Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tetty Yukesti Hidayat
"ABSTRAK
Depresi besar di Amerika pada tahun 1929-1933, merupakan kejadian yang sulit untuk dilupakan oleh bangsa Amerika. Pada masa itu ekonomi Amerika mengalami stagnasi yang mempengaruhi berbagai sektor, baik sektor pertanian maupun sektor industri. Dengan kemacetan pada kedua sektor ekonomi tersebut muncul pengangguran. Kota yang merupakan pusat kegiatan industri, menjadi lahan untuk mencari pekerjaan, baik dari kaum urban maupun imigran dari luar. Tujuan para pendatang tersebut ke perkotaan tiada lain untuk memperbaiki nasib demi masa depan yang lebih baik.
Masyarakat Selatan yang mayoritas adalah petani kulit hitam berusaha keluar menuju kota besar di Utara dengan tujuan untuk memperbaiki nasib. Kehidupan warga Afro-Amerika di perkotaan pada tahun 1940-an merupakan implikasi dari masa depresi tersebut, mereka terpaksa meninggalkan daerah pertanian karena merosotnya hasil-hasil pertanian yang mengakibatkan sulitnya lahan pekerjaan. Warga Afro-Amerika yang datang ke perkotaan harus menghadapi berbagai kesulitan, seperti pengangguran, kenakalan remaja, munculnya prostitusi dan sebagainya. Keadaan tersebut telah diilustrasikan oleh dua orang novelis Afro-Amerika, yaitu Richard Wright yang menunjukkan kehidupan seorang pemuda Afro-Amerika di tengah kehidupan masyarakat perkotaan Chicago. Ann Petry yang menampilkan perjuangan hidup seorang wanita Afro-Amerika di Harlem, New York. Dua kota besar inilah yang menjadi tempat mengadu nasib bagi warga Afro-Amerika, walaupun mereka harus menerima kenyataan pahit, hidup di daerah kumuh dengan berbagai kendala yang harus dihadapi.
Native Son merupakan salah satu karya Richard Wright yang ditulis tahun 1940. Novel tersebut merupakan gambaran kehidupan di perkampungan/ Ghetto warga Afro-Amerika di kota besar Chicago, suatu kehidupan yang membatasi kebebasan hidup warga Afro-Amerika. Dalam Native Son tercermin bahwa tokoh utama dapat menemukan keberadaan dirinya yang lebih berarti melalui tindakan kekejaman dan kejahatannya. ( Wright and Fabre, :487.) Novel Native Son menjadikan Wright amat terkenal, karena buku tersebut terjual laris/ best seller.
Wright menggambarkan seorang remaja berusia dua puluh tahun, yang harus bertanggung jawab akan kelangsungan hidup ibu serta kedua saudaranya. Terlebih lagi hidup tanpa seorang ayah karena ayahnya terbunuh karena lynching, suatu hukuman bagi orang Afro-Amerika tanpa mengenal hukum di daerah pertanian Selatan ( Encyclopedia Americana vol.17). Kesulitan ini lebih diperberat lagi oleh adanya keyakinan yang kuat dari orang kulit putih terhadap orang Afro-Amerika sebagai pemalas, pemerkosa sehingga stereotip ini sudah sangat berakar dan menyulitkan generasi pendatang bangsa Afro-Amerika untuk dapat beradaptasi di perkotaan. Kesulitan hidup di perkotaan bagi seorang Afro-Amerika serta kehidupan mewah orang kulit putih merupakan dua keadaan yang sangat kontras, sehingga ketidak berdayaan dalam memenuhi kebutuhan materi diungkapkan dalam bentuk kejahatan sebagai protes atas ketidak adilan sebagai warga Amerika. "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syivie Meiliana
"ABSTRAK
Pendahuluan
Latar Belakang Penulisan
Ciri-ciri umum kesusastraan periode Victoria, perlu disebut bahwa zaman itu adalah zaman prosa. Sehubungan dengan itu, kesusastraan Inggris banyak menghasilkan novelis-novelis besar seperti Charles Dickens, William Makepeace Thackeray, dan Mary Ann Evans yang terkenal dengan nama George Eliot. Pada zaman itu juga muncul seorang novelis muda, Thomas Hardy, yang menurut Marion Davis dalam bukunya berjudul Bloomsbury Guide To Encaish Literature mendominasi periode akhir zaman tersebut.
Thomas Hardy dilahirkan di Upper Buckhamton, dekat Dorchester pada tanggal 2 Juni 1840, meninggal dunia pada tanggal 11 Januari 1928 di Dorchester dalam usia 88 tahun. Thomas Hardy merupakan seorang penulis yang hidup dalam masa peralihan antara abad ke-19 dan abad ke-20.
