Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ike Dwi Maharti
"Instrumentasi saluran akar masih meninggalkan area tidak terpreparasi. Insrumen osilasi diklaim dapat membersihkan dinding saluran akar secara optimal.
Tujuan: Membandingkan luas dinding sepertiga apeks saluran akar yang tidak terpreparasi antara instrumen osilasi Reciproc® dan WaveOne®.
Metode: Tiga puluh dua saluran akar premolar mandibula diisi tinta cina kemudian dibagi menjadi dua kelompok berjumlah sama (n=16): Reciproc® dan WaveOne®. Luas dinding yang tertutup tinta cina dianalisis dengan Adobe Photoshop CS5.
Hasil: Kelompok II mempreparasi lebih banyak dinding tetapi tidak berbeda bermakna dengan kelompok I (p=0,265).
Kesimpulan: Reciproc® dan WaveOne® tetap meninggalkan area tidak terpreparasi di sepertiga apeks saluran akar.

Thirty five percents area of root canal wall was left uninstrumented after instrumentation. Oscillation instrument was claimed able to clean whole area of root canal walls.
Objective: to compare uninstrumented area of root canal at the apical third after instrumented by oscillation instrument.
Methods: Thirty two human mandibular premolar root canals were dyed with china ink and were divided equally into Reciproc® and WaveOne® group. The area was analyzed using Adobe Photoshop CS5.
Results: WaveOne® showed a better result than Reciproc®, but not statistically significant (p=0,265).
Conclusion: The Reciproc® and WaveOne® showed no difference in cleaning the root canal."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T33049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Wisnu Putranto
"ABSTRAK
Latar Belakang: Smear layer dapat menghambat sterilisasi saluran akar dan adaptasi bahan pengisi di sepertiga apeks. Untuk menghilangkannya, selain menggunakan bahan irigasi juga diperlukan teknik irigasi yang yang tepat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data mengenai hasil pembersihan dinding saluran akar dari smear layer di daerah sepertiga apeks yang diirigasi menggunakan teknik irigasi sonik dan tehnik irigasi manual-dinamik Metode: Tigapuluh dua gigi premolar tetap dibagi dalam dua kelompok. Kelompok 1 menggunakan teknik irigasi sonik. Kelompok 2 menggunakan teknik irigasi manual-dinamik. Kemudian dilakukan pemeriksaan kebersihan dinding saluran akar pada sepertiga apeks dengan menggunakan SEM pada semua kelompok. Analisis data menggunakan uji Kolmogorov-smirnov Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Kelompok 1 dan 2 (p=0,256) Kesimpulan: Kedua jenis teknik irigasi baik sonik maupun manual-dinamik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Namun secara deskriptif, teknik irigasi sonik memberikan hasil kebersihan sepertiga apeks yang lebih baik dibandingkan dengan teknik irigasi manual-dinamik.

ABSTRACT
Background: Smear layer can inhibite sterilization of root canal and adaptation of root canal filling material on apical third of root canal wall. To eliminate it, besides using irrigation materials are also needed proper irrigation techniques. The purpose of this study was to obtain more information of the cleaning of smear layer on apical third of root canal wall irrigated using sonic and manual-dynamic irrigation techniques. Materials and Method: thirty two whole-extracted premolars were divided into 2 groups. Group 1 were irigated sonicly, Group 2 were irrigated with manual-dynamic. The cleanliness of smear layer on apical third of root canal wall from both groups then inspected using SEM. The data obtained were analyzed using Kolmogorov-smirnov test. Results: There was no significant difference between Group 1 and Group 2 (p = 0,256) Conclusion: Both types of irrigation techniques does not show statistically significant difference. But descriptively, sonic irrigation technique provided better result of the cleaning of smear layer on apical third of root canal wall than manual-dynamic irrigation technique."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Damayanti Kartikasari
"Latar Belakang: Tolok ukur baik tidaknya adaptasi tepi restorasi adalah tidak adanya kebocoran pada perbatasan restorasi dan gigi Restorasi resin komposit dapat menimbulkan kebocoran mikro akibat kontraksi saat polimerisasi sehingga terdapat celah antara dinding kavitas dengan resin komposit Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kebocoran mikro dinding restorasi kelas I antara antara RK bulk fill dengan aktivasi sonik bulk fill tanpa aktivasi sonik dan inkremental
Metode: Kavitas kelas I dipreparasi pada dua puluh tujuh gigi premolar rahang atas kemudian dibagi menjadi tiga kelompok Kelompok pertama ditumpat dengan RK bulk fill dengan aktivasi sonik kelompok kedua dengan RK bulk fill tanpa aktivasi sonik dan kelompok ketiga dengan RK yang diletakkan secara inkremental Selanjutnya spesimen direndam dalam air distilasi selama 24 jam dan kemudian dilakukan uji thermocycling yang diikuti perendaman dalam biru metilen 1 selama 24 jam Gigi selanjutnya dibelah longitudinal dan dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop stereo pembesaran 12x dan dinilai dalam skala ordinal 0 4 Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik di antara tiga kelompok Kesimpulan Tidak ada satupun dari kelompok RK bulk fill dengan aktivasi sonik bulk fill tanpa aktivasi sonik dan yang diletakkan secara inkremental yang dapat menghilangkan kebocoran mikro pada preparasi kavitas kelas I

