Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 219923 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Hastuti
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besaran dan arah economic exposure pads tiap-tiap perusahaan selama periode sampel dan sub-periode sampel serta menganalisis faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi besaran economic exposure tersebut.
Dengan tujuan tersebut maka dilakukan perhitungan terhadap dua persamaan regresi linier dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), yaitu first stage regression yang menu makan data time series clan Agustus 1997 hinges Juni 2003, serta second stage regression yang menggunakan data cross section 35 perusahaan sampel.
Hasil first stage regression menunjukkan besaran dan arah elastisitas economic exposure pada 35 perusahaan sampel selama periode sampel Agustus 1997 hingga Juni 2003 serta pads 3 sub-perinde sampel. Hasil second stage regression meaunjukkan bahwa elastisitas economic exposure secara signifikan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, lokasi operasional, persentase aktiva dalam mata uang asing terhadap total aktiva, serta persentase hutang dalam mats uang asing terbadap total hutang perusahaan. Sementara traded sector dan sumber pembiayaan tidak mempengaruhi elastisitas economic exposure secara signifikan.

The aim of this research are to examine the elasticity and the sign of economic exposure of listed companies in period sample and sub-period sample, and also to analyse the potential factors that determine the elasticity of economic exposure.
To achieve those goals, we use two linear regression equations with Ordinary Least Square (OLS) method. The first regression called first stage regression use time series data from August 1997 until June 2003. The second one called second stage regression use cross section data of sample 35 companies.
The first stage regression result show the elasticity and the sign of economic exposure of 35 companies during sample period of August 1997 until June 2003 and also in 3 sub-period samples. The second stage regression shows that economic exposure elasticity is significantly influenced by firm size, the company's operational area, the percentage of asset in foreign currency relative to total asset, and the percentage of debt in foreign currency relative to total debt. While traded sector and source of financing don't influence economic exposure elasticity significantly.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Guntari Hudiwinarti
"ABSTRAK
Semakin meningkatnya perdagangan internasional dan investasi internasional diikuti
peningkatan lalu lintas komunikasi dan transportasi serta usaha antar negara untuk
menurunkan hambatan dan tarif, mengakibatkan terjadinya integrasi secara gIobaI dari barang
dan jasa serta peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya. Transaksi perdagangan
dílakukan dalam berbagai mata uang, sehingga perubahan nilai pada suatu mata uang akan
berpengaruh terhadap nilai mata uang lain.
Perubahan kurs valuta asing akan berpengaruh terhadap arus kas perusahaan, baik
perusahaan tersebut melakukan transaksi dengan pihak luar negeri ataupun hanya melakukan
transaksi dengan pihak dalam negeri. Pengaruh resiko valuta asing terhadap perusahaan atau
disebut foreign exchange exposure dapat dikelompokkan daiam 3 bentuk, yaitu Translation
Exposure, Transaction Exposure dan Operating Exposure.
Economic exposure menunjukkan dampak perubahan nilai kurs terhadap arus kas yang
akan datang yang merupakan cerminan niiai perusahaan. Economic exposure terdiri dari
operating exposure dengan transaction exposure.
Berdasarkan uraian di atas, pengukuran economic exposure perusahaan membutuhkan
perspektif jangka panjang, yaitu memandang perusahaan akan terus beroperasi (ongoing
concern) dimana biaya dan harga yang kompetitif dapat dipengaruhi perubahan kurs. Oleh
karena itu pengukuran economic exposure merupakan tugas yang tidak mudah, yang
membutuhkan kemampuan untuk meramalkan nilai dan kepekaan arus kas di masa yang akan
datang terbadap nilai tukar.
Untuk itu penelitian ini ingin melihat economic exposure US Dollar dari perusahaan-
perusahaan go publik yang berada dalam kelompok Industri Barang Konsumsi, US Dollar
merupakan mata uang yang paling sering digunakan dalam transaksi ekspor dan impor di
Indonesia. Sedangkan pemilihan industri barang konsumsi karena industri ini termasuk
industri yang tidak terlalu terpengaruh siklus perekonomian karena industri ini menghasilkan
produk yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari.
