Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati sejak bulan April tahun 2011 telah melakukan perubahan kapasitas tempat tidur kelas III ( Public Wing) sehingga menjadi 60,94 % dari total kapasitas tempat tidur . Perubahan komposisi tempat tidur rumah sakit ini menyebabkan cara penerimaannya lebih banyak dalam bentuk piutang. konsekwensi kenaikan kapasitas tempat tidur tersebut meningkatkan biaya operasional dan uang jasa pelayanan bagi para staf yang bekerja didalamnya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana likuiditas keuangan rumah sakit setelah kenaikan kapasitas tempat tidur kelas III dan bagaimana efeknya terhadap kegiatan operasional rumah sakit
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode kualitatif, lokasipenelitian di RSUP Fatmawati Jakarta antara Mei sampai dengan Juni 2012. Informan adalah Ka Bag Perbendaharaan Dan Mobilisasi Dana,dan Ka Sub Bag Perbendaharaan dan Ka Sub Bag Mobilisasi Dana, Kepala Instalasi Penagihan Piutang, Ka Bag Perencanaan Dan Anggaran dan Ka Sub Bag Penyusunan Anggaran, Staf Bagian akuntansi, Kepala Instalasi Farmasi. Alat ukur penelitian dengan kuesioner, panduanwawancara.
Setelah kenaikan kapasitas tempat tidur kelas III terjadi peningkatan penerimaan piutang rumah sakit. Lamanya keluar tagihan piutang rumah sakit lebih dari 3 bulan dan piutang yang dibayar tidak sepenuhnya tertagih terutama dari Jamkesda. Kenyataan ini menurunkan likuiditas rumah sakit baik itu Cash Ratio, Acid Test Ratio, Current Ratio dan Net Working Capital To Sales. Keadaan ini mengakibatkan ketersediaan obat vital yang tak selalu terpenuhi, perubahan Standar Pelayanan Minimal pembayaran utang dari 5 hari menjadi 30 hari dan realisasi penyerapan anggaran yang lebih besar dari alokasi dana.
Kesimpulan, RSUP Fatmawati saat ini tidak likuid, terganggu terutama dalam hal pengadaan obat obatan vital, pembayaran utang jangka pendek dan pembayaran biaya Jasa Pelayanan.
Fatmawati General Hospital since April of 2011 has made changes to bed capacity class III (Public Wing) to be 60.94% of total bed capacity. Changes in the composition of hospital beds is causing way more acceptance in the form of accounts receivable. consequent increase in bed capacity was increased operating costs and service fees for staff who work in it. The purpose of this study to find out how the financial liquidity of the hospital after the increase in bed capacity class III and how its effect on hospital operationsThis study is a descriptive analytical study using qualitative methods, research sites in Jakarta Fatmawati Hospital between May to June 2012. The informant is Head of Treasury and Fund Mobilization, Head Of Sub Section Treasury, Head Of Sub SectionMobilization Fund, The Chief Accounts Receivable Billing, Head Of Planning and Budget and Head Of Sub Section Budgetary , Staff of Accounting, The Chief of Pharmacy. Measuring instrument research with questionnaires, interview guides.After the increase in bed capacity public wingan increase in accounts receivable hospital admission. The duration of the debt out of the hospital more than 3 months and paid claims which are not fully collectible, especially from Jamkesda. This fact lowers both the hospital's liquidity Cash Ratio, Acid Test Ratio, Current Ratio and Net Working Capital To Sales. This situation resulted in the availability of vital drugs are not always met, changes in Minimum Service Standards for payment of debt from 5 days to 30 days and the realization of a greater absorption of budget allocations.In conclusion, RSUPFatmawati is not likuid, especially in the case of procurement of vital medicines, short-term debt payments and pay the fee for the staff.