Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90409 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simarmata, Hendricus Andy
"Dewasa ini, batubara menjadi salah satu komoditi perdagangan terbesar di Kota Banjarmasin yang ditandai dengan tumbuhnya 9 (sembilan) kegiatan terminal batubara (stockpile) di pinggiran Sungai Barito sejak tahun 1999. Terminal ini berfungsi sebagai tempat pengumpulan, penumpukan, dan pemuatan batubara ke tongkang, untuk kemudian dibawa ke laut lepas. Aktivitas ini ternyata membawa dampak terhadap lingkungan, khususnya ruang udara. Debu yang dihasilkan dari proses pemuatan batubara ke tongkang telah menyebar sampai ke permukiman penduduk karena jarak lokasi stockpile yang berdekatan. Permasalahannya adalah seberapa jauh jaraknya sebaran debu tersebut terhadap kawasan permukiman penduduk dan bagaimana mereka dapat beradaptasi dengan kondisi tersebut?
Berdasarkan basil penelitian, maka diketahui bahwa pola sebaran debu batubara lebih luas radius pencemarannya pada musim hujan, dan hal tersebut berdampak pada 6 (enam) kelurahan yang berada pada kategori status tercemar berbahaya sepanjang musim. Kualitas udara terbukti sangat buruk karena 2 (dua) tahun terakhir, kadarnya di atas ambang baku mutu dan sebagian besar penduduk merasa terganggu dengan kondisi tersebut. Walaupun tidak terbukti adanya hubungan peningkatan jumlah debu batubara terhadap jumlah penderita ISPA, namun jenis gangguan yang paling dirasakan adalah gangguan pernafasan, penglihatan, dan psikis. Pola adaptasi di daerah tercemar debu batubara, yang dilakukan secara perorangan secara keseluruhan berbeda dengan daerah kontrol, namun perbedaan tersebut mengarah pada ketidakaktifan dalam melindungi kesehatan maupun lingkungan di dalam rumahnya. Sedangan, tindakan adaptasi secara kolektif hanya terfokus pada kebersihan jalan, bukan pada perihal yang mendasar, seperti penyesuaian pola pemanfaatan lahan di daerah tersebut. Namun, harapan terhadap realisasi pelaksanaan terhadap prioritas tindakan adaptasi dimasukkan dalam suatu kuadran berdasarkan tingkat kebutuhan dan kepentingan, yaitu mensosialisasikan kegunaan peralatan pelindung pernafasan dan mata, pemberian tunjangan obat-obatan dan vitamin/susu secara berkala pada keluarga yang terkena debu batubara. Sedangkan rencana tindak adaptasi, yaitu penanaman pohon, pembersihan jalan, pembangunan fasilitas/bangunan pelindung. Dengan melaksanakan kegiatan tersebut maka diharapkan kegagalan pemenuhan unsur vitalitas dan kesesuaian dalam dimensi kinerja kota dapat diatasi dan dalam jangka menengah, pola adaptasi dapat dipertimbangkan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sehingga pembentukan kawasan permukiman (perkampungan) kota yang bebas debu dapat segera terwujud.

Recently, coal has become one of the greatest trading commodities in Banjarmasin which was indicated with the growth of 9 (nine) coal terminal or stockpile in the Barito River Basin since 1999. The function of terminal is to collect, to stock, and to load the coal into the barge in order to take it to the mother vessel in outer river. The terminal activities unfortunately had environmentally impact, especially to the air. The dust that was resulted from the loading process has flown to the citizen houses because the short distance among them. The problem is how far the impact to the human settlement and how they adapt to this polluted air conditions.
