Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syahbidin
"Salah satu wadah perlindungan bagi sumber daya alam dan keanekaragamana hayati yang kita miliki adalah hutan lindung Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi Kalimantan Selatan. Kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati yang cukup mengesankan. Di hutan lindung Meratus terdapat berbagai fauna : 29 spesies mamalia, 62 spesies burung, dan 6 spesies reptilia, dimana 38 spesies diantaranya adalah jenis spesies yang dilindungi. Juga ditumbuhi flora : 141 jenis potion, 17 jenis rotan, 8 jenis palem-paleman, semua itu termasuk ke dalam 41 famili, yang terbanyak adalah famili dipterocarpaceae, kemudian famili graminea (rotan). Sebagian dari jenis diatas adalah flora endemik Pulau Kalimantan. Selain itu hutan lindung ini juga memiliki fungsi hidrologi bagi daerah-daerah di bawahnya seperti kota Barabai dan kota Birayang. Di sisi hutan lindung Meratus ini terdapat pemukiman penduduk yang telah lama menetap secara turun temurun, jauh sebelum status hutan lindung diberikan, yakni Batu Perahu. Pemukiman penduduk ini secara administratif diakui sebagai desa, yang berarti keberadaan mereka disana adalah legal (bukan sebagai perambah). Kondisi desa Batu Perahu masih memprihatinkan, miskin secara ekonomi, kualitas sumber daya manusia dewasa (angkatan kerja) sebagian besar masih buta huruf, masih terisolir dan hanya dicapai dengan berjalan kaki di jalan setapak.
Hutan lindung Meratus juga mempunyai fungsi hidrologi bagi daerah bawahannya seperti kota Barabai dan kota Birayang. Jika hutan ini rusak, maka kedua kota akan berada dalam ancaman bencana banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.
Di sisi/tepi hutan lindung Meratus ini terdapat pemukiman penduduk yang telah lama menetap secara turun temurun, jauh sebelum status hutan lindung diberikan, yakni Batu Perahu. Pemukiman penduduk ini secara administratif diakui sebagai desa. Kondisi desa Batu Perahu masih memprihatinkan, miskin secara ekonomi, kualitas sumber daya manusia sebagian besar masih buta huruf, masih terisolir dan hanya dicapai dengan berjalan kaki di jalan setapak.
Para stakeholder memiliki dua kepentingan berbeda, pertama, membuka isolasi desa Batu Perahu. Kedua, mempertahankan kelestarian dan meningkatkan status hutan lindung Meratus menjadi taman nasional. Permasalahan muncul, karena beberapa pihak meragukan kemampuan pemerintah daerah menjaga kelestarian hutan lindung Meratus, jika jalan dibangun ke desa Batu Perahu. Alasannya sederhana, seandainya jalan telah dibangun, maka akses bagi penebang liar untuk masuk dan menebang kayu di hutan lindung akan lebih mudah. Para penebang liar biasanya memanfaatkan jalan umum untuk mengangkut kayu tebangan dengan menggunakan mobil truk atau mobil jeep. Disaat jalan tidak tersedia, maka akses penebang liar untuk mengangkut kayunya juga tertutup, dan hutan lindung akan aman dari penebang liar.
Melalui penelitian menggunakan Arialitycal Hierarchy Process (AHP), dengan beberapa kelompok : kelompok responden masyarakat lokal desa Batu Perahu diwakili Kepala Desa Batu Perahu, Sekretaris Desa Batu Perahu, dan Kepala Balai Adat Batu Perahu, Kelompok responden masyarakat kota diwakiii oleh Sekretaris Kecamatan Barabai, Lurah Barabai Barat, dan Ketua.Kelompok Tani Desa Wawai. Kelompok Kelompok responden LSM diwakiii ketua umum LSM Pecinta Pegunungan Meratus, dan Kelompok responden Pemda diwakili oleh Bappeda, Dinas Hutbun, Dinas Pertanian, dan Dinas PU dan Bangwil.
