Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158592 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanyan Rusyandi
"Hanya rumah sakit yang menawarkan harga terjangkau dengan pelayanan bermutu yang akan menjadi pilihan masyarakat. Terlepas dari tujuan rumah sakit yang mencari untung atau rumah sakit sosial yang tidak mencari untung, perhitungan tarif yang tepat mutlak sebagai suatu keharusan. Alasannya tingkat pemulihan biaya, efisiensi dan mutu adalah andalan utama agar rumah sakit dapat bertahan. Ketiga hal tersebut hanya bisa diwujudkan apabila rumah sakit mengetahui berapa pendapatannya dan berapa biaya yang ia keluarkan.
Penelitian ini dirancang dengan studi potong lintang melalui pengumpulan deret data berkala selama 3 tahun untuk mengetahui gambaran tingkat pemulihan biaya rawat inap. Hipotesis diuji untuk membuktikan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat pemulihan biaya rawat inap dan faktor apa yang dominan berhubungan dengan tingkat pemulihan biaya rawat Inap. Analisis data dengan metoda penghitungan koefisien korelasi dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pemulihan biaya rawat Inap, sedangkan faktor dominan dicari melalui pendekatan persamaan garis sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan gambaran tingkat pemulihan biaya rawat inap mengalami kenaikan selama periode 2001-2003, walaupun berbeda untuk masing-masing kelas perawatan. Harapan terjadinya subsidi silang belum dapat dibuktikan ini terbukti dengan lebih rendahnya tingkat pemulihan biaya di kelas utama dibanding kelas 3. Faktor yang berhubungan berbeda untuk masing-masing kelas perawatan, sehingga memerlukan tindak lanjut yang tepat agar pemulihan biaya dapat diperbaiki. Secara umum rata-rata tingkat hunian, jumlah tempat tidur, kapasitas dan lama hari rawat berhubungan dengan tingkat pemulihan biaya. Tak kalah penting variabel kebijakan tarif dan SOTK RS juga berhubungan dengan tingkat pemulihan biaya walaupun tidak disetiap kelas perawatan.
Penelitian ini menyarankan pengaturan kapasitas dan jumlah tempat tidur yang saat ini berlangsung ternyata telah memberikan dampak terhadap tingkat pemulihan biaya. Ini perlu dilanjutkan dengan penemuan formula yang tepat melalui penerapan hasil penelitian serta penambahan data untuk 5 (lima) tahun.
Daftar Bacaan : 44 (1990-2004)

Factors Related to Cost Recovery Rate of In-Hospital Care in R. Syamsudin Hospital Sukabumi Year 2001-2003Only hospital that offers affordable price with quality service that will be selected by people. Despite its profit or social orientation, appropriate pricing is a must. Cost recovery rate, efficiency, and quality are major components for a hospital to be survived. Those aspects could only be implemented if the hospital knows exactly its income and expenditure.
This study was designed as cross sectional study and data was collected retrospectively in three years period aimed at describing the cost recovery rate of in-hospital care. Hypotheses were tested to examine which factor was related to in-hospital cost recovery rate and what was the most dominant factor. Data was analyzed with coefficient correlation calculation method to understand the relationship and simple linear modeling to find the most dominant factor.
The study results show that there was an increase in in-hospital cost recovery rate during the period of 2001-2003, even though differences were found for different classes of care. Cross subsidy was not found as expected since the cost recovery rate of first class was lower than that of third class. Factors related to the rate were different for different classes and thus needed appropriate follow-up action as to improve the rate. In general, occupancy rate, bed numbers, capacity, and length of care were related to cost recovery rate. Other important factors were tariff policy and hospital SOTK, though they were not related to cost recovery rate in all classes.
It is recommended to sustain the existing regulation on capacity and number of bed which was proven to impart positive impact to cost recovery rate. This is to be continued with finding appropriate formula through research and with supplementing data for five years.
