Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212725 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuni Gunarti
"Isu yang banyak berkembang di tengah masyarakat adalah pertumbuhan pasar modern (dalam hal ini hypermarket asing) yang seolah-olah mematikan usaha kecil. Banyak dari pelaku dunia usaha skala kecil mendapat imbas langsung dengan kehadiran pasar modern seperti hypermarket.
Permasalahan yang muncul yaitu lemahnya posisi tawar dari pemasok terhadap peritel besar sehingga mengakibatkan perilaku yang tidak adil bagi pemasok tersebut (abuse of dominant position). Kekuatan pasar (market power) yang dimiliki peritel asing menimbulkan ketergantungan hagi para pemasok untuk masuk ke gerai mereka.
Dominasi peritel asing terhadap pemasok dilakukan melalui cara hubungan usaha jual beli produk yang menggunakan sistem jual putus. Hubungan usaha tersebut dituangkan dalam perjanjian tertulis yang dinamakan National Contract yang memuat syarat perdagangan (trading terms) yang dapat dinegosiasikan dengan pemasok, antara lain listing fee, fixed rebate, minus margin, term of payment, reguler discount, common assortment cost, opening cost/new store.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan kajian terhadap kompleksitas strategi aliansi yang dilakukan peritel asing dan bagaimana pengaruhnya terhadap tingkat konmihnen kedasama pemasok UKM sebagai mitra dalam membangun bisnis ritel di Indonesia.
Hubungan antara strategi aliansi dengan komitmen kerjasama diungkapkan oleh Caughlan et al (2001:316). Menurut Caughlan di dalam strategi aliansi, dua atau lebih organisasi yang memiliki hubungan (hukum, ekonomi atau interpersonal) di antara mereka akan memiliki persepsi terhadap kepentingan pribadi yang berkaitan dengan kerjasama mereka. Di dalam aliansi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, termasuk di dalamnya hubungan yang erat (close relationship), rekanan (partnerships), hubungan kepemerintahannya (relational governance), hybrid governance, vertical quasi-integration, dan komitmen kerjasama (committed relationship). Di dalam industri distribusi, aliansi antara perusahaan diwujudkan dalam sebuah wujud komitmen yang tulus (genuine commitment). Artinya komitmen muncul ketika sebuah perusahaan merasakan hubungan kerjasama yang tidak terbatas. Sehingga, komitmen kerjasama merupakan sebuah wujud yang dihasilkan dari aliansi yang dibentuk dari dua atau lebih organisasi.
Penelitian yang dilalcukan dengan tujuan untuk menganalisis pelaksanaan strategi aliansi peritel asing dengan komitmen kerjasama pemasok lokal skala UKM, dilakukan dengan menggunakan metode survey kepada 100 responden pemasok lokal skala UKM yang berlokasi di DKI Jakarta.
Sedangkan teknik penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada responden dan dianalisa dengan analisis statistik korelasi Product Moment dan Regresi untuk mengetahui derajat hubungan dan tingkat pembahan variabelnya.
Analisis Hasil Penelitiannya yaitu:
1. Pelaksanaan strategi aliansi yang dilakukan oleh peritel asing begitu kompleks dan memberatkan pemasok yang berskala kecil. Artinya peritel asing belum memiliki konsep strategi aliansi kepada UKM dalam membangun bisnis ritel di Indonesia. Peritel asing menempatkan mitra bisnisya (dalam hal ini adalah UKM) bukan sebagai mitra strategik yang turut mendukung pertumbuhan dan pengembangan bisnis retail di Indonesia. Melainkan mereka hanya menempatkan UKM sebagai bagian kecil sebagai pemasok sebagai rangkaian hubungan jangka pendek saja;
2. Tingkat komitmen kerja sama pemasok UKM kepada peritel asing telah cuknp tinggi. Namun konsep kerja sama yang dijalankan saat ini belum memberikan hasil yang baik bagi UKM;
3. Pelaksanaan strategi aliansi yang dijalanlcan oleh Peritel Asing memberikan hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat komitmen kerjasama UKM kepada Peritel Asing. Semakin baik pelaksanaan strategi aliansi yang diterapkan peritel asing maka akan semakin tinggi tingkat komitmen kerjasama yang akan dilakukan pemasok skala UKM, dan demikian sebaliknya. Sehingga saat ini pemasok kecil dalam menjalankan kerjasama dengan peritel asing dengan unsur keterpaksaan karena kurangnya jalur pemasaran produk mereka, bukan karena mereka memang berkeinginan untuk menjalin kerjasama dengan peritel asing.

