Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188341 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Bagus Adiatmaja
"Latar belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama pada pekerja perusahaan yang bergerak dalarn minyak dan gas bumi nasional. Para pekerja tersebut diharapkan mempunyai kewaspadaan akan faktor risiko penyakit kardiovaskular tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Skor Kardiovaskular Jakarta dapat dipakai guna menentukan kemungkinan kejadian kardiovaskular, guna upaya promotifpreventif risiko dan mengetahui hubungan faktor pekerjaan dengan Skor Kardiovaskular Jakarta maupun Skor Framingham.
Metode
Penelitian ini menggunakan rancangan kros seksional dengan 107 responden. Dilakukan pengumpulan data primer melalui wawancara, pengisian kuesioner dan pengumpulan data sekunder melalui penelusuran catatan rekam medic.
Hasil
Karakteristik sosiodemografi subyek sebagian besar berumur ? 45 tahun (70,1%). Skor Kardiovaskular Jakarta subyek sebagian besar tergolong kategori risiko tinggi (58,0%), sedangkan Skor Framingham subyek sebagian besar risiko rendah (76,6%). Dart analisis 1regresi logistik binary yang paling kuat berhubungan dengan Skor Kardiovaskular Jakarta adalah umur (OR-suaian=10,06, 95% CI=2,43-41,66), sedangkan yang paling kuat berhubungan dengan Skor Framingham adalah diabetes melitus (OR-suaian=216,82, 95%CI=13,76-3416,07) dan kolesterol-total (OR-suaian=162,I7. 95% C1=13,27-1982,17). Terdapat korelasi yang bermakna dengan arah positif dan cukup kuat antara Skor Kardiovaskular Jakarta dengan Skor Framingham (koefisien korelasi = 0,592 dan p = 0,000).
Kesimpulan
Skor Kardiovaskular subyek sebagian tergolong kategori risiko tinggi. Skor Framingham subyek sebagian besar tergolong kategori rendah. Tidak ada hubungan faktor pekerjaan dengan kedua skor tersebut. Terdapat korelasi antara Skor Kardiovaskular Jakarta dengan Skor Framingham. Skor Kardiovaskular Jakarta dapat dipakai pada populasi penelitian ini.

Background
Cardiovascular diseases are among the most common causes of death in employees of the national oil and gas company. Employees should be made aware on the cardiovascular risk factors.
The aim of this research was to know if Jakarta Cardiovascular Score could be used to determine cardiovascular risks and to know the relationship between job factors, Jakarta Cardiovascular Jakarta and Framingham Score.
Methods
This study was using cross sectional design with a sample of 107 respondents. Data were collected by interview using questionnaire and medical record file review.
Result
Sociodemographyc characteristics of the respondents showed that most of them were 45 years of age. The study found out that using Jakarta Cardiovascular Score most subjects showed risk high (58,0%), while using Framigham Score most subyects still showed risk low (76,6%). The result of logistic binary regression indicated that there were significant relationship between age and Jakarta Cardiovascular Score (adjusted-OR= 10,06, 95% CI=2,43-41,66) and also there were significant relationship among diabetic, cholesterol level and Framingham Score (adjusted-OR--216,82, 95% CI-13,76-3416,09 and adjusted-CR=162,17, 95% CI=13,27-1982,17). No significant relationship was found between job factors and either scores. A positive significant correlation was established between Jakarta Cardiovascular Score and Framingham score (coefficient of correlation 0,592, p=0,000).
