Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131008 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggoro
"Penggunaan teori Barat dalam penelitian indigenous tetap dipergunakan mengingat masih sedikitnya literatur berdasarkan teori lokal. Padahal penelitian budaya dengan menggunakan teori Barat secara bulat dapat menghasilkan temuan yang bias. Karena itulah peneliti lokal perlu kehati-hatian dalam mengaplikasikan teori Barat. Paham indigenizing merupakan salah satu terobosan dalam penelitian dengan penggunaan teori Barat, tetapi menggunakan aroma lokal (Berry, 1997a).
Dalam penelitian ini dilihat apakah generalisasi teoritis Barat dapat diterapkan dalam kultur Timur. Untuk itu dalam melihat nilai Jawa perlu suatu populasi yang koheren. Populasi tersebut terdapat dalam abdi dalem keraton. Dalam tradisi keraton, pelembagaan produksi dan distribusi nilai-nilai dan simbol-simbol ada di bawah patronese raja (Kuntowijoyo, 1999). Nilai-nilai Jawa sangat melekat pada tradisi keraton, sehingga nilai-nilai tersebut dapat dilihat di "masyarakat" keraton yakni abdi dalem.
Dalam penelitian ini, dipergunakan enam orientasi nilai milik Spranger. Spranger (1922) menyatakan dalam diri individu ada, salah satu orientasi nilai secara eksklusif. Keenam nilai tersebut adalah teoritis, ekonomi, sosial, estetika, politik, dan religius (Allport, 1960). Penelitian ini untuk melihat: Apakah nilai Spranger kompatibel dalam nilai Jawa?
Pembagian nilai Spranger dalam enam dimensi memudahkan dalam penyepadanan. Penyepadanan nilai Spranger dalam nilai Jawa secara literatur untuk memberi gambaran awal kompatibilitas nilai Spranger dalam nilai Jawa. Penyepadanan juga untuk memudahkan saat melakukan wawancara pakar sebagai salah satu metode pengarnbilan data. Kompatibilitas dalam penelitian ini didefinisikan: 1. Nilai Spranger tersebut ada dalam nilai Jawa. 2. Kedua nilai tersebut mempunyai perspektif/pandangan yang sama (antara nilai-nilai Jawa dan nilai Spranger).
Untuk melihat kompatibilitas maka dibutuhkan perbandingan, sehingga digunakan comparative research. Fokus Comparative Research pada persamaan dan perbedaan dalam obyek yang diteliti. Membandingkan adalah hal yang paling sentral untuk mendapatkan hal-hal yang patut untuk diketahui (Neuman, 1997).
Para pakar diambil dengan menggunakan metode snowball sampling (Neuman, 1997) atau kerap disebut sampel berantai (Poerwanti, 2001). Pakar yang diwawancarai memberikan nama narasumber lainnya. Ada dua lingkaran dalam penelitian ini. Pertama, dari kalangan keraton, sedang yang kedua dari kalangan akademisi. Tetapi tidak seluruh nama yang diajukan petunjuk langsung diterima, karena harus tetap berpedoman dengan karakteristik subyek penelitian.
Hasil analisa dan penelitian sebagai berikut:
1. Nilai Teoritis Spranger: proses pengendapan secara kognitif, rasional, kebenaran itu mutlak. Nilai Teoritis Jawa: proses pengendapan mengolah ruse, tidak rasional, kebenaran itu tidak mutlak.
2. Nilai Ekonomi Spranger: berupaya seoptimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan, nilai sifatnya sangat pribadi, keuntungan pribadi. Nilai Ekonomi Jawa: ada nilai ekonomi, namun tidak eksplisit dan tidak tegas menyatakan keberadaannya, nilai ekonomi lebih pada tataran nilai kolektif, tidak mencari keuntungan seoptimal mungkin.
3.Nilai Politik Spranger: nilai politik bisa ada pada pribadi mana saja, tidak membahas tentang kerelaan orang yang terdominasi, lebih pada karakteristik pendominasi. Nilai Politik Jawa: kekuasaan itu wahyu, hanya orang tertentu yang mendapatkan, dominasi Jawa atas dasar kerelaan.
4. Nilai Sosial Spranger: dalam bersikap tanpa menakar orang lain, lebih menghargai orang lain yang berorienlasi nilai sama. Nilai Sosial Jawa: dalam bersikap menempatkan pada diri sendiri dengan berkaca pada orang lain, orang yang dianggap tidak benilai sama dianggap durung Jawa.
