Ditemukan 2853 dokumen yang sesuai dengan query
Geraldi Ramadhan
"Gereja Immanuel adalah salah satu bangunan peninggalan kolonial Belanda yang terletak di kawasan Weltevreden (pada saat ini Gambir, Jakarta Pusat). Gereja ini dibangun pada tahun 1834 oleh arsitek J.H Horst yang berkebangsaan Hindia-Belanda. Gereja Immanuel merupakan salah satu bangunan yang unik di Jakarta, karena gaya bangunan gereja ini mengadaptasi dari dua gaya bangunan, yakni gaya Klasik dan gaya Palladian. Gaya Klasik adalah gaya bangunan yang mencerminkan peradaban Yunani dan Romawi kuno, sedangkan gaya Palladian adalah gaya bangunan yang memadukan unsur gaya Klasik dengan dekorasi dari gaya bangunan lainnya. Tulisan ini menggunakan metode Kualitatif-Deskriptif yang dalam pengumpulan datanya diperoleh melalui kajian studi pustaka, studi lapangan berupa kunjungan langsung, dan melakukan observasi terhadap ornamen-ornamen gereja di bagian eksterior dan interior. Gaya bangunan Klasik dan Palladian pada bangunan ini terlihat jelas melalui adanya penggunaan pilar-pilar, ruangan melingkar seperti teater, dan penggunaan jendela berbingkai.
Immanuel Church is one of Dutch colonial inheritance buildings which is located in Weltevreden region (now it is Gambir, Central Jakarta). This church was built in 1834 by an architect who is Dutch East Indies named J.H Horst. Immanuel Church is one of unique buildings at Jakarta because the architecture of the church is adapted from two styles of building, which are Classic style and Palladian style. Classic Style is an architecture which reflects Ancient Greek civilization style, while Palladian Style is an architecture which combines the elements of Classic style with the decoration of other architecture. This paper uses Descriptive-Qualitative method that, for collecting the data, is acquired through literature review, field studies in the form of direct visits, and observations toward ornaments of the church in exterior and interior part. Classic and Palladian style of this building can be clearly seen through the use of pillars, circle room like theatre, and the use of framed windows."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Syakira Wardatul Aisyi
"Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan studi kasus peran gender perempuan yang terdapat dalam serial Caliphate. Serial ini menarik untuk dibahas sebab gambaran di dalam film tersebut, diangkat dari kisah nyata sehingga melahirkan pandangan baru terhadap isu perempuan ISIS. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan peran gender perempuan sebagai fokus utama. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari serial Netflix berbahasa Swedia dengan teks terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Dalam menganalisis peran gender perempuan ISIS yang terdapat dalam serial Caliphate, penulis menggunakan teori pendekatan semiotik Roland Barthes dan teori analisis gender. Dalam teori tersebut menyimpulkan bahwa para perempuan ISIS dalam serial Caliphate mengisi berbagai peran, mulai dari sebagai istri, pendukung agenda ISIS hingga bagian dari militan. Dari peran-peran tersebut di temukan beberapa manifestasi ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh-tokoh perempuan di dalam serial.
This study aims to describe case studies of women's gender roles contained in the Caliphateseries. This series is interesting to discuss because the picture in the film is based on a true story that gives birth to a new perspective on the issue of ISIS women. This research was conducted using a qualitative method with the gender role of women as the main focus. The data source used in this study came from the Swedish Netflix series with English and Indonesian subtitles. In analyzing the gender roles of ISIS women in the Caliphate series, the author uses Roland Barthes' semiotic approach and gender analysis theory. This theory concludes that ISIS women in the Caliphate series fill various roles, ranging from being wives, supporters of the ISIS agenda to part of the militants. From these roles, several manifestations of gender inequality experienced by female characters in the series are found."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Anisa Salma Shinta Pramono
"Penjajahan Israel atas tanah Palestina mengakibatkan perubahan sosiodemografi yang berdampak kepada kreativitas kebudayaan Palestina. Perubahan kreativitas salah satunya terjadi dalam motif sulaman dan fungsi gaun thobe. Thobe adalah pakaian tradisional Palestina berupa gaun panjang yang disulam dengan berbagai warna dan motif. Penelitian menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran motif dan fungsi gaun thobe pasca Nakba 1948 ditinjau dari teori perubahan sosial dan kebudayaan. Penelitian juga menjelaskan bentuk-bentuk pergeseran motif sulaman dan fungsi gaun thobe serta makna gaun thobe bagi penduduk dan diaspora rakyat Palestina. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Data gaun dikumpulkan melalui studi media internet. Peneliti menemukan bahwa pergeseran motif sulaman dan fungsi gaun thobe disebabkan kesulitan ekonomi, revolusi, ekspansi ekonomi yang didukung penemuan-penemuan baru, dan evolusi budaya. Motif sulaman gaun thobe pre-Nakba adalah motif yang dipengaruhi oleh lingkungan alam, flora-fauna lokal, kepercayaan yang dianut penduduk, dan peralatan sehari hari. Motif pasca Nakba sampai selepas Intifada Pertama adalah motif simbol perjuangan untuk meraih kemerdekaan. Pergeseran fungsi gaun berubah dari pakaian sehari-hari dan pakaian sakral pernikahan menjadi gaun simbol perjuangan serta pakaian budaya populer dan koleksi privat. Gaun
thobe bermakna sebagai simbol identitas dan resistensi ketahanan Palestina dalam memperjuangkan kemerdekaan serta cara agar tetap dapat terhubung dengan akar sejarah.