A popular opinion currently evolving within our community is that foreign hypermarkets are to blame for taking businesses away from small scale retailers. Many small scale retailers suffers significant loss in their revenues due to this.
Other problems arises from this is the weakening of suppliers bargaining position relative towards major suppliers resulting in a phenomena called the abuse of dominant position. Market power possessed by foreign retailers created a high dependency of suppliers on foreign retailers demand.
The domination of foreign retailers towards their suppliers takes form in the written purchase agreement called National Contract signed by both parties which incorporate negotiable trading terms covering listing fee, fixed rebate, minus margin, term of payment, regular discount, common assortment cost, opening cost/new store and penalty.
In relation to the fact outlined above, this study is aimed to identify strategies adopted by foreign retailer and their impact on the level of partnership commitment of SME scale suppliers.
The relationship between alliance strategy and partnership commitment was introduced by Caughlan et al (2001:316). According to Caughlan in an alliance, two or more organizations having relationship with one another (legal, economic or interpersonal) will possess perception of their own self interest in relation to their partnership. Alliance can be forged into a variety of forms including close relationship, partnership, relational govemance, hybrid govemance, vertical quasi-integration and commited relationship. In the distribution industry, alliance between companies take the form of genuine commitment, a commitment that is born when a company felt the need to establish and maintain an unlimited partnership with its counterpart. Therefore partnership commitment is the product of an alliance forged between two or more organizations.
This research is aimed to analyze the implementation of an alliance strategy initiated by a foreign retail company and its impact on the company?s SME scale supplier?s partnership commitment. The research is conducted using a survey method with a sample of 100 local suppliers located within DKI Jakarta.
The results of this are describe as follows :
(1) The implementation of alliance strategy by the company is perceived to be complex and burdening by small and medium scale suppliers. This entail a lack of alliance strategy concept applicable in Indonesia. Foreign retailer placed their small and medium scale suppliers not as strategic partners in developing its business in Indonesia but merely as suppliers who play a small and relatively short term role;
(2) Partnership commitment of small and medium scale suppliers towards their foreign counterpart receive a signiticant score, meaning that most small and medium scale suppliers possess a high level of commitment in developing partnership with foreign retailers, although the partnership concept currently exist does not yield a significant retmns to the small and medium scale suppliers;
(3) A significant relationship and influence exist between the implementation of alliance strategy by a foreign retailer and the partnership commitment level of a small and medium scale suppliers. The better implementation of alliance strategy by foreign retailer the higher the level of commitment relationship by Small Medium Enterprise Supplier and vice versa. However at present the small supplier is doing business with foreign retailer because the lag of distribution channel not because they want to have bussiness relation with foreign retailer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Gunarti
"Isu yang banyak berkembang di tengah masyarakat adalah pertumbuhan pasar modern (dalam hal ini hypermarket asing) yang seolah-olah mematikan usaha kecil. Banyak dari pelaku dunia usaha skala kecil mendapat imbas langsung dengan kehadiran pasar modem seperti hypermarket.
Permasalahan yang muncul yaitu lemahnya posisi tawar dari pemasok terhadap peritel besar sehingga mengakibatkan perilaku yang tidak adil bagi pemasok tersebut (abuse of dominant position). Kekuatan pasar (market power ) yang dimiliki peritel asing menimbulkan ketergantungan bagi para pemasok untuk masuk ke gerai mereka.