Based on the result, the pattern of coal dust distribution in rainy season has wider impact than dry season. And it caused to the 6 (six) kelurahan have been categorized as dangerous polluted area in whole seasons. The air quality was proved badly because in the last 2 years, the dust ambient in the air is over the standard minimum and part of the society feel inconvenience with this condition. Although according to statistic result, there is no relationship between coal dust volumes with the ISPA recipients, but the most influence of the coal dust to the people is about the respiration health, eyes health, and psychology health. The pattern of the adaptation in polluted area which was done individually completely different with the control area, but those distinctions are tend to become passive responds in order to protect their healthy status and house cleanliness, not doing something fundamental or structural things. But, the expectation of adaptation program has been ordered in the quadrant which based on needs and importance. So, the implementation of adaptation form was needed, which consist of dissemination of the breathe protection, eye protection, and medicine or vitamin support to the household periodically. And also the implementation of the adaptation plan, that was consist of tree plantation, road cleaning, and protection building or facilities. By doing so, the expectation of repairing the failure of vitality and fit dimension of the good city performance can be implemented properly. And in the medium term, the action plan of adaptation can be considered in the detailed spatial planning process of the dustless Kelurahan Pelambuan. Then, in the future, the settlement will be transformed from the dust city to become the healthy city.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17521
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Irmawati Djauharie
"Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan tentang perubahan perubahan kondisi biologis, psikologis dan kondisi sosial pada lanjut usia yang menimbulkan permasalahan dan bagaimana penyesuaian diri lanjut usia terhadap perubahan perubahan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan : pada kondisi biologis (kekuatan tubuh, penglihatan, pendengaran, kulit, rambut, gigi, dan kesehatan) sebagian besar responden yaitu 43 - 75 orang atau 57,33 - 100% mengalami perubahan kearah kemunduran, juga pada kondisi psikologis sebagian besar responden antara 55 - 57 orang atau 73,33% - 76% mengalami perubahan. Sementara itu pada kondisi sosial sebagian besar yakni 43 - 64 orang atau 57,3% - 85,33% masih terlibat dalam berbagai kegiatan.
Penyesuaian diri terhadap perubahan kondisi biologis : sebagian besar responden yaitu 90,47% menerima perubahan 7,42% tidak peduli dan 2,1% menolak perubahan. Terhadap perubahan kondisi psikologis sebanyak 93,1% menerima perubahan dan sebanyak 6,85% tidak peduli. Penyesuaian diri terhadap perubahan kondisi sosial hasilnya sebagai berikut sebagian besar yakni 89,76% menerima perubahan, 9,11% tidak peduli dan 1,11% menolak perubahan. Penyesuaian diri disini adalah responden dapat menerima perubahan tersebut berdasarkan pemahaman bahwa perubahan tersebut pasti akan terjadi dan dialami oleh tiap orang pada waktu memasuki masa lanjut usianya, sedangkan ketidakpedulian terhadap terjadinya perubahan tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap permasalahan pada masa lanjut usia itu sendiri. Selanjutnya penolakan terhadap datangnya perubahan pada masa lanjut usia disebabkan karena ketidak pahaman responden terhadap hakikat permasalahan pada masa lanjut usia yang menyebabkan responden tidak mampu mengantisipasi dan mempersiapkan diri untuk menerima perubahan ataupun permasalahan yang terjadi pada masa lanjut usia.
Mengenai penyesuaian diri responden berdasarkan karakteristiknya (faktor internal dan eksternal) dapat digambarkan sebagai berikut ; berdasarkan jenis kelamin ternyata responden perempuan lebih dapat menyesuaikan diri hal ini terlihat dari tidak adanya responden perempuan yang tidak peduli ataupun yang menolak perubahan. Selanjutnya usia yang semakin lanjut cenderung memperlihatkan kekurang mampuan responden dalam penyesuaian diri. Tingkat pendidikan ternyata berpengaruh pada penyesuaian diri ; makin tinggi tingkat pendidikan makin dapat lanjut usia menyesuaikan diri. Sementara itu jenis pekerjaan tidak mempunyai pengaruh yang berarti dalam penyesuaian diri. Sedangkan penghasilan dan pemilikan rumah mempunyai pengaruh positif dalam penyesuaian diri responden, hal mana yang terlihat bahwa makin mampan secara ekonomi dan bagi mereka yang memiliki rumah sendiri lebih dapat menyesuaikan diri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suroto
"Tesis ini mengkaji tentang pola adaptasi yang dikembangkan anggota Brimob dan keluarganya di lingkungan Asrama Brimob Kedaung Pamulang. Dari Iatar belakang sosial dan kebudayaan yang berbeda mereka tinggal dalam satu Iingkungan asrama yang menekankan nilai-nilai kebersamaan dan jiwa korsa. Karena itu mereka dituntut untuk mengembangkan pola adaptasi baik terhadap Iingkungan fisik, sosial dan dalam kehidupan ekonomi sehingga terwujud suatu keteraturan sosial.