Israel's occupation of Palestinian land led to socio-demographic changes that directly impacted Palestinian cultural creativity. One of the changes occurred in the embroidery motifs and functions of Palestinian dress, thobe. Thobe is a traditional Palestinian dress in the form of a long dress embroidered with various colors and motifs. This research explains the factors that caused the shift in the motifs and functions of thobe dresses after the 1948 Nakba in terms of social and cultural change theories. The research explains not only the shifting forms of embroidered motifs and the functions of the thobedress but also the meaning for the population and Palestinian diaspora. This research used a qualitative descriptive approach. The data of dresses are collected through internet media studies. The researcher found that the shifting in the embroidered motifs and the function of the thobe dresses were caused by economic difficulties, revolution, economic expansion supported by discoveries, and cultural evolution. The pre-Nakba thobe dress embroidery motifs are influenced by the natural environment, local flora and fauna, beliefs of the community, and everyday tools. The motifs post-Nakba until after the First Intifada are symbolic motifs of the struggle for independence. The shift function of dresses changed from everyday wear and sacred wedding attire to a dress symbolic of struggle as well as to popular fashion dresses and private collections. The thobe dress is meaningful as a symbol of Palestinian identity and resistance in fighting for independence and also a way to stay connected to historical roots."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nadya Natasha Amalia
"Kawasan Menteng yang kini terkenal sebagai kawasan hunian kaum elit Ibukota dulunya juga merupakan kawasan hunian kaum berada bangsa Belanda Umumnya rumah masa kolonial memiliki ciri serupa, begitu pula dengan rumah-rumah kolonial di Menteng. Meski kental akan tipologi bangunan Eropa, terdapat penyesuaian arsitektur terhadap kondisi iklim tropis di Indonesia. Melalui analisis tujuh elemen fasade didapati transplantasi karakteristik yang merefleksikan ciri bangunan hunian Eropa dan adanya adaptasi fasade rumah-rumah kolonial tersebut. Perubahan tampak pada bentuk atap, pintu, jendela, dan pengadaan ventilasi agar sirkulasi udara lebih baik.
Menteng region today is well known for being an elite housing area in the capital city as it was also a housing area for elite Dutch colony back then. Colonial houses have similar styles in general and it goes the same way for houses in Menteng. In spite of the fact that there is a strong resemblance with European buildings’ typology, there are adjustments towards Indonesia’s tropical climate. Through the analysis on seven elements of façade, the characteristic transplantation of European houses and how they adapt were found. The changes seen in roof, door, window, and existence of ventilation were aimed to create a better air circulation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Aurel Pramesti Aswandi
"Penelitian ini mengkaji seputar representasi pesan self-love yang termuat dalam lirik dan visual videoklip lagu «ÐÑли в СеÑдÑе ÐивÑÑ ÐÑбовѻ (Esli v Serdce živÑt Ljubov”) “Jika Cinta Hidup di Hatimu” oleh Yulia Savicheva. Penelitian ini bertujuan untuk menilik makna yang ingin disampaikan Yulia Savicheva selaku penyanyi kepada pemirsanya dengan menganalisis tanda – tanda yang terdapat di dalam lirik dan visual videoklip lagu tersebut. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis wacana multimodal (MDA) yang berfokus pada pencarian makna dan pesan antara berbagai bagian teks melalui moda verbal dan moda visual berdasarkan kolaborasi antara teori linguistik fungsional sitemik (SFL) oleh Halliday dan teori tata bahasa visual Kress & Leeuwen berupa tiga metafungsi, yaitu ideasional, interpersonal, dan tekstual untuk menganalisis visual videoklip dan lirik lagu. Hasil penelitian mendapati adanya ajakan bagi para pemirsa video untuk lebih mencintai diri sendiri seperti yang telah direpresentasikan pada lirik-lirik serta adegan visual videoklip bagian penampilan panggung penyanyi.