Conclusion
Most subject showed high Jakarta Cardiovascular Score, while most subject showed low Framingham Score. No significant relationship was found between job factors and either scores. A positive significant correlation was established between Jakarta Cardiovascular Score and Framingham Score. Jakarta Cardiovascular Score can be used for the populations of this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Guna Dharma
"Perilaku sedentari, ditandai dengan adanya kegiatan dalam jangka waktu yang lama yang melibatkan duduk atau berbaring, telah dilaporkan terkait dengan adanya peningkatan risiko jantung dan pembuluh darah. Duduk lebih dari 10 jam sehari dibandingkan dengan duduk kurang dari 5 jam sehari dikaitkan dengan peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskular. Tingkat permasalahan yang ada di perusahaan ini, karena dari hasil pemeriksaan berkala pada 1 departemen didapatkan angka yang cukup signifikan terhadap faktor-faktor risiko PJK. Sedangkan pada departemen lainnya tidak ada sama sekali penilaian terhadap faktor-faktor risiko PJK.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat stratifikasi risiko PJK pada pekerja main office dan pekerja site dengan menggunakan Skor Kardiovaskular Jakarta, untuk masukan bagi manajemen perusahaan sebagai rekomendasi menggunakan skor tersebut untuk menilai risiko PJK pekerja, khususnya pekerja yang berada di main office. Metode penelitian menggunakan disain potong lintang dengan analisis komparatif. Hasil yang paling berhubungan dengan stratifikasi risiko kardiovaskular Jakarta adalah faktor risiko riwayat penyakit keluarga p=0.021, OR=1334.3, dan 95 CI=147.1-12103.6.

The sedentary behaviour, characterized by long term activities involving sitting or lying down, has been reported to be associated with an increased risk of cardiovascular disease. Sitting more than 10 hours a day compared to sitting less than 5 hours a day is associated with increased risk of cardiovascular disease.The underlying problems in this company, is that the periodic check results in one department obtained a significant number of risk factors for cardiovascular disease. While in other departments there is no assessment of cardiovascular disease risk factors.
The purpose of this research was to determine the level of cardiovascular disease risk stratification using Jakarta cardiovascular score, as an input for company management to recommend using this score to assess workers cardiovascular disease risks, especially for workers in the main office. A cross sectional study was used as a design for this research, with comparative analysis. The most closely related result with cardiovascular risk stratification is a family history with cardiovascular disease p 0.021, OR 1334.3, dan 95 CI 147.1 12103.6.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizal Ablansah Anandita
"PENDAHULUAN: Batubara merupakan pemasok energi primer terbesar di Indonesia dan melibatkan jutaan pekerja. Seperti yang dibuktikan oleh penelitian, pekerja tambang batu bara memiliki risiko kardiovaskular ganda, dari bahaya di tempat kerja mereka dan risiko medis mereka sendiri sebagai individu. Metode deteksi dini dan penilaian risiko diperlukan untuk memprediksi kelainan EKG di masa mendatang. Saat ini, dunia kedokteran memiliki EKG yang banyak digunakan sebagai metode skrining untuk mendeteksi penyakit kardiovaskular dan skor risiko framingham untuk menilai risiko kardiovaskular 10 tahun mendatang.
TUJUAN: Penelitian ini akan menganalisis hubungan antara kelainan EKG dengan skor risiko framingham pada pekerja tambang batubara.
METODE: Kami mengumpulkan hasil medical check-up pekerja tambang batubara pria dengan EKG normal pada tahun 2018. Menggunakan kode minnesota, kami menentukan kategori kelainan EKG pada hasil tahun 2021, kemudian membandingkannya dengan pekerja tipe penanganan batubara dan skor framingham pada tahun 2018 sebagai faktor medis utama.
HASIL: Dari 755 laki-laki pekerja batubara dengan EKG normal pada tahun 2018, 158 (20,9%) ditemukan kelainan EKG pada tahun 2021. Studi multivariat kohort menunjukkan bahwa jenis pekerja batubara dianggap sebagai penentu, tetapi skor risiko framingham masih memiliki pengaruh tertinggi (p multivariat < 0,002).
KESIMPULAN: Framingham risk score dapat menjadi metode untuk memprediksi EKG abnormal.

INTRODUCTION: Coal mining is the largest primary energy supplier in Indonesia and involving millions of workers. As study proven, coal mine workers have a double cardiovascular risk, from their workplace hazard and their own medical risks as individuals. A early detection and risk assessment method is needed to predict ECG abnormalities in the future. In meantime, we have ECG which is widely used as screening method detecting cardiovascular disease and framingham risk score to assess cardiovascular risk 10 years future.
AIM: This study will analyze relationship between ECG abnormality and framingham risk score on coal mine worker.