References: 44 (1990-2004).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13060
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deden Herlan Suangsa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model sistem notifikasi interaksi obat otomatis bagi petugas kefarmasian, sehingga dapat segera mengedukasi pasien atau keluarganya. Pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat penting dalam menjamin keselamatan pasien, dan salah satu unit pelayanan yang penting adalah pelayanan kefarmasian, khususnya pelayanan informasi obat (PIO). PIO berfungsi untuk mengidentifikasi obat-obatan dengan kewaspadaan tinggi serta obat-obatan berisiko tinggi sebagai penyebab terjadinya reaksi obat yang merugikan (ROTD) terutama pada usia lanjut, interaksi obat merupakan masalah utama yang perlu mendapat perhatian. Saat ini pendataan dalam penelitian ini diprioritaskan untuk lansia, terdapat 55 orang geriatri yang dirawat, 7 orang terdeteksi bahwa interaksi obat dengan obat lain dalam resep dilakukan melalui review resep secara manual. Memang klinik farmasi tidak selalu salah, tetapi dalam banyak kasus dapat menyebabkan hasil yang negatif atau efektivitas pengobatan yang buruk. Oleh karena itu, pemantauan dan tinjauan diperlukan untuk memvalidasi apakah semua obat masih diperlukan, dan bagaimana reaksi obat dan interaksi obat terjadi. Pemantauan dalam sistem terintegrasi untuk interaksi obat sangat diperlukan dan juga mendidik pasien agar efek obat tidak terganggu. Pengumpulan informasi dan data untuk studi awal dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD). Wawancara mendalam dengan apoteker, asisten apoteker, tenaga promosi kesehatan rumah sakit, dan programmer rumah sakit merupakan kajian mendalam dari hasil FGD. Analisis sistem berdasarkan wawancara menjadi dasar perancangan sistem dengan pendekatan pengembangan sistem, yaitu menggunakan metode prototyping hingga tahap pemodelan. Sedangkan uji kelayakan Sistema menggunakan uji Usability Test dan Technology Acceptance Model (TAM). Metode pengolahan data kuesioner dari studi kelayakan Aplikasi menggunakan program SPSS. Berdasarkan hasil pengujian prototipe sistem notifikasi interaksi obat-ke-obat, sebanyak 53 responden lansia dengan 125 jenis data obat menunjukkan bahwa database prototipe sistem notifikasi interaksi obat-ke-obat lebih banyak ditemukan interaksi obat. dibandingkan proses manual oleh petugas apoteker, sehingga dapat memberikan notifikasi kepada apoteker lebih cepat. Rancangan logis dari sistem notifikasi interaksi obat ini berfungsi sebagai notifikasi kepada petugas apotek saat penginputan resep obat dengan sistem yang terintegrasi, sehingga pasien akan diberikan edukasi yang lebih tepat. Sistem ini dapat mempermudah akses informasi dan efisiensi waktu. Secara teoritis, desain tersebut dapat memberikan solusi yang efisien dan efektif dalam mengidentifikasi obat-obatan yang diberikan secara hati-hati kepada pasien lansia dengan diintegrasikan ke dalam sistem notifikasi interaksi obat di rumah sakit, pasien lanjut usia dapat dengan aman mengonsumsi obat yang diberikan setelah mendapatkan edukasi yang tepat tentang cara penggunaan obat-obatan.

This research aimed to develop an automatic drug interaction notification system model for pharmaceutical officers, so that they can immediately educate patients or families. Medical services in hospitals are especially important in ensuring patient safety, and one of the important service units is the pharmaceutical service, especially the drug information service (DIC). DIC serves to identify high-alert medication as well as high-risk drugs as a cause of adverse drug reactions (ADR) especially in the erderly, drug interaction is a major problem thet needs attention. Currently the data collection in this research prioriting for the elderly, there were 55 geriatric who were being treated, 7 people were detected that drug interactions with other drug in the prescription were given through manual review of prescriptions. Indeed pharmacy clinics are not always wrong, but in many cases it can lead to negative results or poor effectiveness of treatment. Therefore, monitoring and review is needed to validate whether all drugs are still needed, and how drug reactions and drug interactions are present. Monitoring in integrated system for drug interactions is indispensable and also educates patients so that drug effects are not disrupted. The information and data collection for the initial study were conducted through Focus Group Discussion (FGD). In-depth interviews with pharmacists, pharmacist assistants, hospital health promotion staff, and hospital programmers were the in-depth studies of the results of the FGD. The system analysis based on the interviews was the basis for the system design with a systems development approach, that is, using the prototyping method to the modeling stage. While the Sistema feasibility test used the Usability Test and the Technology Acceptance Model (TAM) test. The questioner data processing method from the Application feasibility study used the SPSS program. Based on the results of testing the prototype of drug-to-drug interaction notification system, as many as 53 elderly respondents with 125 types of drug data indicated that the database of the prototype of drug-to-drug interaction notification system discovered more drug interactions than the manual process by pharmacist officers, so as to provide notification to pharmacists more quickly. The logical design of this drug interaction notification system functions as a notification to pharmacy officers when inputting drug prescriptions with the integrated system, so that patients will be given more precise education. This system can simplify the access to information and time efficiency. Theoretically, the design can provide an efficient and effective solution in identifying cautious drugs that are administered to erderly patients by being integrated into the drug interaction notification system of the hospital, elderly patients can safely consume the drugs given after receiving proper education about how to use the drugs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deden Herlan Suangsa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model sistem notifikasi interaksi obat otomatis bagi petugas kefarmasian, sehingga dapat segera mengedukasi pasien atau keluarganya. Pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat penting dalam menjamin keselamatan pasien, dan salah satu unit pelayanan yang penting adalah pelayanan kefarmasian, khususnya