Dominasi peritel asing terhadap pemasok dilakukan melalui cara hubungan usaha jual beli produk yang menggunakan sistem jual putus. Hubungan usaha tersebut dituangkan dalam perjanjian tertulis yang dinamakan National Contract yang memuat syarat perdagangan (trading terms) yang dapat dinegosiasikan dengan pemasok, antara lain listing fee, fixed rebate, minus margin, term of payment, regular discount, common assortment cost, opening cost/new store.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan dilakukan kajian terhadap kompleksitas strategi aliansi yang dilakukan peritel asing dan bagaimana pengaruhnya terhadap tingkat komitmen kerjasama pemasok UKM sebagai mitra dalam membangun bisnis ritel di Indonesia.
Hubungan antara strategi aliansi dengan komitmen kerjasama diungkapkan oleh Caughlan et al (2001:316). Menurut Caughlan di dalam strategi aliansi, dua atau lebih organisasi yang memiliki hubungan (hukum, ekonomi atau interpersonal) diantara mereka akan memiliki persepsi terhadap kepentingan pribadi yang berkaitan dengan kerjasama mereka. Di dalam aliansi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, termasuk di dalamnya hubungan yang erat (close relationship), rekanan (partnerships), hubungan kepemerintahannya (relational governance), hybrid governance, vertical quasi-integration, dan komitmen kerjasama (committed relationship). Di dalam industri distribusi, aliansi antara perusahaan diwujudkan dalam sebuah wujud komitmen yang tulus (genuine commitment). Artinya komitmen muncul ketika sebuah perusahaan merasakan hubungan kerjasama yang tidak terbatas. Sehingga, komitmen kerjasama merupakan sebuah wujud yang dihasilkan dari aliansi yang dibentuk dari dua atau lebih organisasi.
Penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pelaksanaan strategi aliansi peritel asing dengan komitmen kerjasama pemasok lokal skala UKM, dilakukan dengan menggunakan metode survey kepada 100 responden pemasok lokal skala UKM yang berlokasi di DKI Jakarta.
Sedangkan teknik penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada responden dan dianalisa dengan analisis statistik korelasi Product Moment dan Regresi untuk mengetahui derajat hubungan dan tingkat perubahan variabelnya. Analisis Hasil Penelitiannya yaitu:
1. Pelaksanaan strategi aliansi yang dilakukan oleh peritel asing begitu kompleks dan memberatkan pemasok yang berskala kecil. Artinya peritel asing belum memiliki konsep strategi aliansi kepada UKM dalam membangun bisnis ritel di Indonesia. Peritel asing menempatkan mitra bisnisya (dalam hal ini adalah UKM) bukan sebagai mitra strategik yang turut mendukung pertumbuhan dan pengembangan bisnis retail di Indonesia. Melainkan mereka hanya menempatkan UKM sebagai bagian kecil sebagai pemasok sebagai rangkaian hubungan jangka pendek saja;
2. Tingkat komitmen kerja sama pemasok UKM kepada peritel asing telah cukup tinggi. Namun konsep kerja sama yang dijalankan saat ini belum memberikan hasil yang baik bagi UKM;
3. Pelaksanaan strategi aliansi yang dijalankan oleh Peritel Asing memberikan hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat komitmen kerjasama UKM kepada Peritel Asing. Semakin baik pelaksanaan strategi aliansi yang diterapkan peritel asing maka akan semakin tinggi tingkat komitmen kerjasama yang akan dilakukan pemasok skala UKM, dan demikian sebaliknya. Sehingga saat ini pemasok kecil dalam menjalankan kerjasama dengan peritel asing dengan unsur keterpaksaan karena kurangnya jalur pemasaran produk mereka, bukan karena mereka memang berkeinginan untuk menjalin kerjasama dengan peritel asing.

A popular oppinion currently evolving within our community is that foreign hypermarkets are to blame for taking businesses away from small scale retailers. Many small scale retailers suffers significant loss in their revenues due to this.