Penelitian ini mengacu pada konsep yang dikemukakan Alland, bahwa setiap masyarakat selalu mengembangkan mekanisme penanggulangan terhadap tantangan dalam proses adaptasi terhadap Iingkungannya. Dalam usaha memahami Iingkungannya, manusia mengacu pada pengetahuan budayanya untuk mengantisipasi tantangan-tantangan yang mengancam kelangsungan hidupnya, dan menentukan pilihan strategi penanggulangan guna meningkatkan daya guna bagi hidupnya. Sedangkan konsep adaptasi mengacu pada pendapat J. Bennett, yaitu adaptasi tingkah Iaku dan adaptasi sosial.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif, dengan tujuan untuk menggambarkan pola adaptasi anggota Brimob dan keluarganya di lingkungan asrama Selanjutnya dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola adaptasi anggota Brimob dan keluarganya terhadap Iingkungan fisik, sosial dan ekonomi mempunyai karakteristik ; (1) Upaya untuk mengoptimalkan rasio antara in put (kondisi Iingkungan) dan out put (kebutuhan yang hams dipenuhi). (2) Hirarki kepangkatan tidak diterapkan secara tegas. (3) Menjaga keseimbangan kelompok. (4) Perasaan senasib dan saling membutuhkan antar sesama warga. (5) Loyalitas anggota Brimob kepada Danki masih kuat.
Pola adaptasi tersebut melahirkan sikap tolong menolong, saling menghargai dan menghormati, saling membutuhkan dan saling menjaga agar tidak terjadi konflik. Demi kepentingan bersama (ketertiban dan ketenteraman di asrama) kadang-kadang mereka harus rela mengorbankan kepentingan pribadinya (menahan perasaan dan mengendalikan diri).
Karena itu, terwujutlah keteraturan sosial dalam kehidupan mereka sehari-hari di Iingkungan asrama. Keteraturan sosial tersebut terwujud karena adanya perasaan senasib dan saling membutuhkan antar sesama warga yang tinggal di asrama. Untuk mewujudkan keteraturan sosial tersebut mereka membuat aturan-aturan atau yang disepakati dan dilaksanakan bersama sebagai landasan untuk berperilaku. Di sisi lain, agar semua warga berperilaku sesuai dengan harapan-harapan kelompok, maka mereka melakukan pengendalian sosial."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Nafa Evania Fauzi
"Mahasiswa tingkat akhir berada pada masa dewasa muda, saat mereka akan berhadapan dengan masa transisi antara dunia kuliah dan kerja. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan fleksibilitas berpikir agar mereka dapat lebih mudah beradaptasi dengan
perubahan tersebut. Kepribadian pada level traits ditemukan menjadi salah faktor yang memungkinkan adanya perbedaan fleksibilitas berpikir pada masing-masing individu, namun penelitian yang menyoroti peran kepribadian pada level metatraits masih belum
banyak ditemukan. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan untuk melihat peran metatraits (stability dan plasticity) terhadap fleksibilitas berpikir pada mahasiswa tingkat akhir. Metatraits diukur menggunakan Big Five Inventory, sedangkan fleksibilitas berpikir diukur menggunakan Cognitive Flexibility Inventory. Seratus delapan puluh lima mahasiswa sarjana tingkat akhir dengan usia 20-25 tahun menjadi partisipan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stability dan plasticity secara simultan memiliki peran yang signifikan terhadap fleksibilitas berpikir pada mahasiswa tingkat akhir (R² = 0,417, p < 0,05), serta terhadap dimensi alternatif (R2 = 0,186, p <
0,05) dan kontrol (R2 = 0,345, p < 0,05) yang ada di dalam fleksibilitas berpikir. Selain itu, hasil analisis parsial menunjukkan bahwa stability berperan signifikan terhadap dimensi alternatif dan kontrol pada fleksibilitas berpikir, sedangkan plasticity hanya memiliki peran yang signifikan terhadap dimensi kontrol. Hasil penelitian ini dapat
memberikan kontribusi terhadap pengembangan penelitian terkait fleksibilitas berpikir, serta memberikan masukan terhadap pihak universitas untuk mengembangkan intervensi yang dapat meningkatkan fleksibilitas berpikir pada mahasiswa.

Final-year students are emerging adults, who dealing with the transition from college to work life. Therefore, cognitive flexibility is needed so that they can easily adapt to these unpredictable life changes. Personality at the trait level was found to be one of the factors that allow the variation of cognitive flexibility in each individual, but the research that highlights the role of personality at the metatraits level is still difficult to find. So, this study aims to examine the role of metatraits (stability and plasticity) on final-year students’ cognitive flexibility. Metatraits were measured using the Big Five Inventory, while cognitive flexibility was measured using the Cognitive Flexibility Inventory. Onehundred-eighty-five (185) students in their final year of undergraduate studies, whose ages ranged from 20 to 25, participated in this study. The results showed that stability and plasticity simultaneously had a significant role in final-year students’ cognitive flexibility (R² = 0.417, p < 0.05), as well as in alternative (R2 = 0,186, p < 0,05) and control dimensions of cognitive flexibility (R2 = 0,345, p < 0,05). Furthermore, the partial analysis revealed that stability had a significant role in alternative and control dimension of cognitive flexibility, while the role of plasticity was only significant in the alternative dimension. The results of this study could contribute to the development of research
related to cognitive flexibility and provide input for universities to develop an intervention to improve college students’ cognitive flexibility.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Juke Roosjati
"Perjalanan waktu kehidupan sampai dengan milenium III telah melahirkan sejumlah perubahan sosial, ekonomi, polilik serta perkembanan pengetahuan dan teknologi yang menciptakan kehidupan sosial tertentu di masyarakat. Kehidupan paradoks dan globalisasi sebagai karakter dan perkembangan kehidupan sosial di abad 21 lelah menyajikan situasi kehidupan sosial yang penuh dengan tantangan dan pilihan untuk dijawab oleh individu secara cepat.
