Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masinambouw, Eduard Karel Markus
"Keanekaragaman sukubangsa dan bahasa di Indonesia sering merupakan sumber kebanggaan orang karena dua alasan yang sedikit-banyak berlawanan satu dengan yang lain. Pada satu pihak keanekaragaman itu sendiri menunjukkan betapa kayanya warisan kebudayaan kita; pada lain pihak perbedaan yang tersimpul di dalam keanekaragaman itu menunjukkan betapa kita berhasil mengatasinya sehingga persatuan tetap terpelihara. Pada hakekatnya keanekaragaman itu baru merupakan masalah untuk diatasi jikalau terdapat komunikasi antara suku bangsa yang berbeda itu. Jikalau tidak, maka keanekaragaman itu hanyalah suatu tahap dari proses diferensiasi yang makin mendalam sebagaimana nyata terlihat di dalam perkembangan historic bahasa-bahasa di dunia ini.
Namun demikian, proses diferensiasi yang membuat bahwa masing-masing sukubangsa dan bahasa menjadi suatu sistem sosial-budaya yang bersifat unik dan khusus, tidaklah mengarah ke suatu tahap keadaan di mana sistem itu berbeda secara mutlak. Bagaimana pun berbedanya sistem sosial-budaya yang satu dari yang lain, terdapatlah selalu pola-pola yang berlaku secara umum bagi semua sistem sosial-budaya yang ada di dunia. Casagrande (1966: 280) mengutip Linton yang menyatakan bahwa ?behind the seemingly endless diversity of culture patterns there is a fundamental uniformity? Heseragaman itu dianggapnya terbukti oleh kenyataan bahwa manusia bisa dan memang mampu memperoleh penguasaan bahasa lain yang berbeda. Ditambahkannya bahwa ?...although perhaps with greater difficulty, (men) can come to appreciate each other's culture, if only by imaginative participation?.
Pernyataan yang dikutip itu memang terwujud dan dapat diamati secara jelas di pulau Halmahera. Sukubangsa-sukubangsa yang hidup di bagian Utara pulau ini secara linguistis memperlihatkan kontras yang sangat besar dengan yang hidup di bagian Selatan oleh karena bahasa masing-masing golongan sukubangsa itu mempunyai anal-usul genetic yang berbeda. Lagi pula banyak bahasa sukubangsa dalam masing-masing golongan itu berbeda sedemikian rupa sehingga tidak dipahami oleh yang lain. Namun demikian, diferensiasi yang demikian besarnya tidaklah menghambat komunikasi antar-sukubangsa. Rupa-rupanya kontras perbedaan sukubangsa dan bahasa teratasi, atau mengalami 'netralisasi' sebagai akibat interaksi etnis. Inter-aksi itu memperlihatkan derajat intensitas yang sangat tinggi di bagian Tengah pulau Halmahera di mana terjadi pertemuan antara sukubangsa yang beranekaragam dalam lingkungan satu desa dan dalam lingkungan satu keluarga. Dengan demikian, sementara perbedaan sukubangsa dan bahasa dari penduduk halmahera utara dan halmahera Selatan adalah akibat proses diferensiasi yang secara umum selalu berlangsung antara satu golongan manusia dengan golongan manusia lainnya, perbedaan itu di Halmahera tengah adalah akibat gerak pindah penduduk daerah itu.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1976
D208
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Budhisantoso
"Sarjana Antropologi kenamaan G.P. Murdock berdasarkan atom hasil surveynya terhadap 250 kebudayaan yang dijadikan obyeknya, menyatakan bahwa keluarga batih (nuclear family) merupakan kesatuan sosial yang universal. Apakah ia merupakan satu-satunya kesatuan keluarga atau merupakan pangkal dari segala kesatuan keluarga yang lebih besar serta lebih kompleks, keluarga batih terwujud pada setiap kesatuan yang kokoh. (Murdock, 1955: hlm, 2)
Sebaliknya Murdock menyanggah pendapat Ralph Linton (1956) yang menyatakan bahwa keluarga batih pada sementara masyarakat tidak penting peranannya di dalam kehidupan sosial. Memang keluarga batih hanya diperhatikan sebagai suatu kesatuan sosial saja maka persebarannya yang universal itu tidak tampak dengan nyata. Namun kalau dipelajari hubungan-hubungan sosial yang membentuk keluarga batih, orang akan mengerti aneka ragam kegunaannya dank arena itu akan mengerti pula bahwa keluarga batih tidak mungkin ditiadakan. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1977
D49
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiati Soetomo
"Ada dua hal yang sekaligus hendak dikemukakan di dalam disertasi ini, yaitu,
1. Teori yang dipermasalahkan, dan
2. Penelitian yang disimpulkan.
Mengawali uraian kedua hal tersebut, akan ditampilkan suatu kontinuum yang merangkum seluruh kegiatan para ahli ilmu pengetahuan pada umumnya.
