Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 225 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Ari Wibowo
"Teknologi Adsorbed Natural Gas (ANG) merupakan teknologi penyimpanan gas metana dalam keadaan teradsorpsi. Pada teknologi ini kapasitas penyimpanan gas metana dapat meningkat dibandingkan Compress Natural Gas dengan adanya karbon aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karbon aktif berbasis tempurung kelapa sebagai adsorben penyimpanan gas metana dengan aktivasi kimia KOH dan aktivasi fisika 7500C dengan CO2. Hasil karbon aktif tempurung kelapa akan diuji kapasitas penyimpanan dan sebagai pembanding digunakan karbon aktif komersial. Parameter variasi yang digunakan adalah laju alir 10, 15, 20 slpm dengan tekanan batas 30 bar pada proses penyimpanan dalam kondisi dinamis. Peningkatan kapasitas penyimpanan gas metana melalui karbon aktif tempurung dan komersial adalah 94% dan 150% dibandingkan Compress Natural Gas pada tekanan 30 bar. Hasil terbaik didapat melalui laju alir 10 slpm pada tekanan 30 bar yaitu memiliki kapasitas penyimpanan 0,080 kg/kg dengan luas permukaan 953 m2/g dan karbon aktif komersial memiliki kapasitas 0,1 kg/kg dengan luas permukaan 1201 m2/g.

Technology Adsorbed Natural Gas (ANG) is a storage technology in condition adsorbed methane storage. In this technology methane storage capacity can be increased compared to Compress Natural Gas in the presence of activated carbon. The research aims to get coconut shell-based activated carbon as adsorbent methane storage with KOH chemical activation and physical activation with CO2 7500C. The results of coconut shell activated carbon would be test to storage capacity and as comparison commercial activated carbon used. Parameter variations in this research are flow rates of 10, 15, 20 slpm with a pressure limit 30 bar in the storage process in dynamic conditions. Increased methane storage capacity through coconut shell activated carbon and commercial are 94% and 150% compared Compress Natural Gas at 30 bar. Best results are obtained through a flow rate of 10 slpm at pressure of 30 bar which has a storage capacity of 0.080 kg/kg with a surface area of 953 m2/g and commercial activated carbon has a capacity of 0.1 kg/kg with a surface area of 1201 m2/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonard Chandra
"

Metode penyimpanan gas alam perlu dioptimalkan guna mencapai kapasitas adsorpsi dan desorpsi yang optimal namun tetap efektif dan aman. Salah satu teknologi yang menjanjikan untuk penyimpanan gas alam adalah Adsorbed Natural Gas (ANG). Teknologi ANG dapat dioptimalkan melalui pengembangan adsorben berbasis karbon aktif yang digunakan dalam silinder penyimpanan. Karbon aktif dapat diproduksi dari limbah cangkang kelapa sawit yang memiliki kandungan selulosa sebesar 29,7%, holoselulosa 47,7%, dan lignin 53,4%. Proses pembuatan karbon aktif dari limbah cangkang kelapa sawit melibatkan karbonisasi pada suhu 400 °C, diikuti oleh aktivasi menggunakan agen aktivator ZnCl2. Untuk meningkatkan luas permukaan karbon aktif, dilakukan aktivasi fisika tambahan pada suhu 850 °C selama 5 jam dengan aliran gas N2 sebesar 100 ml/menit. Karbon aktif yang dihasilkan kemudian dimodifikasi menggunakan bahan perekat termoplastik PVA dengan variasi konsentrasi 1% dan 2%. Karbon aktif dengan karakteristik terbaik adalah karbon aktif yang termodifikasi menggunakan PVA 2% dengan bilangan iodin sebesar 1393,74 mg/g dan luas permukaan spesifik (SBET) sebesar 1386,19 m2/g. Kapasitas adsorpsi gas metana oleh karbon aktif yang telah dimodifikasi dengan PVA 2% pada suhu 28 °C dan tekanan 9 bar mencapai 0,0573 kg/kg.