Agar mampu menghadapi situasi tersebut, terdapat dua faktor yang memegang peranan penting untuk diperhatikan oleh individu, yaitu diri pribadi dan penyesuaian diri. Diri pribadi sebagai variabel independen mencakup komponen konsep diri, harga diri, percaya diri, regulasi dlri yang ditampilkan me!alui domain fisik, relasi sosial, akademik, olahraga dan organisasi. Penyesuaian diri sebagai variabel dependen, berkaitan dengan besar usaha yang dilakukan mahasiswa menghadapi kehidupan sosial di abad 21 yang mencakup aspek gaya hidup, dunia kerja. perkembangan dunia, perkembangan teknologi-informasi-komunikasi. Fokus utama penelitian adalah diri pribadi yang dikaji dalam dua hal yailu struktur internal diri pribadi sebagai konstruk yang menununjukan integrasi komponen konsep diri, harga diri, pcrcaya diri. regulasi diri, serla meliputi model mekanisme pengaruh anlar komponen tersebut. Disamping penelitian diri pribadi juga dilakukan pengkajian konstruk penyesuaian diri yang memiliki aspek gaya hidup, dunia kerja, perkembangan dunia. perkembangan teknologi - informasi - komunikasi Serta model pengaruh diri prihadi terhadap penyesuaian diri dalam kehidupan sosial di abad 21.
Subyek penelitian adalah mahasiswa Universitas Padjadjaran program S-1 yang berusia sekitar 17 sampai dengan 22 tahun (N= 3041). Rancangan penelitian adalah expianarory research. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang bertujuan mengukur diri pribadi dan penyesuaian diri. Pengujian validitas dan realibilitas konstruk dalam alat ukur, digunakan analisis faktor konfirmatorik dalam LISREL versi 8.5.
Pengujian hipotesis yang berkaitan dengan pengujian konstruk diri pribadi dan konstruk penyesuaian diri, digunakan analisis konfirmatorik satu tingkat dan dua tingkat. Pengujian hipotesis yang berkaitan dengan model mekanisme pengaruh antar komponen diri pribadi dan pengaruh diri pribadi terhadap penyesuaian diri, dilakukan melalui pengujian SEM (Structural Equation Modelling) pada program LISREL. Untuk memperoleh profil diri pribadi mahasiswa UNPAD yang mencakup empat komponennya digunakan perhitungan statistik deskriptif dalam bentuk nilai rata-rata dan nilai persentil ke25 dan ke-75.
Hasil penelitian menggambarkan diri pribadi merupakan integrasi komponen konsep diri, harga diri, percaya diri dan regulasi diri dan memiliki mekanisme pengaruh antar komponen-komponen tersebut. Komponen percaya diri merupakan indikator paling kuat dalam tampilan diri pribadi. Hasil penelitian juga menggambadcan bahwa diri pribadi mahasiswa berpengamh terhadap penyesuaian dirinya di kehidupan sosial abad 21. Masalah yang ditemukan pada perkembangan diri pribadi mahasiswa UNPAD berkaitan dengan percaya diri dan regulasi diri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ramadhani Ilham
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara iklim psikologis dengan kesiapan karyawan untuk berubah di dalam organisasi perbankan yang sedang mengalami perubahan. Dalam penelitian ini kesiapan karyawan untuk berubah diukur menggunakan alat ukur readiness for change scale (Hanpachern, 1997), dengan cronbach’s alpha: .715. Sedangkan iklim psikologis diukur menggunakan alat ukur psychological climate scale (Brown & Leigh, 1996), dengan cronbach’s alpha: .885. Subjek penelitian berjumlah 139 karyawan dari organisasi perbankan nasional.