A 1 AB 2 B
Penelitian Teori
Adalah merupakan pilihan pribadi seorang ilmuwan untuk menentukan di nana is akan menempatkan kegiatan dirinya dalam mencari kebenaran ilmiah. Ia berada ujung kiri dart kontinuum, bila yang dilakukan adalah mengamati gejala-gejala yang ada di sekelilingnya untuk dirampatkan/digeneralisasikan, diabstraksikan, dan dikonsepsikan lewat prosedur ilmiah yang telah ditetapkan. Banyak aktivitas ilmuwan yang tidak bertolak pada suatu teori tertentu, jika memang belum ada teori yang menopang persoalan yang akan diteliti, misalnya pada penelitian-penelitian deskriptif atau penjelajahan. Bahkan, akhirakhir ini banyak ilmuwan yang tertarik pada kegiatan penelitian yang sengaja mengesampingkan semua teori yang telah ditemukan tentang masalah yang sama, yang terkenal dengan nama grounded research . Jika kegiatan ilmiah itu ditempatkan dalam kontinuum di atas, maka is berada di ujung kiri texat pada titik A.
Jika suatu penelitian menggunakan satu-dua teori untuk mendasari hipotesis-hipotesis yang akan diuji, maka kegiatan itu dapat ditempatkan di titik A1 dalam kontinuum. Penelitian yang bersifat menerangkan adanya hubungan positif antara gejala-gejala yang diteliti dengan faktorfaktor tertentu yang lain berdasarkan suatu teori dapat menjadi contoh untuk kegiatan ilmiah yang ada di titik A1.
Suatu.penelitian dengan teori-teari yang ditempatkan sama pentingnya dengan gejala yang diamati terletak di tengah kontinuum, dengan titik AB. Sebagai contoh, adanya kesadaran dari ilmuwan bahwa suatu gejala dapat ditanggapi dari beberapa teori yang berbeda memungkinkan is menafsirkan gejala itu dari berbagai teori yang dimiliknya. Teori yang didasarkan atas pengertian integrasi masyarakat, misalnya, barang tentu akan menghasilkan tafsiran yang berbeda dari teori yang berdasarkan atas pengertian pertentangan, jika keduanya digunakan untuk menafsirkan gejala tertentu yang terjadi dalam masyarakat.
Makin bergeser ke arah kanan kontinuum, makin penting kedudukan teori dibandingkan dengan kedudukan penelitian. Akhirnya pada ujung kontinuum, yaitu titik B, terjadilah keadaan yang sebaliknya. Di sini, seorang ilmuwan tidak lagi berbicara tentang penelitian atas gejala-gejala yang terjadi di sekitarnya. la tidak lagi berbicara tentang perampatan, abstraksi ataupun konsepsi, yaitu proses-proses yang harus dilaluinya dalam upaya ilmiah untuk mendapatkan kebenaran. la hanya akan berbicara tentang teori-teori: apakah sebuah teori perlu ditinjau kembali, diperbaiki, diformulasikan kembali atau diperjelas lewat teori yang lain karena telah ketinggalan jaman, dan atau tidak dapat lagi menanggapi gejala-gejala masyarakat yang makin menjadi kompleks atau rumit selang sepuluhadua puluh tahun.
Sekali lagi, disertasi ini membahas dua masalah, yaitu teori dan penelitian Di bawah judul-sub: Sosiologi Bahasa, peneliti akan mempermasalahkan teori-teori yang telah ditampilkan oleh para sosiolinguis sampai pada saat ini. Artinya, ia menempatkan dirinya pada titik B2 dalam kontinuum itu, di mana masalah teori lebih panting daripada masalah penelitian atas gejala tuturan yang terjadi di sekelilingnya. Kalau pun ia menampilkan data, yaitu tingkah-laku berbahasa responden dalam domain keluarga dan kerja, maka data itu sesungguhnya hanya merupakan ilustrasi belaka untuk menjelaskan tentang kemampuan teori yang telah dipilihnya sebagai teori yang dianggap berkemampuan lebih besar dalam menanggapi tingkah-laku berbahasa.