Hasil penelitian menunjukkan alternatif kebijakan yang paling tinggi bobotnya yakni 0,407 sebagai prioritas pertama adalah Pembangunan jalan skala roda dua & peningkatan hutan lindung menjadi taman nasional (R2&TN). Sedangkan alternatif kebijakan Peningkatan hutan lindung menjadi taman nasional (TN) dengan bobot 0,261 sebagai prioritas kedua, alternatif kebijakan Status quo (SQ) dengan bobot 0,203 sebagai prioritas ketiga, dan pembangunan jalan skala roda empat (R4) dengan bobot 0,129 sebagai alternatif terakhir.
Alternatif R2&TN dinilai sebagai win-win solution bagi stakeholder yang memiliki kepentingan. Alternatif ini bisa diterima oleh semua stakeholder."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T15305
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Pramudita
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa kawasan konservasi membatasi kegiatan pembangunan daerah, kawasan konservasi dianggap hanya sedikit sekali memberikan manfaat khususnya dalam bentuk uang pada masyarakat dan pemerintah daerah. Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci dituntut untuk terus meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk kegiatan pembangunan daerah. Karena itu ia membutuhkan kawasan-kawasan yang produktif. Sementara itu kawasan produktif yang masih luas adalah kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Akibatnya TNKS dianggap sebagai pembatas dan tidak memberikan kontribusi bagi pembangunan Kabupaten Kerinci. Hal ini terjadi karena belum ada data kuantitatif tentang nilai ekonomi dari TNKS sehingga penilaian yang dilakukan bersifat subyektif dan kualitatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi dari kawasan TNKS dilihat dari nilai kemauan membayar (wilingness to pay / WTP) masyarakat Kabupaten Kerinci terhadap TNKS, untuk mengetahui persepsi masyarakat Kabupaten Kerinci terhadap TNKS, merumuskan kebijakan publik untuk pelestarian TNKS dengan memanfaatkan penilaian ekonomi yang telah didapatkan. Penelitian ini menggunakan metode Contingent valuation (CV) dengan mengambil sampel sebanyak 403 responden. Pengambilan sampel dilakukan melalui kombinasi antara stratifikasi dan random sampling. Sedangkan alat analisisnya digunakan statistik dan ekonometrik dengan model probit bertingkat (ordered probit models).
Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemauan membayar (WTP) responden adalah sebesar Rp. 1301,46/orang/bulan. Dengan jumlah populasi masyarakat Kabupaten Kerinci sebanyak 302.809 orang, maka diperoleh nilai ekonomi dari Kawasan TNKS wilayah Kabupaten Kerinci adalah sebesar Rp. 4.729.111.079 pertahun. Karakteristik responden yang secara signifikan mempengaruhi probabilitas nilai WTP adalah total pendapatan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan tentang TNKS. Probabilitas nilai WTP masyarakat untuk pelestarian TNKS diprediksikan sekitar 24,21% akan berada pada Rp. 500 ke bawah, sebanyak 28,37% akan berada di atas Rp. 500 sampai Rp.1000, sebanyak 28,48% akan berada di atas Rp. 1000 sampai Rp. 1500, dan sebanyak 13,26% akan berada di atas Rp. 1500 sampai Rp. 2000, serta yang berada di atas Rp. 2000 adalah sebanyak 5,59%. Dari hasil kuisioner, dapat dilihat bahwa ternyata persepsi masyarakat Kabupaten Kerinci terhadap TNKS sudah cukup tinggi.