Background: A good marginal adaptation of a restoration can be measured by the absence of microleakage at the interface area Resin composite undergo contraction during polymerization which may result in gap formation between the wall cavity and composite and resulting microleakage The purpose of this study is to analyze the microleakage of class I cavity preparations that were filled with sonic activated bulk fill resin composite bulk fill resin composite without sonic activation and composite that were filled incrementally
Methods: Standardized class I cavities were prepared on 27 extracted human upper premolars and randomly assigned to three groups The first group were filled with sonic activated bulk fill resin composite the second group were filled with bulk fill resin composite without sonic activation and the third group were filled incrementally The specimens were stored in distilled water for 24 hours and then subjected to thermocycling followed by immersion in 1 methylene blue dye for 24 hours The teeth were sectioned longitudinally and evaluated for microleakage under 12x magnification stereomicroscope and scored in ordinal scale 0 4 Statistical analysis was performed with the Kolmogorov Smirnov test
Results: There was no statistically significant difference among the three groups Conclusion None of the the techniques was capable of eliminating the microleakage in class I cavity preparations
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T32988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni Suci Dwiandhany
"ABSTRAK
Latar Belakang Instrumen rotasi kontinyumemiliki banyak kekurangansehingga dikembangkan instrumen resiprokal Tujuan penelitian iniadalahmembandingkan kehalusan dinding sepertiga apikal saluran akarmenggunakan instrumen rotasi kontinyu dan resiprokal Metode Tiga puluh duapremolar pertama mandibula dibagi menjadi Kelompok 1 preparasi saluran akarmenggunakan instrumen rotasi kontinyu dan Kelompok 2 preparasi saluran akarmenggunakan instrumen resiprokal Kemudian kehalusan diukur dengan surfaceroughness tester Analisis data menggunakan uji T tidak berpasangan Hasil Tidak terdapat perbedaaan bermakna antara kedua kelompok p 0 739 Kesimpulan Dinding sepertiga apikal saluran akar yang dipreparasi denganinstrumen kontinyudanresiprokalmempunyai tingkat kehalusan yang sama

ABSTRACT
Therefore reciprocal instruments have been developed The aim was to comparethe root canal wall smoothness at the apical third between continuous rotation andreciprocal instruments Methods Thirty two mandibular first premolars weredivided into Group 1 continuous rotation instruments preparation Group 2 reciprocal instruments preparation The smoothness was measured using surfaceroughness tester The data was analyzed using independent T test Result Thedifference between groups were not statistically significant p 0 739 Conclusion Continuous rotation and reciprocal instruments have no difference inthe root canal wall smoothness at the apical third "
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T32989
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trini Santi Pramudita
"Preparasi saluran akar menghasilkan ekstrusi debri, memicu respons inflamasi di periapeks.
Tujuan: Mengamati perbedaan jumlah ekstrusi debri ke periapeks pada saluran akar yang dipreparasi menggunakan gerakan rotasi kontinyu dan resiprokal.
Metode: Tigapuluh dua gigi premolar secara acak dibagi dalam dua kelompok. Kelompok 1 dipreparasi menggunakan gerakan rotasi kontiyu. Kelompok 2 menggunakan gerakan resiprokal. Penimbangan tabung penampung debri dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan setelah preparasi. Perbedaan berat tabung tersebut dianggap sebagai berat debri terekstrusi.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 2 (p=0,844)
Kesimpulan: Perbedaan gerakan preparasi saluran akar menggunakan rotasi kontinyu maupun resiprokal tidak memengaruhi jumlah ekstrusi debri ke periapeks.

