Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desita Dwijayanti
"Dengan bertambah majunya penerapan teknologi pada bangunan, juga berkembangnya perdagangan, ditambah peningkatan populasi dan peningkatan standar hidup, konsumerisme pada masyarakat juga turut berkembang. Konsumerisme adalah ideologi kapitalis yang merupakan kumpulan praktek sosial, budaya dan ekonomi. Pengaruhnya sangat kuat dalam membentuk lingkungan terutama dalam produksi arsitektur seperti pusat perbelanjaan. Desain pusat perbelanjaan menjadi kompleks dan khusus karena konsumerisme yang berkembang. Munculah beragam jenis pusat perbelanjaan, bentuk yang telah muncul pun tidaklah statis, terus berkembang ke berbagai arah sebagai usaha untuk tetap diminati. Dalam usaha menghasilkan solusi mengatasi masalah yang timbul pada desain pusat perbelanjaan, penting bagi para perencana untuk mengetahui konsep pusat perbelanjaan apa saja yang pernah dan sedang berkembang serta latar belakang apa yang memunculkannya. Tujuannya adalah untuk menebak bagaimana prospek pusat perbelanjaan ke depan. Di Indonesia konsep pusat perbelanjaan juga berkembang pesat beberapa tahun ini. konsep-konsep yang berkembang bahyak diambil dari konsep-konsep yang lebih dulu diterapkan di luar. Konsep yang berhasil adalah yang sesuai dengan konsumerisme yang berkembang di Indonesia.

With the increase of technology application in building, and also the development of the trade, the increase of population growth and the increase of living standard, the consumerism in the society is also developing. Consumerism is regarded as the practical ideology of capitalism which was a set of social, cultural and economic practices. Its influence to build the environments, especially in architecture product such as shopping center is very strong. Shopping center design is becoming complex and special; it is caused by the development of consumerism. Various kinds of shopping center forms are appeared in number, and the shapes which have been formed are not statically, they developed continuously to various directions as an effort to keep being interested. In order to resolve the shopping center design problems, it is necessary for the designers to know about shopping center concepts which were ever existing and still developing, and its background for their emerges. The target is to guess the prospect of shopping center in the future. In Indonesia, the concepts of shopping center are also fast developed in these recent years. The developing concepts are taken from foreign concepts which have been applied previously in foreign countries. The succeed concepts are the ones which are appropriate to consumerism which was developing in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palupi, Niken
"Modernisme tidak selalu berbicara masalah style atau gaya arsitektur. Walaupun modernisme nantinya dapat diwujudkan dalam bentuk arsitektural, akan tetapi dalam hal ini modemisme lebih cenderung kepada sebuah pola pikir dalam masyarakat yang sifatnya lebih esensial. Sebuah pola pikir yang menjadi penyebab munculnya budaya global. Di era globalisasi saat ini, pola pikir modemisme telah mendominasi masyarakat. Hal itu disebabkan oleh kapitalisme, birokrasi, teknologi, dan perkembangan ekonomi yang membuat sebuah tren global, sehingga budaya lokal masyarakat berubah menjadi budaya global. Kemudian dengan adanya teknologi, masyarakat menjadi sangat bergantung kepada mesin. Hal itu disebabkan karena' mesin sangat memudahkan masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhannya. Lalu dengan adanya modemitas, tradisi masyarakat menjadi seragam dan keorisinalitas budaya lokal pun semakin menghilang.
Yang dimaksud dengan tradisi di sini adalah lebih mengacu kepada kehidupan sehari-hari atau domestik masyarakat yang merupakan suatu rutinitas dan telah diturunkan dari generasi ke generasi. Fenomena yang terjadi dalam kehidupan domestik sebuah keluarga adalah tradisi melayani dan dilayani. Dari fenomena tersebut dapat terlihat bahwa masih ada tradisi yang dipertahankan dan terdapat pula pengaruh modemisme di dalamnya. Namun benarkah terjadi bentrokan antara modemitas dan tradisi yang saling bertentangan tersebut? Atau kah saat ini masyarakat membutuhkan keduanya?"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafiyatul Amaliyah
"Mahasiswa merupakan golongan kaum muda yang sedang dalam masa peralihan dalam berbagai hal. Dalam tahapan hidupnya mereka sedang mencoba mencapai kemandirian. Untuk keperluan menuntut ilmu sebagian harus pindah, sehingga mereka harus tinggal terpisah dari keluarganya. Di kehidupan sehari-harinya mahasiswa tidak pernah lepas dari kebutuhan, sehingga mereka harus melakukan berbagai aktivitas. Aktivitas utama mahasiswa ialah kuliah, yang merupakan rutinitas harian. Hal ini kadang membuat mahasiswa bosan, apalagi ditambah permasalahan yang kadang dihadapinya. Sehingga mereka membutuhkan sebuah pelarian, berupa sesuatu yang menyenangkan. Di sisi lain mereka membutuhkan bersosial dan rasa saling memiliki., yang sekarang tidak diperoleh dari keluarganya. Sehingga mereka tergabung dalam suatu komunitas yang dapat memberikan rasa kebersamaan dan rasa saling memiliki. Untuk itu mahasiswa membutuhkan suatu ruang lain yang dapat mewadahi aktivitas sosialnya dan aktivitas yang menyenangkannya. Ruang lain ini berupa tempat publik informal, sehingga mereka dapat bebas menjadi diri mereka. Ruang lain inilah yang menjadi other place bagi mereka. Di Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar, other place begitu 'hidup' dan mendatangi other place menjadi rutinitas harian bagi sebagian besar mahasiswa. Melihat hal ini saya ingin mengetahui lebih jauh apakah hal ini pengaruh mahasiswa di Yogyakarta yang sebagian besar mahasiswa perantauan, jadi mereka mendatangi other place demi kebuthan sosial, dan other place seperti apa yang dapat mewadahi aktivitas bagi mahasiswa.