Implikasi kebijakan yang perlu dipertimbangkan untuk kelestarian TNKS antara lain adalah dengan meningkatkan kegiatan penyebaran informasi tentang TNKS, meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terutama di sekitar Kawasan TNKS, mencari alternatif mekanisme pembiayaan TNKS, memanfaatkan nilai TNKS dan apresiasi masyarakat terhadap TNKS untuk dapat menarik minat pihak luar untuk menanamkan investasinya di Kabupaten Kerinci, dan memasukkan nilai ekonomi Kawasan TNKS dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten Kerinci.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hartoyo
"Rumah sebagai sebuah barang merupakan sebuah bundel atau kesatuan dari banyak karakteristik yang melekat pada entitas rumah tersebut, seperti ukuran, kualitas, dan lokasinya. Harga atau nilai dari rumah merupakan penjumlahan dari harga implisit dari karakterlstik-karakteristik yang dimiliki oleh entitas rumah tersebut. Penetapan harga untuk barang yang termasuk dalam jenis ini pada umumnya digunakan pendekatan hedonik. Rosen (1974), telah mengembangkan dasar model hedonik ini untuk menganalisis harga dan permintaan rumah dan merekomendasikan penyelesaiannya dalam dua tahap, yaitu tahap penetapan harga dan dilanjutkan dengan tahap analisis permintaan rumah.
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rumah di Indonesia ini dilakukan dengan mengunakan data agregat propinsi dari Statistik Perumahan Susenas 2003, BPS. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa secara umum koefisien elastisitas peningkatan harga/nilai rumah dengan atribut karakteristik lantai berkisar -0,08, sedangkan koefislen elastisltas harga/nilai rumah dengan atribut karakteristik jamban sendiri dan fasilitas tangki septlk (SPAL) berklsar pada angka 0,10. Sementara itu berdasarkan nilai elastisitas pendapatan terhadap permintaan ternyata untuk status penguasaan rumah milik sendiri mempunyai koefislen elastisitas yang paling besar. Artinya bahwa dengan adanya dorongan untuk meningkatkan willingness to pay pada rumah tangga maka peningkatan permintaan rumah yang terbesar akan terjadi pada rumah dengan status penguasaan milik sendiri.
Status rumah milik sendiri pada dasarnya merupakan barang modal atau aset (capital goods) bagi rumah tangga tersebut. Oleh karena itu, maka kebijakan pemerintah di bidang perumahan yang mendorong sebanyak mungkin rumah tangga untuk dapat menghuni rumah milik sendirl dapat terus dilanjutkan bahkan ditingkatkan sesuai dengan kemampuan keuangan negara. Kebijakan tersebut dapat diternpuh meiaiui peningkatan pendapatan rumah tangga, penurunan harga jual rumah meiaiui " subsidi sesuai dengan daya bell (willingness to pay) yang ada, maupun melalul pengendailan Inflasi dan tingkat suku bunga investasi di bidang perumahan dan kredlt pemilikan rumah agar dapat menarik minat investasi dan permintaan di bidang perumahan.
Selanjutnya mengingat keputusan rumah tangga untuk memilih huniannya dalam bentuk rumah milik sendiri atau rumah sewa pada umumnya juga dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan peningkatan nilai pasar (capital gains) dari rumah, maka penelitian seianjutnya disarankan untuk dapat mengkaji permintaan rumah pada suatu lokasi kawasan permukiman tertentu yang leblh spesifik dengan mempertimbangkan pengaruh tingkat suku bunga dan peningkatan nilai pasar (capital gains) dari rumah tersebut."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heriyanto Prabowo Aji
"Tesis ini mencoba untuk mengungkap bagaimana kinerja ekspor serta faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor perikanan Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat. Kinerja ekspor didekati dengan analisa Constant Market Share, sedangkan faktor determinan dengan adaptasi model Catao-Falcetti (1999).
Ekspor ke Jepang pada 10 tahun pertama observasi (1984-1993) mengalami kenaikan yang didorong oleh efek pertumbuhan pasar Jepang. Sedangkan peningkatan ekspor ke AS lebih banyak disebabkan oleh efek daya saing komoditi ekspor perikanan Indonesia. Pada 10 tahun ke dua (1994-2003) ekspor ke Jepang mengalami penurunan yang juga didorong oleh efek pertumbuhan pasar Jepang. Sebaliknya ekspor ke AS mengalami peningkatan karena efek pertumbuhan pasar AS.
