Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andreas Rinaldi Masui
"Maraknya penggunaan baja ringan (cold-formed steel) untuk rangka kuda - kuda sebagai pengganti kayu di Indonesia akhir-akhir ini perlu dicermati. Hal ini disebabkan karena belum tersedianya peraturan desain mengenai penggunaan baja ringan di Indonesia, sehingga desain atap baja ringan hanya dapat dilakukan oleh ahli struktur. Seringnya pemberitaan di media mengenai keruntuhan rangka atap baja ringan di beberapa tempat perlu dicermati.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan tipe profil baja ringan tipe C dan Z yang akan digunakan untuk rangka kuda-kuda rumah tinggal. Adapun parameter-parameter yang divariasikan yaitu : bentangan kuda-kuda, jarak antar kuda-kuda, jarak a, tipe kuda-kuda, dan jenis material penutup atap. Dari jenis variasi permodelan kuda-kuda yang dibuat akan dikeluarkan suatu kesimpulan mengenai desain kuda-kuda yang aman.

Nowadays cold-formed steel most used as replacement of timber roof truss need to be researched more. This is because Indonesia doesn't have a standard for designing a cold formed steel, so the design of the cold formed steel can only be done by the structural engineer. Many news in newspaper or television said that a failure of the roof trusses from cold formed steel material.
This research is about studying the behavior of cold formed type profile and to compare type C and type Z for the roof truss purpose. The parameter that will be variated such as span of the roof truss, space between roof truss, space of a, type of the roof truss, and type of material which cover the roof truss. From this research, we conclude and make a recommendation about the safe design of roof truss.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50647
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanie Christanti
"Pada jembatan, beban yang ada diteruskan pada pier, lalu disalurkan ke pondasi. Untuk itu, pier didesain untuk kuat menahan berbagai jenis pembebanan termasuk beban lateral, yang harus diperhitungkan pada saat terjadi gempa. Untuk menambah performa pier dilakukan variasi mutu tulangan dengan tulangan mutu tinggi, supaya membantu menahan gaya gempa pada saat struktur mencapai kondisi inelastik. Untuk menganalisa pier, struktur dimodelkan dalam bentuk elemen-elemen dengan menggunakan program DRAIN-2DX, lalu dibagi menjadi segmen-segmen, yang dibagi lagi menjadi fiber-fiber. Struktur diberi beban lateral secara bertingkat sampai melebihi dari kapasitas beban gempa struktur (design earthquake) dan akhirnya mengalami keruntuhan. Penambahan beban dilakukan dengan displacement control. Dari sana dapat diplot hubungan P-A dan dapat dilihat regangan dan tegangan setiap fiber untuk setiap kondisi pembebanan. Hasilnya dapat digunakan sebagai perbandingan perilaku penampang yang menggunakan dua jenis tulangan dengan penampang yang hanya menggunakan tulangan mutu biasa. Dari analisis yang dilakukan, terjadi peningkatan kekuatan, kekakuan, dan daktilitas struktur pier seiring dengan meningkatnya rasio tulangan, dan dapat dilihat pengaruh pembebanan terhadap perilaku struktur terhadap gaya gempa."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S35143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulius Halim Gunawan
"Pada tied arch bridge, sambungan arch rib/tie girder mengalami tegangan yang besar sehingga dibutuhkan desain yang detail terhadap web stiffener untuk menghindari konsentrasi tegangan yang tinggi. Jika tebal web ditambah secara berlebihan dapat menyebabkan residual stress yang tinggi pada sambungan las dan meningkatkan kemungkinan keruntuhan getas (brittle fracture). Sebaliknya, jika jumlah stiffener terlalu banyak digunakan maka struktur menjadi rumit untuk difabrikasi. Dan untuk perancangan stiffener pada sambungan arch rib/tie girder yang menggunakan penampang box di dalam code tidak dijelaskan secara eksplisit bagaimana stiffener tersebut dirancang untuk mengatasi konsentrasi tegangan yang tinggi. Pada Skripsi ini, sambungan arch rib/tie girder dimodelkan dengan SAP 2000 NL ver. 8.08 dimana arch rib dan tie girder merupakan box section. Dimensi penampangnya didapat dari hasil optimasi struktur tied arch bridge dengan menggunakan program SAP 2000 NL ver. 8.08. Pada model sambungan arch rib/tie girder dikerjakan gaya-gaya nodal sesuai dengan beban luar yang bekerja. Dari hasil analisis struktur, didapatkan kondisi tegangan-tegangan pada sambungan tersebut. Di tempat-tempat yang mengalami konsentrasi tegangan yang tinggi, didesain web stiffener dengan mengacu pada AISC Code tentang Plate Girder. Model sambungan yang telah dipasangkan web stiffener pada tie girder kemudian dianalisis lagi sehingga didapatkan kondisi tegangannya setelah ditambah web stiffener. Selanjutnya dilakukan pengecekan tegangan-tegangan yang terjadi pada kondisi riil terhadap berbagai kriteria tegangan. Dari hasil studi yang dilakukan didapatkan bahwa dengan perancangan stiffener mengacu pada AISC Code terbukti dapat mengatasi terjadinya konsentrasi tegangan yang tinggi pada sambungan arch rib/tie girder."