This study examines the representation of the message of self-love contained in the lyrics and visual videoclips of the song «ÐÑли в СеÑдÑе ÐивÑÑ ÐÑбовѻ (Esli v Serdce živÑt Ljubov”) “If Love Lives in Your Heart” by Yulia Savicheva. This study aims to reveal the meaning that Yulia Savicheva, as the singer, wants to convey to the listeners by analyzing the signs contained in the lyrics and video clips of the song. The research was conducted using a qualitative approach with the method of multimodal discourse analysis (MDA) which focuses on finding meaning and messages between various parts of the text through verbal and visual modes based on a collaboration between systemic functional linguistic theory (SFL) by Halliday and Kress & Leeuwen's visual grammar theory which consists of three metafunctions, namely ideational, interpersonal, and textual to analyze the visuals of video clips and song lyrics. The results of the study found that there was an invitation to video viewers to love themselves more which was represented in the lyrics sung and the visual video clip of the singer's stage performance."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Safira Rahma Fauza
"Arab Saudi adalah negara yang mengatur nilai sosial masyarakatnya dengan ketat, salah satunya adalah dilarangnya konser musik internasional. Namun, pada tahun 2019 konser grup K-pop Bangtan Sonyeondan (BTS) berhasil digelar di King Fahd International Stadium. Konser BTS di Arab Saudi merupakan konser tunggal pertama di stadion terbesar di Arab Saudi yang dilakukan oleh artis luar negeri. Konser tersebut memperlihatkan salah satu fenomena perubahan sosial di Arab Saudi. Penelitian ini membahas tentang bagaimana latar belakang dan alasan penerimaan masyarakat Arab Saudi terhadap konser BTS di Arab Saudi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, hadirnya konser BTS di Arab Saudi dijadikan studi kasus untuk memperlihatkan perubahan sosial di Arab Saudi. Kerangka konseptual yang digunakan adalah teori perubahan sosial dari Samuel Koenig dan negosiasi budaya. Data dikumpulkan dengan menggunakan studi media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konser BTS dapat diterima oleh masyarakat Arab Saudi karena telah terjadi perubahan sosial. Kedatangan Hallyu Wave di Arab Saudi sejak lama, adanya kebijakan Visi 2030 oleh Muhammad bin Salman, dan negosiasi budaya yang terjadi pada konser BTS di Arab Saudi kemudian menjadi faktor perubahan sosial pada masyarakat Arab Saudi.
Saudi Arabia is a country that strictly regulates the social values ââof its people, one of which is the prohibition of international music concerts. However, in 2019 the K-pop group Bangtan Sonyeondan (BTS) concert was successfully held at the King Fahd International Stadium. The BTS concert in Saudi Arabia was the first solo concert at the largest stadium in Saudi Arabia to be performed by a foreign artist. The concert shows one of the phenomena of social change in Saudi Arabia. This research discusses the background and reasons for the acceptance of the Saudi people towards the BTS concert in Saudi Arabia. By using a qualitative approach, the presence of the BTS concert in Saudi Arabia is used as a case study to show social change in Saudi Arabia. The conceptual framework used is social change theory from Samuel Koenig and cultural negotiation. Data was collected using media studies. The results of the study show that the BTS concert can be accepted by the people of Saudi Arabia because there has been social change. The arrival of the Hallyu Wave in Saudi Arabia a long time ago, the existence of the Vision 2030 policy by Muhammad bin Salman, and the cultural negotiations that took place at the BTS concert in Saudi Arabia then became factors of social change in Saudi Arabian society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Audreylia Lesmana
"Invasi Rusia terhadap Ukraina pada tahun 2022 berdampak besar terhadap eksistensi dan keberlangsungan para oligarki Rusia. Para oligarki ini menghadapi banyak ancaman, baik ancaman eksternal, berupa sanksi-sanksi dari negara-negara Barat dan ancaman internal dari pemerintahan Putin yang menargetkan harta dan pendapatan mereka. Sanksi-sanksi yang dialami para oligarki Rusia merupakan upaya pemimpin Barat untuk memutus dukungan para oligarki dengan pemerintahan Putin. Untuk mengurangi sanksi tersebut, beberapa oligarki Rusia mencoba untuk menghentikan dukungan mereka terhadap Putin, mengingat bahwa tujuan utama seorang oligarki adalah untuk mempertahankan harta kekayaan. Namun, strategi ini tidak mudah karena para oligarki Rusia juga mendapatkan ancaman dari Putin untuk mendukung operasi militernya, baik ancaman yang menargetkan harta kekayaan maupun nyawa mereka. Oleh karena itu, para oligarki Rusia dihadapi dengan keputusan yang sulit untuk menentukan posisi dan dukungan mereka selama masa perang ini. Penelitian ini menganalisis posisi dan dampak yang dialami para oligarki akibat ancaman pemerintahan Putin selama perang Rusia-Ukraina 2022. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode kajian pustaka dengan mengkaji buku, artikel ilmiah dan sumber elektronik yang akuntabel mengenai oligarki Rusia dalam perang Rusia-Ukraina 2022. Penelitian ini menemukan bahwa ancaman langsung dan tidak langsung yang dilakukan oleh pemerintahan Putin menyulitkan para oligarki untuk mempertahankan harta kekayaan mereka dan memaksa para oligarki untuk kembali mendukung Putin.