The storage method of natural gas needs to be optimized to achieve optimal adsorption and desorption capacities while ensuring effectiveness and safety. One promising technology for natural gas storage is Adsorbed Natural Gas (ANG). ANG technology can be optimized through the development of carbon-based adsorbents used in storage cylinders. Activated carbon can be produced from waste palm kernel shells, which contain 29.7% cellulose, 47.7% hemicellulose, and 53.4% lignin. The production process of activated carbon from palm kernel shell waste involves carbonization at a temperature of 400 °C, followed by activation using ZnCl2 as the activating agent. To increase the surface area of the activated carbon, additional physical activation is performed at a temperature of 850 °C for 5 hours with a nitrogen gas flow rate of 100 ml/minute. The resulting activated carbon is then modified using a thermoplastic binder, PVA, with concentrations of 1%, and 2%. The best-performing activated carbon is the one modified with 2% PVA, exhibiting an iodine number of 1393.74 mg/g and a specific surface area (SBET) of 1386.19 m2/g. The methane adsorption capacity of the modified activated carbon with 2% PVA at a temperature of 28 °C and a pressure of 9 bar reaches 0.0573 kg/kg.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nursya`bani
"Gas alam merupakan bahan bakar bersih yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan batubara dan minyak bumi. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk menyimpan gas alam adalah adsorbed natural gas (ANG). ANG memanfaatkan kemampuan adsorpsi material adsorben seperti karbon aktif untuk menyimpan gas alam. Karbon aktif dibuat dengan menggunakan cangkang kelapa sawit melalui tahapan karbonisasi dan aktivasi. Karbonisasi dilakukan pada suhu 400 oC dan dilanjutkan dengan tahapan aktivasi untuk membuka pori. Aktivasi kimia dilakukan dengan larutan H3PO4, sementara aktivasi fisika dilakukan dengan menggunakan gas N2. Yield yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebesar 27,56%. Untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi, dilakukan juga impregnasi menggunakan MgO yang divariasikan pada konsentrasi 0,5% b/b, 1% b/b, dan 2% b/b. Karbon aktif dengan hasil terbaik adalah karbon aktif termodifikasi MgO 1% b/b dengan luas permukaan sebesar 1604,00 m2/g. Karbon aktif yang dihasilkan diuji kapasitasnya dalam menyimpan gas alam. Kapasitas adsorpsi gas alam terbesar didapatkan oleh karbon aktif termodifikasi MgO 1% b/b pada suhu 28 oC dan tekanan 9 bar yang mampu mencapai 0,027 kg/kg.

Natural gas is a cleaner fuel that is more environmentally friendly than coal and oil. One of the technologies that can be used to store natural gas is adsorbed natural gas (ANG). ANG utilizes the adsorption ability of adsorbent materials such as activated carbon to store natural gas. Activated carbon is made using palm shells through the stages of carbonization and activation. The carbonization was carried out at 400 oC and followed by an activation step to open the pores. Chemical activation was carried out with H3PO4 solution, while physical activation was carried out using N2 gas. Yield obtained from this experiment is 27.56%. To increase adsorption ability, impregnation was also carried out using MgO with variation of concentration of 0.5% w/w, 1% w/w, and 2% w/w. Activated carbon with the best results was activated carbon with 1% w/w MgO modification with a surface area of 1604.00 m2/g. The activated carbon produced then tested for its capacity to store natural gas. The largest natural gas adsorption capacity was obtained by activated carbon modified with 1% MgO w/w at temperature 28 oC and pressure 9 bar which was able to reach 0.027 kg/kg.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Sari
"ABSTRAK
Fatty Acid Alkanolamide FAAA merupakan senyawa amida yang banyak digunakan dalam industri kimia, kosmetik, maupun otomotif. Senyawa ini memiliki sifat ldquo;deterjensi rdquo;karena memiliki molekul amphiphilik. Amphiphilik adalah suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik dimana bagian polar yang suka akan air hidrofilik dan bagian nonpolar yang suka akan minyak/lemak lipofilik . Karena sifatnya, FAAA dapat berperan sebagai surfaktan. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan senyawa yang tepat untuk bertindak sebagai agen pengemulsi, deterjen, pelumas, dan sebagainya Sejumlah surfaktan berbasis sintetis atau minyak bumi dikenal beracun bagi hewan, ekosistem dan manusia dan dapat meningkatkan difusi kontaminan lingkungan lainnya. Maka surfaktan jenis FAAA masih sangat diperlukan untuk menghasilkan surfaktan yang murah, ramah lingkungan dan biodegradable dari sumber terbarukan.Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis senyawa amida dari reaksi antara trigliserida dan diethanolamina. Sumber trigliserida yaitu minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak castor dan variasi katalis yaitu KOH dan NaOH. Dari hasil analisis FTIR, senyawa amida yang terbentuk memliki panjang gelombang yang tidak jauh berbeda dengan hasil terbaik adalah 1618 cm-1, dari hasil GC ndash;MS terbaik terbentuk senyawa dietanolamida laurat dengan luas area 31,20 , dengan kemiripan 93 .

