Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niko Falatehan
"ABSTRAK
Latar Belakang : Gangguan fonetik seringkali dialami oleh pasien yang baru
memakai gigi tiruan lepas, namun dalam praktek sehari-hari fungsi fonetik
seringkali terabaikan oleh dokter gigi. Salah satu penyebab terjadinya gangguan
fonetik adalah karena palatum tertutup oleh basis gigi tiruan, sehingga fungsi
palatum sebagai salah satu alat bicara terganggu terutama pada pengucapan
konsonan linguo-palatal.
Untuk mengevaluasi gangguan fonetik biasanya digunakan palatogram,
yaitu gambaran yang terbentuk pada daerah palatum yang berkontak dengan
lidah saat berlangsungnya suatu aktifitas spesifik, biasanya saat aktifitas
berbicara.
Tujuan : untuk mendapatkan metode baru dalam memprediksi adaptasi
pemakai gigi tiruan penuh rahang atas berdasarkan palatogram konsonan
linguo-palatal Bahasa Indonesia. Diharapkan pasien mampu mengucapkan
konsonan linguo-palatal, khususnya huruf ‘s’ dan 'z’.
Bahan dan Cara : Subjek penelitian adalah 40 orang pemakai gigi tiruan
penuh (GTP) yang terdiri dari 20 laki-laki dan 20 perempuan, dengan
rentang usia antara 30-80 tahun. Dibuat palatogram pada gigi tiruan penuh
rahang atas (GTP RA), dengan cara subjek diinstruksikan untuk
mengucapkan bunyi desis ‘s’ dan ‘z setelah bagian palatal GTP RA
dioleskan pressure indicator paste. Jenis penelitian ini adalah penelitian
analitik observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini dianalisis
dengan analisis univariat, bivariat (uji T tidak berpasangan) dan multivariat
(uji repeated ANOVA).
Hasil : Pemakai GTP RA membutuhkan waktu 10-14 hari untuk mampu
beradaptasi terhadap pengucapan konsonan linguo-palatal S – Z. Nilai mean
subjek saat pengucapan huruf ‘s’ dan ‘z’ yang dapat dilakukan dengan baik dan
jelas adalah 920,63 dan 987,31, dengan deviasi standar 92,28 dan 107,61.
Kesimpulan : Didapatkan metode baru untuk menilai adaptasi pemakai GTP
rahang atas, berdasarkan palatogram konsonan linguo-palatal Bahasa
Indonesia.

ABSTRACT
Introduction : Phonetic interference often occurs on a new removable denture
wearer, but phonetic is usually ignored by dentist in daily practice. The
removable denture base that covers palate is one of the phonetic interference
causes. Denture base interfere the palate to function, as one of the speech
instrument, especially in pronouncing linguo-palatal consonant.
Phonetic interference can be evaluated by a palatogram. Palatogram is a
graphic representation of the palate area that contacts by the tongue during a
specified activity, usually speech.
Aim : to obtain a new method in predicting the adaptation of upper complete
denture wearer based on the palatogram of Indonesian linguo-palatal
consonant, in order to be able to pronounce linguo-palatal consonant, especially
‘s’ and ‘z’.
Material and method : There are 40 participants on this study, consists of 20
males and 20 females, by an age range between 30-80 years old. The subject
was asked to and palatogram record was taken on upper complete denture by
instructing the subject to pronounce ‘s’ and ‘z’, after some PIP is put on palatal
plate. This study is an analytic observational with cross sectional design. This
study was anaylzed with univariat, bivariat (Unpaired T-test), and multivariat
analysis (Repeated ANOVA test).
Result : Upper denture wearer need 10-14 days to adapt with ‘s’ and ‘z’
consonant. The subject’s means in phonetic ‘s’ and ‘z’ are 920,63 and 987,31,
with standard deviation are 92,28 and 107,61.
Conclusion : a new method in evaluating the adaptation of upper complete
denture wearer was obtained based on the palatogram of Indonesian linguopalatal
consonant."