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S35440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi Nanjaya
"Penggunaan jembatan busur (arch bridge) sebagai sarana transportasi sudah banyak berkembang dewasa ini. Hal ini karena bentang yang dapat dicapai oleh jembatan ini cukup besar dan bentuknya yang memiliki nilai estetika yang tinggi. Komponen busur (arch rib) merupakan salah satu bagian struktur yang cukup penting karena beban jembatan hampir seluruhnya dipikul oleh busur tersebut. Dalam perancangan suatu struktur, sering kali terdapat proses yang membutuhkan pengulangan - pengulangan (repetitif) sehingga untuk melakukan perhitungan secara manual membutuhkan waktu dan ketelitian tinggi. Penggunaan software akan mempercepat perhitungan yang bersifat pengulangan tersebut sehingga waktu yang dibutuhkan akan lebih sedikit dan hasil yang diperoleh akan lebih akurat. Dalam skripsi ini, penulis membuat program yang dapat digunakan untuk menentukan memadai atau tidaknya suatu penampang box dan sambungan pada arch rib terhadap gaya dalam yang terjadi. Dalam hal ini jembatan yang akan dianalisis yaitu tied arch bridge dengan bentang 150 m dan high/span ratio 0.25 dimana pembebanan yang dilakukan berdasarkan peraturan BMS (Bridge Management System). Dengan dibuatnya program ini diharapkan akan diperoleh ukuran dari penampang rib yang efektif dan efisien dan dapat dengan mudah dilakukan pengecekan terhadap ukuran dan jumlah baut yang digunakan pada sambungan rib."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S35218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ay Ay Yuliani
"Secara umum infrastruktur yang ada materialnya adalah dari beton dan baja. Kedua material ini mendominasi dunia konstruksi, hal ini dikarenakan sifatnya yang saling mendukung kekuataannya. Contohnya adalah sistem pracetak beton bertulang yang merupakan suatu sistem pembangunan struktur beton bertulang dimana komponen-komponennya dicetak terlebih dahulu di pabrik atau di sekitar lokasi bangunan, kemudian diangkat ke lokasi pembangunan dan dirangkai menjadi satu dengan sambungan khusus. Skripsi ini akan membahas mengenai perilaku sambungan tulangan sistem pracetak dengan menggunakan media penyambung dari baja siku dan las. Perilaku ini dilihat dari distribusi tegangan yang terjadi sepanjang daerah las. Percobaan ini menggunakan Strain Gage yang ditempel pada material uji yang akan memberikan input kepada Data Logger yang nilainya sebanding dengan perubahan panjang yang dialami oleh Strain Gage. Data logger mengolah input yang diberikan oleh Strain Gage tersebut yang kemudian ditampilkan pada layar komputer berupa kurva tegangan-regangan. Pada saat proses penarikan, dilakukan pengambilan data berupa nilai regangan didaerah Strain Gage terpasang akibat dari distribusi tegangan yang terjadi. Proses penarikan ini dilakukan secara terus-menerus hingga material uji tersebut putus. Tujuannya adalah agar dapat diketahui apakah posisi sambungan struktur pracetak tersebut dapat menyalurkan seluruh gaya yang bekeija pada tulangan. Hal ini akan sangat membantu bila kita akan merancang sambungan antar elemen pracetak."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Yani Qorry
"Balok pracetak berongga atau hollow core beam (HCB) merupakan pengembangan atau inovasi dari Hollow-Core Slab (HCS). Balok pracetak berongga bukanlah produk baru dalam dunia konstruksi, karena sudah digunakan untuk girder pada jembatan dan balok pada bangunan-bangunan tinggi. Rongga pada balok ditujukan untuk mengurangi berat balok untuk kemudahan mobilisasi pelaksanaan konstruksi di lapangan, namun pada akhirnya rongga tersebut dicor setelah ditempatkan, hanya karena pertimbangan kemudahan pelaksanaan. Perlu dilakukan penelitian untuk mencari metode pelaksanaan yang mudah agar rongga tersebut tetap dipertahankan sehingga menghemat volume beton yang digunakan di proyek konstruksi.