METHOD: We collected the results of the medical check-up of male coal mine workers with normal ECG in 2018. Using minnesota code, we determine ECG abnormality categories in 2021 result, then compare it with coal handling type worker and framingham score in 2018 as main medical factor.
RESULT: From 755 male coal worker with normal ECG in 2018, 158 (20,9%) found with ECG abnormalities in 2021. Cohort’s multivariate study shows that type of coal worker are considered as determinant, but framingham risk score still has the highest influence (p multivariate <0,002).
CONCLUSION: Framingham risk score can be method for predicting abnormal ECG.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poudra Agusta Raindra Wardana
"Latar Belakang: Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia yang insidennya terus meningkat. Pajanan logam berat diketahui mempunyai efek gangguan kesehatan apabila terpajan dalam konsentrasi yang cukup, termasuk gangguan sistem kardiovaskular. Pajanan logam berat merupakan risiko yang harus dihadapi banyak pekerja. Pekerja sektor informal merupakan kelompok pekerja yang kurang mendapat perlindungan, sehingga lebih berisiko untuk mengalami gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara pajanan logam berat terhadap peningkatan skor Framingham pada pekerja sektor informal.Metode: Desain penelitian adalah cross sectional, dengan jumlah sampel 96 pekerja informal laki laki yang dipilih secara konsekutif, di area pinggir jalan raya. Pada seluruh sampel dilakukan pemeriksaan kadar logam kadmium, kromium dan timbal dalam darah serta pemeriksaan laboratorium lainnya yang diperlukan untuk menghitung skor Framingham.Hasil : Kadar logam kromium dan timbal dalam darah pada semua menunjukkan nilai di bawah Indeks Pajanan Biologis IPB , sedangkan kadar Kadmium pada 5 pekerja menunjukkan nilai di atas IPB. Ada 13 pekerja 13,5 yang Skor Framingham termasuk golongan risiko tinggi. Ditemukan hubungan bermakna antara pajanan kadmium dengan skor Framingham OR 12,15, 95 CI 1,80-81,72 , serta adanya korelasi lemah yang signifikan dengan nilai r pearson sebesar 0,23. Tidak ditemukan adanya hubungan kadar logam lainnya, faktor individu dan faktor pekerjaan lain dengan skor Framingham.Kesimpulan: Pajanan logam Kadmium di atas IPB meningkatkan risiko skor Framingham tinggi sebesar 12 kali, meskipun korelasi lemah 23,5 . Pajanan logam berat kromium dan timbal tidak ditemukan hubungan dengan peningkatan skor Framingham.

Background Coronary Artery Disease is the number one cause of death globally more people die annually from Coronary Artery Disease. Heavy metal exposure has proven to be a major threat to health risk, including cardiovascular disorders at sufficient concentration. Many workers are exposed to heavy metals and informal workers belong to the unprotected population, therefore are at higher risk to have health problems. The aim of this study is to know the relationship between heavy metal cadmium, chromium, lead exposure and risk of coronary heart disesase using Framingham score among informal workers.Method The design of this study was cross sectional with 96 informal workers as sample. Cadmium, Chromium and Lead blood levels were measured and other laboratorium examination was conducted that are needed to calculate the Framingham Score.Results Chromium and Lead blood levels, were all below their Biologic Exposure Index BEI , 5 workers had Cadmium blood above the BEI , 13 workers had a high risk Framingham score 13,5 . Framingham risk score was significantly associated with Cadmium exposure with OR 12,15 , 95 CI 1,80 81,72. Pearson correlation between blood cadmium and Framingham score was significant with r 23,5 weak correlation .Conclusion A positive correlation was found between blood cadmium with Framingham score 23,5 . Chromium ad Lead blood levels had no association with Framingham score."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dodhi Widyatnoko
"Lembaga/organisasi bisnis dan non-bisnis perlu mulai menerapkan manajemen risiko terkait upaya menjaga kesehatan anggota/karyawan/pekerja dimasa kesiagaan pandemi Covid-19 saat ini, dimana manajemen risiko merupakan bagian dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Salah satu bentuk upaya tersebut adalah melakukan identifikasi faktor dan pengukuran risiko penyakit kardiovaskular. Laporan data Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Nasional menyebutkan sebesar 14% dari 5,987 pasien positif Covid-19 yang meninggal, memiliki komorbid penyakit kardiovaskular. Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes). mempekerjakan ±900 asesor, dimana tim asesor cukup berisiko terpapar Covid-19 karena model kerja penilaian akreditasi program studi perlu melakukan verifikasi lapangan (onsite). Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sebuah Decision Support System (DSS) berbasis web dalam rangka upaya pencegahan/pengendalian faktor dan pengukuran risiko penyakit kardiovaskular serta menyediakan dukungan informasi bagi pengelola LAM-PTKes untuk pembuatan kebijakan terkait kesehatan asesor. Metode pengembangan aplikasi menggunakan System Development Life Cycle (SDLC) dengan penerapan Rapid Application Development (RAD) model prototyping dan evaluasi sistem dengan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM). Aplikasi DSS dapat diakses secara online dengan tampilan berbentuk Dashboard dinamis yang berisi informasi klasifikasi risiko, rekaman faktor risiko, saran edukasi pengendalian faktor risiko penyakit kardiovaskular. Hasil penilaian tingkat penerimaan teknologi, mayoritas (91,0%) pengguna (asesor) setuju sistem informasi DSS berguna/bermanfaat, sangat mudah dipahami/digunakan, dan bersedia untuk kembali menggunakan. Selain itu, dari data faktor risiko diperoleh informasi proporsi sebagian besar (52,4%) asesor LAM-PTKes berada pada kategori risiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular.

Business and non-business institutions or organizations need to start implementing risk management related to efforts to maintain the health of members/employees/workers during the current Covid-19 pandemic alert period, where risk management is part of the Occupational Health and Safety Management System (OHSMS). One of these efforts is to identify factors and measure the risk of cardiovascular disease. The National Covid-19 Task Force data report stated, that 14% of the 5,987 positive Covid-19 patients who died had comorbid cardiovascular disease. Indonesian Accreditation Agency for Higher Education in Health (IAAHEH) have ±900 assessors, where the assessor team is quite at risk of being exposed to Covid-19 because the study program accreditation assessment work model needs to carry out field verification (visited). This research aims to design a web-based Decision Support System (DSS) in the context of preventing or controlling factors and measuring cardiovascular disease risk and providing information support for IAAHEH managements for policymaking related prosperity of assessor. The application development method uses the System Development Life Cycle (SDLC) with the application of the Rapid Application Development (RAD) prototype model and system evaluation with the Technology Acceptance Model (TAM) approach. The DSS application can be accessed by internet network and provide a dynamic dashboard display that contains information on risk classification, records of risk factors, educational advice on controlling risk factors for cardiovascular disease. The results of the assessment of the level of technology acceptance, the majority (91.0%) of users (assessors) agree that the DSS information system is useful, very easy to understand/use, and willing to re-use. In addition, from risk factor data, obtained an information on the proportion of most (52.4%) assessors of LAM-PTKes was in the high-risk category for cardiovascular disease. Cardiovascular risk assessment using the Jakarta Cardiovascular Score calculation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Nurhanif
"Latar belakang : Hasil pemeriksaan kesehatan terhadap 544 karyawan PT. X yang dilaksanakan pada tahun 2007 menemukan 18 kasus DM (5,66%). Pada PT. X diketabui pula diterapkan pola shift. Beberapa literatur menyebutkan babwa terdapat hubungan antara faktor shift dengan risiko DM. Permasalahannya apakah tingginya prevalensi DM di PT. X berhubungan dengan shift yang diterapkan pada PT. X ?. Dilakukannya penelilian ini adalah untuk mengetahui pengaruh shift terhadap risiko Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pekerja Pabrik Baterai PT. X.
Metode penelitian : Desain penelilian yang digunakan adahah studi potong lintang. Jumlah sampel yang diambil adalah total sampel berjumlah 544 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara, pemeriksaan kadar glukosa darah TTGO dan pemeriksaan fisik, yang meliputi pengukuran tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan. Penilaian kadar glukosa darah TTGO dilakukan sesuai prosedur pemeriksaan. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor penyebab diabetes, seperti usia, jenis kelamin, masa kerja, shift, gizi, latihan jasmani, riwayat DM dalam keluarga, hipertensi, dan merokok terbadap risiko Diabetes Metitus Tipe 2. Analisis regresi logistik digunakan untuk melihat secara simultan faktor-faktor risiko dan perancu terhadap risiko DM tipe 2.