2013
T33185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pinta Marito
"Latar belakang: Pencetakan pasien GTP dengan sendok cetak biometrik dapat memposisikan bibir dan pipi ke posisi sebelum ekstraksi, dibuat berdasarkan pedoman biometrik paling stabil yaitu buccolingual breadth (BLB). Namun, ukuran BLB masih berdasarkan ukuran ras Kaukasoid. Belum ditemukan penelitian mengenai ukuran BLB pada ras Deutero Melayid dan perbedaannya antara pria dan wanita.
Tujuan: Mengetahui ukuran BLB dan menganalisis perbedaannya antara pria dan wanita ras Deutero Melayid.
Metode: Cross sectional pada 68 mahasiswa FKG UI. Rahang atas subjek dicetak untuk mendapakan model studi. Setiap model studi dibuatkan garis referensi HIP plane, dipotong menjadi soliter die, kemudian diukur ketebalannya di regio gigi insisif pertama, kaninus, premolar pertama dan kedua, serta molar pertama dan kedua di kuadran kiri dan kanan.
Hasil: Hasil uji Mann-whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna ukuran BLB antara pria dan wanita tiap gigi-geligi (p < 0,05). Namun tidak berbeda bermakna ukuran BLB kudran kiri dan kanan (p > 0,05) dan pada regio gigi Premolar kedua kuadran kiri dan Premolar pertama kuadran kanan (p > 0,05).
Kesimpulan: Ukuran BLB pada ras Deutero Melayid adalah regio gigi insisif pertama 6.44 mm, kaninus 7.69 mm, premolar pertama 10.6 mm, premolar kedua 10.97 mm, molar pertama 13.04 mm, dan molar kedua 12.14 mm. Ukuran BLB pada pria lebih lebar dibandingkan pada wanita.

Background: Impression of edentulous mouth with biometric tray can place the lip and cheeks in pre-extraction positions, made based on the most constant biometric guidance that is buccolingual breadth (BLB). It was conducted in Caucasian but there has not been found in Deutero Malay and its difference between male and female.
Objective: To determine the measurement of the BLB and to analyze its difference between male and female in Deutero Malay.
Methods: Cross sectional study was performed towards 68 students. Maxillary jaw was taken the impression to get study model. Study model was drawn​​ a HIP plane, and cut to be a solitary die in the central incisivum, canine, first and second premolar and molar on each regions. Measurements were performed by measuring the thickness in each of tooth.
Result: Mann-whitney test showed there was a significancy difference each teeth between male and female (p<0,5) but there was no significancy between left and right maxillary jaw (p>0,05) and also in left second and right first Premolar (p > 0,05).
Conclusion: BLB measurement in Deutero Malay are 6.44 mm in central incisivum, 7.69 mm in canine, 10.6 mm in first premolar, 10.97 mm in second premolar, 13.04 in first molar and 12.14 mm in second molar. Furthermore, measurement of BLB in male is widther than female.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrial
"Latar belakang: Tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan status gigi tiruan merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Namun, belum ada alat ukur tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan alat ukur tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut, menganalisis hubungan tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan status gigi tiruan terhadap kualitas hidup lansia.
Metode: Cross-sectional pada 101 lansia. Pencatatan data dan pemeriksaan intraoral. Wawancara pengisian kuesioner tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan kualitas hidup lansia.
Hasil: Uji validitas dan reliabilitas menunjukkan hasil yang baik. Jenis kelamin (p=0.000), tingkat ekonomi (p=0.004), letak geografis (p=0.000), dan OHI-S (p=0.013) memiliki hubungan bermakna terhadap tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut. Tingkat ekonomi (p=0.006) dan OHI-S (p=0.001) memiliki hubungan bermakna terhadap kualitas hidup. Hanya 24 subyek yang menggunakan gigi tiruan.
Kesimpulan: Diperoleh alat ukur tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut yang valid dan reliabel. Di pedesaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi mulut dan permintaan gigi tiruan yang rendah dibandingkan dengan di perkotaan. Faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup lansia adalah OHI-S dan tingkat ekonomi.

Background: The level of knowledge of oral health and dental denture status is a factor that affects the quality of life of the elderly. However, there is no measuring instrument level of knowledge of oral health that have been estabelished in Indonesia.
Objective: Obtaining measuring instruments of oral health knowledge, analyzing the correlation between oral health knowledge, denture status on quality of life of the elderly.
Methods: Cross-sectional study in 101 elderly. Data recording and intraoral examination. Interview questionnaire for oral health knowledge and quality of life of the elderly.