College students as a youth during their transition phase have changed in many things. In this period they try to achieve their independency. To study at university most of them have to move from their recent town, so they have to live apart from their family. In their every day life college students have some needs; they do some activities to fulfill it. Study as necessary activities become their daily routine. Sometimes these conditions make them bored. They also have problems in their life, it makes them feel worse. So they need an escape to feel better again, it can be something that can make them happy. In other side college students need sense of belonging and need to interact with others. It can't be get from their family now, so they joint in a community which can give them sense of belonging. For that reason college students need other space which can provide a place for their social activity and optional activity. This other space is an informal public place which allows them freedom to be their own self. This other space which can be other place for them. In Yogyakarta which well known as a 'student' city, other place is so exist and come to other place be daily routine activity for almost college students. Based on this fact, I want to more to know about this, it is affected by live apart from their family so come to other place for fulfill their social need, or caused by other thing. And what kind of other place which can provide a place for their activities?."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardyanthony Wiratama
"Kini pemikiran akan arsitektur tidak hanya mengenai nilai fungsional, namun juga mulai berkembang menjadi suatu eksperimen akan bentuk yang dapat berasal dari imajinasi arsitek. Pemikiran akan bentuk sebagai perwujudan imajinasi tersebut kerap melupakan hambatan fisik yang dapat mempengaruhi keterbangunan bentuk. Oleh karena ketidak terbangunannya, maka pemikiran ini seringkali disebut sebagai pemikiran visioner. Kini teknologi terus berkembang, begitu pula dengan pemikiran visioner ini.
Perkembangan teknologi menghasilkan suatu ruang yang dapat dijadikan wadah perealisasian dari pemikiran ini. Ruang ini dikenal dengan nama cyberspace. Dalam cyberspace, kaidah yang berlaku berbeda dengan apa yang ada pada dunia real. Cyberspace tidak terikat dengan gravitasi dan cuaca. Apakah perbedaan karakteristik ini yang menyebabkan karya arsitektur visioner dapat dibangun dalam cyberspace? Apakah kehadiran cyberspace mendorong pemikiran para arsitek dalam mencapai bentuk baru?