Hal ini tercermin dalam karya-karyanya yang terus mengikuti perubahan zaman.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Kristiantin
"Kala kini dipakai untuk mengungkapkan kegiatan futur sejak periode Inggris Kuno hingga Inggris Modern. Yang ingin diketahui adalah perkembangan pemakaian kala kini sebagai pemarkah futur bahasa Inggris. Tujuannya untuk melihat persamaan dan perbedaan pemunculan kala kini selaku pemarkah futur dalam tiga periode bahasa Inggris baik dari segi sintaksis maupun semantis. Penelitian dilakukan secara sinkronis dan diakronis dengan prosedur kerja sebagai berikut: mencari kala kini yang merujuk pada futur dalam setiap periode dan mencari terjemahan bahasa Inggris Kuno dan menengah dalam bahasa Inggris Modern. Untuk membahas kala dipakai pembahasan Comrie, Lyons & Quirk et al. Pada periode Inggris Kuno segala nuansa makna futur diungkapkan dengan kala kini, sehingga makna futur kala kini sangat luas. Sebagai pemarkah futur, kala kini paling sering berada dalam kalimat tunggal. Di samping itu kala kini terdapat dalam: kalimat imperatif, kalimat kondisional, klausa obyek sesudah verba bermakna futur, klausa sesudah frasa subyek (it is) yang bermakna futur dan klausa adverbia. Dalam periode ini verba (be) mempunyai dua bentuk. Untuk mengekspresikan kegiatan kini digunakan bentuk wesan dan untuk kegiatan futur digunakan (beon). Verba (weorpan) dipakai pula untuk merujuk pada kegiatan futur. Pada periode Inggris Menengah (will/shall) mulai dipakai sebagai pemarkah futur. Dengan demikian makna futur kala kini menjadi lebih sempit bila dibandingkan dengan maknanya pada periode Inggris Kuno, yakni hanya digunakan untuk kegiatan futur yang pasti terjadi. Sebagai pemarkah futur, kala kini berada dalam kalimat tunggal disertai keterangan waktu futur. Selain itu terdapat dalam: kalimat imperatif, kalimat kondisional, klausa obyek sesudah verba, bermakna futur, klausa setelah frasa subyek (it is) dengan makna futur dan klausa adverbia. Pada periode ini verba bean & (weorpan) tetap dipakai untuk merujuk futur. Dalam periode Inggris modern timbul berbagai pemarkah futur, sehingga makna futur kala kini lebih sempit lagi dari maknanya pada periode sebelumnya, yaitu kegiatan futur dipastikan terjadi karena proses waktu, hukum alam & takdir. Kala kini yang merujuk pada futur berada dalam kalimat tunggal atau klausa bebas. Di samping itu terdapat dalam: kalimat imperatif, kalimat kondisional (umumnya berada dalam klausa utama), klausa obyek sesudah verba bermakna futur, sesudah frasa subyek it is yang bermakna futur, klausa adverbia dan sesudah frasa verba (to take care), (to take heed) & (be sure). Pada periode Modern verba (be) yang digunakan untuk kegiatan futur sama dengan yang digunakan untuk kegiatan kini. Verba (weorpan) tidak dipakai lagi untuk mengungkapkan kegiatan futur. Setelah ditelusuri, ternyata kala kini sebagai pemarkah futur mempunyai konstruksi sama dalam ketiga periode. Dari segi semantis diperoleh petunjuk bahwa kala kini mengalami pengurangan makna yakni dari yang bersifat umum menjadi lebih sempit. Verba (be) yang merujuk pada kegiatan futur mempunyai perkembangan sendiri. Pada periode Inggris Kuno dan permulaan Inggris Menengah dibedakan antara bentuk be yang mengacu pada kegiatan kini dan futur, namun di akhir periode Inggris Menengah dan dalam periode Modern perbedaan itu sudah tidak ada lagi."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Iswari
"Analisa mengenai interferensi bunyi dilakukan pada bulan Januari, Juni, Agustus 1988. Tujuannya ialah untuk mengetahui bunyi-bunyi mana saja dalam bahasa Inggris yang terkena interferensi bunyi bahasa Bali. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara responder dan direkam. Kemudian diseleksi hasilnya dan dianalisa. Hasil analisa menunjukkan bahwa dalam mengucapkan bunyi bahasa Inggris , penutur asli bahasa Bali di pengaruhi sistim bunyi bahasa ibunya. Sehingga penutur asli sering mengidentifikasikan bunyi bahasa Inggris dengan bunyi bahasa ibunya. Metode yang dipakai disini adalah metode penelitian pustaka dan penelitian lapangan. Untuk mengatasi interferensi ini diperlukan latihan pengucapan bunyi bahasa Inggris secara benar sehingga tidak menimbulkan salah pengertian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S14240
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maureen Oppier
"ABSTRAK
Karya tulis ini berjudul Gaya Naturalistik Dalam Native Son karya Richard Wright, dan membahas tentang pemakaian gaya naturalistik dalam novel tersebut.
Aspek yang menonjol dalam novel ini adalah bahwa pemakaian gaya naturalistik mendukung protes yang ingin disampaikan oleh Richard Wright. Si pengarang berhasil menggambarkan bagaimana kualitas hubungan antar manusia di Amerika, khususnya hubungan antara kulit putih dan kulit hitam yang terjadi pada tahun 1940.
Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah untuk mengungkapkan alasan-alasan dipakainya gaya naturalistik dalam novel tersebut dan untuk membuktikan apakah Richard Wright dapat disebut sebagai pengarang naturalis mengingat saat penulisan novel tersebut tidak merupakan jaman puncak naturalisme dalam kesusasteraan Amerika.