Results: Validity and reliability showed good results. Gender (p=0.000), economic level (p=0.004), geographic factor (p= 0.000), and OHI-S (p=0.013) statistically siqnificant to the level of knowledge of oral health. Economic level (p=0.006) and OHI-S (p=0.001) statistically significant to quality of life. Only 24 subjects wear denture.
Conclusion: Obtained level measuring instruments dental oral health knowledge valid and reliable. In rural areas have a level of knowledge of oral and dental health of denture demand lower than in urban areas. The factors that most affect the quality of life of the elderly is OHI-S and economic levels.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sofyan Hidayat
"Terlepasnya mahkota tiruan saat mengunyah merupakan masalah yang sering dijumpai pada pemakai mahkota tiruan atau gigi tiruan jembatan. Terutama pada mahkota gigi yang kecil, pendek dan konus. Penyebab utamanya adalah faktor retensi dan resistensi yang kurang pada gigi penyangga. Salah satu metode untuk meningkatkan retensi dan resistensi pada praparasi mahkota adalah pembuatan groove. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan resistensi mahkota tiruan penuh logam dengan berbagai bentuk preparasi groove. Penelitian dilakukan secara eksperimental laboratoris menggunakan 24 spesimen, yang terdiri dari 6 spesimen preparasi mahkota tanpa groove, 6 spesimen dengan groove bentuk box, 6 spesimen dengan groove bentuk V dan 6 spesimen dengan groove bentuk half round pada masing-masing spesimen tesebut dilakukan uji kompresi. Nilai rerata gaya melepaskan mahkota tiruan logam pada groove berbentuk box (27,97 kgF+SD 1,08), bentuk V (6,15 kgF+SD 0,22), half round (1,77 kgF+SD 0,22) dan tanpa groove (0,95 kgF+SD 0,13). Preparasi groove bentuk box adalah terbaik resistensinya, diikuti bentuk V, half round dan tanpa groove. Penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi untuk pemilihan bentuk groove bila para klinisi menjumpai kondisi gigi molar yang pendek dan konus.

Dental crown or bridges can occasionally come loose or come off from the tooth while chewing. Especially on small, short and conus teeth.The main cause is lack of retention and resistance to the teeth. There are several methods to increase retention and resistance on crown, inlay and onlay preparation, which is parallelism, groove preparation, crown buildup and surface roughness. The aim of this study wasto know the resistance differences of a full metal crown with various forms of groove preparation. This was experimentall laboratories, study using compressive strength test in 24 specimens in which 6 specimens without grooves preparation, 6 specimens with box-shaped groove, 6 specimens with V-shaped groove and 6 specimens with half round grooves. The mean value of metal crown that come off during test on box-shaped Groove (27,97 kgF+SD1,08), V-shaped (6,15 kgF+SD 0,22), half round (1,77 kgF+SD 0,12) and without groove (0,95 kgF+SD 0,13). It is concluded that resistance is best in box-shaped, followed by V-shaped, half round and without groove. When clinicians find short and conus molar teeth, it is recommended the use of groove to increase the resistance of the crown.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T39302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sena Arianto
"[ABSTRAK
Kedokteran gigi estetik dipengaruhi berbagai faktor. Digital Smile Design (DSD) merupakan salah satu kemajuan ilmu dan teknologi yang sangat menunjang perawatan dalam bidang estetika. Dokter gigi dapat langsung memberi gambaran rencana perawatan pada pasien. Proporsi gigi anterior merupakan salah satu faktor penting dalam perencanaan perawatan dalam bidang estetik Penelitian bertujuan untuk menganalisis persepsi kepuasan pasien terhadap estetika desain senyum yang dihasilkan dengan dan tanpa panduan DSD.
Subjek berjumlah 25 orang dengan indikasi rehabilitasi estetik diminta untuk menilai kepuasan estetika desain senyum dengan 2 metode mock up, yaitu dengan dan tanpa panduan Digital Smile Design serta menjawab kuesioner estetik yang sudah tervalidasi dengan nilai alpha cronbach 0,98. Mock up dengan panduan DSD menghasilkan kepuasan yang lebih baik dibandingkan dengan mock up tanpa panduan DSD.