Untuk faktor determinan, dari sisi permintaan ekspor harga ekspor relatif dan pendapatan mitra dagang signifikan mempengaruhi permintaan ekspor perikanan Indonesia dari AS. Permintaan ekspor dari Jepang signifikan dipengaruhi oleh pendapatan Jepang. Harga ekspor relatif berhubungan negatif sedangkan pendapatan mitra dagang berhubungan positif dengan permintaan ekspor.
Dari sisi penawaran ekspor: harga relatif, kapasitas produksi domestik dan konsumsi domestik signifikan mempengaruhi penawaran ekspor perikanan Indonesia. Sedangkan ketidakpastian nilai tukar tidak signifikan mempengaruhi penawaran ekspor perikanan ke Jepang dan ke AS. Harga relatif dan kapasitas produksi domestik berhubungan positif. Sebaliknya konsumsi domestik berhubungan negatif dengan penawaran ekspor perikanan Indonesia."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Edy Wiyono
"Diskusi mengenai pasar oligopoli pada umumnya selalu bermuara pada pembahasan mengenai bentuk prilaku persaingan usaha (mode of competition) dan prilaku kolusi (collusive behavior) perusahaan-perusahaan yang yang ada didalamnya.
Mengikuti arus besar tersebut, tesis ini mencoba untuk mengestimasi bentuk prilaku persaingan usaha dan prilaku kolusi perusahaan-perusahaan pembibitan ayam pedaging di Indonesia. Ketersediaan data dan posisi strategis dari output (Day Old Chicks/bibit ayam) yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan ayam pedaging bagi kelangsungan usaha peternak ayam pedaging menjadi dua alasan utama dipilihnya industri ini.
Bentuk pasar yang oligopolistis sebagaimana yang ditunjukkan oleh tingginya tingkat penguasaan pasar oleh empat perusahaan pembibit utama dan adanya perbedaan skala usaha yang cukup tajam antara perusahaan pembibit besar dengan perusahaan pembibit kecil menjadi alasan lain dipilihnya industri pembibitan ayam pedaging Indonesia sebagai studi kasus penelitian ini.
Pendekatan conjectural variation yang digunakan dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa perusahaan pembibitan ayam pedaging di Indonesia dalam menentukan tingkat produksi yang memaksimalkan keuntungannya selalu memperhilungkan tingkat produksi output perusahaan pembibit lainnya. Dengan kata lain prilaku persaingan usaha di industri ini cenderung mengikuti model persaingan ala Cournot. Perusahaan-perusahaan pembibit pun cenderung lidak saling melakukan koordinasi (independen) dalam proses penentuan output yang memaksimalkan keuntungannya.
Tidak ditemukannya kolusi yang permanen dalam jangka panjang di industri ini berimplikasi pada perlu adanya perubahan fokus pengawasan industry regulator dari isu kolusi ke isu kemungkinan dilakukannya predatory pricing oleh perusahaan-perusahaan pembibit berskala besar terhadap perusahaan-perusahaan pembibit berskala kecil. Isu predatory pricing menjadi penting karena akan sangat sulit untuk dideteksi jika hal ini dilakukan pada saat pasar mengalami kelebihan produksi dimana pada kondisi ini price cut mendapatkan legitimasi bisnisnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Tesis ini dilatarbelakangi oleh pentingnya analisis permintaan energi bagi pengambil kebijakan (policy makers). Hal ini disebabkan shock harga minyak dunia memiliki pengaruh yang signifikan bagi perekonomian. Ditambah Iagi, status negara yang menjadi objek Studi (Indonesia, Filipina dan Thailand) pada periode 1973-2003 adalah net oil exporter (kecuali Indonesia); dan selanjutnya Indonesia menjadi net oil importer sejak tahun 2004.