pelayanan informasi obat (PIO). PIO berfungsi untuk mengidentifikasi obat-obatan dengan kewaspadaan tinggi serta obat-obatan berisiko tinggi sebagai penyebab terjadinya reaksi obat yang merugikan (ROTD) terutama pada usia lanjut, interaksi obat merupakan masalah utama yang perlu mendapat perhatian. Saat ini pendataan dalam penelitian ini diprioritaskan untuk lansia, terdapat 55 orang geriatri yang dirawat, 7 orang terdeteksi bahwa interaksi obat dengan obat lain dalam resep dilakukan melalui review resep secara manual. Memang klinik farmasi tidak selalu salah, tetapi dalam banyak kasus dapat menyebabkan hasil yang negatif atau efektivitas pengobatan yang buruk. Oleh karena itu, pemantauan dan tinjauan diperlukan untuk memvalidasi apakah semua obat masih diperlukan, dan bagaimana reaksi obat dan interaksi obat terjadi. Pemantauan dalam sistem terintegrasi untuk interaksi obat sangat diperlukan dan juga mendidik pasien agar efek obat tidak terganggu. Pengumpulan informasi dan data untuk studi awal dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD). Wawancara mendalam dengan apoteker, asisten apoteker, tenaga promosi kesehatan rumah sakit, dan programmer rumah sakit merupakan kajian mendalam dari hasil FGD. Analisis sistem berdasarkan wawancara menjadi dasar perancangan sistem dengan pendekatan pengembangan sistem, yaitu menggunakan metode prototyping hingga tahap pemodelan. Sedangkan uji kelayakan Sistema menggunakan uji Usability Test dan Technology Acceptance Model (TAM). Metode pengolahan data kuesioner dari studi kelayakan Aplikasi menggunakan program SPSS. Berdasarkan hasil pengujian prototipe sistem notifikasi interaksi obat-ke-obat, sebanyak 53 responden lansia dengan 125 jenis data obat menunjukkan bahwa database prototipe sistem notifikasi interaksi obat-ke-obat lebih banyak ditemukan interaksi obat. dibandingkan proses manual oleh petugas apoteker, sehingga dapat memberikan notifikasi kepada apoteker lebih cepat. Rancangan logis dari sistem notifikasi interaksi obat ini berfungsi sebagai notifikasi kepada petugas apotek saat penginputan resep obat dengan sistem yang terintegrasi, sehingga pasien akan diberikan edukasi yang lebih tepat. Sistem ini dapat mempermudah akses informasi dan efisiensi waktu. Secara teoritis, desain tersebut dapat memberikan solusi yang efisien dan efektif dalam mengidentifikasi obat-obatan yang diberikan secara hati-hati kepada pasien lansia dengan diintegrasikan ke dalam sistem notifikasi interaksi obat di rumah sakit, pasien lanjut usia dapat dengan aman mengonsumsi obat yang diberikan setelah mendapatkan edukasi yang tepat tentang cara penggunaan obat-obatan.

This research aimed to develop an automatic drug interaction notification system model for pharmaceutical officers, so that they can immediately educate patients or families. Medical services in hospitals are especially important in ensuring patient safety, and one of the important service units is the pharmaceutical service, especially the drug information service (DIC). DIC serves to identify high-alert medication as well as high-risk drugs as a cause of adverse drug reactions (ADR) especially in the erderly, drug interaction is a major problem thet needs attention. Currently the data collection in this research prioriting for the elderly, there were 55 geriatric who were being treated, 7 people were detected that drug interactions with other drug in the prescription were given through manual review of prescriptions. Indeed pharmacy clinics are not always wrong, but in many cases it can lead to negative results or poor effectiveness of treatment. Therefore, monitoring and review is needed to validate whether all drugs are still needed, and how drug reactions and drug interactions are present. Monitoring in integrated system for drug interactions is indispensable and also educates patients so that drug effects are not disrupted. The information and data collection for the initial study were conducted through Focus Group Discussion (FGD). In-depth interviews with pharmacists, pharmacist assistants, hospital health promotion staff, and hospital programmers were the in-depth studies of the results of the FGD. The system analysis based on the interviews was the basis for the system design with a systems development approach, that is, using the prototyping method to the modeling stage. While the Sistema feasibility test used the Usability Test and the Technology Acceptance Model (TAM) test. The questioner data processing method from the Application feasibility study used the SPSS program. Based on the results of testing the prototype of drug-to-drug interaction notification system, as many as 53 elderly respondents with 125 types of drug data indicated that the database of the prototype of drug-to-drug interaction notification system discovered more drug interactions than the manual process by pharmacist officers, so as to provide notification to pharmacists more quickly. The logical design of this drug interaction notification system functions as a notification to pharmacy officers when inputting drug prescriptions with the integrated system, so that patients will be given more precise education. This system can simplify the access to information and time efficiency. Theoretically, the design can provide an efficient and effective solution in identifying cautious drugs that are administered to erderly patients by being integrated into the drug interaction notification system of the hospital, elderly patients can safely consume the drugs given after receiving proper education about how to use the drugs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Juwanita Dewi
"Rumah sakit sebagai tempat bekerja yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit sehingga kesehatan pegawai rumah sakit perlu menjadi perhatian. Dengan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit maka RSUD R. Syamsudin, SH. Kota Sukabumi telah mengimplementasikan kebijakan kesehatan kerja untuk pegawai rumah sakit dengan diterbitkannya Keputusan Direktur Nomor 88 Tahun 2017 tentang Panduan Pelayanan Kesehatan Kerja di RSUD R. Syamsudin,SH dan menyelenggarakan kegiatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk pegawai rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mendalam mengenai Analisis Implementasi Kebijakan terkait Kesehatan Kerja Pegawai di RSUD R. Syamsudin, SH. Kota Sukabumi Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Rapid Assesment Procedure RAP, pengumpulan data dengan melalui wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen.