ABSTRACT
Fatty Acid Alkanolamide FAAA is an amide compound widely used in chemical, cosmetic and automotive industries. This compound has a detergency property because it has an amphilic molecule. Amphilic is a molecule that also has a hydrophilic group and a lipophilic non polar member. Because of its nature, the FAAA can act as a surfactant. Surfactants are the surface active substances of the right compounds to act as emulsifying agents, detergents, lubricants, etc. A number of synthetic or petroleum based surfactants are known to be toxic to animals, ecosystems and humans and can increase the diffusion of other environmental contaminants. Hence, the surfactant of FAAA type environmentally friendly and biodegradable surfactant from renewable sources. This study aims to synthesize amide compounds from reaction between triglyceride and diethanolamine. The sources of triglycerides are palm oil, coconut oil, soybean oil, and castor oil and catalyst variations are KOH and NaOH. From the FTIR analysis result, the amide compound formed has a wavelength that is not much different from the best result is 1618 cm 1, the best result of GC MS is the compound diethanolamide laurate with the area of 31,20 , with 93 similarity."
2017
T47742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hibatur Rahman
"Produksi gas bumi non-associated Lapangan X setiap tahun semakin menurun dimana gas bumi tersebut digunakan sebagai bahan bakar Gas Turbine Generator untuk menghasilkan listrik yang akan digunakan sebagai sumber energi sumur minyak yang diproduksikan dengan Electric Submersible Pump (ESP). Dalam sistem ESP kehilangan energi terbesar salah satunya yaitu energi hilang pada motor ESP yaitu sebesar 13%. Tesis ini mendiskusikan analisis penggunaan teknologi berbagai jenis motor ESP sebagai upaya untuk melakukan efisiensi energi dan menghasilkan penghematan konsumsi gas bumi di Lapangan X. Kemudian dilakukan penggunaan motor ESP baru yaitu Motor Induksi Efisiensi Tinggi dan Permanent Magnent Motor pada beberapa sumur dilapangan X dan dibandingkan efisiensi motor dan penghematan konsumsi listriknya. Penggunaan Permanent Magnet Motor menghasilkan penurunan konsumsi total energi listrik terbesar sebesar 15 MW dibandingkan dengan yang menggunakan induksi motor biasa, perbaikan efisiensi sistem ESP meningkat menjadi 33,1%. Perhitungan penghematan gas alam di seluruh sumur minyak Lapangan X ESP menggunakan Permanent Magnet Motor diproyeksikan sebesar 3,3 MMSCFD atau 15.755 USD/hari dan dapat disimpulkan bahwa penghematan listrik sensitif terhadap Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) namun kurang sensitif terhadap Pay Out Time (POT).