ABSTRACT
In the field of dentistry, aesthetic is influenced by various factors. Advances in science and technology, supports in aesthetic treatment, especially in this modern era, the dentist can immediately provide an overview plan of treatment. One of the main factor in planning an aesthetic treatment is the proportion of upper anterior teeth. Twenty-five subjects with the aesthetic rehabilitation indications were asked to assess the aesthetic satisfaction with 2 mock-up methods, with and without a guide of Digital Smile Design, followed by answering an aesthetic questionnaire that has been validated with a value of Cronbach?s alpha = 0.98.Patients? satisfaction with the aesthetic proportion of upper anterior teeth with a mock-up guide Digital Smile Design is better than a mock-up without Digital Smile Design., In the field of dentistry, aesthetic is influenced by various factors. Advances in science and technology, supports in aesthetic treatment, especially in this modern era, the dentist can immediately provide an overview plan of treatment. One of the main factor in planning an aesthetic treatment is the proportion of upper anterior teeth. Twenty-five subjects with the aesthetic rehabilitation indications were asked to assess the aesthetic satisfaction with 2 mock-up methods, with and without a guide of Digital Smile Design, followed by answering an aesthetic questionnaire that has been validated with a value of Cronbach’s alpha = 0.98.Patients’ satisfaction with the aesthetic proportion of upper anterior teeth with a mock-up guide Digital Smile Design is better than a mock-up without Digital Smile Design.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandya Wintasari
"ABSTRAK
Latar Belakang: Inklinasi eminensia artikularis merupakan struktur yang paling cepat mengalami degenerasi akibat beban oklusi yang berat. Perbedaan inklinasi eminensia artikularis kanan dan kiri lebih banyak ditemui pada individu dengan Temporomandibular disorders TMD . Jenis kelamin, usia, oklusi, kehilangan gigi dan sleep bruxism juga dapat mempengaruhi perbedaan inklinasi eminensia artikularis. Sehingga, perlu diteliti hubungan antara diagnosis TMD, jenis kelamin, usia, oklusi, kehilangan gigi dan sleep bruxism dengan perbedaan inklinasi eminensia artikularis kanan dan kiri.Tujuan: Menganalisis hubungan antara diagnosis TMD dengan perbedaan inklinasi eminensia artikularis kanan dan kiri.Metode: Desain penelitian potong lintang dengan penegakan diagnosis melalui pemeriksaan DC-TMD, serta foto radiograf transkranial pada 70 subjek 14 pria, 56 wanita , usia 20 tahun ke atas. Uji One-way ANOVA digunakan untuk menganalisis hubungan diagnosis TMD dengan perbedaan inklinasi eminensia kanan dan kiri. Uji t tidak berpasangan digunakan untuk menganalisis pengaruh jenis kelamin, usia, oklusi, kehilangan gigi dan sleep bruxism terhadap perbedaan inklinasi eminensia artikularis kanan dan kiri. Uji chi-square digunakan untuk menganalisis hubungan antara jenis kelamin, usia, kondisi oklusi, kehilangan gigi dan kebiasaan sleep bruxism terhadap diagnosis TMD. Uji multivariat regresi logistik digunakan untuk menentukan faktor yang berpengaruh terhadap perbedaan inklinasi eminensia kanan dan kiri.Hasil: Terdapat hubungan antara diagnosis TMD dengan perbedaan inklinasi eminensia artikularis kanan dan kiri p=0,001 . Dengan hasil post hoc bermakna pada kelompok gangguan sendi p=0,042 dan gangguan kombinasi p=0,000 . Jenis kelamin dan usia mempengaruhi diagnosis TMD p=0,009 dan p=0,029 . Uji multivariat menunjukkan bahwa variabel diagnosis TMD merupakan variabel yang paling berpengaruh dengan perbedaan inklinasi eminensia artikularis kanan dan kiri.Kesimpulan: Terdapat hubungan antara diagnosis TMD dengan perbedaan inklinasi eminensia artikularis kanan dan kiri. Diagnosis TMD dengan gangguan intra artikular dan otot mempunyai risiko terjadinya perbedaan inklinasi eminensia artikularis kanan dan kiri sebesar 9,75 kali dibandingkan TMD dengan gangguan otot.Kata kunci: perbedaan eminensia artikularis, inklinasi, TMD, transkranial