Dìsamping itu dalam kelompok industri ini terdapat bermacam-macam sub kelompok
industri yang berbeda karakteristiknya satu dengan yang lain, Sehingga diharapkan
karakteristik yang berbeda ini akan dapat menjelaskan besarnya economic exposure pada
suatu industri pada Umumnya dan perusahaan pada khususnya.
Harga saham dianggap mewakili nilai perusahaan dan dapat merefleksikan penilaian
pemegang saham atas arus kas yang akan datang.
Economic exposure diukur sebagai slope koefisien dalam regresi perubahan harga
saham terhadap perubahan kurs. Slope koefisien menunjukkan sensitivitas dan hubungan
sistimatis antara perubahan harga saham dengan pegerakan kurs. Untuk meminimalkan bias
variabel, perubahan Indeks Harga Saham Gabungan ditambahkan sebagai explanatory
variable.
Hasil pengukuran pada tahun 1997, menunjukkan hanya 8 dari 36 perusahaan
(22,22%) yang economic exposurenya signifikan dan menunjukkan angka yang cukup besar.
Hal ini berarti pada umumnya economic exposure pada perusahaan-perusahaan yang menjadi
obyek penelitian memang rendah.
Pengukuran dengan regresi ini hanya dapat dilakukan sepanjang harga saham
mencerminkan future cash flow perusahaan. Dan ini harus dibuktikan tersendiri. Sehingga
tidak signifikannya economic exposure dapat pula disebabkan hal ini atau periode yang
menjadi cakupan penelitian terlalu singkat.
Adanya perubahan sistem nilai tukar yang disebabkan karena krisis moneter tentunya
mempengaruhi economic exposure perusahaan. Untuk itu regresi dilakukan dalarn dua kurun
waktu. yaitu periode saat menggunakan Managed-float exchange rate system (sebelum 14
Agustus 1997) dan periode saat menggunakan freely floating exchange rate system.
Pada saat Managed-Float Exchange Rate System jumlah economic exposure yang
signifikan sebanyak 3 dari 36 perusahaan, sedangkan pada saat Freely Floating Exchange
Rate System jumlah yang signifikan 12 dari 36 perusahaan dan setelah diuji perbedaannya
cukup signifikan. Pada saat Managed Floating Exchange Rate System, kurs lebih mudah
diperkirakan sehingga ketidak pastian tidak terlalu tinggi. Sebaliknya pada saat Freely
Floating Exchange Rate System, kurs ditetapkan oleh mekanisme pasar sehingga ketidak
pastian sangat tinggi dan berpengaruh terhadap economic exposure perusahaan.
Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi economic exposure adalah presentase
kepemilikan saham oleh investor asing, kewajiban bersih valuta asing, prosentase ekspor
terhadap total penjualan, impor bahan baku dan bahan pembantu, perusahaan melakukan
hedging atas fluktuasi kurs dan status perusahaan, PMA atau PMÐN. Faktor-faktor tersebut
dianalisa dengan univariate dan multivarite.
Berdasarkan analisa multivariate ternyata faktor presentase penjualan ekspor
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap besarnya koefisien economic exposure.
Presentase penjualan ekspor menghasilkan b yang cukup besar dengan tanda negatif. Berarti
perusahaan yang lebih banyak mengekspor memiliki economic exposure yang lebih besar
daripada perusahaan yang lebih banyak menjual di dalam negeri. Tanda negatif menunjukkan
bahwa semakin besar ekspornya akan menggerakkan arus kas perusahaan berlawanan arah
dengan kurs Rupiah terhadap US Dollar. Artinya semakin melemahnya Rupiah terhadap US
Dollar justru semakin besar arus kasnya sehingga harga sahamnya naik. Sebaliknya
menguatnya Rupiah terhadap US Dollar akan menguatnya Rupiah terhadap US Dollar akan mengakibatkan berkurangnya arus kas perusahaan sehingga harga sahamnya turun.