Untuk membahas novel ini, saya menggunakan analisis deskriptif di mana latar, penokohan dan tema ditinjau secara deskriptif.
Hasil pembahasan menunjukkan bahwa pemakaian gaya naturalistik oleh Richard Wright dalam novel Native Son dapat menggambarkan bagaimana perbedaan konsep pemikiran kulit putih terhadap kulit hitam dan konsep pemikiran kulit hitam terhadap kulit putih.

"
1989
S14142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Redjeki Saptoro
"Latar Belakang
Seperti laki-laki sejak abad ketujuh belas perempuan Eropa juga bermigrasi ke Amerika Utara. Waktu perahu pemukim pertama berlabuh di Hampton Roads di dalam Domini Lama Virginia bulan Mei, 1607, penumpangnya terdiri atas lelaki saja. Mereka mendirikan benteng, gereja, gudang dan pondok-pondok di Jamestown dan mulai bercocok tanam. Wanita-wanita yang kemudian datang, bersama-sama suami harus bekerja keras untuk dapat bertahan hidup. Suami-istri melakukan semua kegiatan didalam maupun di luar rumah. Tetapi di luar rumah semua kedudukan dengan kekuasaan hanya terbuka bagi lelaki, seperti pengurusan gereja, sidang kolonial, rapat kota, hanya lelaki yang bisa berperan sebagai pemimpin. (M.P. Ryan : 1975 : 29)
Dengan makin bertambahnya kedatangan imigran, lahan pertanian lambat laun menjadi berkurang, maka pemukiman makin bergeser ke barat. Wanita golongan atas dan menengah kebanyakan tinggal di kota; mereka menjalani kehidupan jauh lebih baik dari pada wanita frontir. Gadis-gadis di kalangan atas dan menengah dipermulaan abad ke-18 telah mendapat pendidikan tidak formal untuk menunjang hari depannya sebagai istri dan ibu.
Abad ke-19 ditandai dengan terjadinya revolusi industri, pabrik-pabrik dan perusahaan bermunculan. Penduduk pedesaan mengalir ke kota industri untuk menjadi buruh pabrik. Dengan pindahnya orang desa ke kota, kehidupan keluarga petani mengalami perubahan. Mereka tidak bisa lagi hidup berswadaya dari kebun dan ternaknya. Setelah tinggal di kota para istri kehilangan daya ekonominya, karena di kota mereka tidak mempunyai kebun yang hasilnya bisa mencukupi keperluan rumah tangga dan malahan sisanya bisa dijual. Setelah di kota keperluan sehari-hari harus dibeli dengan upah kerja suami yang begitu rendah. Untuk sedikit meringankan beban keluarga harus merelakan anak yang sudah besar menjadi buruh murah di pabrik. Sebaliknya wanita kalangan menengah dan atas selain mengurus rumah tangga, diwaktu yang senggang giat mengurus usaha-usaha amal dan keagamaan.
Di pertengahan abad ke-19 para wanita yang selalu giat berusaha menegakkan keadilan di antara sesama, di Seneca Falls, di negara bagian New York, pada 19-20 Juli, 1848, pada suatu rapat besar, secara resmi mengajukan tuntutan akan perubahan kedudukan wanita. Pada pertemuan itu para wanita mengeluarkan revolusi meminta kesempatan bagi wanita dalam pendidikan, bisnis, profesi dan hak atas miliknya, kebebasan bicara dan perwalian atas anak. Tuntutan yang terakhir dan tak terbayangkan adalah hak pilih. Isu hak pilih wanita ini diumumkan untuk pertama kali di Amerika (G. G. Yates :.1940: 27-28). Setelah lebih dari 70 tahun, berhasil dengan diberlakukannya the XIX Amendment pada bulan November 1920. Dengan demikian wanita mempunyai hak pilih penuh. Ratifikasi Amandemen XIX merupakan puncak keberhasilan dari gerakan para feminis, karena dengan adanya ratifikasi tersebut dapat diartikan bahwa diskriminasi mendasar terhadap wanita telah dihilangkan.
Waktu Amerika Serikat terlibat dengan PD I, di tahun 1917 wanita dan anak didorong supaya bekerja di pabrik dan di tempat yang memerlukan tenaga kerja untuk membantu usaha nasional. Para feminis ikut aktif berperan di berbagai bidang yang bisa menunjang kemenangan Amerika, walaupun sebetulnya mereka tidak menyetujui keterlibatan Amerika dalam peperangan. Namun demi tercapainya tujuan mereka yaitu hak pilih, mereka menyesuaikan diri dengan kebijaksanaan pemerintah. Ternyata tidak lama seusai perang wanita mendapatkan hak pilih di tahun 1920 seperti diterangkan di atas. Tetapi wanita setelah menerima hak pilih tidak aktif mengadakan kegiatan.
Selama PD II wanita diminta lagi menyumbangkan tenaganya di mana diperlukan. Wanita bisa menunjukkan kecakapannya di berbagai lapangan kerja yang ditinggalkan kaum lelaki yang ikut berperang."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library