Tesis ini meneliti kepekaan permintaan minyak terhadap perubahan harga dan pendapatan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Permintaan minyak secara spesifik mengacu pada mogas, kerosene, dan diesel. Hipotesis awal adalah permintaan minyak tidak peka terhadap perubahan harga dan peka terhadap penambahan pendapatan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut digunakan teknik kointegrasi Pesaran-Sims dan Model ARDL (Autoregressive Distributed Lag).
Berdasarkan hasil studi dapat disimpulkan permintaan minyak tidak peka terhadap perubahan harga dan pendapatan kecuali permintaan mogas di Filipina dan permintaan kerosene di Thailand. Beberapa faktor yang bisa menjelaskan hasil studi tersebut adalah: (i) kebijakan harga minyak yang ditetapkan di setiap negara, (ii) dampak pembebanan pajak atau subsidi pada harga minyak, (iii) struktur harga minyak sebelum dan sesudah regulusi, (iv) status awal (initial condition) di setiap negara (net oil importer vs net oil exporter), (v) posisi minyak dalam keuangan negara, dan (vi) diversifikasi energi.
lmplikasi kebijakan bagi Indonesia adalah: (i) harga minyak harus dinaikkan setinggi mungkin untuk mempengaruhi poia pemlintaan minyak (akan tetapi, pilihan kebijakun ini tidak feasible), (ii) diversifikasi energi dari mogas ke gas bagi sektor rumah tangga dan transponasi, (iii) diversifikasi energi dari diesel ke biofuel bagi sektor Industri, dan (iv) pembenahan di sektor transportasi untuk menurunkan permintaan mogas. Sedangkan di Filipina dan Thailand, implikasi kebijakannya adalah keleluasaan dalam penetapan harga karena penetapan harga mengacu pada automatic price mechanism.
Saran yang diajukan untuk studi lebih lanjut adalah cakupan objek studi yang lebih luas, tidak hanya tiga negara tetapi mencakup permintaan minyak di ASEAN ataupun ASIA PASIFIK. Selain itu, cakupan studi mencakup energi alternatif (seperti: gas, batubara, dll) untuk menggali upaya alih energi antar negara dalam region.
Studi terkait adalah: (i) studi kointegrasi antara harga minyak domestik di masing-masing negara dengan harga minyak dunia untuk melihat apakah pergerakan harga minyak domestik "seirama? dengan harga minyak dunia dalam jangka panjang; (ii) potensi pengembangan LPG sebagai energi substitusi; (iii) dampak fluktuasi harga minyak internasional terhadap variabel-variabel makroekonomi karena hampir seluruh negara di ASEAN ataupun ASIA PASIFIC berstatus sebagai net oil imporier, artinya ketergantungan terhadap minyak yang besar akan berdampak secara langsung atau tidak langsung terhadap perekonomian."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Arliansah
"Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah upaya terencana dalam mengelola sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk mengukur perkembangan pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah diantaranya adalah pengembangan wilayah pada pusat-pusat pertumbuhan dengan investasi padat modal. Ia diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya merangsang kegiatan pembangunan wilayah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aksesibilitas kecamatan sebagai hinterland terhadap pusat pertumbuhan, mengetahui arah pengembangan kegiatan ekonomi dan mengetahui keterkaitan antar sektor perekonomian serta pengaruh nilai location quotient (LQ), nilai total aksesibilitas, dan belanja pembangunan terhadap perkembangan ekonomi daerah.