Root canal preparation produces debris extrusion, lead to inflammation in periapical tissue.
Objective: Assess the differences of periapically extruded debris amount after preparation using continous rotation and reciprocating motion.
Method: Thirty two premolars in a receptor tube were randomly divided into 2 groups. Group 1 was prepared using continuous rotation, Group 2 using reciprocating motion. Amount of the extruded debris was obtained by the receptor tube weight differences before and after preparation.
Results: The difference between groups were not statistically significant (p = 0,844).
Conclusion: Continuous rotation and reciprocating motion have no influence in the amount of periapically extruded debris.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T33031
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titty Sulianti
"Papain dan Papacarie® adalah bahan kemomekanik yang dikembangkan dari bahan alami berupa enzim papain. Enzim papain diperoleh dari getah buah pepaya, mengandung α- I antitrypsin yang hanya bekerja pada jaringan terinfeksi. Bahan kemomekanik yang terbaik adalah yang juga memiliki efek antimikroba karena bakteri dapat tetap hidup pada lesi karies yang telah dipreparasi.
Tujuan: membandingkan efek antimikroba antara papain dan Papacarie® terhadap Streptococcus mutans.
Material dan metode: kelompok uji adalah papain dan Papacarie® dengan kontrol klorheksidin. Uji analisis dilakukan secara in vitro dengan uji dilusi dan uji difusi yang menghasilkan Kadar Hambat Minimal (KHM), Kadar Bunuh Minimal (KBM) dan zona hambatan.
Hasil: KHM papain lebih tinggi dari Papacarie®. KBM papain lebih tinggi dari Papacarie® dan Zona hambatan papain lebih rendah dari Papacarie®..
Kesimpulan: papain sebagai bahan kemomekanik memiliki efek antimikroba yang tidak lebih baik dari Papacarie®.

Papain and Papacarie® are chemomechanical removal caries (CMCR) materials that developed from natural material, papain enzim. Papain enzym derived from papaya latex, containing α- I antitrypsin that only works in infected tissue. The best CMCR is also contain antimicrobial material because the bacteri could alive in the caries lesion.
Objective: to compare the antimicrobial effects of papain and Papacarie® with dilution and difussion test.
Materials and methods: test groups are papain and Papacarie®; control group is chlorhexidine. Analyses are tests with dilution and diffusion tests by in vitro that found the KHM ,KBM and zona hambatan as antimicrobial effects.
Result: The KHM of papain is higher than Papacarie. The KBM of papain is higher than Papacarie®. The Zona hambatan of papain is lower than Papacarie®.
Conclusion: papain as chemomechanical caries removal has antimicrobial effect but Papacarie® have antimicrobial effect better than papain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T33030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Wisnu Putranto
"Smear layer dapat menghambat sterilisasi saluran akar dan adaptasi bahan pengisi di sepertiga apeks. Untuk menghilangkannya, selain menggunakan bahan irigasi juga diperlukan teknik irigasi yang yang tepat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data mengenai hasil pembersihan dinding saluran akar dari smear layer di daerah sepertiga apeks yang diirigasi menggunakan teknik irigasi sonik dan tehnik irigasi manual-dinamik.
Metode: Tigapuluh dua gigi premolar tetap dibagi dalam dua kelompok. Kelompok 1 menggunakan teknik irigasi sonik. Kelompok 2 menggunakan teknik irigasi manual-dinamik. Kemudian dilakukan pemeriksaan kebersihan dinding saluran akar pada sepertiga apeks dengan menggunakan SEM pada semua kelompok. Analisis data menggunakan uji Kolmogorov-smirnov.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Kelompok 1 dan 2 (p=0,256).
Kesimpulan: Kedua jenis teknik irigasi baik sonik maupun manual-dinamik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Namun secara deskriptif, teknik irigasi sonik memberikan hasil kebersihan sepertiga apeks yang lebih baik dibandingkan dengan teknik irigasi manual-dinamik.