Berdasarkan analisa univariate, terdapat perbedaan koefisien economic exposure yang
signifikan antara perusahaan yang memiliki kewajiban valuta asing diatas aktiva valuta asing.
perusahaan yang mengimpor atau tidak serta antara PMA dengan PMDN. Namun antara
perusahaan yang melakukan hedging dan tidak melakukan hedging. prosentase kepemilikan
investor asing serta penjualan ekspor tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Hedging dengan melakukan kontrak derivatif tidak selalu dapat mengurangi economic
exposure. karena economic exposure cakupannva jangka panjang dan pada umumnya
instrumen hedging digunakan untuk melindungi perusahaan terhadap perubahan kurs valuta
asing dalam jangka pendek.
Ketidak konsistenan hasil dua analisa tersebut karena terdapat multicorrelation antar
faktor-faktor tersebut.
Untuk Penelitian yang akan datang di dalam menghitung besarnya economic exposure,
sebaiknya jumlah periode yang diamati ditambah demikian pula sampel perusahaannya
Peneliti terbatas pada informasi yang tersedia di publik. Hal-hal lain yang dilakukan
perusahaan untuk mengelola economic exposure apabila dapat diperoleh langsung dari
perusahaan akan dapat lebih menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
economic exposure sehingga bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Lumondang N.
"Penelitian ini menginvestigasi : a) pengaruh bankruptcy risk, size perusahaan dan book-to-market ratio terhadap subsequent return, dan b) pengaruh size perusahaan dan book-to-market ratio terhadap bankruptcy risk. Pada penelitian ini proksi yang dipergunakan untuk bankruptcy risk adalah Z-Score dari Edward Altman dan 0-Score dari James Ohlson. Didapatkan bahwa tidak ada variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap subsequent return. Size perusahaan memiliki pengaruh terhadap bankruptcy risk dengan proksi Z-Score. Sedangkan book-to-market tidak berpengaruh terhadap ban rptcy risk (dengan proksi Altman Z-Score maupun Ohlson 0-Score)

This study investigates: a) the effect of bankruptcy risk, firm size, and book­ to-market ratio on subsequent return, and b) the influence of firm size and book­ to-market ratio on bankruptcy risk. The study employs Altman Z-Score and Ohlson 0-Score as proxies for bankruptcy risk The results show that none of the variables has significant imp ct on subsequent return. Further, size has negative impact on BR (measured) by Altma Z-Score while book-to-market has no effect on bankruptcy risk (measured by Altman Z-Score and Ohlson 0-Score)"
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T20954
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Adi Putra
"Skripsi ini secara keseluruhan ingin meneliti pengaruh struktur modal dengan variabel-variabel keuangan (termasuk nilai perusahaan) dalam perusahaan yang listing di Indonesia. Pengaruh ini nantinya akan memberikan gambaran tentang seberapa penting aspek struktur modal bagi kinerja keuangan perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan ini diestimasi melalui aspek likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan nilai perusahaan. Untuk membantu memenuhi tujuan tersebut, Penelitian ini menggunakan dua model. Model pertama meliputi nilai perusahaan sebagai variabel dependen dan struktur modal sebagai variabel independen. Pada model kedua, struktur modal berperan sebagai variabel dependen serta memiliki sembilan variabel independen yang terdiri dari rasio likuiditas (current ratio, quick ratio,dan times interest earned), rasio solvabilitas aset (debt-to-total assets
ratio), rasio profitabilitas (profit margin, return on equity,dan return on assets), dan return saham perusahaan-perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia selama periode 2002-2007. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan jenis hypotesis testing. Hasil penelitian menun jukkan bahwa pada model pertama, nilai struktur modal memiliki hu bungan negatif dan signifikan dengan nilai perusahaan. Pada model kedua, variabel yang signifikan mempengaruhi struktur modal perusa haan adalah times interest earned (berhubungan negatif), debt to total asset ratio (berhubungan positif), return on equity (berh ubungan positif), dan return on asset (berhubungan negatif). Sedan gkan yang tidak signifikan mempengaruhi struktur modal adalah current ratio (berhubungan negatif), quick ratio (berhubungan negatif), profit margin (berhubungan negatif), dan return saham
(berhubungan positif).

