan jasanya. Pemasaran interaktif adalah hubungan antara karyawan dengan pelanggan. Ini merupakan hal penting karena pelanggan berhubungan secara langsung dengan penyedia jasa saat jasa diberikan. Oleh karena itu, mutu pelayanan harus sebaik mungkin. Untuk mendukung strategi yang telah diformulasikan, hubungan interaktif antar karyawan PCN dengan pelanggan harus dibina sedemikian hingga dapat menguntungkan ke dua belah pihak."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanetta Hardini
"Sebagai salah satu negara di ASEAN yang memiliki pertumbuhan ekonomi positif, Indonesia berupaya untuk meningkatkan daya saing global. Partisipasi Indonesia dalam Jaringan Produksi Global telah memberi dampak positif terhadap industri-industri. Industri alas kaki, sebagai industri padat karya saat ini sedang berkembang dan diandalkan dalam menyerap tenaga kerja. Selain itu, tingginya permintaan domestik dan luar negeri terhadap alas kaki telah memberi perkembangan pesat bagi industri ini. Tulisan ini bertujuan untuk melihat implikasi dari Jaringan Produksi Global terhadap pembangunan industri dan kesejahteraan sosial dalam bentuk perbaikan ekonomi dan sosial, terutama industri alas kaki Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan parsimoni, dimana satu set indikator digunakan untuk mengukur kondisi ekonomi dan sosial atas industri ini. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sektor alas kaki Indonesia mengalami high-road growth, yang berarti industri ini mengalami peningkatan dalam kedua aspek, baik ekonomi maupun sosial.

As an ASEAN country exhibiting a trend in positive annual economic growth, Indonesia is attempting to improve its global competitiveness. Indonesia rsquo s participation in a global production network GPN has had a positive impact on its industries. The footwear industry, as a labor intensive industry, has undergone development and become a reliable employment generating sector. Moreover, high domestic and foreign demand for the industry rsquo s footwear has led to rapid development. This article attempts to clarify the implications of GPNs on industrial development and social well being in the form of economic and social development within the Indonesian footwear industry. This paper uses a parsimonious approach where a set of indicators are used to measure economic and social conditions in this industry. The result shows that the Indonesian footwear industry has experienced high road growth, meaning that this industry experienced upgrading of both economic and social aspects."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>