Analisis dilakukan menggunakan data sekunder tahun 2001-2003 pada 17 kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir. Alat analisis yang digunakan adalah model gravitasi, LQ dan pendekatan ekonometrika. Dengan model gravitasi didapat bahwa sebagian besar kecamatan mempunyai tingkat aksesibilitas yang kuat terhadap pusat pertumbuhan Tembilahan. Berdasarkan kekuatan aksesibilitas dapat di kelompokkan hinterland-nya setiap pusat pertumbuhan. Dengan formula LQ Kecamatan Reteh yang memiliki sektor/sub sektor unggulan terbanyak (8 kegiatan unggulan). Penyebaran sektor/sub sektor juga tidak merata di setiap daerah. Dengan pendekatan ekonometrika model persamaan simultan, dapat diketahui keterkaitan antar sektor perekonomian dan variabel lainnya. Sektor bangungan/konstruksi (S5) berpengaruh positif terhadap perkembangan sektor pertambangan dan penggalian (S7). Sektor perdagangan, restoran dan hotel (S6) berpengaruh positif terhadap perkembangan sektor listrik, gas dan air bersih (S4); sektor transportasi dan komunikasi (57); dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (S8). Variabel belanja pembangunan hanya berpengaruh langsung dan signifikan terhadap perkembangan sektor pertanian (S1); sektor listrik, gas dan air bersih (S4); dan sektor bangunan/konstruksi (S7). Variabel aksesibilitas berpengaruh secara signifikan terhadap sektor bangunan/konstruksi (S5); sektor transportasi dan komunikasi (S7); dan sektor jasa-jasa.(S9). Sedangkan nilai LQ masing-masing sektor berpengaruh signifikan terhadap sektornya, kecuali sektor transportasi dan komunikasi (S7); dan sektor jasa-jasa (S9). Nilai LQ sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (S8) mempunyai elastisitas lebih tinggi dibandingkan dengan nilai LQ sektor lainnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahma Sari Fatma
"Masalah kemiskinan masih menjadi salah satu masalah utama dalam perekonomian negara-negara di dunia terrnasuk Indonesia. Sejalan dengan berkembangnya pendapat adanya pengaruh variabel makro terhadap kemiskinan, penelitian yang dilakukan melihat bagaimana sifat dan signifikansi dari inflasi dan pengangguran terhaddap tingkat kemiskinan di Indonesia. Selain itu juga akan dilihat adanya pengaruh variabel ekonomi lainnya yaitu pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan variabel demografis yaitu pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.
Sejumlah penelitian terkait di berbagai negara seperti Cutler&Katz (1991), Powers (1995a), dan Powers (1995b) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dan positif dari pengangguran dan inflasi terhadap kemiskinan. Pengukuran kemiskinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Foster-Greer-Thorbecke (FGT) Poverty Index yang terdiri dari Head Count Index, Poverty Gap Index, dan Distributionally Sensitive Index. Ini merupakan pengukuran kemiskinan yang digunakan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Penelitian dengan model ekonometri dilakukan dengan menggunakan data 23 provinsi pada tahun 2001-2003.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh searah dan signifikan terhadap Head Count Index, Poverty Gap Index, dan Distributionally Sensitive Index. Pengangguran berpengaruh searah terhadap Head Count Index dan Poverty Gap Index, tetapi berpengaruh tidak searah terhadap Distributionally Sensitive Index. Variabel lainnya yaitu pertumbuhan PDRB berpengaruh searah terhadap Head Count Index, tetapi berpengaruh tidak searah terhadap Poverty Gap Index dan Distributionally Sensitive Index. Sementara pendidikan menunjukkan bahwa peningkatan pendidikan dapat mengurangi Head Count Index dan Poverty Gap Index, tetapi tidak cukup berpengaruh terhadap Distributionally Sensitive Index."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Arifatul Ulya