Hasil penelilian : Didapatkan responden sebanyak 366 pekerja dari total populasi 544 pekerja. Responden yang menderita DM ditemukan sebanyak 81 orang, dengan komposisi terbanyak berusia > 45 (50,6%), dengan nilai P=0,707 dan OR=1,171; lakilaki (97,5%), dengan nilai P=0,511 dan OR=0,566; masa kerja > 20 tabun (70,4%), dengan nitai P=0,694 dan OR=1,114; 72 respenden bekerja dengan shift (88,9%). dengan nilai P=0,012 dan OR = 2,704; 55 responden menderita obesitas (67,9%), dengan nilai P=0,001 dan OR = 2,384; 47 responden memiliki riwayat DM dalam keluarga (62,7%) dengan nilai P=0,000 dan OR=14,299; 40 respponden tidak melakukan latihan jasmani setidaknya l (satu) kali dalam 1 (sata) minggu (49,4%) dangan nilai P = 0,020 dan OR = 0,673; 13 responden menderita hipertensi (16,0%) dengan nilai P=0,648 dan OR=0,857; serta 28 responden perokok (34,6%) dengan nilai P=0,381 dan OR=1,264.
Kesimpulan : Prevalensi Diabetes Melitus responden pabrik baterai PT. X, Jakarta sebesar 22,1%. Prevalensi Diabetes Melitus pada responden dengan shift (8&,9%) lebih tinggi dibandingkan dengan responden tanpa shift (11,1%) serla berbeda secara bermakna. Pekerja dengan shift mempunyai fisiko menderita Diabetes Melitus Tipe 2 sebesar 2,704 kali dibandingkan dengan pekerja tanpa shift. Faktor riwayat DM dalam keluarga, shift, dan gizi berhubungan bermakna terhadap risiko Diabetes Melitus Tipe 2. Sedangkan faktor-faktor lainnya seperti USIa, jenis keiamin, masa kerja dengan shift, latihan jasmani, hipertensi, dan merokok tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2.

Background : Result of medical examination of 544 employees from Battery Company "X" in 2007 found that 18 cases suffer from type 2 DM (5,66%). Company "X" applied shift work system. Many literature mentioned the correlation between shift work with the risk of type 2 DM. The question is highly prevalence of type 2 DM in company "X" related with the shift work applied? This study aims to find correlation between shift and other causative factors with the risk of Type 2 Diabetes Mellitus.
Methods : The design of study used was cross sectional study. The number of sampled was involved 544 people. The data were collected by questionnaire, interview, examination of TTGO blond glucose, and physical examination, included measuring blood pressure, body weight and height. Standard procedure of TTGO blood glucose was used. Bivariate analysis was applied to look at the causative factors such as age, sex, work with shift year, shift work, exercise, nutrition status, history of DM in family, hypertension, and smoking with the risk of type 2 DM. In line with the analysis, the regression logistic analysis was used to look out risk factors and confounding factors simultaneously with risk of type 2 DM.
Result: The number of sample involved was 366 employees. It was found that 81 people suffer from type 2 DM, with majority of respondents belonged to the age over 45 years (50.6%;P =0.707 and OR= 1.171); male respondent (97.5%;P=0.511 and OR= 0.566); work with shift over 20 years (70.4%;P= 0.694 and OR=1.114); 72 respondents work with shift (88.9%;P= 0.012 and OR=2.704); 55 respondents with obesity (67.9%;P=0.001 and OR=2.384); 47 respondents with history of DM in family (62.7%;P=0.000 and OR=14.299); 40 respondents never had exercise in a week (49.4%;P=0.020 and OR=0.673); 13 people with hypertension (16.0%;P=0.648 and OR=0.857); 28 people were smoker (34.6%; P=0.381 and OR=1.264).