The Russian invasion of Ukraine in 2022 profoundly impacts the existence and sustainability of Russian oligarchs. These oligarchs confront numerous external threats in the form of Western sanctions and internal threats from the Putin administration aimed at their wealth and income. The sanctions imposed by Russian oligarchs are an attempt by Western governments to deter oligarchs from supporting the Putin regime. Several Russian oligarchs attempted to withdraw their support for Putin to lessen these sanctions. However, this strategy was not easy as Putin threatened the Russian oligarchs to back his military operations by threatening their wealth, income, and lives. Thus, choosing their stance and allies throughout these wartimes was difficult for the Russian oligarchs. This qualitative study employs a literature review method, reviewing credible books, scholarly articles, and electronic sources about the Russian oligarchs and the Russia-Ukraine war in 2022. This study finds that direct and indirect threats from Putin's government make it impossible for oligarchs to defend their money, forcing them to return to supporting Putin's Russia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Josa Morina
"Sebagai penyair simbolis, Rimbaud menggunakan gaya bahasa dan perlambangan untuk membangkitkan imajinasi pada puisinya. Hal itu hadir pada puisi Voyelles (1871). Terdapat berbagai penelitian terdahulu yang mengkaji puisi itu. Luasnya ruang interpretasi makna dalam puisi itu adalah salah satu alasannya. Untuk melanjutkan diskusi ilmiah terkait puisi Voyelles, penelitian ini menawarkan kebaruan dengan topik konstruksi utopia. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan bagaimana utopia dibangun pada puisi itu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan struktural-semiotika. Penelitian ini menemukan bahwa puisi itu menyampaikan keinginan atas suatu keadaan ideal yang sulit dicapai. Ditemukan pula unsur pesimisme terhadap realitas serta kompleksitas dalam pembentukan utopia pada puisi itu. Utopia pada puisi itu diwakili oleh warna putih dan dibangun melalui simbolisasi warna spektral primer sebagai elemen pembentuk. Puisi itu menekankan peran keseimbangan dan keselarasan antara manusia, alam, ilmu pengetahuan, dan transformasi dalam pembentukan utopia. Utopia yang hadir pada puisi itu digambarkan sebagai akhir dari berbagai permasalahan yang dialami oleh masyarakat Prancis pada abad ke-19.
As a symbolist poet, Rimbaud used figurative languages and imagery to evoke imagination through his poetry, as found in Voyelles (1871). Various research had been conducted to examine said poem due to its wide scope of interpretation regarding its meaning. In order to continue the discussion about Voyelles, this study offers a novelty by carrying out the construction of utopia as its topic. This study aims to explain how utopia is constructed in the poem, as well as to describe said utopia. The method used in this study is a qualitative method with a structural-semiotic approach. This study shows that the poem conveys the desire for an ideal state that is difficult to achieve. Pessimism and complexity are also found in the formation of utopia in the poem. The utopia in the poem is represented by the colour white and is constructed through symbolization of the primary spectral colours as its forming element. The poem emphasizes the role of balance and harmony between humans, nature, science, and transformation in the formation of utopia. The utopia constructed in the poem is described as the end of the various problems experienced by the French society throughout the 19th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Triatmojo Turangga Jaya Sena
"
ABSTRAK Film merupakan salah satu media perkembangan fotografi tingkat tinggi, perkembangannya yang pesat mengubah fungsi film itu sendiri. Film kini tidak lagi menjadi produk industri untuk mendapatkan keuntungan bagi instansi tertentu, melainkan telah menjadi salah satu media untuk menyampaikan pesan atau kritik tersirat terhadap isu-isu budaya yang terjadi pada masa itu. Fungsi film tersebut kemudian digunakan oleh Joseph Goebbels sebagai alat propaganda pada saat NAZI berkuasa. Setelah berakhirnya Perang Dunia II banyak sutradara film yang ingin membuat reka ulang peristiwa holocaust dari berbagai sudut pandang. Namun Aaron Kerner (2011:2) menyatakan film-film yang bertemakan sejarah harus direpresentasikan secara akurat dengan menggunakan pendekatan retorikal yang tersedia pada pemain dan pembuat film, dengan tujuan agar tidak terjadi kritik terhadap film. Quentin Tarantino membuat film berjudul