Other problems arises from this is the weakening of suppliers bargaining position relative towards major suppliers resulting in a phenomena called the abuse of dominant position. Market power possessed by foreign retailers created a high dependency of suppliers on foreign retailers demand.
The domination of foreign retailers towards their suppliers takes form in the written purchase agreement called National Contract signed by both parties which incorporate negotiable trading terms covering listing fee, fixed rebate, minus margin, term of payment, regular discount, common assortment cost, opening cost/new store and penalty.
In relation to the fact outlined above, this study is aimed to identify strategies adopted by foreign retailer and their impact on the level of partnership commitment of SME scale suppliers.
The relationship between alliance strategy and partnership commitment was introduced by Caughlan et al (2001:316). According to Caughlan in an alliance, two or more organizations having relationship with one another (legal, economic or interpersonal) will possess perception of their own self interest in relation to their partnership. Alliance can be forged into a variety of forms including close relationship, partnership, relational governance, hybrid governance, vertical quasi-integration and commited relationship. In the distribution industry, alliance between companies take the form of genuine commitment, a commitment that is born when a company felt the need to establish and maintain an unlimited partnership with its counterpart. Therefore partnership commitment is the product of an alliance forged between two or more organizations.
This research is aimed to analyze the implementation of an alliance strategy initiated by a foreign retail company and its impact on the company's SME scale supplier's partnership commitment. The research is conducted using a survey method with a sample of 100 local suppliers located within DKI Jakarta.
The results of this are describe as follows :
1. The implementation of alliance strategy by the company is perceived to be complex and burdening by small and medium scale suppliers. This entail a lack of alliance strategy concept applicable in Indonesia. Foreign retailer placed their small and medium scale suppliers not as strategic partners in developing its business in Indonesia but merely as suppliers who play a small and relatively short term role;
2. Partnership commitment of small and medium scale suppliers towards their foreign counterpart receive a significant score, meaning that most small and medium scale suppliers possess a high level of commitment in developing partnership with foreign retailers, although the partnership concept currently exist does not yield a significant returns to the small and medium scale suppliers;
3. A significant relationship and influence exist between the implementation of alliance strategy by a foreign retailer and the partnership commitment level of a small and medium scale suppliers. The better implementation of alliance strategy by foreign retailer the higher the level of commitment relationship by Small Medium Entreprise Supplier and vice versa. However at present the small supplier is doing bossiness with foreign retailer because the lag of distribution channel not because they want to have bussiness relation with foreign retailer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21973
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nur Ramadhani
"Dalam perkembangannya dewasa ini, Ritel telah menjadi salah satu bidang usaha yang diminati oleh investor, baik lokal maupun asing. Persaingan ketat antara peritel lokal dan peritel asing, termasuk waralaba lokal dan asing, memaksa peritel lokal dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk membenahi diri agar dapat bersaing dan sejajar dalam usaha pasar ritel. Kondisi ini tentunya merupakan hal yang positif bagi masyarakat luas sebagai konsumen yang diuntungkan dari persaingan tersebut dan sekaligus memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional secara makro serta mendukung usaha Pemerintah terkait dengan penciptaan lapangan dan penyerapan tenaga kerja. Pemerintah sebagai Regulator dan penentu kebijakan memiliki peran yang sangat penting demi terciptanya iklim persaingan usaha yang sehat dan perlindungan terhadap UMKM. Oleh karena itu ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku harus dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum, iklim persaingan usaha yang sehat dalam rangka menarik modal investor, baik dalam maupun luar negeri, serta perlindungan bagi pelaku usaha nasional.