Nowadays the concept of architecture is not only the thought of functional value, but it is developing into an era of experimental of form that can be originated from the imagination of the Architect. The thought of form as a realization of an imagination usually forgets the physical barriers that can affect the construction of that form. Consequently, the form is unbuildable. This why this thought usually known as visionary thought. Technology is continuously being developed as well as visionary thought.
Fortunately, the development in technology provide a space that can be a place for realization of this thought. This space is known as cyberspace. The characteristic in cyberspace is different with the characteristic in real pace. Gravity and weather don?t affect and bind cyberspace. Is this difference that makes the visionary form buildable in cyberspace? Is the presence of cyberspace can accelerate the thought of architects in finding a new form in architecture?
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristianti Dewi Paramita
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pria Kurniawan
"Masyarakat urban kiwari memiliki tingkat keberagaman yang tinggi. Perkembangan teknologi yang pesat mendorong perubahan terjadi setiap saat dan menyebabkan kondisi masyarakat urban menjadi sangat dinamis. Arsitektur yang terwujud dalam bangunan mau tak mau harus menyesuaikan diri terhadap kondisi ini. Penentuan satu fungsi tertentu dalam sebuah bangunan melahirkan bangunan dengan fungsi spesifik. Dengan hanya mempunyai satu fungsi yang telah ditentukan sebelumnya, kemampuan bangunan untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan keberagaman masyarakat dipertanyakan. Penelusuran terhadap hubungan fungsi dan bentuk menjadi relevan ketika mulai dijumpai bangunan- bengunan dengan fungsi yang tidak spesifik. Terciptanya bangunan dengan fungsi yang tidak spesifik ini pun menimbulkan pertanyaan bagaimana keterkaitannya dengan kondisi masyarakat yang beragam dan selalu berubah. Skripsi ini mencoba menelusuri apa yang melatarbelakangi timbulnya bangunan dengan fungsi yang tidak spesifik ini dan bagaimana sebuah bangunan terbentuk. Di sini akan terlihat bagaimana hubungan antara fungsi dan bentuk yang sebenarnya dalam konteks masyarakat urban kiwari.

Nowadays, urban society possesses an extensive degree of diversity. The rapid growth of technology encourages an alteration to take place at any time which then led the urban society to be labeled as a dynamic society. Subsequently, there is no other way for architecture, which is concretized in building, than to become accustomed and adjust itself with this circumstances. Concluding one certain function in a building bring into being a building with identifiable and precise function. Having resolved one restricted function, one should inquire the aptitude of building regarding to the changing and wide-ranging society. The exploration of the correlation between form and function suddenly find its light when buildings with vague functions are experienced and encountered. The creation of buildings with their indistinct and blurred function awakens the query of connectivity between the diverse changing society and building. The main purpose of this thesis is to investigate what aggravate the emergence of building with no specific function and how the building is formed. The genuine missing link between function and form in the urban context will come into revelation through the thorough and careful case study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aron Aditio
"Arsitektur sebagai ilmu perancangan ruang wadah aktivitas manusia. Ruang dipengaruhi oleh konteksnya dan dialami manusia dalam penggunaannya. Kualitas pemaknaan ruang tercipta melalui proses perancangan dengan menggunakan perbendaharaan desain. Perbendaharaan desain umumnya mempengaruhi aspek aspek dalam perancangan ruang serta dapat dipengaruhi juga oleh makna konteks yang dipahami oleh arsitek. Skripsi ini mengupas mengenai perbendaharaan desain dalam arsitektur serta penerapannya dalam proses perancangan arsitek Bernard Tschumi, Zaha Hadid, dan Frank Gehry.

Architecture is the science of designing the space container of human activity. Space is influenced by the context and the human experience in its use. Quality meaning is created through the process of designing the space using a design vocabulary. Design Vocabulary generally affects the design aspects in the design of space and can also be influenced by the context of meaning that is understood by the architect. This study examines the design vocabulary in architecture as well as its application in the design of architects Bernard Tschumi, Zaha Hadid and Frank Gehry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talisa Dwiyani
"Praktik keseharian erat kaitannya dengan arsitektur dan lingkungan tempat terjadinya. Arsitektur menjadi bagian dari intervensi, namun ketidaktepatan & kegagalan fungsi seringkali terjadi, sehingga arsitektur dan ruang kota kehilangan dayanya. Hal ini kemudian memicu hadirnya intervensi lain yang kemudian melibatkan taktik dalam operasinya sebagai bentuk alternatif penggunaan ruang. Ruang kota dengan karakteristiknya masing-masing menjadi area yang menarik bagi keberlangsungan beragam intervensi tersebut. Tulisan ini mencoba menganalisa bagaimana kehadiran taktik dan operasin taktik yang terjadi dalam intervensi pada ruang-ruang kota. Tulisan ini didukung pula oleh pembahasan studi kasus di kawasan Eropa, Australia dan Indonesia untuk mengkaji keterkaitannya.