Penelitian ini menggunakan kerangka teori dari Van Meter dan Van Horn yang terdiri dari enam variabel yaitu standar dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakterikstik badan pelaksana, komunikasi antar organisasi, disposisi pelaksana dan dukungan lingkungan sosial ekonomi dan politik.
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat beberapa kendala berdasarkan enam variabel dari teori van meter dan van horn sehingga implementasi kebijakan kesehatan kerja pegawai di RSUD R. Syamsudin, SH. KotaSukabumi belum optimal dilaksanakan.
Beberapa saran direkomendasikan pada penelitian ini antara lain melakukan sosialisasi dan monitoring evaluasi secara berkala terhadap implementasi kebijakan kesehatan kerja pegawai di rumah sakit, pemerintah daerah mengalokasikan anggaran khusus untuk kesehatan kerja pegawai, serta membuat mekanisme atau SOP terkait implementasi kebijakan kesehatan kerja untuk pegawairumah sakit.

Hospitals as workplaces that have a high risk to the safety and health of hospital human resources so that the health of hospital employees need to be a concern. With the issuance of Regulation of the Minister of Health No. 66 of 2016 on Occupational Health and Safety of Hospitals, RSUD R. Syamsudin, SH. Kota Sukabumi has implemented awork health policy for hospital staff with the issuance of Director Decree No. 88 of2017 on Health Service Guidelines at RSUD R. Syamsudin, SH and conducting promotive, preventive, curative and rehabilitative activities for hospital staff.
This study aims to obtain in depth information on Policy Implementation related to Occupational Health of Employees in RSUD R. Syamsudin, SH. City of Sukabumi Year 2018. This research uses qualitative method with approach Rapid Assessment Procedure RAP, data collecting by in depth interview, observation and document review.
This study usesthe theoretical framework of Van Meter and Van Horn which consists of six variables, namely standard and policy objectives, resources, executing agency characteristics, inter organizational communication, implementing disposition and support of socioeconomic and political environment.
In this research, there are some obstacles based onsix variables from van meter and van horn theory so that the implementation ofemployee health policy in RSUD R. Syamsudin, SH. The city of Sukabumi has not been optimally implemented.
Suggestions recommended in this study include socializing andmonitoring periodic evaluations of the implementation of health policy of employees inthe hospital, local governments allocate special budgets for occupational health toworker, as well as establishing relevant mechanisms or SOPs implementation ofoccupational health policy for hospital staff.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Muhamad Firmansyah
"ABSTRAK
Interdialytic Weight Gain (​IDWG) merupakan akumulasi cairan pada dua waktu dialisis yang dapat dipengaruhi ​oleh asupan cairan, natrium, dan tidak adekuatnya ultrafiltrasi. Kenaikan IDWG yang tinggi akan meningkatkan mortalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan manajemen terapi dialisis kronis dengan IDWG. Desain penelitian ini adalah ​cross-sectional yang melibatkan 94 responden yang dipilih melalui consecutive sampling. Kepatuhan dinilai menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari End Stage Renal Disease Adherence Quesstionaire. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang sedang antara kepatuhan manajemen terapi dialisis kronis dengan IDWG (P value = 0,001), (r = - 0,49) artinya semakin tinggi kepatuhan manajemen terapi dialisis kronis maka IDWG akan semakin ringan. Pembatasan cairan dan makanan menunjukkan ada hubungan dengan IDWG (P value = 0,001), (r = -0,48); r = -0,38) untuk keduanya. Mayoritas pasien patuh terhadap manajemen terapi dialisis kronis (61,7%) dan IDWG terbanyak dalam kategori ringan (46,8%). Disarankan bagi perawat HD agar memilih strategi yang tepat dalam meningkatkan kepatuhan pasien HD untuk menurunkan IDWG.