Inglourious Basterds, film dengan cerita sejarah alternatif dengan latar belakang perburuan Yahudi saat Perang Dunia II. Film ini menceritakan perlawanan sekelompok Yahudi bernama The Basterds yang memiliki misi untuk membunuh seluruh anggota Nazi dan menghentikan Perang Dunia II. Selama melakukan rencana itu, film ini memperlihatkan bagaimana cara The Basterds membunuh setiap anggota NAZI yang mereka temui dengan cara yang kejam menggunakan tongkat baseball, menguliti kulit kepalanya, hingga ditembak secara membabi buta dalam satu ruangan. Penelitian ini akan melihat bagaimana kemenangan yang diraih oleh Yahudi dalam fim Inglourious Basterds berdasarkan narasi cerita yang disampaikan dengan cara satir. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis film sebagai teks dengan pendekatan semiotik. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pihak minoritas berupaya menjadi pihak yang berdaya terhadap pihak mayoritas tanpa bantuan pihak eksternal untuk meraih kemenangan.
ABSTRACTFilm is one of the media for the development of high-level photography, its rapid development changes the function of the film itself. Film is now no longer an industrial product to gain profits for certain agencies, but has become one of the media to convey implied messages or criticism of cultural issues that occurred at that time. The function of the film was later used by Joseph Goebbels as a propaganda tool during Nazi rule. After the end of World War II many film directors wanted to re-create the holocaust from various perspectives. But Aaron Kerner (2011: 2) states films with historical themes must be represented accurately by using rhetorical approaches available to players and filmmakers, with the aim of avoiding criticism of the film. Quentin Tarantino made a film called Inglourious Basterds, a film with alternative historical stories against the background of hunting Jews during World War II. The film tells the resistance of a group of Jews named The Basterds who have a mission to kill all Nazi members and stop World War II. During the plan, the film shows how the Basterds killed every NAZI member they met in a cruel way using a baseball bat, skinned his scalp, and shot blindly in one room. This study will look at how the victory achieved by Jews in the Inglourious Basterds program is based on story narratives delivered in a satirical way. The research method used is film analysis as a text with a semiotic approach. Based on this research, it can be concluded that the minority party seeks to be a powerful party towards the majority without the help of external parties to achieve victory."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nuriza Ratno Saputra
"
ABSTRAKJurnal ini berfokus pada objektifikasi potret tubuh perempuan telanjang pada karya grafis Anthon Beeke. Tiga karya grafis Studio Anthon Beeke yang menunjukkan potret tubuh perempuan telanjang dipilih karena poster-poster tersebut dianggap kontroversial untuk mempromosikan sebuah pentas teater. Melalui analisis deskriptif menggunakan pembacaan lima kode semiotik oleh Roland Barthes, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji apakah objektifikasi tubuh perempuan dalam karya grafis Anthon Beeke yang kontroversial ini efektif untuk menarik perhatian pengamat dan membelokkan pola pikir publik dalam melihat tubuh telanjang dalam sebuah karya seni. Analisis leksia dimanfaatkan sebagai pengurai struktur sebelum pemaknaan, pemilihan leksia dibatasi pada penampakan figur tubuh telanjang dan tata letak ornamen dan tipografi. Dari analisis ditemukan bahwa Beeke berhasil menjadikan tubuh perempuan sebagai subjek dan bukan sekadar objek.
ABSTRACTThis paper examines objectification of naked female body portraits on Anthon Beeke s graphic work. Anthon Beeke s three graphic works showing portraits of naked female bodies were chosen because the posters were considered controversial to promote a theater performance. Through descriptive analysis using Roland Barthes's reading of five semiotic codes, this study aims to examine whether the objectification of the female body in Anthon Beeke s controversial graphic work is effective in attracting the attention of observers and deflecting the public mindset in seeing a naked body in an artwork. Analysis of lexia is used as a structural decoder to read the symbol purposes, lexia selection is limited to the appearance of naked body figures and the layout of ornaments and typography. From the analysis it was found that Beeke succeeded in making the female body a subject and not just an object."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library