Offshore Field X production of non-associated natural gas is declining every year. Natural gas is used as fuel for a gas turbine generator to generate electricity, which will be used as an energy source for oil wells, produced with an Electric Submersible Pump (ESP). In the ESP system, one of the most significant energy losses is the energy lost in the ESP motor, which is 13%. Using ESP motors such as High-Efficiency Induction Motors and Permanent Magnet Motors was carried out in several wells in Field X and comparing the motor efficiency and savings in electricity consumption. Permanent Magnet Motor resulted in the most significant decrease in total electrical energy consumption of 15 MW compared to those using induction motor, and the average improvement of ESP system efficiency increased to 33.1%. Calculating natural gas savings in all oil well Field X ESP using Permanent Magnet Motor projected to 3.3 MMSCFD or 15,755 USD/day and it can be concluded that power savings are sensitive to NPV and IRR, and less sensitive to POT."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganjar Ali Setiawan
"Kendala operasional transportasi minyak mentah melalui pipa yang dihadapi PT X adalah penyumbatan pipa akibat terbentuknya endapan minyak mentah (wax) di dalam pipa. Studi dilakukan pada kasus penyumbatan yang terjadi pada tahun 2022 dan salah satu usaha yang dilakukan untuk menghancurkan wax di dalam pipa tersebut adalah melalui kegiatan pigging. Karena wax terlampau banyak, pig yang diluncurkan tidak sanggup mendorong endapan tersebut, menyebabkan pipa tersumbat dan aliran minyak terhenti. Identifikasi masalah dilakukan dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis dan menghasilkan 7 variabel yang menjadi akar penyebab masalah yaitu posisi pipa yang terendam air, minyak mentah kehilangan panas, interval kegiatan pigging, tidak adanya wax inhibitor, kemampuan pompa yang terbatas, tidak ada fasilitas untuk intervensi kondisi minyak mentah, dan karakteristik minyak mentah. Disimpulkan bahwa penyebab dominan terjadinya penyumbatan aliran minyak mentah pada pipa adalah karena temperatur minyak mentah yang turun menyentuh temperatur pour point menyebabkan munculnya wax yang mengendap dan menyumbat aliran minyak mentah. Mitigasi dapat dilakukan dengan kegiatan pigging rutin setiap 7 hari sekali, menambahkan bahan kimia sebanyak 500 ppm untuk memodifikasi karakteristik minyak mentah, serta memasang sistem pemanas elektrik pada pipa menggunakan teknologi heat tracing constant wattage sepanjang 3 km. Berdasarkan perhitungan keekonomian, pemasangan sistem pemanas elektrik pada pipa akan memberikan efisiensi 3 miliar Rupiah per tahun, dengan IRR 18,87% dan periode pengembalian investasi selama 7 tahun jika dibandingkan dengan melakukan pembelian bahan kimia selama 20 tahun operasional pipa. Sehingga solusi yang paling efektif dan efisien untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan pemasangan sistem pemanas elektrik pada pipa tersebut.

The main operational obstacle to transportation of crude oil via pipeline faced by PT X is a wax depostion lead to pipe blockage. A case study was conducted on a blockage case that occurred in 2022 and one of the efforts made to destroy the wax in the pipe was through pigging activities. The pig that is launched is unable to push through the deposits and causes the pipe clogged and the oil flow to stop. Problem identification was carried out using the Fault Tree Analysis method and produced 7 variables which were the possible root cause of the problem, namely the position of the pipe submerged in water, crude oil heat loss, pigging activity interval, absence of wax inhibitor, limited pump capacity, no facilities for condition intervention, and characteristics of crude oil. So it was concluded that the root cause of pipe blockage was because the temperature of the crude oil dropped during transport process below the pour point temperature, causing the appearance of wax which settled inside the pipe and blocked the flow of crude oil. Mitigation can be done by carrying out routine pigging activities every 7 days, adding 500 ppm of chemicals to modify the characteristics of petroleum, and installing an electric heating system on the pipe using constant wattage heat tracing technology over a length of 3 km. Based on economic calculations, installing an electric heating system on pipes will provide savings of 3 billion Rupiah per year, with an IRR of 18.87% and a return on investment period of 7 years compared to purchasing chemicals during 20 years of pipe operation. So the most effective and efficient solution to overcome this problem is to install an electric heating system on the pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Sukarahardja
"Terminal penerima LNG atau terminal regasifikasi LNG dapat meng-akomodir peningkatan kebutuhan gas bumi di wilayah padat konsumen gas bumi, baik yang telah memiliki jalur pipa transmisi/distribusi gas maupun daerah remote. Dalam kajian ini regasifikasi LNG pada terminal penerima dirancang untuk dipadukan dengan industri lainnya, yaitu dingin yang terkandung dalam LNG tersebut (-160°C) untuk di-integrasikan kepada unit condenser yang men-support sistem pendinginan pada instalasi pembangkit listrik (dalam kajian ini PLTG).