Di samping mempermasalahkan teori, penulis juga membicarakan tentang penelitian ketika ia bergeser ke arch A1 (dalam kontinuum) dengan melakukan kegiatan ilmiah yang telah umum dilakukan oleh para ilmuwan di Indonesia pada waktu ini. la telah reneliti peristiwa interferensi dan integrasi sebagai proses internalisasi maupun proses institusionalisasi. Laporan penelitian yang menghasilkan sejumlah kesimpulan itu ditempatkan di bawah judul-sub: Sosiolinguistik.
Masih ada masalah lain yang memerlukan kejelasan di sini, yaitu, perbedaan antara konsep Sosiologi bahasa dengan konsep Sosiolinguistik. Jika objek kaji.an Sosiologi bahasa adalah Manusia yang melakukan interaksi sosial dengan bahasa, maka objek kajian Sosiolinguistik adalah Bahasa yang digunakan manusia dalam interaksi sosialnya. Perbedaan objek kajian ini barang tentu mengakibatkan perbedaan metode pemilihan percontohan maupun metode pengumpulan data dalam penelitian. Dengan demikian, analisis yang delakukan atas dan kesimpulan yang didapatkan dari kedua macam data itu pun telah dibicarakan secara terpisah.
Maka kesimpulan yang dapat ditampilkan dalam disertasi ini ada dua macam:
1. Dari aspek Sosiologi bahasa, di mana penulis menempatkan kegiatan ilmiahnya pada titik B2 dalam kontinuum, ia menyimpulkan, bahwa kerangka pemikiran Talcott Parsons benar-benar berkemampuan lebih besar daripada teori-teori yang lain untuk menanggapi gejala-gejala tuturan, khususnya interferensi, alih-kode dan tunggal-bahasa.
2. Dari aspek Sosiolinguistik, di mana penulis menempatkan kegiatan ilmiahnya pada titik A1 dalam kontinuum, dua macam kenyataan tentang interferensi-integrasi dapat diungkapkan di sini, yakni:
2.1.Penelitian tentang interferensi sebagai proses internalisasi menghasilkan kesimpulan,bahwa, keinterferensian atau keintegrasian suatu un sur asing dalam tuturan bahasa Indonesia dwibahasawan hanya dapat ditentukan oleh penutur dan masyarakat penutur itu sendiri, oleh karena perasaan-bahasa penutur sebagai tolok ukurnya banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial-budaya masyarakat di mana is hidup dan bergaul dengan sesama anggota dan de - ngan demikian mengembangkan kepribadiannya.
2.2. Penelitian tentang interferensi sebagai proses institusionalisasi menghasilkan kesimpulan, bahwa terus masuknya unsur-unsur asing dalam sistem bahasa kita umumnya menandakan terus berlangsungnya penyerapan konsep-konsep baru dari budaya barat ke dalam sistem budaya kita, sehubungan dengan pengambilalihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia yang sedang membangun ini."