5.Nilai Estetika Spranger: keselarasan lebih bersifat fisik, estetika lebih diterjemahkan sebagai enjoy with her/his life. Nilai Estetika Jawa: keselarasan selain fisik juga non fisik, estetika lebih mengarah mengolah wilayah batin roso hingga tercapai religiusitas.
6. Nilai Religius Spranger: Spranger tidak dengan tegas menyatakan penyatuan diri dengan Tuhan, namun segala proses pencariannya menuju ke arah itu. Nilai Religius Jawa: dengan sangat tegas menyatakan puncak religius adalah penyatuan diri pribadi dengan Tuhan.
Kesimpulan penelitian ini, hanya nilai religiuslah yang kompatibel karena memenuhi konstruk kompabilitas yakni ada dan memiliki perspektif dan pandangan yang sama. Walau dalam penjelasan di atas ada perbedaan antara nilai religius Spranger dan nilai religius Jawa, namun bukan perbedaan perspektif. Hanya saja dalam nilai religius Spranger kurang penegasan.
Diskusi dan Saran, dalam hasil analisa terlihat adanya parakdosial nilai politik tentang ada dan tidaknya sikap mendominasi. Nampaknya perlu pengkategorian baru, nilai politik yang tidak dikategorikan mendominasi dapat dimasukkan dalam orientasi nilai baru yakni loyalitas. Untuk penelitian sejenis nampaknya memerlukan penelitian awal sebagai pra kondisi, karena perlu pengenalan kultural sebelumnya. Penggunaan Focus Group Discussions perlu diwaspadai faktor kesensitifan subyek penelitian. Metode Delphi nampaknya dapat dipergunakan dengan menggunakan pendapat pakar secara panel."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T18523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Rochkyatmo
"ABSTRAK
Di dalam tradisi kehidupan masyarakat Jawa senantiasa akrab dengan unsur alam sekitarnya. Salah satu unsur hayati yang berhubungan erat dan akrab dengan kehidupan insan adalah bangsa unggas.
Sejak manusia dilahirkan hingga akhir hayatnya lazim­nya terikat oleh upacara-upacara tradisi sepanjang daur hidupnya. Dalam hal ini kehadiran jenis unggas ikut berpe­ran serta di dalam kegiatan upacara adat itu baik sebagai unsur upacara ataupun kelengkapan upacara itu.
Masih di dalam kehiduan tradisi pula, apabila seseorang telah memiliki lima unsur pokok dalam hidupnya, yaitu wisma, wanita, curiga, turangga dan kukila (rumah kediaman, isteri, keris, kuda tunggangan dan burung) dianggap telah mapan kehidupan sosial ekonominya. Kukila (burung merupakan salah satu unsur yang meningkatkan tataran prestige pemiliknya.
Hingga saat ini di antara anggota kelompok etnis Jawa ada yang gemar memelihara burung perkutut, nuri, platuk bawang, puter, bekiser sampai burung merak, bahkan burung-burung dari mancanegara pun tidak luput dari sasaran perburuan untuk memeliharanya. Pemilihan jenis-jenis unggas itu mengisyaratkan status sosial pemiliknya dan derajat kemampuannya. Selain itu unggas-unggas yang dipelihava itu dianggap dapat memberi daya pengaruh tertentu yang sifatnya positif terhadap pemiliknya : derajat, pengkat, rejeki dan sebagainya.
Tujuan penelitian ini dimaksud memberi jawaban atas perntanyaan yang dikemukakan di atas serta memberikan uraian keterlibatan jenis unggas di dalam segala aspek kehidupan manusia, seperti : upacara adat, makna simbolis, kepercayaan, pengobatan, pantangan, ragam hias, tata gelar perang sampai kepada perhitungan Pakuwon dan sebagainya.
Didalam penelitian ini dipergunakan metode pengumpulan data yang materinya, sumber-sumbernya digali dari karya tulis naskah, karya tulis cetak serta sumber tradisi lisan, berupa donggeng, ibarat, peribahasa dan sebagainya.