Penanganan sistem pendinginan Turbin penggerak pembangkit listrik sirkulasi pendingin (coolant) membutuhkan energi untuk melepaskan panas (+ 5000K) ke udara terbuka, yang mana hal tersebut bisa diefisiensikan dengan cara memadukan/meng-integrasikan sistem pendinginan Turbin dengan sistem regasifikasi LNG yang membutuhkan panas, sehingga terminal penerima LNG dengan PLTG dapat menjadi suatu simbiosis yang saling membutuhkan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kajian ini antara lain menganalisa abilitas panas buang yang dihasilkan PLTG (+ 3,000 MMBTU/h) terhadap sistem regasifikasi LNG, kapasitas dan kemampuan suplai gas dari terminal (18,250 m3/d) serta analisa ke-ekonomian-nya. Adapun kajian secara ekonomi pembangunan terminal penerima LNG dengan sistem terpadu bisa membutuhkan biaya sebesar 436 juta US$ dan dengan Equity CAPEX 30%, Discount Rate 7.52% dan dengan asumsi harga LNG FOB sebesar 7.53 US$/MMBTU maka diperoleh IRROE sebesar 13.82% untuk payback periode selama 10 tahun dan IRROI sebesar 8.25%.

LNG'S receiver terminal or terminal regasification LNG that accommodation can requirement step-up gas to earth at consumer?s solid region gas to earth, well has already had transmission pipe band / gas distribution and also remote region. In this study regasification LNG on terminal receiver is designed to been fused by another industry, which is cold which consists in LNG that (-160°C ) for at integrates to condenser's unit that men - support refrigeration system on power station installation (in this study PLTG).
Actuating Turbine refrigeration system handle circulate power station coolant needing energy for undone heat (+ 500 0 K) to fresh air, which is that thing that efficient can integrates Turbine refrigeration system with regasification LNG's system that needs heat, so LNG'S receiver terminal with PLTG cans be a mutually symbiosis needs.
Steps that is done in this study for example analyses ability heat discards that resulting PLTG(+ 3,000 MMBTU/h) to regasification LNG's system, capacity and supply ability gases of terminal (18,250 m3 /d) and morphological to economics. There is study even developments economic ala terminal LNG'S receiver with coherent system can need cost as big as 436 million US$ and with Equity CAPEX 30%, discount is Rate 7.52% and with price assumption FOB of LNG as big as 7.53 US$/ MMBTU therefore acquired IRROE as big as 12.52% for payback period up to 10 years and IRROI as big as 8.25%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26748
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imanuel Bagas Sugiarto
"ABSTRAK
Gas Nitrogen Oksida (NOx) yang tergolong sebagai pencemar udara primer seperti Nitrogen Monoksida (NO) dan Nitrogen Dioksida (NO2) memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Kadar NOx yang sangat tinggi di lingkungan akibat dari kendaraan bermotor dan industri menyebabkan peristiwa hujan asam dan eutrofikasi terjadi. Oleh karena itu, proses absorpsi yang dikombinasikan dengan membran serat berongga dapat menjadi alternatif untuk menjadi metode untuk mengurangi gas NOx sehingga mengurangi emisi gas yang dibuang ke lingkungan sesuai dengan regulasi yang ada. Proses absorpsi menggunakan pelarut sodium klorit (NaClO2) dan sodium hidroksida (NaOH). Penelitian dilakukan dengan sumber gas NOx dengan komposisi NO sebesar 34,51 ppm dan NO2 sebesar 525,68 ppm. Pada penelitian ini divariasikan laju alir gas NOx dengan laju 100-200 mL/menit, konsentrasi NaClO2 0,02-0,1 M dan serat membran 50, 100, 150. Nilai tertinggi untuk efisiensi penyerapan NOx, koefisien perpindahan massa, dan fluks perpindahan yang diperoleh pada penelitian secara beturut-turut adalah 94,88%, 0,01534 cm/s, 9,4 x 10-8 mmol/cm2.s."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajaryadi Tri Saputra
"Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas limbah sefadroksil dengan menggunakan proses perokson, yaitu suatu proses AOPs yang menggabungkan ozon yang berfase gas dan hidrogen peroksida yang berfase cair sebagai oksidator. Ozon yang digunakan berasal dari ozonator yang mampu menghasilkan ozon pada fase cair dan gas-cair kemudian langsung dicampurkan dengan H2O2. Variasi yang digunakan untuk melakukan uji kinerja proses perokson ini adalah rasio ozon terhadap hidrogen peroksida. Dari penelitian ini menghasilkan kondisi terbaik untuk degradasi limbah cair sefadroksil sintetik, yaitu ozon dengan rasio hidrogen peroksida sebesar 1;0,5. Persentase degradasi yang dihasilkan mencapai 86,04% dengan konsentrasi akhir 6,98 ppm dan ozon, reaktor hibrida ozon-plasma, dan rasio hidrogen peroksida sebesar 1:0,5. Persentase degradasi yang dihasilkan mencapai 82,12% dengan konsentrasi akhir 8,94 ppm.