In its recent development, Retail has become one of the most sought after line of business by local and foreign investors. Fierce competition between local and foreign retailer, including local and foreign franchise, has forced local retailer as well as Micro, Small and Medium Enterprise (UMKM) to make business improvement and reform in order to compete and align themselves in the Retail market competition. This condition is certainly a positive thing for the public as consumers who profited by such competition and sufficiently contributes for the national economy as well as element of support for the Government in its effort to create job opportunities and fight against unemployment. The Government is one of the crucial key player in this equation as the State Regulatory and policy-maker, to ensure healthy business competition and the protection of UMKM in Retail market. Therefore, the prevailing laws and regulations must provide certainty of law, promote healthy business competition atmosphere in order to attract both local and foreign investors, as well as the protection of national businesses."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S45510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahari Hadistian
"Penelitian tentang pengaruh pentingnya kemampuan digital serta inertia terhadap perubahan strategi UKM sektor ritel belum banyak dilakukan. Data dikumpulkan dari 157 UKM yang ada di Jakarta. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemampuan digital dan perubahan strategi dimana perubahan strategi juga menjadi pengaruh yang signifikan terhadap kinerja UKM. Namun inertia  tidak signifikan dalam memoderasi kemampuan digital dengan perubahan strategi. Hal tersebut dikarenakan UKM tidak memiliki struktur yang jelas sehingga menghilangkan faktor inertia melakukan perubahan. Hasil juga menunjukkan bahwa akses serta perilaku digital harus di ciptakan untuk meningkatkan kemampuan digital dimana secara tidak langsung membuat UKM mendapatkan kinerja yang optimal.

Research on the influence of the importance of digital capabilities and inertia on changes in SME strategy in the retail sector has not been widely conducted. Data were collected from 157 SMEs in Jakarta. The results show that there is a positive relationship between digital capabilities and strategy change where strategy change is also a significant influence on SME performance. However, inertia is not significant in moderating digital capabilities with a change in strategy. This is because SMEs do not have a clear structure thus eliminating the inertia factor of making changes. The results also show that digital access and behavior must be created to improve digital capabilities which indirectly make SMEs get optimal performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianur Hikmawati
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak keberadaan ritel modern terhadap kinerja ritel tradisional dalam kebijakan zonasi ritel Perda DKI No.2 Tahun 2002. Penelitian dilakukan terhadap 153 ritel tradisional PD Pasar Jaya yang tersebar di DKI Jakarta. Dalam studi ini dilakukan identifikasi terhadap ritel modern (minimarket, supermarket, dan hypermarket) yang melanggar ketentuan kebijakan zonasi ritel.
Penelitian ini menggunakan data jumlah pedagang ritel tradisional sebagai proksi variabel kinerja ritel tradisional. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi berganda guna menguji pengaruh jumlah ritel modern yang jaraknya terdekat dengan ritel tradisional, revitalisasi pasar, dan potensi pasar terhadap kinerja tradisional.
Dari hasil penelitian, diperoleh gambaran deskriptif bahwa implementasi kebijakan zonasi ritel di DKI Jakarta banyak dilanggar oleh pelaku usaha ritel modern. Selain itu, diperoleh hasil bahwa variabel jumlah ritel modern yang jaraknya terdekat dengan ritel tradisional dan potensi pasar berpengaruh signifikan terhadap kinerja tradisional. Namun, hubungan antara jumlah ritel modern yang jaraknya terdekat dengan ritel tradisional dengan kinerja tradisional adalah tidak linier (non-linier). Hal tersebut berarti bahwa pada awalnya keberadaan ritel modern memiliki hubungan positif dengan kinerja ritel tradisional namun pada rentang jumlah tertentu dan jumlahnya sudah melebihi titik kritis (batas maksimum) maka hubungannya akan menjadi negatif dengan kinerja ritel tradisional. Batas maksimum jumlah ritel modern yang diperbolehkan hanya berjumlah 1 (satu) outlet yang berada di dekat ritel tradisional. Adapun jenis ritel modern yang paling berpengaruh signifikan adalah supermarket. Peneliti merekomendasikan agar pemerintah mengkaji ulang Perda DKI Jakarta No. 2 Tahun 2002, meningkatkan komitmen pemerintah dalam membatasi serbuan jaringan ritel modern terutama ritel supermarket melalui pengetatan izin, serta optimalisasi program revitalisasi pasar ritel tradisional baik segi fisik maupun non fisik.