Hasil penelitian menunjukan iklim psikologis berhubungan secara positif dan signifikan dengan kesiapan karyawan untuk berubah (r = .451; p = .000, signifikan pada L.o.S .01). Dengan demikian, semakin tinggi iklim psikologis, maka semakin tinggi kesiapan karyawan untuk berubah. Hasil penelitian juga menunjukan kejelasan peran (role clarity) dan kontribusi yang berarti (perceived meaningfulness of contribution) merupakan dimensi dari iklim psikologis yang paling berkontribusi secara signifikan bagi kesiapan karyawan untuk berubah.

This research was conducted to find the relationship between psychological climate with employee readiness for change. Employee readiness for change was measured using Readiness for Change Scale (Hanpachern, 1997), with cronbach’s alpha: .715 and psychological climate was measured using Pychological Climate Scale (Brown & Leigh, 1996), with cronbach’s alpha: .885. The respondents of this research are 139 employee from Company X who are facing changes.
The main results of this research showed that there are positively and significantly correlation between psychological climate and employee readiness for change (r = .451; p = .000, significant at L.o.S .01). The implication of this study is, the higher psychological climate leads to the higher employee readiness for change. The results of this study also showed that role clarity and perceived meaningfulness of contribution are dimension of psychological climate that contribute the most for employee readiness for change.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Riva
"Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mencanangkan Program Pendidikan Inklusi yang memungkinkan anak penyandang cacat untuk belajar bersama anak non penyandang cacat di sekolah umum/inklusi. Dengan adanya stigma dan labeling negatif terhadap kelompok penyandang cacat selama ini, banyak kalangan yang mengkhawatirkan bahwa akan sulit bagi anak penyandang cacat untuk beradaptasi dan diterima di sekolah inklusi.
Namun berdasarkan pengamatan peneliti, ternyata banyak juga anak penyandang cacat yang tidak mengalami hambatan berarti ketika mereka belajar bersama dengan anak non penyandang cacat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana proses adaptasi antarbudaya anak penyandang cacat yang bersekolah di sekolah inklusi dan menemukan hal-hal apa yang melatarbelakangi kelancaran proses adaptasi tersebut.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif, strategi fenomenologi, serta sifat penelitian deskriptif. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 3 informan yang dipilih secara purposeful dengan teknik snowball. Unit analisis adalah siswa penyandang cacat yang bersekolah di sekolah inklusi. Untuk memperkaya data, siswa penyandang cacat terdiri dari yang cacat sejak lahir dan yang cacat saat dewasa.
Peneliti menggunakan model Proses Adaptasi Antarbudaya Daniel J. Kealey dan konsep diri untuk menganalisa dan menginterpretasi data yang terkumpul. Dari hasil penelitian terungkap bahwa secara umum proses adaptasi antarbudaya yang dialami oleh anak penyandang cacat di sekolah inklusi memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang ada dipengaruhi oleh tiga aspek berikut: (1) latar belakang kecacatan, (2) hubungan keluarga, dan (3) konsep diri masing-masing anak penyandang cacat.
Di samping itu, hasil penelitian juga mengungkap bahwa keberhasilan proses adaptasi antarbudaya dipengaruhi oleh aspek-aspek berikut: (1) dukungan dan didikan keluarga inti dan lingkungan sosial terdekat anak penyandang cacat, (2) role model yang mampu memotivasi anak penyandang cacat untuk berkembang, dan (3) konsep diri yang positif.

In 2003, the Government of Indonesia initiatied to implement inclusive education program that enables the handicapped children learn in the regular/inclusive school with the non handicapped children. However, negative stigma and labeling on the handicapped have made many people concern that the handicapped can not adapt well and are accepted in the inclusive school.
But based on my general observation, there are many of these children did not find such difficulties. The aim of this research is to study the process of intercultural adaptation of the handicapped in the inclusive school and to find the backgrounds that can smoothen the adaptation process.
This research used a constructivist paradigm, qualitative approach, fenomenology strategy and descriptive dispotition. In collecting data, three informans were selected purposefully through a snowball technique. The analysis units were the handicapped children enrolled in the inclusive schools.
To enrich the research, informans were differentiated by children who born handicapped and children who became handicapped when they were grown up. To analyse and interpret the data, this research used the process of intercultural adaptation theory created by Daniel J. Kealey and self concept.
The research concluded that in general the process of intercultural adaptation of the handicapped in the inclusive school were varied one another. This differences were influenced by three aspects: (1) the background of their disability, (2) relationship within family, and (3) their self concept.
This research also found out that a succesful intercultural adaptation of the handicapped in inlcusive schools were influenced by the following aspects: (1) the support of direct family and the closest social environment, (2) role model as a motivator for the handicapped, (3) a positive self concept."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>