In general, this thesis discuss about how capital structure correlates with financial variables (including value of the firm) for listed compa nies in Indonesia. Finally, the correlations will give us an information about how important capital structure affecting corporate financial performances, which include liquidity, solvability, profitability, and value of the firm. In order to meet its objective, this thesis use two models. First model contain correlation between value of the firm (as dependent variable) and capital structure (as independent variable), while the second model contain correlation among capital structure (as dependent variable) with liquidity ratios (current ratio, quick ratio,dan times interest earned), assets solvability ratio (debt-to-total assets ratio), profitability ratio (profit margin, return on equity,dan return on assets), and stocks return for listed companies in Indonesian Stocks Exchange during 2002-2007. This research is a quantitative research with hypotesis testing. Our research discover that in the first model, capital structure does not have significant influence over the value of the firm and negatively correlated with it. In second model, our research discover that current ratio, quick ratio, times interest earned, profit margin, and return on assets are negatively correlated with the value of the firm while debt total assets, return on equity, and stocks return are positively correlated with the value of the firm. We also discover that times interest earned, debt to total assets ratio, return on assets, and return on equity have significant influence over the value of the firm. While the current ratio, quick ratio, profit margin, and stocks return has not significantly influence the value of the firm."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Galih Satwiko
"Fokus penelitian yang dilakukan dalam tesis ini ialah untuk mempelajari bagaimana kebijakan dividen perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Indonesia. Kebijakan dividen yang ingin diteliti ialah: perbedaan besaran dividen antar sektor, strategi dividen yang dipilih, dan stabilitas dividen.
Perbedaan besaran dividen antar sektor dianalisis menggunakan teknik descriptive statistics (mean dan standard deviation), terhadap data dividend payout ratio 134 perusahaan yang menjadi sampel, selama periode 1992 -- 2002. Pengujian signifikansi perbedaan dividend payout ratio antar sektor dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis, sementara uji signifikansi perbedaan dividend. payout ratio antar tahun dilakukan dengan Friedman Chi-Square. Hasil pengujian rnenunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dividend payout ratio baik antar sektor maupun antar tahun. Sektor yang secara rata-rata memiliki dividend payout ratio tertinggi ialah sektor Industri Barang Konsumsi yaitu sebesar 23,88% per tahun. Sementara sektor yang terendah ialah sektor Properti dan Real Estat, yaitu sebesar 11,51%.
Penelitian alas strategi dividen yang dipilih (berdasarkan perubahan labs tertentu), dilakukan dengan menggunakan metode multinomial logit. Data direorganisasi menjadi perubahan dividend per share dan perubahan earnings per share. Perubahan dividend per share dikelompokkan dalam 4 (empat) kelompok: naik, tetap, turun, dan tidak membayar dividen. Sementara perubahan labs (earnings per share) dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori: naik, turun, dan negatif. HasiI regresi multinomial logit menunjukkan bahwa jika earnings per share naik, kebijakan dividen yang paling banyak dipilih ialah meningkatkan dividend per share, diikuti dengan tidak membayar dividen. Jika earnings per share turun, kebijakan dividen yang paling banyak dipilih ialah menurunkan dividend per share, diikuti dengan tidak membayar dividen. Selanjutnya, jika earnings per share negatif, kebijakan dividen yang paling banyak dipilih ialah tidak membayar dividen, diikuti dengan meningkatkan dividen per share.