1985
D326
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarsih Warnaen
"Studi ini saya lakukan untuk mempelajari bekerjanya stereotip etnik di dalam bangsa Indonesia, bangsa multietnik, yang sedang berkembang. Komposisi etnik bangsa Indonesia telah banyak dibahas secara panjang lebar oleh para ahli antropologi (antara lain Koentjaraningrat, 1969, 1971, 1975; Kennedy, 1974; Bruner, 1972) tetapi tentang bagaimana semua golongan etnik yang terkandung di dalamnya itu memandang diri mereka masing-masing maupun golongan etnik lain, belum pernah dijadikan subjek analisa sistematik dari suatu penelitian ilmiah. Studi tentang stereotip etnik telah mendapatkan perhatian yang cukup besar sejak konsep stereotip etnik untuk pertama kali diperkenalkan dan didemonstrasikan oleh D. Katz dan K. Braly (1933). Dengan makin meningkatnya saling ketergantungan secara fungsional antara golongan-golongan etnik di seluruh dunia, maka studi tentang stereotip etnik makin bertambah penting artinya (Gilbert, 1951). Stereotip bisa mempunyai landasan faktual, bisa juga tidak. Namun, dapat dipastikan bahwa persepsi dari para warga golongan etnik tertentu mengenai para warga golongan etnik lain, merupakan salah satu faktor penting yang akan menentukan relasi fungsional antara semua golongan etnik itu (Lippman, 1922). Kenyataan tersebut telah didemonstrasikan dengan jelas oleh Gardner dan rekan-rekan {1973). Penelitian-penelitian tentang stereotip yang ada, kebanyakan diarahkan kepada mempelajari hubungan antar bangsa, bukan menpelajari hubungan di dalam satu bangsa. Beberapa kekecualian antara lain adalah studi mengenai persepsi sosial dari orang-orang Kanada keturunan Inggris dan orang-orang Kanada keturunan Prancis (Taylor, Simard and Aboud, 1972; Kirby and Gardner, 1973). Juga studi tentang identifikasi etnik pada anak-anak Filipina (Jamias, Pablo dan Taylor, 1971)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1979
D420
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ngurah Bagus
"ABSTRAK
Sejarah dan Tema Penelitian. Untuk memberi gambaran yang lebih lengkap tentang tema tesis ini terlebih dahulu akan kami uraikan secara singkat mengenai sejarah lahirnya penelitian ini. Fase permulaan penelitian ini hanyalah terbatas pada penelitian ilmu bahasa yang hendak mengetahui tentang sistem hentuk hormat dalam bahasa Bali, yang dikerjakan tatkala kami mendapat kesempatan belajar pada Fakultas Sastra, Universitas Leiden dari tahun 1971 - 1973. Ide tersebut timbul, setelah kami mendengar ceramah J.L. Swell_crebel yang mengetengahkan beberapa segi dalam bahasa kali yang patut diteliti menurut sarjana itu ada dua hal yang sepatutnya mendapat.pencatian lebih lanjut, yaitu per_tama dialek-dialek dan kedua sistem hentuk hormat yang strukturnya belum jelas benar diketahui oleh para sarjana (Swellengrebel, 1971: hlm. 7). Adanya kenyataan ini tentu akibat dari kurangnya penelitian orang terhadap bahasa Bali dan situasi yang demikian itu sangat tepat dikatakan oleh E.M. Uhlenbeck (1967: hlm. 872) sebagai berikut:
It is particularly surprising that so little attention has been paid to Balinese, the language of an internationally so videly known culture."
1979
D58
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masinambow, Eduard Karel Markus
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1976
D207
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ngurah Bagus
"ABSTRAK
Sejarah dan Tema Penelitian. Untuk memberi gambaran yang lebih lengkap tentang tema tesis ini terlebih dahulu akan kami uraikan secara singkat mengenai sejarah lahirnya penelitian ini. Fase permulaan penelitian ini hanyalah terbatas pada penelitian ilmu bahasa yang hendak mengetahui tentang sistem hentuk hormat dalam bahasa Bali, yang dikerjakan tatkala kami mendapat kesempatan belajar pada Fakultas Sastra, Universitas Leiden dari tahun 1971 - 1973. Ide tersebut timbul, setelah kami mendengar ceramah J.L. Swell_crebel yang mengetengahkan beberapa segi dalam bahasa kali yang patut diteliti menurut sarjana itu ada dua hal yang sepatutnya mendapat.pencatian lebih lanjut, yaitu per_tama dialek-dialek dan kedua sistem hentuk hormat yang strukturnya belum jelas benar diketahui oleh para sarjana (Swellengrebel, 1971: hlm. 7). Adanya kenyataan ini tentu akibat dari kurangnya penelitian orang terhadap bahasa Bali dan situasi yang demikian itu sangat tepat dikatakan oleh E.M. Uhlenbeck (1967: hlm. 872) sebagai berikut:

ABSTRACT
It is particularly surprising that so little attention has been paid to Balinese, the language of an internationally so videly known culture."