Conclusion: Type 2 DM prevalence among workers of battery company "X", Jakarta was 22,1%. Prevalence of type 2 DM among shift workers (88.9%) were higher than workers without shift (11,1%). Shift workers were much more susceptible to type 2 DM than workers without shift. History of DM in family, shift work, and nutrition status had significant correlation with the risk of type 2 OM. Age, sex, work with shift, weekly exercize, hypertension, and smoking did not have significant correlation with the risk of typa 2 DM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T21199
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Dina Rahmawati
"Kejadian dislipidemia di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang prevalensi semakin meningkat dari tahun ke tahun, tak terkecuali pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian dislipidemia. Penelitian yang dilakukan pada sebuah perusahaan alat berat di Cakung, Jakarta Timur ini menggunakan desain studi cross sectional dan metode simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 93 orang pria berusia 25-55 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80,6% responden mengalami dislipidemia. Terdapat hubungan bermakna antara asupan karbohidrat (OR=10,8 95% CI 1,2-95,4), usia (OR=1,7 95% CI 0,5-5,6), IMT (OR=3,9 95% CI 0,7-21,9 ), lingkar pinggang (OR=2,3 95% CI 0,6-8,4), dan hipertensi (OR=1,5 95% CI 0,4-6,7) terhadap kejadian dislipidemia. Asupan karbohidrat merupakan faktor risiko paling dominan setelah dikrontrol oleh variabel usia, IMT, lingkar pinggang dan hipertensi. Diperlukan sosialisasi mengenai PUGS secara lengkap, program kompetisi olah raga yang menarik, dan penyediaan alat pengukur berat badan, tinggi badan serta lingkar pingang yang memadai dari divisi kesehatan perusahaan.

Dyslipidemia is a public health problem in Indonesia which prevalence is increasing every year, including in workers. The objective of this study was to identify risk factors associated with dyslipidemia. This study was conducted a heavy equipment company located in Cakung, East Jakarta using cross sectional design and simple random sampling method with 93 men aged 25-55 years old. The result showed that 80,6% of respondents are having dyslipidemia. There were significant associations between carbohydrate intake (OR=10,8 95% CI 1,2-95,4), age (OR=1,7 95% CI 0,5-5,6), Body Mass Index (BMI) (OR=3,9 95% CI 0,7-21,9), waist circumference (OR=2,3 95% CI 0,6-8,4), and hypertension (OR=1,5 95% CI 0,4-6,7) with dyslipidemia in which carbohydrate intake was the most dominant risk factors after adjustment of multiple confounders. Comprehensive general direction of balanced nutrition (PUGS)’s elucidations, attractive sport competition, and equipping weight scale, stadiometer, and waist circumference tape are needed to done by health division of the company."
2013
S52882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnatami Nurul Azni
"Pajanan agen risiko kesehatan dari lingkungan kerja berdampak pada timbulnya risiko penyakit akibat kerja sehingga pekerja menjadi tidak produktif. Oleh karena itu, untuk mengestimasi risiko kesehatan dari pajanan agen risiko berupa PM10 dari lingkungan kerja, sebuah penelitian analisis risiko telah dilakukan pada 70 orang pekerja industri readymix PT. X Plant Kebon Nanas. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan analisis risiko. Risiko kesehatan akibat pajanan PM10 dihitung dengan membandingkan asupan PM10 dengan dosis referensi. Konsentrasi PM10 diukur pada 6 titik. Hasil konsentrasi tertinggi yaitu 0,407 mg/M3 dan terendah yaitu 0,167 mg/M3 dengan perhitungan konsentrasi rata-rata yaitu 0,289 mg/M3. Hasil perhitungan risiko yang diterima saat ini (realtime) terdapat 21,4% pekerja yang berada dalam kategori berisiko. Sedangkan hasil estimasi risiko yang diterima seumur hidup (lifetime) hanya 2 orang pekerja yang dalam kategori tidak berisiko. Manajemen risiko yang dapat dilakukan adalah dengan menurunkan konsentrasi menjadi 0,08 mg/M3. Dengan konsentrasi tersebut pekerja diestimasikan aman bekerja selama 11 jam per hari dan 362 hari per tahun.