Kebijakan dividen dalam hal stabilitas dividen, dilakukan dengan menerapkan model Lintner. Stabilitas dividen diukur dan seberapa cepat tingkat penyesuaian terhadap target dividend payout ratio (sesuai model Lintner). Metode statistik yang digunakan ialah data panel. Hasil regresi dengan teknik data panel menunjukkan bahwa secara umum pooled data (OLS method) adalah model yang terbaik. Sektor yang menganut kebijakan dividen paling stabil (relatif terhadap sektor lain) ialah sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi. Sementara sektor yang menganut kebijakan dividen paling tidak stabil ialah sektor Aneka industri. Secara keseluruhan, tingkat stabilitas dividen perusahaan-perusahaan yang listing di BEJ sebesar 0,7814. Tingkat stabilitas dividen setinggi itu menunjukkan bahwa secara rata-rata, perusahaan-perusahaan yang listing di BEJ menganut kebijakan dividen yang tidak stabiI. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian di negara lain yang secara umum menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di negara berkembang cenderung menganut kebijakan dividen yang tidak stabil.

Focus of the research conducted in this thesis is to study the dividend policy of listed companies in Jakarta Stock Exchange (JSX). Dividend policy will be examined in lights of its magnitudes, strategy and stability.
Difference in magnitudes of dividend payment between sectors will be analyzed using descriptive statistics (mean and standard deviation). Significance test of the difference between sectors will be conducted using Kruskal-Wallis test, while the difference between years will be tested using Friedman Chi-Square. The result shows that, of all 134 companies being sampled during 1992 - 2002, there is significant differences of dividend payment between sectors and between years. Sector that on average gave the highest dividend payout ratio is Consumption Goods (23,88%), while that of the Iowest is Property and Real Estate (11,51N).
Research to study which dividend strategy will be chosen upon changes in earnings, is conducted using multinomial logistic model. Available dividend per share and earnings per share data will be reorganized to become changes in dividend per share and changes in earnings per share. Changes in dividend per share will be divided into 4 groups: increase, no change, decrease, and omitting dividend, while changes in earnings per share will be divided into 3 groups: increase, decrease and negative. The result shows that when there is an increase in earnings per share, the most selected dividend policy is to increase dividend per share followed by omitting dividend. When there is a decrease in earnings per share, the most selected dividend policy is to decrease dividend per share followed by omitting dividend. And if there is a negative earnings per share (loss), most companies will choose omitting dividend, followed by increasing dividend per share.
Dividend stability will be examined using panel data applied to Lintner Model (1956). According to Lintner Model, dividend stability is measured from adjustment factor toward target dividend payout ratio. Panel data regression and testing shows that of all 3 models in panel data (pooled, fixed effect, and random effect), pooled data is the best model to represent the result. Sector that follows the most stable dividend policy is Trade, Service and Investment sector. On the other hand, sector that follows the most unstable dividend policy is Various Industry sector. Overall, the level of dividend stability in JSX turns out to be 0,7814. This number shows that on average, the companies listed in JSX follow unstable dividend policy. This result consistent with the result from previous researches conducted in other countries, that companies in underdeveloped countries generally follow unstable dividend policy.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T20241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fibria Indriati Dwi Liestiawati
"Terpisahnya kepemilikan (ownership) dan manajemen (control) yang merupakan fenomena dewasa ini seringkali memunculkan masalah, karena kepentingan antara pemilik dan manajer tidak selalu sejalan. Perbedaan kepentingan ini menimbulkan konflik kepentingan. Adanya konflik kepentingan antara prinsipal (pemilik) dan agen (manajemen)- yang secara tradisional dianggap sebagai sumber yang paling penting yang dapat mengakibatkan ketidakefisienan dalam proses pembuatan keputusan - telah menarik perhatian sejumlah peneliti untuk melakukan penelitian empiris yang berkaitan dengan struktur kepemilikan, hutang dan dividen sebagai mekanisme kontrol dari biaya agensi yang efektif dalam mengurangi informasi asimetris antara perusahaan dan investor potensial.
Penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa di dalam teori agensi, antara insider ownership, kebijakan hutang dan kebijakan dividen dapat dihubungkan secara langsung dan terkait bukan saja dengan atribut-atribut spesifik perusahaan yang sama, tetapi secara langsung dengan satu sama lain. Untuk mengetahui dan menjelaskan hubungan langsung dan tidak langsung inilah, maka penelitian ini dilakukan. Penelitian mencoba untuk menguji hubungan simultan antara insider ownership, kebijakan hutang dan dividen yang dipengaruhi oleh beberapa karakteristik operasional perusahaan. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan model persamaan simultan two stage least square (TSLS). Model persamaan simultan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti model yang dikemukakan oleh Jensen, et.al (1992), yaitu:
INSIDER =f (DEBTit, DIVit, RISKit, lnSIZEit)
DEBT = f (INSIDit,DIVit,RISKit,PROFITit)
DIVIDEN =f (INSIDit,DEBTit,PROFITit,GROWTHit)
Hasil analisis didasarkan pada ouput yang dikeluarkan oleh SPSS 12.0 dan Eviews 5.0 dimana output dari SPSS 12.0 digunakan untuk mendeskripsikan sampel yang diamati dan ouput dari E.Views 5.0 digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara insider ownership dan kebijakan keuangan perusahaan. Walaupun hubungan yang terjadi pada ketiga variabel endogen signifikan, kesimpulan dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasi, sebab menurut Nupikso (2001:10), variabel keagenan modal kurang dapat digeneralisir di Indonesia, hal ini disebabkan karena struktur kepemilikannya yang didominasi oleh manajemen keluarga
(pemilik merangkap pengelola). Arah dari ketiga persamaan tersebut searah maka penelitian ini menerima H1a yang berarti terdapat hubungan saling ketergantungan antara variabel endogen yaitu insider ownership, kebijakan hutang dan kebijakan dividen.

The separation of ownership and management (control} often brings trouble, because the owners and managers do not necessarily have matching interests. The dissimilar interest arouses a conflict of interest. The existence of a conflict of interest between principal (the owners} and the agent (management} - traditionally is assumed to be the crucial reason of inefficiency in making decisions - has drawn
attention of many researchers to do an empirical research concerning ownership structure, debt and dividend as control mechanism from an effective agency cost reducing asymmetric information between firm and potential investors.
Earlier researches have shown that in agency theory, insider ownership, debt policy and dividend policy could have direct relationship and not only connected by the same specific firm's attributes, but directly related between each other. This research is carried out in the course of understanding and explaining these relationships.
The research is trying to test a simultaneous relationship among insider ownership, debt policy and dividend policy that are affected by a number of operational characteristics of a firm. To test the research hypothesis, a two stage least square (TSLS) simultaneous equation model is employed. This model is taken from Jensen, et.al (1992) and holds:
INSIDER =f (DEBTit, DIVit, RISKit, lnSIZEit)
DEBT =f (INSIDit,DIVit,RISKit,PROFITit)
DIVIDEN = f (INSIDit,DEBTit,PROFITit,GROWTHit)
The result of this research is based on SPSS 12.0 output to describe the observed samples and E.Views 5.0 to show any significant relationship between insider ownership and the firm's financial policies. Although the relationship among the three variables is significant, the conclusion of this research can not be generalized, because according to Nupikso (2001: 10), capital agent variable cannot be generalized in Indonesia. The reason for this is because of the family dominating ownership structure (owners are also managers). These three equations are in one direction, and therefore supporting H1a which predicted an interdependent relationship among endogen variables (insider ownership, debt policy, and dividend policy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel ekonomi yang terdiri dari inflasi (INF) nilai tukar (KURS),tingkat bunga(IR) jumah uang yang beredar (JUB) dan pertumbuhan ekonomi terhadap return saham (AR) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek jakarta....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Khair
"Penelitian dilakukan pada industri perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia menggunakan data periode tahun 2006-2013 yang menggambarkan satu siklus industri, 2006-2009 yang menggambarkan masa resesi industridan2010-2013 yang menggambarkan masa ekspansi industri. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa leverage tidak memiliki korelasi dan pengaruh terhadap market value added (MVA). Sedangkan economic value added (EVA) memiliki korelasipositif dengan MVA dan korelasi negatif hanya terjadi pada periode resesi.EVA memiliki pengaruh negatif terhadap MVA di ketiga periode tersebut pada perbankan di Indonesia.