ABSTRACT
Interdialytic Weight Gain (IDWG) is an accumulation of fluid between two-time dialysis which influenced by fluid intake, sodium, and inadequate of ultrafiltration, the increase of IDWG may enhance mortality among haemodialysis patient. This study aims to identify the relationship between chronic dialysis therapy management and IDWG. The design of this study was cross-sectional, involved 94 respondents being selected by consecutive sampling. The adherence was assesed using questionnaire that was adapted from End Stage Renal Disease Adherence Qustionnaire. The result of the study shows there is a significant relationship between chronic dialysis therapy management and IDWG (P value = 0,001), (r = - 0,49) it means higher the adherence of chronic dialysis therapy management then IDWG will be lighter. Fluid restriction and diet restriction showed a relationship with IDWG (P value = 0,001), (r = -0,48; r = -0,38) respectively. Majority patients had adherence of chronic dialysis therapy management (61,7%) had IDWG in low category (46,8%). it can be suggested that nurses have to create appropriate strategies to increase patients' adherence in order to reduce IDWG on haemodialysis patients"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S66030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yuwanti
"Pada era globalisasi dan persaingan dalam bidang perumahsakitan saat ini, rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya. Salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepuasan pasien dan keadaan mutu pelayanan kesehatan secara obyektif di ruang rawat inap . Penelitian ini bersifat survei dengan pendekatan cross sectional . Data primer didapat melalui pengisian kuesioner oleh pasien dan check list oleh pengamat. Analisa statistik yang dipakai adalah analisa univariat untuk melihat gambaran deskriptif, analisa bivariat Anova untuk melihat perbedaan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat berbeda , analisa Korelasi dari Spearman dan uji Chi Square untuk melihat bagaimana hubungannya antara persepsi pasien dengan hasil pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat kepuasan pasien dan hasil pengamatan mutu pelayanan masih kurang baik. Didapatkan ada perbedaan tingkat kepuasan pada ruang perawatan yang berbeda. Faktor mutu keadaan fisik mempunyai hubungan yang baik dan siknifikan antara persepsi pasien dan pengamatan obyektif Sedangkan faktor mutu lainnya mempunyai hubungan yang lemah dan tidak siknifikan.
Berdasarkan penelitian ini disarankan ; perlu dilakukan pengukuran tingkat kepuasan pasien secara berkesinambungan, memprioritaskan peningkatan faktor mutu kepedulian dan keadaan fisik agar dapat memberikan kepuasan kepada pasien yang dirawat di RSU.R.Syamsudin SH Sukabumi.

In this globalization and tough competition in business, hospitals are demanded to increase quality of health care services. One indicator to measure the quality of health care in hospital is patient satisfaction.
The goal of this research is to describe the degree of patient satisfaction and the objective quality of health service at ln-Patient Department. This research using a cross sectional approach and the primary data is taken by filling the questioner by patient and filling a check list by observer. Statistically analysis to be used are ; univariant analysis to show descriptive data , bivariant analysis with Anova to show the different degree of patient satisfaction and dimension of service quality from patient in different rooms and Spearman Correlation and Chi Square test to show how is the correlation between patient perceived and the result of the observation.
The result shows that the general degree of patient satisfaction and the observation result is not good . There is difference patient satisfaction in different service rooms. Dimension of tangibles have a meaningful correlation statistically between perceived patient and the observation , while the other dimensions has a bad correlation statistically and insignificant.
Based on the research, there are some suggestions such as ; measuring the degree of patient satisfaction, integratedly, prioritizing and increasing the dimensions of empathy and tangibles so that could give patient satisfaction at the general hospital R.Syamsudin SH Sukabumi.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayat Gunawan
"ABSTRAK
Komite Medik adalah wadah baru dalam struktur organisasi perumah sakitan di Indonesia, terlahir dengan diberlakukannya SK Menkes no 983/1992. Komite ini bertugas membantu direktur rumah sakit untuk menjaga kualitas pelayanan medik dengan menghimpun, mengatur, mengawasi dan mengembangkan tenaga medis rumah sakit.
Akreditasi rumah sakit adalah salah satu upaya Departemen Kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia, dimana pelayanan medis merupakan salah satu aspek didalamnya. Para pelaksana pelayanan medis ini adalah tenaga medis yang pengaturan pengelolaannya dilaksanakan oleh Komite Medik, sehingga Akreditasi rumah sakit secara tidak langsung menilai Komite Medik.