This study aimed to analyze the impact of modern retail coexistence with traditional retail on traditional retail's performance in retail zoning policy of Jakarta Regional Regulation No 2 2002. The traditional retails in this study were PD Pasar Jaya traditional retail where there were 153 markets spreaded across Jakarta. This research identified the modern retails minimarkets supermarkets hypermarkets location in accordance to retail zoning policy.
This study used number of traditional retailers as a proxy of performance variable. This research used the descriptive and multiple regression analysis in order to test the impact of the the number of modern retails which violated the retail zoning policy the market revitalization and the market potential to traditional retail's performance.
Result showed that most of modern retails violated the zoning policy Furthermore the result also showed that the number of modern retails which are located at near traditional retails and market potential variable had a significant impact on traditional retail's performance Surprisingly the correlation between the number of modern retails which are located at near traditional retails with traditional retail's performance was not linear It means that the correlation between number of modern retails and traditional retail's performance is a positive within a certain amount and then becomes negative afterward The maximum number of modern retails in which the correlation is positive is 1 one Inparticular it is only supermarket that has significant impact on traditional retail's performance We recommend reviewing the Jakarta Regional Regulation No 2 2002 increasing the government 39's commitment to restrict the modern retail growth optimizing the revitalization program for the traditional retail tangible and in tangible.
"
Depok: Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T45456
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Bayu Radhitya
"ABSTRAK
Hubungan antara pembeli dengan pemasok pada korporasi besar dapat terjalin dengan mudah dan lebih sistematis. Perdebatan muncul ketika pembeli bukanlah korporasi besar melainkan usaha mikro kecil menengah. Penelitian ini membahas hubungan antara pembeli dengan pemasok serta pengaruhmya terhadap performa organisisasi tersebut. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh peningkatan hubungan antara pembeli dengan pemasok terhadap performa usaha mikro kecil dan menengah. Dengan mengetahui hal ini diharapkan usaha mikro kecil menengah dapat mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh UMKM selaku pembeli terhadap supplier serta manfaatnya terhadap kebaikan organisasi UMKM tersebut. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis PLS (Partial Least Square). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan buyer specificity, peningkatan supplier specificity berpengaruh positif terhadap hubungan jangka panjang antara pembeli dan pemasok serta hubungan jangka panjang antara pembeli dan pemasok berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha mikro kecil dan menengah.

ABSTRACT
The relationship between the buyers and suppliers in a large corporation can be established easily and more systematically. The debate arises when the buyer is not the big corporations but small and medium micro enterprises. This study examines the relationship between buyer and supplier and their impact towards organizational performance. Researchers want to know how to influence the improvement of relations between the buyers and suppliers to the performance of micro, small and medium enterprises. Knowing these SMEs are expected to know the things that need to be considered and carried out by SMEs as buyers and the benefit against SME organizations. The data analysis techniques used PLS (Partial Least Square). The results of this study indicate that increased buyer specificity, increased supplier specificity have a positive effect on long-term relationships between buyers and suppliers as well as long-term relationships between buyers and suppliers have a positive and significant impact on the performance of micro, small and medium enterprises."