Smear layer can inhibite sterilization of root canal and adaptation of root canal filling material on apical third of root canal wall. To eliminate it, besides using irrigation materials are also needed proper irrigation techniques. The purpose of this study was to obtain more information of the cleaning of smear layer on apical third of root canal wall irrigated using sonic and manual-dynamic irrigation techniques.
Materials and Method: thirty two whole-extracted premolars were divided into 2 groups. Group 1 were irigated sonicly, Group 2 were irrigated with manual-dynamic. The cleanliness of smear layer on apical third of root canal wall from both groups then inspected using SEM. The data obtained were analyzed using Kolmogorov-smirnov test.
Results: There was no significant difference between Group 1 and Group 2 (p = 0,256)
Conclusion: Both types of irrigation techniques does not show statistically significant difference. But descriptively, sonic irrigation technique provided better result of the cleaning of smear layer on apical third of root canal wall than manual-dynamic irrigation technique.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T33034
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Furqan
"Residu Ca(OH)2 dapat mengganggu hermetisitas obturasi saluran akar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tiga metode pembersihan residu Ca(OH)2. Metode. Tigapuluh premolar bawah dipeparasi dengan ProTaper sampai F3, kemudian diberi medikamen Ca(OH)2 dan disimpan selama 7 hari. Setelah itu, sampel dibagi tiga sama banyak. Residu Ca(OH)2 di Kelompok I dibersihkan dengan irigan gabungan NaOCl-EDTA, kelompok II dengan CanalBrush, dan Kelompok III dengan file NiTi. Sampel kemudian dibelah arah buko-lingual dan residu diperiksa dengan mikroskopstereo dan program Axiocam. Hasil. Pembersihan paling baik adalah pada kelompok II, disusul oleh kelompok III, dan kelompok I, walaupun secara statistik tidak berbeda signifikan (p <0,05). Kesimpulan. Ketiga metode menghasilkan efek pembersihan residu Ca(OH)2 yang tidak berbeda.

The residu of Ca(OH)2 will hamper the hermeticity of root canal obturation. The aim of this study was to analyze the effectiveness of the methods of its removal. Methods. Root canal preparation was performed on 30 lower premolar using Proaper system. The Ca(OH)2 paste was put on the root canal for 7 days. The samples were then divided equally into three groups. The residu of Ca(OH)2 in group I, II, and III were removed by combined irrigant of NaOCl-EDTA, Canal Brush, and NiTi file respectively. After bisected bucco-lingually, the residu was assessed under stereomicroscope (12x magnification) and AxioCam. Results. Substantially, the most effective method was group II, followed by group III and I, but statistically no significance difference (p < 0.05). Conclusion. The canal brush is the best methods in removing Ca(OH)2 residu, although the difference is statistically not significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T33059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmeisari
"Latar Belakang: Kerapatan pengisian saluran akar merupakan hal yang penting bagi kesuksesan perawatan saluran akar. Pengambilan gutaperca dan preparasi pasak pada restorasi gigi pasca PSA dapat mengganggu kerapatan bahan pengisi yang tersisa. Siler saluran akar sebaiknya dapat mempertahankan kerapatan bahan pengisi setelah dilakukan pembuangan gutaperca dan preparasi pasak. Siler epoksi telah digunakan secara luas karena memiliki sifat adhesif dan kerapatan yang baik dengan dinding saluran akar. Baru-baru ini siler MTA juga telah dikembangkan dan dikatakan memiliki sifat adhesif dan kerapatan yang baik.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kerapatan sepertiga apeks pengisian saluran akar dengan siler epoksi dan siler MTA setelah dilakukan preparasi pasak.
Metode: Preparasi saluran akar dilakukan pada empat puluh gigi manusia dengan saluran akar tunggal dan dibagi menjadi dua kelompok secara acak, yaitu kelompok siler epoksi (SE) dan siler MTA (SM). Preparasi saluran akar dilakukan dengan ProTaper rotary, dan irigasi NaOCl 2,5% dan EDTA cair 17%. Preparasi pasak dengan peeso reamer dilakukan 7 hari pasca pengisian dengan menyisakan bahan pengisi sepanjang 5 mm di bagian apeks. Kerapatan sisa bahan pengisi diukur dengan menghitung penetrasi tinta pada sampel yang telah ditransparansi. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop stereo perbesaran 20 kali. Skor 1 untuk penetrasi tinta 0-0,5 mm, skor 2 untuk penetrasi tinta 0,51-1mm, dan skor 3 untuk penetrasi tinta >1 mm.
Hasil: Data penetrasi tinta pada kelompok SE: skor 1 sebanyak 35%, skor 2 sebanyak 30%, dan skor 3 sebanyak 35%. Sedangkan pada kelompok SM skor 1 sebanyak 25%, skor 2 sebanyak 30%, dan skor 3 sebanyak 45%. Uji Chi-Square menunjukkan terdapat perbedaan kerapatan yang tidak bermakna antara kelompok SE dan SM.
Kesimpulan: Pengisian sepertiga apeks pasca preparasi pasak pada kelompok siler epoksi lebih rapat dibandingkan kelompok siler MTA, namun keduanya tidak berbeda bermakna.