Hasil yang dicapai adalah paparan mengenai peran serta unggas atau jenis burung selaku sumber daya hayati dalam kaitan hubungan yang akrab dengan kehidupan manusia yang ternyata dapat memberi pengaruh baik serta memiliki makna simbolis, kekuatan mistis, dan lain sebagainya bahkan sampai keberadaannya sebagai lambang negara Republik Indonesia, dalam upaya meningkatkan dan memperluas wawasan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Melinda Sarasswati
"ABSTRAK
Kriteria pemimpin ideal dalam budaya Jawa dikenal dalam Astha Brata yang berasal dari pemikiran budaya Jawa. Ajaran Astha Brata dalam Pakem Makutharama sebagai data penelitian merupakan representasi budaya Jawa yang dituliskan melalui kata-kata yang bermakna. Makna dari ajaran Astha Brata tersebut dikomunikasikan di tengah masyarakat Jawa melalui unen-unen yang merupakan ungkapan yang menyatakan tindakan seperti yang dimaksudkan dari unen-unen tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan konsep pemimpin Jawa dalam Astha Brata, khususnya watak kisma lsquo;tanah rsquo;, serta keterkaitannya dengan unen-unen. Metode penelitian kualitatif dengan Teori Segitiga Semiotik oleh Ogden dan Richards serta Teori Metafora oleh Lakoff dan Johnson 1987 digunakan untuk pemaparan Astha Brata, serta Teori Semantik Pragmatik untuk unen-unen. Hipotesis penelitian menyatakan seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat utama layaknya kisma yaitu murah hati, mampu mengarahkan masyarakatnya, dan tidak berbelas kasih kepada rakyat yang malas, serta mampu melakukan tiga belas tindakan kepemimpinan yang terperinci seperti yang dinyatakan dalam unen-unen.

ABSTRACT
The ideal criteria of a leader on Javanese culture known as Astha Brata, that is originally from those culture itself. Astha Brata concepts that written on Pakem Makutharama as a research subject is representation of Javanese culture that written by meaningful words. The meaning of those Astha Brata concepts are communicated among the Javanese society through unen unen which consicts of metaphor that reflect the action like the meaning of unen unen. The purpose of the research is to explain Javanese leadership concept in Astha Brata, exspecially kisma character, and the corelation with unen unen. Qualitative research method Semiotic Triangle by Ogden and Ricards also Theory of Methaphor by Lakoff and Jahnson that are used to explain Astha Brata and Theory of Semantic Pragmatic for the unen unen. The research hypotesis shows that a leader should have character like kisma which is generous, have ability to direct the society, not give a pity to the society that indolent and have ability to implement thirteen leadership action that are elaborated on the unen unen."
2017
S67388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fifniatul Khoer
"ABSTRAK
Penelitian ini merumuskan pemaknaan nilai-nilai kearifan Jawa di akun Instagram @bijakjawa sebagai tanda-tanda kebudayaan oleh masyarakat masa kini. Penelitian kualitatif ini menerapkan teknik simak sebagai langkah awal pengumpulan data. Pengolahan data dilakukan dengan mengacu pada teori segitiga semiotis Ogden dan Richards, untuk menemukan makna semantis ungkapan. Analisis semiotik dilakukan dengan mengacu pada teori semiotik Pierce untuk merumuskan pesan yang menandai kearifan ungkapan budaya yang diteliti. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ungkapan budaya yang diunggah oleh akun @bijakjawa teraktualisasi sesuai dengan konteks masa kini, namun belum sepenuhnya berterima di masyarakat kekinian. Pesan kearifan yang dihadirkan melalui akun @bijakjawa mengajarkan prinsip-prinsip pengendalian diri, kepedulian sosial, profesionalisme, dan religiositas.

ABSTRACT
This study explains about the meaning of the values of Javanese wisdom in an Instagram account, bijakjawa, as a sign of culture by today 39 s society. This qualitative research is using the refer technique as the first step of data collection. Data processing is done by referring to Ogden and Richards 39 semiotical triangle theory, to find the semantic meaning of expression. Semiotic analysis is done by referring to Pierce 39 s semiotic theory to explain the messages that marks the wisdom of cultural expression in the study. The results of this study prove that the cultural phrases uploaded by bijakjawa account are actualized in accordance with the modern context, but not yet fully acceptable in today 39 s society. The wisdom messages that is presented through the bijakjawa account teaches the principles of self control, social care, professionalism, and religiosity."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Rochkyatmo
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Pangarso, Soebardjo
"PENDAHULUAN
Pendahuluan ini berisi penjelasan mengenai latar belakang pemilihan judul dan tujuan penelitian, termasuk batasan permasalahan. Tujuan penelitian bermaksud mengungkap secara kritis masalah etika yang terkandung dalam salah satu kesusasteraan Jawa, yaitu: Serat Wulang Rah.