ABSTRACT
Background Articular eminence is the most rapidly degenerating structure due to heavy occlusion loads. Asymmetrical articular eminence is more common in individuals with Temporomandibular disorders TMD . It is also associated with gender, age, occlusion, missing tooth teeth and sleep bruxism. Therefore, further research is required to analyze the relationship between TMD diagnoses, gender, age, occlusion, missing tooth teeth and sleep bruxism with asymmetrical articular eminence.Objective To analyze the association between TMD diagnoses and asymmetrical articular eminence.Method This research implemented a cross sectional study in diagnosis process using DC TMD protocol and transcranial radiographs of 70 subjects 14 male, 56 female aged 20 years and older. One way ANOVA was used to determine the association between TMD diagnoses to asymmetrical articular eminence. Independent t test was used to determine the association between gender, age, occlusion, missing tooth teeth and sleep bruxism to asymmetrical articular eminence. Chi square test was used to determine the influence of gender, age, occlusion, missing tooth teeth and sleep bruxism in association to TMD diagnoses. Logistic regression multivariate test was used to determine which factors are the most influential to asymmetrical articular eminence.Result TMD diagnoses had a significant association with asymmetrical articular eminence p 0,001 . Post hoc result showed significant values in intra articular disorder p 0,042 , and combination disorder p 0,000 . Gender and age were associated with TMD diagnoses p 0,009 and p 0,029 . Based on multivariate test, TMD diagnoses was the most influential factor to asymmetrical articular eminence, with OR value of 9,75 for intraarticular disorder and OR value of 4,13 for muscle disorder.Conclusion TMD diagnoses were significantly associated with asymmetrical articular eminence. TMD with intraarticular and muscle disorder is 9,75 times more likely to cause asymmetrical articular eminence compared to TMD with muscle disorder. Keywords asymmetrical articular eminence, inclination, TMD, transcranial"
Depok: 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lieando Chandra
"Latar belakang: Gigi tiruan dukungan implan, salah satu perawatan kehilangan gigi terbaik, diterima luas di seluruh dunia. Namun, penggunaannya di Indonesia masih relatif rendah. Studi terkait kesadaran (awareness), pengetahuan (knowledge), dan sikap (attitude) terhadap implan gigi telah banyak dilakukan di negara lain, tetapi belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan: Mengembangkan kuesioner kesadaran, pengetahuan, dan sikap pasien terhadap implan gigi yang valid dan reliabel. Metode: Penelitian kualitatif melalui studi literatur pada 9 studi, wawancara semi-struktur 8 pakar implan dan 10 subjek kehilangan gigi, focus group discussion, dan uji-coba kuesioner. Penelitian kuantitatif pada 227 subjek untuk pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner. Hasil: Kuesioner final 28 item (domain kesadaran, pengetahuan, dan sikap) berhasil dikembangkan dengan validitas isi (content validity) dan validitas muka (face validity) terpenuhi. Analisis faktor dapat dilakukan pada ketiga domain berdasarkan hasil Uji Kaiser-Meyer Olkin (KMO) dan Uji Bartlett (0,680;P<0,05| 0,922;P<0,05| 0,849;P<0,05). Uji validitas konvergen dan uji konsistensi internal Cronbach’s alpha menghasilkan nilai baik pada domain kesadaran (r=0,736; P<0,05; α=0,848), domain pengetahuan (r=0,616; P<0,05; α=0,922), dan domain sikap (r=0,658; P<0,05; α=0,794). Kesimpulan: Kuesioner kesadaran, pengetahuan, dan sikap pasien terhadap perawatan dengan implan gigi teruji valid dan reliabel untuk mengevaluasi kesadaran, pengetahuan, dan sikap pasien terhadap perawatan dengan implan gigi di Indonesia.