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya penurunan devisa dari sektor kehutanan secara terus menerus yang perlu ditindaklanjuti dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Sementara itu terdapat kontradiksi antara usaha untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri berbasis kehutanan dengan upaya konservasi. Dengan terbatasnya kawasan hutan produksi maka diperlukan pengelolaan yang efisien agar dalam jangka.panjang kelestarian hasil tercapai tanpa harus mengancam kawasan konservasi. Diharapkan dengan adanya efisiensi dalam pengelolaan HTI maka dengan luas areal konsesi yang terbatas HTI dapat berproduksi secara. lestari.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat produksi yang telah dicapai HTI dan mengetahui tingkat efisiensi teknis HTI. Dengan kerangka analisis fungsi produksi Cobb-Douglas yang dilinearkan, ukuran efisiensi teknis diketahui dengan menjumlahkan koefisien regresi yang merupakan elastisitas dari masing-masing faktor produksi. Output yang berupa luas realisasi penanaman diduga dipengaruhi oleh luas target penanaman, bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja baik yang berupa karyawan maupun buruh. Data yang digunakan merupakan data bulanan dari tahun 1999 sampai 2004 yang bersumber dari manajemen PT. Musi Hitan Persada.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa faktor produksi yang secara statistik berpengaruh terhadap produksi hutan tanaman industri PT. Musi Hutan Persada yang diwakifi oleh luas realisasi penanaman sebagai cerminan dari kelestarian basil adalah luas areal yang harus ditanami, herbisida yang digunakan dalam kegiatan penanaman dan tenaga kerja yang berupa karyawan. Faktor produksi yang berupa jumlah bibit yang digunakan, tenaga kerja yang berupa buruh dan pupuk yang digunakan dafam kegiatan penanaman tidak signifikan mempengaruhi produksi (luas realisasi penanaman). Tingkat kombinasi penggunaan input (faktor produksi) dalam kegiatan produksi berada pada kondisi belum efisien secara teknis karena berada pada posisi decreasing returns to scale yang berarti persentase pertambahan produksi yang diperoleh lebih kecil dari persentase pertambahan faktor produksi yang digunakan. Sedangkan proses produksi masih berada pada daerah yang rasional untuk berproduksi.
Besarnya skala operasional perusahaan yang antara lain dicerminkan oleh luasnya areal konsesi HTI tidak mencerminkan efisiensi perusahaan. Bagi penentu kebijakan di sektor kehutanan hal ini mengimplikasikan perlunya diketahui skafa operasional yang ideal agar dihasilkan output optimal dengan efisiensi teknis sebagai salah satu pertimbangan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirullah
"Pendidikan dipercaya merupakan salah satu komponen penting bagi pembentukan modal manusia (human capital), disamping kesehatan. Sebagai sebuah modal/kapital, pendidikan telah menjadi salah satu pembahasan dalam ilmu ekonomi, termasuk dalam analisis pertumbuhan. Ia telah menjadi salah satu dari beberapa variabel yang diperhitungkan yang dimasukkan sebagai input fungsi produksi agregat. Adanya peningkatan dalam akses maupun kualitas pendidikan diduga mampu meningkatkan kesejahteraan, dalam bentuk peningkatan pendapatan masyarakat. Namun, penelitian empiris yang dilakukan beberapa ahli menunjukan adanya kecenderungan yang terlihat berbeda. Contohnya adalah hasil kajian Benhabib-Spiegel (1994), juga Barro (1997), yang tidak menemukan adanya pengaruh. Sementara di sisi lain, O?Neill (1995), dan juga Krueger dan Lindahl (2000) menunjukan adanya pengaruh. Namun, kesimpulan penelitian yang menunjukan adanya hasil yang terlihat bertolak belakang tersebut perlu secara hati-hati dilihat dalam hal metodologinya, terutama ruang lingkup serta karakteristik sampel observasi yang menjadi bahan penelitian. Dengan menggunakan model yang digunakan Kruger dan Lindahl, penelitian dalam skripsi ini mengambil observasi regional Indonesia dalam rentang waktu 1985-2003. Hasil yang didapat dalam penelitian ini menunjukan bahwa dalam tingkat regional pendidikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan. Sementara dalam tingkat nasional pendidikan memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan, namun dalam besaran yang relatif masih sangat kecil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>