1979
D1608
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ngurah Bagus
"Sejarah dan Tema Penelitian. Untuk memberi gambaran yang lebih lengkap tentang tema tesis ini terlebih dahulu akan kami uraikan secara singkat mengenai sejarah lahirnya penelitian ini. Fase permulaan penelitian ini hanyalah terbatas pada penelitian ilmu bahasa yang hendak mengetahui tentang sistem hentuk hormat dalam bahasa Bali, yang dikerjakan tatkala kami mendapat kesempatan belajar pada Fakultas Sastra, Universitas Leiden dari tahun 1971 - 1973. Ide tersebut timbul, setelah kami mendengar ceramah J.L. Swellcrebel yang mengetengahkan beberapa segi dalam bahasa kali yang patut diteliti menurut sarjana itu ada dua hal yang sepatutnya mendapat.pencatian lebih lanjut, yaitu pertama dialek-dialek dan kedua sistem hentuk hormat yang strukturnya belum jelas benar diketahui oleh para sarjana (Swellengrebel, 1971: hlm. 7). Adanya kenyataan ini tentu akibat dari kurangnya penelitian orang terhadap bahasa Bali dan situasi yang demikian itu sangat tepat dikatakan oleh E.M. Uhlenbeck (1967: hlm. 872) sebagai berikut: It is particularly surprising that so little attention has been paid to Balinese, the language of an internationally so videly known culture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1979
D1109
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nico L. Kana
"Orang dan kebudayaan Sawu adalah kelompok penduduk serta lingkungan kebudayaan dari orang-orang yang mendiami dua pulau di Propinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu pulau Sawu dan pulau Raijua. Studi ini dilakukan untuk mengidentifikasikan asas-asas penataan yang berlaku dan hidup dalam masyarakat orang Sawu di mahara. Studi ini berusaha melalui penelaahan terhadap berbagai segi hidup dari orang-orang Sawu di mahara memahami dunia mereka dari sudut pandangan para partisipan kebudayaan itu sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1978
D160
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Tarimana
"Sukubangsa Tolaki berdiam di wilayah kabupaten hendari dan kabupaten Kolaka dalam lingkungan Propinsi Sulawesi tenggara. Mereka yang mendiami wilayah kabupaten Kendari menamakan dirinya orang Konawe, dan mereka yang mendiami wilayah kabupaten Kolaka menamakan dirinya orang Mekongga. Kedua wilayah kabupaten tersebut jauh sebelumnya adalah masing-masing bekas wilayah kerajaan Konawe dan kerajaan Mekongga. Dalam berbagai aspek kehidupannya, orang Tolaki memakai dan menggunakan kalo sebagai simbol yang mengekspresikan unsur-unsur manusia, unsur-unsur alam, unsur-unsur masyarakat, dan unsur-unsur nilai budayanya. Kalo juga mengekspresikan hubungan timbal balik antara unsur-unsur tersebut, yang tampak baik dalam konteks upacara maupun di luar upacara.
Saya mengkaji kalo orang Tolaki dengan memperhatikan sistem klasifikasi simbolik yang ada dalam kebudayaan Tolaki dan jugs memperhatikan struktur berpikir elementer orang Tolaki. Sistem klasifikasi simbolik dalam kebudayaan Tolaki menunjukkan adanya ciri-ciri klasifikasi dua, tiga dan lima. Ciri klasifikasi dua dan tiga ini merupakan perwujudan dari struktur berpikir orang Tolaki yang melihat segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya sebagai terdiri atas dua kategori yang saling berlawanan, dan kategori ketiga yang bertindak sebagai aspek penengah antara dua kategori yang berlawanan tersebut. Sistem klasifikasi atas kategori dua dan tiga, serta cara berpikir elementer dalam wujud semacam ini di mana-mana terdapat pada semua sukubangsa di dunia.
Penelitian saya terpusat pada delapan desa di kedua kabupaten tersebut di atas. Tiga desa terletak di dalam wilayah kota, masing-masing dua desa di kota Kendari, dan satu desa di kota Kolaka, dan lima desa terletak di pedalaman, masing-masing tiga desa di pedalaman kabupaten Kendari dan dua desa di pedalaman kabupaten Kolaka. Desa-desa itu adalah Kemaraya, Wua-Wua (keduanya di kota), Tawanga, Meraka, dan Sambeani (ketiganya di pedalaman) di kabupaten Kendari; dan Watuliandu (di kota), Wundulako dan Mowewe (keduanya di pedalaman) di kabupaten Kolaka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
D398
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>