Background: Implant-supported prosthesis, one of the best treatment for tooth loss, are widely accepted worldwide. However, its utilization is still relatively low in Indonesia. Studies related to awareness, knowledge, and attitude towards dental implants have been conducted in many other countries, but there has been no study in Indonesia. Objective: To develop a valid and reliable questionnaire on patient awareness, knowledge and attitudes towards dental implants. Methods: Qualitative study was done through literature review on 9 studies, semi-structured interviews with 8 implant experts and 10 tooth loss subjects, focus group discussion, and pre-testing. Quantitative study on 227 subjects for validity and reliability test. Results: The final questionnaire of 28 items (awareness, knowledge, and attitude domains) was successfully developed with achieved content validity and face validity. Factor analysis can be performed on all three domains based on the results of the Kaiser-Meyer-Olkin Test (KMO) and Bartlett Test (0.680;P<0.05| 0.922;P<0.05| 0.849;P<0.05). The convergent validity and Cronbach's alpha internal consistency were high in awareness domain (r=0.736; P<0.05; α=0.848), knowledge domain (r=0.616; P<0.05; α=0.922), and attitude domain (r=0.658; P<0.05; α=0.794). Conclusion: The questionnaire developed was valid and reliable to evaluate patient awareness, knowledge, and attitudes towards dental implant treatment in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Putri Nadhifa
"Latar Belakang: Pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah metode pembelajaran baru yang digunakan saat ini, dimana pembelajaran mengenai gigi tiruan cekat (GTC) juga dipelajari dengan metode ini pada tahap akademik. Mahasiswa yang saat tahap akademik memiliki hasil pembelajaran yang baik, tidak menjamin akan memiliki performa yang baik pula pada tahap profesi. Penyebab akan hal tersebut berhubungan dengan metode pembelajaran yang digunakan. Meski pada banyak studi, metode PBM terbukti memiliki dampak yang baik bagi peserta didik, namun efektivitas PBM juga masih diperdebatkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian terhadap efektivitas metode PBM mengenai perawatan GTC. Tujuan: Mengetahui distribusi frekuensi efektivitas metode PBM mengenai perawatan GTC oleh mahasiswa profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) Metode: Studi deskriptif dengan desain potong lintang. Subjek penelitian merupakan mahasiswa profesi FKG UI yang telah menyelesaikan ketiga perawatan GTC hingga salah satu perawatan tersebut mencapai tahap kontrol. Pengambilan data dilakukan melalui Google Form, dengan pilihan jawaban pada kuesioner menggunakan skala Likert. Hasil: Distribusi frekuensi efektivitas pembelajaran untuk komponen pertanyaan sebesar 76%, komponen kedua sebesar 74%, dan komponen ketiga sebesar 75.3%. Kesimpulan: Dari data yang didapat menunjukkan bahwa efektivitas PBM mengenai perawatan GTC cukup efektif. Persentase efektivitas pembelajaran tertinggi terdapat pada komponen pertanyaan pertama, yaitu mengenai diagnosis dan rencana perawatan GTC; sedangkan komponen dengan persentase terendah terdapat pada komponen kedua, yaitu mengenai penatalaksanaan perawatan GTC.

Background: Problem-based learning (PBL) is a recent learning method, which fixed dental prosthesis (FDP) is also learned using that methods in preclinical program. Students who perform well in preclinical program does not guarantee will perform well in clinical program too. It is related to the type of learning methods in the dental school. Although PBL methods have proven to give good impacts on dental students, but in some studies the effectivity of that methods is still debated. Therefore, it is necessary to assess the effectiveness of PBL methods in FDP learning. Objective: The aim of this study was to find out the frequency distribution of the effectivity of PBL methods in FDP learning process among the clinical students in FKG UI. Methods: A descriptive study with cross-sectional design. The samples of this study are the clinical students of FKG UI who have completed their fixed prosthodontics requirements, until one of those requirements reaches the control phase. The data were collected through Google Form, with each items of the questionnaire rated on a Likert scale. Results: The frequency distribution of the effectiveness of PBL methods for the first component was 76%, the second component was 74%, and the third component was 75.3%. Conclusion: The findings of this study shows that the effectiveness of PBL methods about FDP learning process is quite effective. The highest percentage of the effectiveness of PBL methods is in the first question component, which is about diagnosis and treatment planning; while the component with the lowest percentage is the second component, which is about technical skills on execution of treatment."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merry Elisa
"ABSTRACT
Latar Belakang: Kehilangan gigi masih menjadi masalah dalam kesehatan gigi dan mulut orang dewasa di Indonesia. Namun, karena kurangnya kesadaran dan faktor sodiodemografi lainnya, biasanya pasien tidak langsung mencari perawatan prostodontik setelah mengalami kehilangan gigi. Tujuan: Menganalisis hubungan antara status kehilangan gigi berdasarkan jumlah dan lokasinya dengan tingkat kesadaran mengenai perawatan prostodontik. Metode: Studi analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan dengan teknik consecutive sampling pada pasien usia 20 tahun ke atas dengan satu atau lebih gigi yang hilang. Subjek diperiksa untuk mengetahui jumlah dan lokasi gigi hilang dan menjawab kuesioner mengenai kesadaran akan perawatan prostodontik. Penelitian ini dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan uji Mann Whitney ?=5 . Hasil: Jumlah dan posisi kehilangan gigi memiliki hubungan dengan tingkat kesadaran dengan perawatan prostodontik.