Latar Relakang
Etika sebagai salah satu cabang filsafat, etika dalam arti sebenarnya berarli filsafat mengenai bidang moral. Refilsafat, di dalam kebudayaan Jawa berarti perenungan dalam usaha mencapai kesempurnaan (nguchr ka sanyntPian). Manusia mencurahkan seluruh eksistensinya, baik jasmani maupun rohani, untuk mencapai tujuan itu. Dalam filsafat Jawa baik-buruk dianggap tidak terlepas dari eksistensi manusia. Bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Dalam kesusasteraan Jawa hal ini di antaranya terkandung dalam ajaran Serat Wulangreh.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mamlahatun Buduroh
"ABSTRAK
Masyarakat Jawa merupakan kelompok sosial yang memiliki ciri-ciri paternalistik serta memegang teguh nilai-nilai agama yang diwariskan oleh para leluhurnya---Religius. Pada setiap kegiatan yang dilakukan mereka tidak meninggalkan ritual-ritual yang dianggap sebagai bentuk doa untuk meminta keselamatan kepada Tuhan. Dengan kata lain mereka telah memiliki nilai-nilai yang tertuju kepada Tuhan yang telah menjadi prinsip hi.dupnya. Hai tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Jawa begitu rnrens berhubungan dengan Tuhan.
Berpangkal dari hal tersebut, penelitian ini saya ajukan untuk mengetahui bagaimana masyarakat Jawa menjalin hubungan dengan Tuhan. Berasal darimanakah konsep-konsep yang melandasi adanya pola hubungan tersebut. Kemudian disebut apakah pola-pola tersebut dalam terminologi ilmiah.
Untuk itu saya melakukan penelitian dengan menelaah basil kebudayaan masyarakat Jawa yang berupa karya sastra, yaitu teks Wedatarna dan Wulangreh. Melalui kajian terhadap kedua teks tersebut saya menelusuri bagaimana prinsip hidup manusia Jawa dalam memahami keberadaan Tuhan.
Manusia Jawa sangat menyadari posisi hidupnya atas Tuhan. Oleh karena itu menjadi tujuan hidupnya untuk selalu bersikap yang seharusnya terhadap Tuhan. Sikapsikap tersebut dilakukannya sebagai upaya untuk dapat menempati kedudukan sempurna di hadapan Tuhan. Hal-hal tersebut dapat diperoleh manusia jika melakukan ajaran-ajaran yang berupa nilai-nilai yang dianjurkan oieh para leluhurnya, seperti yang tertuang dalam teks Wedatama dan Wulangreh.
Dengan penelilian kualitatif yang saya lakukan ini dapat diketahui bahwa masyarakat Jawa memiliki konsep hidup yang berasal dari nilai-nilai yang telah diwariskan melalui karya sastra, yang berupa pola-pola dasar dalam berhubungan dengan Tuhan. Pola-pola tersebut berupa uraian deskriptif yang menunjukkan bagaimana kedudukan dan fungsi irianusia Jawa atas Tuhan. Perilaku-perilaku yang harus diwujudkan oleh manusia terhadap Tuhan serta irnplikasinya bagi kehidupan manusia itu sendiri terhadap lingkungan sekitarnya. Pola hubungan itulah yang saya sebut sebagai etika ketuhanan dalam masyarakat kebudayaan Jawa.

"
2001
S11373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franz Magnis-Suseno
Jakarta: Gramedia, 1985
170 FRA e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini semula berisi berbagai macam teks, namun kini hanya tinggal tiga teks saja, kemungkinan teks-teks lainnya dijilid dalam naskah tersendiri. Hal ini terlihat dari penomoran halaman asli dari naskah ini dan sebagian teks yang dianggap tidak ada, dengan memberi coretan silang. Ketiga teks tersebut berisi uraian berbagai hal yang berkaitan dengan ajaran moral. Keterangan di luar teks menyebutkan bahwa naskah ini terdiri dari tiga teks, yaitu: panitisastra, wulang PB II dan wirid bujangga Surakarta PB III. Pigeuad memperoleh naskah ini dari Jayasaputra pada tanggal 19 Mei 1930, lalu dibuat ringkasannya berupa cuplikan pada pertama dan pada terakhir, oleh staf Pigeaud sebanyak dua eksemplar pada bulan Juli 1930 (satu eksemplar terlampir). Di dalam naskah juga terdapat sebuah kertas kecil berisi catatan mengenai isi naskah yang terbagi dalam tiga teks seperti yang disebutkan di atas. Pada h.58 terdapat catatan dengan pensil mengenai ajaran manusia dapat bersikap baik dan menerima takdir Tuhan. Teks pertama adalah panitisastra, sebuah