Background: Root canal obturation sealing ability is an important part of endodontic success. Restoration of endodontically treated teeth may sometimes need post and core. Post preparation procedure requires partial removal of the root canal filling to prepare adequate space for the post and retention of the intra canal post. Root canal sealer should be able to maintain obturation seal. Epoxy sealer has been widely used because its adhesive properties and sealing ability. Recently MTA sealer has also been developed and according to the manufacturer, MTA sealer also has adhesive properties and good sealing ability.
Aim: The aim of this study was to analyze the sealing ability of apical third of the root canal a with epoxy sealer and MTA sealer after post preparation.
Methods: Root canal preparation was performed on forty human teeth with a crown down technique; irrigation with 2,5% NaOCl and 17% EDTA, and lubrication with RC-Prep were used. The canals were then filled with gutta-percha and root canal sealer utilizing a cold lateral condensation technique. MTA Fillapex or AH-Plus were used in the experimental groups. The teeth were cleared with Robertson technique and examined under a stereomicroscope. Post preparation was performed with peeso reamer 7 days after obturation. Residual seal was measured by counting dye leakage. Observations were made with a stereo microscope magnification of 20 times. Score 1 for ink penetration 0-0.5 mm, a score of 2 to 0.51 - 1mm dye leakage, and a score of 3 for dye leakage > 1 mm.
Results: Dye leakage on the SE group: score1 : 35 %, score 2: 30 %, and score 3: 35 %. While the SM group: score 1: 25 %, score 2: 30 %, and score 3: 45 %. Chi-Square test showed no significant differences in density between the SE and SM group.
Conclusion: Dye leakage demonstrated that SE group show less leakage than SM group. Chi-Square test show there is no significant difference between both group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talia Andam Sadikin
"Latar Belakang: Restorasi resin komposit masih memiliki kekurangan, yaitu terjadinya kebocoran mikro akibat kontraksi saat polimerisasi sehingga dapat menyebabkan kegagalan restorasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kebocoran mikro dinding restorasi kelas I antara RK packable (RP) dan RK flowable dengan kandungan filer tinggi (RF).
Metode: Kavitas kelas I dipreparasi pada tiga puluh dua gigi premolar kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ditumpat dengan RP, kelompok kedua dengan RF, keduanya ditumpat secara inkremental. Selanjutnya spesimen dilakukan uji thermocycling dan diikuti perendaman dalam biru metilen 1% selama 24 jam. Gigi kemudian dibelah bukolingual dan diamati menggunakan mikroskop stereo pembesaran 14x dan dinilai dalam skala ordinal (0-4). Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Kelompok RP dan RF (p=0,699).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kebocoran mikro menggunakan RP maupun RF yang ditumpat secara inkremental. Namun secara substansi, RF menunjukkan kebocoran mikro lebih sedikit dibandingkan dengan RP.

Background: Composite resins undergo contraction during polymerization which may result in microleakage and leads to restoration failure. The purpose of this study is to analyze the microleakage of Class I restorations that were filled with packable composite (RP) and high filler flowable composite (RF) incrementally.
Methods: Standardized Class-I cavities were prepared on 32 extracted human premolars and randomly assigned into two groups. The first group were filled with RP and the second group were filled with RF. The specimens were subjected to thermocycling, followed by immersion in 1% methylene blue dye for 24 hours. The teeth were sectioned bucco-ligually and evaluated for microleakage under 14x magnification stereomicroscope and scored in ordinal scale (0-4). Statistical analysis was performed with the Kolmogorov-Smirnov test.
Results: There was no significant difference between group RP and RF (p=0.699).
Conclusion: There is no significance difference between microleakage by RP and RF. But substantially, RF provided less microleakage than RP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>