The research took evidence from banks listing on Indonesia Stock Exchange for 2006 - 2013. Data Used from three different period, 2006-2013 as a industry cycle, 2006-2009 as downturn period, and 2010 -2013 as upturn period. The research found that there is no correlation and effect of leverage to market value added (MVA). On the other hand, economic value added (EVA) has positive correlation to MVA and negative correlation in downturn period. EVA has negative effect to MVA in the three different period."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan
"Konsep Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) telah banyak menyita perhatian sebagai sebuah bentuk baru dari penilaian kinerja keuangan. Kedua konsep ini telah dipublikasikan pada tahun 1993 oleh Stern Steward Management Service sebuah perusahaan konsultan keuangan di Amerika. Stern Steward Management Service meyakini bahwa EVA adalah kunci dari penciptaan penambah nilai perusahaan dan sekaligus juga kunci dari maksimalisasi MVA. Berdasarkan konsep tersebut penelitian terhadap perusahaan di Indonesia dilakukan untuk menguji kekuatan korelasi antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dan kemampuan EVA sebagai proksi untuk MVA yang mewakili kepentingan¬-kepentingan pemegang saham.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kramer dan Pusher terhadap Stern Steward 1000 database periode 1982-1992 dengan menggunakan analisis regresi OLS (Ordinary least squares) menunjukkan bahwa korelasi antara EVA dan MVA tidak begitu tinggi hanya sebesar 31%. Kemudian juga tidak menemukan bukti-bukti yang jelas untuk mendukung pendapat bahwa EVA adalah tolok ukur internal terbaik untuk keberhasilan perusahaan dalam memberikan nilai tambah bagi investasi pemegang saham. Penelitian ini mengadopsi metodologi penelitian di atas terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya periode 2002-2004 dilakukan untuk menguji kekuatan korelasi antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) serta kemampuan EVA sebagai proksi untuk MVA. Analisis empiris ini untuk membuktikan apakah EVA layak digunakan sebagai proksi untuk MVA. Dari populasi data tersebut diambil sampel sebanyak 100 perusahaan yang terdiri dari 50 perusahaan mewakili perusahaan besar yang mempunyai aset diatas Rp 1 trilyun dan 50 perusahaan yang mewakili perusahaan menengah yang mempunyai aset dibawah Rp 1 trilyun. Pemilihan perusahaan dan penghitungan nilai EVA dan MVA dilakukan oleh MarkPlus & Co bekerjasama dengan majalah SWA dan MAKSI-UI. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan data sekunder sebagaimana yang tersedia dalam publikasi.
Hasil analisis didasarkan pada output yang dikeluarkan oleh program E-Views 5.0, melalui regresi analisis OLS panel (Ordinary least squares) dan pengujian asumsi klasik. Korelasi antara EVA dan MVA cukup besar, yaitu 75.4% yang rnenuniukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan searah antara EVA dan MVA.