Untuk melihat sejauh mana intervensi persiapan akreditasi rumah sakit mempunyai pengaruh pada pengembangan Komite Medik di RSU R Syamsudin, SH, diadakan penelitian yang dilakukan antara bulan Juni 1997 sampai dengan Maret 1998 di RSU R Syamsudin, SH Sukabumi.
Rancangan penelitian ini adalah Studi Kasus dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif pada organisasi Komite Medik di RSU R Syamsudin, SH Sukabumi, dengan melakukan Pengamatan Berperan Serta terhadap pelaksanaan proses persiapan akreditasi, melaksanakan Wawancara Mendalam kepada direktur dan pengurus inti Komite Medik yang berkaitan dengan hambatan yang terjadi pada fase pra akreditasi dan kondisi minimal yang harus ada agar Komite Medik dapat tetap aktif pada fase pasca akreditasi serta pengisian kuesioner yang ditujukan kepada seluruh pengurus dan anggota Komite Medik yang isinya berkaitan dengan pengembangan yang terjadi setelah proses persiapan akreditasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan yang terjadi pada fase pra akreditasi adalah kurangnya informasi, kemandirian dokter yang berlebihan, "sense of belonging" yang kurang dan belum adanya "medical staff by laws". Pengembangan yang terjadi setelah proses persiapan akreditasi adalah terjadi peningkatan pengetahuan, aktivitas dan struktur Komite Medik. Dirasakan juga terjadi peningkatan motivasi dalam mengembangkan Komite Medik oleh para tenaga medik. Adapun kondisi minimal yang harus ada agar Komite Medik tetap konsisten pada fase pasca akreditasi adalah adanya komitmen bersama dari seluruh anggota Komite Medik, minimalisasi hambatan, disiplin yang tinggi pada jadwal program dan adanya dukungan direktur yang berkesinambungan.

ABSTRACT
The "Komite Medik" or Medical Committee is a new setting within organizational structure of a hospital, established through the Decree of Minister of Health number 983/1992. Its mission is to assist the hospital director in the conduct of recruitment, developing regulation, supervision and developing of the medical staff, in order to maintain the quality of medical service.
Accreditation of hospital is an attempt launched by Department of Health to upgrade the level of health service performance in all hospitals through out Indonesia. The accreditation of hospital service is very closely related to the performance of the medical staff which is administered professionally by the "Komite Medik".
This study attempts to identify and analyze to what extent the process of accreditation does influence the performance of the "Komite Medik" in R. Syamsudin Hospital, where the study was undertaken from June 1997 up to March 1998.
The design was a case study, using quantitative and qualitative approaches. Observation by active participation to all of the accreditation process, indepth interviews with director and main staff of "Komite Medik" in connection with resistances and obstacles and to find out minimal condition to maintain the performance of "Komite Medik" after intervention and interview using questionnaire addressed to all staffs and members of "Komite Medik" in connection with the development occurred after the process of accreditation were methods to collect data.
The result of the study showed that in pre accreditation period were lack or shortage of information, too great independency of individual staff, lack of sense of belonging, and the absence of medical staff by laws.
However, improvement of knowledge, developing of subcommittees as well as the increase of activities of "Komite Medik" were significantly seen after the accreditation process.
The minimal condition to maintain the existancee "Komite Medik" are common commitment by all members of "Komite Medik", minimalizing resistances and obstacles, maximaling discipline to obey scheduled program and above all by continuous support given by the hospital director.
"
Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haniah Alatas
"Keberadaan green hospital sangat diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan manusia dan lingkungan, karena rumah sakit merupakan salah satu penyumbang polusi. RSUD R. Syamsudin, SH menjadi anggota Global Green and Healthy Hospital serta berkomitmen untuk melaksanakan sepuluh agenda yaitu kepemimpinan, bahan kimia, limbah, energi, air, transportasi, makanan, farmasi, gedung, dan pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi green hospital dengan Kriteria Kerangka Kinerja Ekselen Malcolm Baldrige. Kerangka Kinerja Ekselen Malcolm Baldrige mengevaluasi berdasarkan tujuh kriteria yaitu kepemimpinan, strategi, pelanggan, pengukuran, analisis, dan manajemen pengetahuan, tenaga kerja, operasi serta hasil. Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan mengumpulkan informasi melalui wawancara mendalam, kuesioner, dan telaah dokumen, Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan green hospital RSUD R. Syamsudin, SH mendapatkan skor 620.1 dari 1000 (skor maksimal) sehingga diposisikan pada emerging industry leader. Kriteria Kepemimpinan mendapatkan poin tertinggi, sedangkan poin terendah adalah Kriteria Pelanggan. Dapat disimpulkan, RSUD R. Syamsudin, SH berada di posisi menengah dalam implementasi green hospital, artinya sudah memiliki beberapa keunggulan tetapi masih ada beberapa faktor yang dapat ditingkatkan lagi agar pelaksanaan green hospital dapat lebih optimal. Untuk itu, direkomendasikan kepada RSUD R. Syamsudin, SH agar melakukan evaluasi rutin, mempromosikan green hospital lebih gencar, melakukan optimalisasi SIM RS, serta penguatan anggaran agar pencapaian sepuluh agenda lebih optimal.