ABSTRACT
Background Edentulism still represents a significant oral health concern among Indonesian adults. Due to lack of awareness, and other sociodemographic factors, mostly patients do not seek prosthetic treatment immediately after tooth loss. Objective This study was analyzed the relationship between number and position of tooth loss with perception of patient rsquo s awareness about prosthodontic treatment. Methods Analytic observational study with cross sectional design. This study was done using a consecutive sampling on patient age of 20 years and above with one or more missing teeth. Patients were evaluated to determine the number and position of tooth loss and answered questionnaire about awareness of prosthodontic treatment. This research was analyzed with Kruskal Wallis and Mann Whitney test a 5 . Results The number and position of missing tooth had a relationship with patient rsquo s awareness of prosthodontic treatment."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheynna Azka Afifah
"Latar belakang: Kehilangan gigi dapat menyebabkan terganggunya kemampuan mastikasi sehingga dapat mempengaruhi kesehatan umum dan kualitas hidup individu. Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yang sesuai dengan klasifikasi kehilangan gigi dapat membantu mengembalikan fungsi gigi yang hilang, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan mastikasi. Namun, tidak semua pengguna gigi tiruan memiliki kemampuan mastikasi yang lebih baik setelah menggunakan gigi tiruan.
Tujuan: Menganalisis pengaruh pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik berdasarkan klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi, menganalisis hubungan antar kelas pada klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi, menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan terhadap kehilangan gigi dan kemampuan mastikasi.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 30 pasien RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia berusia 20 tahun ke atas yang baru menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik. Dilakukan pencatatan diri subjek serta wawancara pengisian kuesioner kemampuan mastikasi.
Hasil penelitian: Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada kehilangan gigi berdasarkan klasifikasi Kennedy diketahui memiliki pengaruh p=0,00 terhadap kemampuan mastikasi. Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik kelas 1 dan kelas 2 Kennedy, kelas 2 dan kelas 3 Kennedy, kelas 2 dan kelas 4 Kennedy memiliki pengaruh dengan kemampuan mastikasi. Tidak terdapat pengaruh antara faktor sosiodemografi usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan terhadap kemampuan mastikasi.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik berdasarkan klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi.

Background: Tooth loss can cause disruption of masticatory ability and may affect patient's general health and quality of life. The use of acrylic removable partial denture based on the classification of tooth loss may restore the oral function, which is expected to increase patient's masticatory ability. However, not all denture wearers have better masticatory ability after using the removable partial denture.
Objectives: To analyze the effect of removable partial denture wearing based on Kennedys classification towards masticatory ability, correlation between each class on Kennedy's classification towards masticatory ability, and the effect of sociodemographic factors age, gender, educational level toward tooth loss and masticatory ability.
Methods: Cross Sectional Study was conducted on 30 patients of RSKGM Faculty of Dentistry University of Indonesia aged 20 years and over who just used removable partial denture. Subjects personal data were obtained, and interview for masticatory ability was conducted.
Results: There was significant difference p 0,00 between removable partial denture wearing on tooth loss based on kennedys classification towards masticatory ability. Kennedy class 1 and 2, class 2 and 3, class 2 and class 4 removable partial denture have significant difference with masticatory ability. There was no significant difference between sociodemographic factors age, gender, educational level, income level toward tooth loss and masticatory ability.
Conclusion: The use of removable partial denture based on Kennedys classification may increase patients masticatory ability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>