The aim of this research is to improve the quality of cefadroxil wastewater using peroxone process, an AOPs which combines ozone and hydrogen peroxide as an oxidizer. Ozone came from ozonator which capable of producing ozone in the liquid phase and gas-liquid then mixed with H2O2. Variation of variables used are ratio of ozone to hydrogen peroxide. From this research, produced the best conditions for the degradation of synthetic wastewater cefadroxil are ozone with hydrogen peroxide ratio of 1:0.5. The result degradation percentage reached 86,04% with a final concentration of 6,98 ppm and combine of ozone, hybrid plasma ozone reactor and hydrogen peroxide ratio of 1:0.5. The result degradation percentage reached 82,12% with a final concentration of 8,94 ppm.;The aim of this research is to improve the quality of cefadroxil wastewater
using peroxone process, an AOPs which combines ozone and hydrogen peroxide
as an oxidizer. Ozone came from ozonator which capable of producing ozone in
the liquid phase and gas-liquid then mixed with H2O2. Variation of variables used
are ratio of ozone to hydrogen peroxide. From this research, produced the best
conditions for the degradation of synthetic wastewater cefadroxil are ozone with
hydrogen peroxide ratio of 1:0.5. The result degradation percentage reached
86,04% with a final concentration of 6,98 ppm and combine of ozone, hybrid
plasma ozone reactor and hydrogen peroxide ratio of 1:0.5. The result degradation
percentage reached 82,12% with a final concentration of 8,94 ppm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Hasyanah
"Degradasi air limbah deterjen telah dikembangkan dengan menggunakan berbagai metode. Teknik ozonasi dalam RHOP merupakan salah satu metode degradasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi operasi optimal dalam proses degradasi limbah deterjen menggunakan teknik ozonasi dalam RHOP. Variasi kondisi operasi dilakukan pada pH, senyawa limbah (LAS dan ABS), dan suhu air limbah.
Dari hasil penelitian diketahui kondisi operasi terbaik terjadi pada pH netral dan suhu ruang (27oC) dengan persen degradasi mencapai 91,79%. Selain itu, degradasi pada limbah LAS menujukkan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan pada limbah ABS. Kondisi terbaik ini juga didukung oleh nilai TOC limbah LAS dan ABS sebesar 14,8 mg/L dan 22,6 mg/L.

Degradation of detergent waste water is developed by various methods. Ozonation technique in RHOP is one kind of degradation method. The aim of this research is to find out optimum operation condition in detergent waste water degradation process by ozonation technique in RHOP. Variations of condition operation are pH, wastewater compound (LAS and ABS), and wastewater temperature.
These result demonstrate that the best operation condition occurs at neutral condition and room temperature (27oC) with degradation percentage 91.79% reached. Furthermore, degradation of LAS waste water is better than ABS waste water. These conditions are supported by TOC value which LAS and ABS are 14.8 mg/L and 22.6 mg/L.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>