2013
S44142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Rafiwardhana Susilo
"Tesis ini mengeksplorasi bagaimana perbedaan persepsi antara dua budaya, yang dikenal sebagai cultural distance, mempengaruhi pilihan kepemilikan Perusahaan Multinasional (MNE) dalam lanskap bisnis di Indonesia. Berbeda dengan penelitian-penelitian umum yang umumnya berkonsentrasi pada negara-negara maju, penelitian ini berfokus pada pasar negara berkembang—Indonesia—yang dikenal dengan struktur dan dinamika pasarnya yang khas. Dengan menggunakan Transaction Cost Theory (TCT) sebagai kerangka teori, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis 804 transaksi penanaman modal asing yang terjadi pada tahun 1997 hingga 2003. Menggunakan analisis regresi, penelitian ini mengeksplorasi hubungan antara cultural distance, tingkat pertumbuhan PDB (sebagai faktor moderasi), industri perusahaan, dan tingkat kepemilikan di kalangan perusahaan multinasional di Indonesia. Bertentangan dengan asumsi yang ada, temuan dari tesis ini secara mengejutkan menunjukkan kurangnya pengaruh yang signifikan dari cultural distance, industri perusahaan, dan tingkat pertumbuhan PDB terhadap tingkat kepemilikan, yang menunjukkan berkurangnya dampak cultural distance terhadap keputusan kepemilikan dalam konteks Indonesia. Hal ini bertentangan dengan paradigma tradisional dan menekankan telah berkembangnya faktor-faktor penentu keputusan kepemilikan perusahaan multinasional di Indonesia. Meskipun berkontribusi terhadap wacana mengenai faktor-faktor penentu kepemilikan di Indonesia, hasil-hasil yang tidak terduga ini menggarisbawahi rumitnya memahami faktor-faktor tersebut dan lantas merekomendasikan pendekatan yang kontekstual dan dengan variabel yang lebih beragam. Terlebih dari itu, penelitian ini menyerukan evaluasi ulang atas ketergantungan pada cultural distance saja, dan mendesak pendekatan yang lebih holistik dalam merumuskan strategi bisnis internasional. Upaya penelitian di masa depan harus mengeksplorasi variabel-variabel alternatif dan beragam perspektif untuk menguraikan dinamika kompleks yang menentukan pilihan kepemilikan dalam lanskap bisnis global, memberikan wawasan yang sangat berharga bagi perusahaan multinasional yang menavigasi pasar internasional.
This thesis explores how the perceived differences between two cultures, known as cultural distance, influence Multinational Enterprises' (MNEs) ownership choices in Indonesia's business landscape. Unlike prevalent research that predominantly concentrates on developed economies, this study focuses on an emerging market—Indonesia—recognized for its distinctive market structure and dynamics. Utilizing Transaction Cost Theory (TCT) as the theoretical framework, the research aims to analyze 804 foreign investment transactions occurring from 1997 to 2003. Through regression analysis, this study explores the relationship between cultural distance, GDP growth rate (as a moderating factor), firm industry, and ownership levels among MNEs in Indonesia. Contrary to established assumptions, the findings surprisingly reveal a lack of significant influence of cultural distance, firm industry, and GDP growth rate on ownership levels, indicating a diminishing impact of cultural distance on ownership decisions in the Indonesian context. This challenges traditional paradigms and emphasizes the evolving nature of determinants governing MNEs' ownership decisions in Indonesia. While contributing to the discourse on ownership determinants in Indonesia, these unexpected results underscore the intricate nature of such factors and advocate for a contextual, multifaceted approach. More importantly, this research calls for a reevaluation of reliance on cultural distance alone, urging a more holistic approach in formulating international business strategies. Future research endeavors must explore alternative variables and diverse perspectives to decipher the complex dynamics dictating ownership choices in the global business landscape, providing invaluable insights for MNEs navigating international markets."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Irawan
"Salah satu contoh sektor perekonomian di bidang informal adalah warung tradisional atau biasa disebut warung rumah tangga atau warung kelontong. Selain mudah untuk mendirikan sebuah warung tradisional dengan modal yang tidak besar, bidang informal ini berpotensi untuk menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan secara langsung. Usaha tradisional secara umum merupakan bisnis keluarga yang tidak menutup kemungkinan dapat juga menyerap tenaga kerja. Seiiring berkembangnya jaman, warung tradisional semakin lama semakin mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena munculnya mini market dan ritel asing di sekitarnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara penurunan omzet pedagang tradisional terhadap kehadiran ritel asing di sekitarnya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yang diperoleh merupakan data dari wawancara dan kuesioner. Teknik pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak antara pedagang tradisional dengan ritel asing merupakan faktor yang berpengaruh nyata terhadap perubahan omzet pedagang tradisional.