Daily practices and everydayness closely related to architecture and the environment in which they are take place. Architecture becomes a part of the intervention, but the inaccuracy in function and program failure often occurs that made the architecture and urban space lost the power. Furthermore, this case then lead to the presence of other interventions that then involves tactics in its operations as a form of alternative uses of urban spaces. With their unique characteristics, urban spaces become an attractive area for the sustainability of various interventions. This paper attempts to analyze how the presence of intervention involved tactics and the way of tactic operated in the urban space. Therefore, while the discussion take case several studies from Europe, Australia and Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S44299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Talita Yakin Putri
"Arsitektur tidak terlepas dari kebutuhan manusia akan ruang untuk beraktivitas. Seiring waktu, tubuh manusia yang hidup akan terus tumbuh dan berubah. Ruang domestik sebagai tempat terjadinya keseharian, secara langsung merespon kebutuhan dan keinginan manusia yang berubah seiring waktu. Dengan demikian, ruang domestik perlu dapat bersifat terbuka serta fleksibel penggunaannya agar dapat beradaptasi dengan baik terhadap manusia sebagai penggunanya.
Dalam beradaptasi, ruang domestik tidak perlu untuk berubah seluruhnya. Penyesuaian dapat dilakukan pada ruang dan furnitur yang memudahkan proses adaptasi. Skripsi ini mencoba mengamati bagaimana perubahan ruang domestik, yang hidup dan tumbuh beriringan dengan penghuninya seiring waktu. Terdapat dua metode pengamatan, yaitu mengamati bagaimana perubahan yang terjadi pada sebuah keluarga sebagai penghuni ruang domestik dan mengamati bagaimana penyesuaian ruang yang dilakukan untuk mengakomodasi perubahan kebutuhan ruang yang timbul.
Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika merancang, arsitek tidaklah menjadi yang paling tahu. Perubahan kebutuhan dan keinginan dalam penggunaan ruang merupakan sesuatu yang tidak terlelakkan, sehingga fleksibilitas dalam penggunaan ruang di waktu yang berbeda menjadi penting untuk dipertimbangkan ketika merancang. Arsitek sebaiknya tidak secara kaku menentukan penggunaan ruang yang dirancangnya untuk orang lain, tetapi memfasilitasinya agar kehidupan seutuhnya dapat bergulir di dalam ruang yang dirancang.

Architecture cannot be separated from human spatial needs. Human body as living things are always changing and grow over time. Domestic space, where everyday happens, responses directly to human needs and desires that always change. According to that, domestic space needs to be open for adaptation by inhabitants and enable flexible use by the user.
To adapt, domestic space doesn?t need to change completely. Adjustments can be made in space plan and furniture placement to adapt at minimum cost. The purpose of this study is to observe how domestic space changes, lives and grows with its inhabitants over time. There are two methods of observation in this writing. Firstly, observing how the family as domestic space?s inhabitants changes over time. Secondly, observing how the adjustments of space and furnitures in domestic space are done to accommodate the changing needs and desires of its inhabitants.
From these observations, it can be concluded that in designing architect is only based on limited information of the inhabitants? lives. The inhabitants? changing needs and desires in using space are inherent. The flexibility of spatial use in different times is important in designing domestic space. Architect should not strictly determines the spatial use of his/her design, but instead facilitates it so the life of the inhabitants can unfolds over time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44634
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Pebriana
"Di zaman sekarang video musik tidak lagi hanya sekedar sebagai media promosi dan hiburan lagi, ia berkembang menjadi sebuah sumber ide yang potensial bagi bidang-bidang lain seperti halnya bidang arsitektur interior. Skripsi ini membahas mengenai sejauh mana elemen-elemen video musik, seperti karakter-karakter ruangnya dan proses produksi ruang didalamnya, dapat diaplikasikan pada proses perancangan ruang dalam dunia arsitektur interior. Video musik merupakan media komunikasi yang paling berpengaruh bagi berbagai kalangan masyarakat maupun lapisan usia. Hal ini dikarenakan ia tersusun oleh elemen audio dan visual, jadi selain ada penjabaran dari narasi audio, terdapat juga visualisasi gambar tentang hal apa yang dinarasikan media audio tadi. Skripsi ini juga membahas mengenai interiority yang tercipta di dalam ruang video musik dan perbedaanya terhadap interiority ruang di keseharian kita. Selain itu, di sini juga dibahas mengenai bagaimana interiority yang tercipta oleh karakteristik ruang pada video musik, menginspirasi proses pengeksplorasian ruang pada bidang arsitektur interior.

Nowadays, music video not only serves as entertainment and promotional media. Its role has been expanding into becoming a potential source of ideas toother fields such as interior architecture. This thesis discusses about how far themusic videos elements such as its space characteristics and its spaceproduction can be applied in the interior architecture‟s space design process. Music videos are the most influential communication media to various communityand generations. It is because a music video is composed by audio and visualelements. Not only there is an explanation of the narration by audio, but in the same time, there is also a visualization that explains what‟s being narrated. This thesis is also discusses about the difference between interiority inside music videos and interiority in our everyday life, and how interiority created by the space characteristic of a music video could inspire a space exploration of an interior architecture project."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>