The existence of green hospital is very necessary to overcome climate change which can cause disruption to human health and the environment, because hospitals are one of the contributors to pollution. RSUD R. Syamsudin, SH became a member of the Global Green and Healthy Hospital and is committed to implementing ten agendas, namely leadership, chemicals, waste, energy, water, transportation, food, pharmacy, buildings, and purchasing. Aim of this study is to analyze the implementation of green hospital with the Malcolm Baldrige Criteria Framework for Excellence Performance. Malcolm Baldrige Criteria evaluates based on seven criteria which isleadership, strategy, customer, measurement, analysis, and management of knowledge, labor, operations and results. The design of this study is qualitative by gathering information through in-depth interviews, questionnaires, and document review. Based on the results of research, the implementation of the green hospital in R. Syamsudin Hospital, SH received a score of 620.1 out of 1000 (maximum score) so that it was positioned in emerging industry leaders. The Leadership Criteria get the highest points, while the lowest points are the Customer Criteria. It can be concluded, RSUD R. Syamsudin, SH is in the average position in implementing green hospital, meaning that it already has several advantages but there are still several factors that can be improved so that the implementation of green hospital can be more optimal. For this reason, it was recommended to RSUD R. Syamsudin, SH to carry out routine evaluations, promote green hospital more aggressively, optimize hospital management information system, and strengthen the budget so that the achievement of ten agendas more optimized."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haniah Alatas
"Keberadaan green hospital sangat diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan manusia dan lingkungan, karena rumah sakit merupakan salah satu penyumbang polusi. RSUD R. Syamsudin, SH menjadi anggota Global Green and Healthy Hospital serta berkomitmen untuk melaksanakan sepuluh agenda yaitu kepemimpinan, bahan kimia, limbah, energi, air, transportasi, makanan, farmasi, gedung, dan pembelian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi green hospital dengan Kriteria Kerangka Kinerja Ekselen Malcolm Baldrige. Kerangka Kinerja Ekselen Malcolm Baldrige mengevaluasi berdasarkan tujuh kriteria yaitu kepemimpinan, strategi, pelanggan, pengukuran, analisis, dan manajemen pengetahuan, tenaga kerja, operasi serta hasil. Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan mengumpulkan informasi melalui wawancara mendalam, kuesioner, dan telaah dokumen.
Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan green hospital RSUD R. Syamsudin, SH mendapatkan skor 620.1 dari 1000 (skor maksimal) sehingga diposisikan pada emerging industry leader. Kriteria Kepemimpinan mendapatkan poin tertinggi, sedangkan poin terendah adalah Kriteria Pelanggan. Dapat disimpulkan, RSUD R. Syamsudin, SH berada di posisi menengah dalam implementasi green hospital, artinya sudah memiliki beberapa keunggulan tetapi masih ada beberapa faktor yang dapat ditingkatkan lagi agar pelaksanaan green hospital dapat lebih optimal. Untuk itu, direkomendasikan kepada RSUD R. Syamsudin, SH agar melakukan evaluasi rutin, mempromosikan green hospital lebih gencar, melakukan optimalisasi SIM RS, serta penguatan anggaran agar pencapaian sepuluh agenda lebih optimal.

The existence of green hospital is very necessary to overcome climate change which can cause disruption to human health and the environment, because hospitals are one of the contributors to pollution. RSUD R. Syamsudin, SH became a member of the Global Green and Healthy Hospital and is committed to implementing ten agendas, namely leadership, chemicals, waste, energy, water, transportation, food, pharmacy, buildings, and purchasing. Aim of this study is to analyze the implementation of green hospital with the Malcolm Baldrige Criteria Framework for Excellence Performance. Malcolm Baldrige Criteria evaluates based on seven criteria which isleadership, strategy, customer, measurement, analysis, and management of knowledge, labor, operations and results. The design of this study is qualitative by gathering information through in-depth interviews, questionnaires, and document review.