One example of the informal sector of the economy is in a traditional merchant or grocery shop. In addition to easy to set up a traditional merchant with no large capital, informal sector has the potential to be one of the business sectors that generate profit directly. Traditional business in general is a family business that did not rule can also absorb labor. In line growth in time, traditional merchant go down. This happens because of the emergence of modern stores assessed potential by retail businesses.
Based on this, the study aimsto analyze the relationship between the decline of the traditional merchant turnover of foreign retail presence in the vicinity. Data used in this study is primary data. Primary data is the data obtained from interviews and questionnaires. Data processing techniques used in this study is the Multiple Linear Regression.
The results showed that the distance between traditional and foreign retail traders are factors that significantly affect the change in the traditional merchant turnover."
2014
S54404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Puspitaningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kepemilikan asing pada bank di Indonesia terhadap proporsi alokasi kredit UMKM. Data yang digunakan adalah data karakteristik bank dengan kepemilikan asing dan makroekonomi Indonesia pada periode 2009-2013. Dengan menggunakan Random Effect Model, diperoleh hasil foreign share baik pada bank asing, campuran, maupun domestik, memiliki pengaruh yang signfikan terhadap proporsi alokasi kredit UMKM. Selain itu, pada bank asing dan campuran, bentuk kepemilikan asing yang terbagi atas greenfield dan takeover juga berpengaruh secara signifikan. Sedangkan, bentuk kepemilikan asing pada bank campuran dan domestik, juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proporsi alokasi kredit yang dikucurkan ke UMKM.

This study aims to determine the effect of foreign bank’s ownership towards credit allocation portofolio, especially in micro-credit or SME’s. This study use foreign bank’s characteristic and macroeconomy data within periode 2009-2013. By using Random Effect Model, the result showed that the bank’s foreign share have significant effect on the share of SME loans allocation. Meanwhile, foreign bank’s ownership, which divided into (i)greenfield and takeover, and (ii) joint venture and domestic banks, also have significant effect on SME’s credit allocation."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okky Kurniawan Arief
"Perkembangan teknologi dan dunia saat ini, telah menarik atensi begitu banyak industri otomotif untuk dapat memproduksi kendaraan-kendaraan yang terjangkau dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Disamping itu, keberadaan perkembangan industri otomotif, khususnya mobil, juga telah memberikan dampak yang cukup positif, diantaranya penyerapan tenaga kerja, dan lain-lain. Namun sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, terlihat adanya penurunan di sektor tersebut. Hal ini tentunya mengundang pertanyaan, dan tindakan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab, dan penanggulangannya.
Untuk itulah, dilakukan penelititian ini, untuk melihat, seberapa signifikan pengaruh lingkungan industri yang dihadapi oleh perusahaan pemasok komponen mobil, yang notabene merupakan pondasi dari industri mobil, terhadap strategi industri yang mereka terapkan. Dengan demikian, penanganan yang tepat terhadapstrategi yang tepat dan lingkungan yang tepat, dapat meningkatkan lagi gairah industri otomotif di Indonesia. Hasilnya, hanya lingkungan dinamis yang mempunyai hubungan dan pengaruh signifikan terhadap seluruh strategi manufaktur, walaupun hubungannya bukan merupakan hubungan yang kuat.

Recently, the development of technology has brought a lot of attention of automotive industry to produce achievable vehicles which can fulfill the society?s demands. Besides, the existence of automotive industry, especially car, has given an adequate impact, such as workers absorption, etc. However, in recent years, it is visible to be seen, that there are declination of that sector. This fact, however, turns up many questions to know more regarding this phenomenon, about the causes and the solution.
Hence, for this purpose the research was made, to see how significant environment, which is faced by car component supplier's company, influencing manufacturing strategy of automotive industry. Therefore, an appropriate handling to the appropriate manufacturing strategy and environment will be able to raise the passion of Indonesian automotive industry. As a result, only the dynamic environment which has an significant correlation toward all of the manufacturing strategy, although the impact can not be counted as a strong correlation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia;, 2010
S51953
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>