teks yang sangat populer dan mengalami berbagai macam proses transmisi dan komposisi ulang. Antara lain, terdapat redaksi sebagai berikut: kakawin panitisastra berbahasa Jawa Kuna; saduran kawi miring gubahan Yasadipura I (1798); versi jarwa Yasadipura II (1808); dan versi prosa oleh R. Panji Puspawilaga (1819). Selain itu Poerbatjaraka (1964) juga menyebutkan bahwa ada serat panitisastra yang hanya terdiri satu tembang dhandhanggula dengan 97 pada, yang memiliki candrasengkala ?nem catur gora ratu? atau 1746 J (1819 M). Panitisastra dalam naskah ini satu versi dengan versi terakhir yang disebutkan di atas. Keterangan selengkapnya tentang korpus panitisastra lihat Sudewa 1991: 20-23, 83. Teks kedua, wulang dalem Pakubuwana II, merupakan ajaran moral berpedoman pada dalil dan kadis, dengan menggunakan perlambang sastra Jawa dan Arab. Teks ini tersusun dalam enam pupuh, sebagai berikut: 1) sinom; 2) dhandhanggula; 3) pangkur; 4) durma; 5) gambuh. Terdapat kolofon yang menyebutkan saat penyalinan teks pertama dan kedua,yaitu Jumat Pahing, 15 Sura, Jimawal 1773 (24 januari 1845). Sedangkan nama penulisannya (kang nganggit) adalah Sunan Nglangkungan (PB II). Teks ketiga, wirid bujangga Surakarta Pakubuwana III, merupakan wulang atau ajaran mengenai tatacara mengabdi pada raja atau kalangan besar lainnya. Dilanjutkan dengan uraian uraian mengenai pengalaman penulis ketika belajar mempelajari tatacara sembahyang pada kalangan alim ulama. Teks ini terdiri dari dua pupuh, sebagai berikut: 1) dhandhanggula; 2) sinom. Naskah ini disalin pada hari Saptu, 5 Sawal, Je 1790 (5 April 1862), oleh R. Panji Mangkusubrata. Disebutkan penyalin berasal dari Kusumanagaran, Surakarta (h.63)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.46-NR 80
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah merupakan naskah majemuk yang berisi berbagai macam teks, yaitu: 1) kakawin panitisastra (h.1-57), adalah suatu teks yang menggunakan metrum kakawin, namun tidak terdapat samitaning tembang sehingga cukup sulit bagi penyunting menentukan jenis tembangnya. Naskah ini tampaknya satu versi dengan naskah LOr. 11.641 dan LOr. 1863, terbukti dengan perbandingan sekilas bait-bait awalnya. Keterangan bibliografi mengenai teks panitisastra selengkapnya lihat FSUI/PW.46; 2) nitisruti (h.57-72), adalah suatu teks yang berasal dari zaman Surakarta. Teks berisi ajaran moral didaktik. Panyajiannya, setiap bait langsung diikuti penjelasannya. Pada bagian awal disebutkan candrasengkala yang berbunyi sarasa sisilemingjeladri, bahning mahastra candrasangkala, tahun Jawa 1534 (1612 M). Candrasangkala ini jelas bukan berasal dari saat penyalinan naskah tersebut, melihat jenis kertas dan corak tulisan tampaknya naskah ini berasal dari akhir abad ke-19; 3) serat kawi keratabasa (h.73-220), disajikan dalam bentuk kolom dengan urutan bahasa Kawi, lalu terjemahan dalam bahasa Jawa; 4) candrasengkala (h.220-224), bentuk penyajiannya seperti teks di atas, yaitu dengan menggunakan pola atau bentuk kolom dimulai dari kata yang memiliki watak 1 hingga watak 0; 5) perlambangnya orang minum (h.224-225), menguraikan tanda-tanda orang mabuk setelah minum arak atau sejenisnya, dibuat dalam bentuk kolom; 6) dasanama (h.225) berisi sinonim kata-kata dalam bahasa Jawa; 7) serat caraka (h.227-228), uraian filosofi aksara Jawa dari aksara Ha hingga Nga; 8) pracekaning ongka (h.228), berisi urutan angka Jawa; 9) carakasandi dan carakabasa (h.229-246), uraian mengenai angka Jawa dan huruf Jawa beserta keterangannya, dibuat dalam bentuk kolom. Keterangan di luar teks menyebutkan bahwa teks ini dibeli Pigeaud dari Jaelani Yudanagaran, seharga 4, pada tanggal 28 Desember 1939. Disebutkan juga tentang penyalinannya, yaitu di distrik Tangalan, pada tahun 1863, tidak disebutkan tahun Jawa atau tahun Masehi. Buku ini semula milik seorang Pangeran bernama Arya Suryaputra."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.47-NR 391
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>