Hubungan regresi antara EVA dan MVA menunjukkan bahwa EVA sebagai proksi untuk MVA. Untuk memperdalam penelitian, penulis melanjutkan dengan uji terhadap persamaan model regresi (3.1) yang memenuhi kriteria uji secara keseluruhan dan parsial dengan menggunakan F-uji dan T-uji, terhadap perbedaan besarnya aset dan kelembaman waktu (timelag), serta hubungan antara EVA terhadap perubahan MVA. Selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan melakukan transformasi pada variabel yang akan diuji.
Dari hasil pengujian slatistik terhadap persamaan model regresi tersebut selelah ditransformasi ternyata tidak memenuhi kriiteria T-uji, yaitu bahwa besarnya konstanta tidak memenuhi kriteria karena rnelewati tingkat kesalahan a = 5 % yakni sebesar 5,6%. Kemudian dalam pengujian asumsi klasik, persamaan model regresi tersebut tidak memenuhi homoskedastisitas, hal ini mengakibatkan bahwa persamaan yang digunakan mempunyai masalah dan akibatnya hasil pengujian hipotesis tidak dapat dipercaya.
Melalui penelitian ini yang berdasarkan pada pengujian dengan menggunakan beberapa model persamaan regresi yang dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan EVA sebagai proksi untuk MVA tidak dapat dibuktikan.

The Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA) concept often drawn attention as a new form of the assessment of the finances performance. The two concepts were published during 1993 by Stern Stewart Management Service a company of the financial consultant in America.
Stern Stewart Management Service presume in that EVA was the key from the creation of added value and also the key of the company from MVA maximalitation as well. Based on this concept the research into the companies which operated in Indonesia carried out to test the strength of the correlation between Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA) and EVA's capacity as proxy for MVA that representing the interests of shareholders.
The beforehand research that was carried out by Kramer and Pusher against Stern Steward 1000 database period of 1982-1992 by using of the analysis of regression OLS (Ordinary least squares) showed that the correlation between EVA and MVA were not so high but only 31%.
Afterwards also did not find clear proof to substantiate the opinion that EVA was the best internal benchmark for the success of the company in giving added value for shareholder's investment.
This research adopts the methodology of the above research into the companies that were listed in the Jakarta Stock Exchange and the Surabaya Stock Exchange period of 2002-2004 conducted to test the strength of the correlation between Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA) as well as EVA's capacity as proxy for MVA. This empirical analysis to prove whether EVA appropriate was used as proxy for MVA. From this population data was taken the sample totalling 100 companies that consist of 50 companies represent the big company that had assets exceed Rp 1 trillion and 50 companies represent the middle company that had assets under by Rp I trillion. The election of the company and counting EVA's value and MVA were carried out by MarkPlus & Co, in co-operation with the SWA magazine and MAKSI-Ul. Technique of the data collection which used is the secondary data available in the publication.
Results of the analysis were based on the output produced by the program of E-Views 5.0, through OLS (Ordinary least squares) analysis regression panel and the testing of the classic assumption.
The correlation between EVA and MVA quite significant, that is 75.4% which showed by significant correlation and same direction between EVA and MVA.
Regression correlation between EVA and MVA showed that EVA as proxy for MVA. To explore the research, researcher continued and the test against the equation of the regression model (3.1) that filled the test criterion on the whole and partial with used F-test and T-test, towards the difference of the assets size and timelag, as well as correlation between EVA towards the change MVA. Furthermore the research was continued by doing the transformation to the variable that will be tested.
From results of the testing of statistics towards the equality of this regression model after transformased evidently did not meet criteria T-test, that is that the constant size did not fill the criterion because of passing the level of the mistake a = 5 % that is as big as 5,6%. Afterwards in the testing of the classic assumption, the equation of this regression model did not meet homoscedasticity, this resulting the used equation had the problem and as consequence the result of the testing of the hypothesis is not realible.
Through this research which based on the testing with various equation of regression model to know EVA's strength as proxy for MVA could not be proved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22476
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>