Exposure of a risk agent from the workplace affect the incidence of occupational diseases so the workers are not able to work productively. To estimate health risk from exposure to PM10, health assessment has been conducted among 70 readymix workers of PT. X at Kebon Nanas Plant. PM10 as risk agent was measured in six points and the result of the highest concentration was 0.407 mg/M3 and the lowest concentration was 0.167 mg/M3 with the average concentration was 0.289 mg/M3. The estimations of health risks are represented by Risk Quotient (RQ), which is obtained from the comparison of the daily intake and reference dose. The calculations of the real time risk showed that 21.4 percent of workers are not safe from a health risk (RQ > 1). While only 2 workers are safe from life time risk. The result of safest concentration was 0.08 mg/M3. With that concentration, estimated workers will be safe to work for 11 hr/day and 362 days/year without adverse health effect."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nurfikriya
"Shift kerja yang diterapkan oleh perusahaan dapat memberikan dampak positif maupun negatif terhadap pekerja, salah satu dampak negatifnya adalah munculnya gejala kelelahan. Kelelahan kerja dapat berpengaruh terhadap kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja shift bagian produksi dan packaging di PT. X. penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 124 orang. Penelitian ini dilakukan di bulan Juni – Juli 2019 dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner Occupational Fatigue Exhausted Recovery (OFER), Fatigue Assessment Scale (FAS), dan tracker fitbit charge 2. Hasil analisis uji regresi linier menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara shift kerja, kepuasan kerja dan kualitas tidur dengan kelelahan. Sedangkan tidak ada hubungan bermakna antara beban kerja, waktu perjalanan, stress kerja, usia, status gizi, durasi kerja, waktu istirahat, pekerjaan tambahan dan status kesehatan dengan kelelahan.

Work shift which is applied by company can made a good or bad effect to the employee. One of a bad is a presence of fatigue symptom. Fatigue can affect the capability and willingness to carry out the task even if it may cause accident. This research aims to identify risk factor of fatigue in production and packaging workers at PT. X. this research is a quantitative research using cross sectional study design. The population were production and packaging workers with 124 sample of people. The study was conducted from June to July 2019 by using instrument such as Occupational Fatigue Exhausted Recovery (OFER), Fatigue Assessment Scale (FAS), and tracker fitbit charge 2. The result of regression linear analysis shows that there was a significant relationship between shift workers, job satisfaction, and quality of sleep with fatigue. While there was no significant relationship between workload, commuting time, stress at work, age, nutrition status, duration of work, rest period, second job, and health status with fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habib Qalby AL Zhahir
"Skripsi ini membahas terkait gambaran mengenai faktor risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada karyawan di kantor pusat PT. X Jakarta tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian case study yaitu dilakukan dengan cara meneliti pada kelompok pekerja yang mengalami MSDs secara mendalam dari beberapa hal yang berhubungan dengan kasus tersebut dengan tools berupa dengan tool berupa RULA (Rapid Upper Limb Assessment) dalam menilai postur kerja responden, wawancara mendalam pada responden, check-list desain tempat kerja pada responden, dan medical record responden tahun 2012.
Hasil yang didapatkan adalah postur kerja, desain tempat kerja dan karakteristik personal merupakan faktor-faktor terjadinya MSDs. Sehingga dibutuhkan pengendalian terhadap risiko ini berupa memperbaiki desain tempat kerja sesuai standar OSHA dan memberikan pelatihan/pendidikan terkait pencegahan MSDs.

This research describes about risk factors associated Musculoskeletal Disorders (MSDs) in the central office employees at PT. X Jakarta in 2012. The research was conducted using case study design is done by examining the groups of workers experiencing MSDs in depth from a few matters relating to the case with the tools such as the form of RULA (Rapid Upper Limb Assessment) in assessing the working posture of respondents, interviews depth on the respondents, check-list design work on the respondent, and the medical records of 2012 respondents.
The results obtained are working posture, workplace design and personal characteristics are all factors of MSDs. So, it takes control of this risk in the form of improving the design of the workplace according to OSHA standards and provides training/education related to prevention of MSDs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>