Based on the results of research, the implementation of the green hospital in R. Syamsudin Hospital, SH received a score of 620.1 out of 1000 (maximum score) so that it was positioned in emerging industry leaders. The Leadership Criteria get the highest points, while the lowest points are the Customer Criteria. It can be concluded, RSUD R. Syamsudin, SH is in the average position in implementing green hospital, meaning that it already has several advantages but there are still several factors that can be improved so that the implementation of green hospital can be more optimal. For this reason, it was recommended to RSUD R. Syamsudin, SH to carry out routine evaluations, promote green hospital more aggressively, optimize hospital management information system, and strengthen the budget so that the achievement of ten agendas more optimized.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaira Utia Yusrie
"Latar Belakang: Keganasan saluran cerna bagian atas terutama esofagus dan gaster
merupakan penyebab kematian akibat kanker keenam dan ketiga di dunia. Beberapa
penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesintasan pasien pada
pasien keganasan esofagus, gaster dan duodenum dalam studi yang terpisah telah
banyak dilakukan, namun saat ini belum diketahui sepenuhnya faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi kematian pasien keganasan saluran cerna bagian atas di
Indonesia dengan pengembangan model prognostik.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor prognostik kematian 1 tahun pada pasien
keganasan saluran cerna bagian atas di Indonesia.
Metode: Studi kohort retrospektif berbasis data rekam medis pasien keganasan
saluran cerna bagian atas di RSUPN Cipto Mangunkusumo (2015-2019). Analisis
bivariat dan multivariat dengan uji statistik Cox Proportional Hazards Regression
Model dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor independen yang
mempengaruhi kematian pasien keganasan saluran cerna bagian atas. Sistem skor
dikembangkan berdasarkan identifikasi faktor-faktor tersebut.
Hasil: 184 pasien dianalisis, sebagian besar laki-laki (58,7%), dengan rata rata
usia 54,5 tahun. Faktor-faktor independen yang berhubungan dengan kematian 1
tahun pasien keganasan saluran cerna bagian adalah usia > 60 tahun dengan HR
1,93 (IK95% 1,30-2,88), indeks massa tubuh < 20 dengan HR 2,04 (IK95% 1,25-
3,33), riwayat merokok dengan HR 1,77 (IK95%1,20-2,61), performa status ECOG
> 2 dengan HR 3,37 (IK95% 2,11-5,37), stadium tumor dengan stadium 4 dengan
HR 9,42 (IK95% 1,27-69,98) dan stadium 3 HR 9,78 (IK95% 1,31-72,69), dan
derajat diferensiasi tumor dengan HR 2,30 (IK95% 1,48-3,58) Kesintasan 1 tahun
adalah 39,7% dengan median survival 9 bulan. Skor prognotik kematian keganasn
saluran cerna bagian atas yang dikembangkan memiliki nilai AUC yang baik 0,918
Kesimpulan: Faktor-faktor independen yang berhubungan dengan kematian 1
tahun pasien keganasan saluran cerna bagian atas adalah usia, indeks masa tubuh,
riwayat merokok, performa status, stadium tumor, derajat diferensiasi tumor dan
keterlambatan intervensi. Kesintasan 1 tahun pasien keganasan saluran cerna bagian atas
adalah 39,7%. Telah dibuat sistem skor prediksi probabilitas kematian keganasan
saluran cerna bagian atas

Background: Upper gastrointestinal malignancy especially esophageal and gastric
cancer is the sixth and third leading cause of cancer-related deaths worldwide.
Some studies have been done separately to investigate factors which associated
with survival in patients with upper gastrointestinal malignancy, but not fully
evaluated which factors associated with mortality patients with upper
gastrointestinal malignancy regarding variables and prognostic score model.
Objective: To assess prognostic factors for one-year mortality in patients with
upper gastrointestinal malignancy in Indonesia
Methods: Retrospective cohort study using the hospital database of patients with
upper gastrointestinal malignancy at Cipto Mangunkusumo Hospital (2015-2019).
Bivariate and multivariate cox proportional hazards regression analysis were
performed to identify independent factors associated with mortality upper
gastrointestinal malignancy. Scoring system were developed based on the identified
factors.
Results: 184 patients were analyzed, mostly male (58,7%) with average ages 54,5
years old. Independent factors associated with one-year mortality were age > 60
years with HR 1,93 (95%CI 1,30-2,88), body mass index < 20 with HR 2,04 (95%CI
1,25-3,33), smoking history with HR 1,77 (95%CI 1,20-2,61), performance status
ECOG > 2 with HR 3,37 (95%CI 2,11-5,37), clinical stage which is 4th stage HR
9,42 (95%CI 1,27-69,98) and 3rd stage HR 9,78 (95%CI 1,31-72,69), and cellular
differentiation grade with HR 2,30 (95%CI 1,48-3,58). One-year survival rate was
39,7% with median survival was 9 months. The scoring system for predicting
mortality had AUC values of 0,918 respectively.
Conclusion: The independent factors associated with one-year mortality were age,
body mass index, smoking history, performance status, clinical stage of tumor,
cellular differentiation grade, and delay for start treatment. 1-year survival rate
was 39,7%. The mortality probability prediction scoring system has been developed
for upper gastrointestinal malignancy
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>