Studi eksperimental untuk mencari metode pelaksanaan yang mudah serta mempelajari pengaruh rongga pada balok pracetak terhadap kekuatan lentur telah dilakukan dengan enam (6) benda uji berukuran 200 x 400 x 3850 mm, serta menggunakan dua mutu beton yang berbeda, yaitu K-300 dan K-400. Four point loading test dipilih untuk melihat perilaku balok. Tiga (3) spesimen balok beton bertulang K-400 solid dengan ukuran yang sama juga dites sebagai balok pembanding. Hasil pengujian dianalisa berdasarkan grafik hubungan antara beban – lendutan, grafik hubungan antara momen - putaran sudut di tengah bentang, serta pola retak yang terjadi pada masing-masing spesimen.
Hasil pengujian menunjukkan balok berongga K-400 memiliki kekuatan lentur 0.98 kali kekuatan lentur balok solid dengan mutu beton yang sama. Balok berongga K-300, memiliki kekuatan lentur 0.965 kali kekuatan lentur balok berongga dengan mutu beton K-400. Penelitian ini juga memberikan gambaran proses pembuatan balok berongga cast in site (cor setempat) yang dapat diterapkan dilapangan.

Precast Hollow-Core Beam (HCB) is an innovation of Hollow-Core Slab, and not a new product in the construction. It has been used as girders of bridge and beams in high-rise buildings. The hollow is intended to reduce beam weight for ease of mobilization. Unfortunately, due to easiness of construction method, that hollow is casted after being placed. Research has been done to find an easy method of construction to maintain that hollow so that concrete volume can be reduced.
Experimental studies have been conducted. There are six (6) reinforced concrete beams of 200 x 400 x 3850 mm with two different concrete quality of K-300 and K-400 have been tested. Three (3) of those specimens are solid reinforced concrete beams with concrete quality of K-400 is used as benchmark beam. Four point loading test was chosen to investigate flexural behavior of the beams. The test results were analyzed based on graphical relationship between load – displacement, moment - rotation at beam midspan, and the crack pattern of each specimen.
The results showed that flexural strength of HCB K-400 is 0.98 times of solid beam with similar concrete quality. HCB K-300 has flexural strength of 0.965 compared to HCB K-400. The research gives an overview of the making process of cast in site HCB that can be applied in construction site.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadyanto
"Balok pracetak berongga atau hollow core beam (HCB) merupakan pengembangan dari Hollow-Core Slab (HCS). Balok pracetak berongga bukanlah produk baru dalam dunia konstruksi, karena sudah digunakan untuk girder pada jembatan dan balok pada bangunan-bangunan tinggi. Rongga pada balok ditujukan untuk mengurangi berat balok untuk kemudahan mobilisasi pelaksanaan konstruksi di lapangan, namun pada akhirnya rongga tersebut dicor setelah ditempatkan hanya karena pertimbangan kemudahan pelaksanaan. Perlu dilakukan penelitian untuk mencari metode pelaksanaan yang mudah agar rongga tersebut tetap dipertahankan sehingga menghemat volume beton yang digunakan di proyek konstruksi. Penggunaan botol air mineral sebagai pembentuk rongga diharapkan dapat mempermudah pembuatan balok. Disamping mengurangi volume beton, inovasi ini juga bisa dijadikan alternative sebagai tempat pembuangan limbah botol plastik. Penelitian terdahulu pada Hollow Core Slab (HCS) menemukan kendala dalam proses pengecoran karena adanya gaya apung dari rangkaian botol yang menyulitkan proses pelaksanaan.
Studi eksperimental untuk mencari metode pelaksanaan yang mudah serta mempelajari kekuatan lentur balok hollow dengan botol PET telah dilakukan dengan benda uji berukuran 200 x 400 x 3850 mm. Total enam (6) balok hollow dengan mutu beton yang berbeda, yaitu K-300 dan K-400 dan tiga (3) spesimen balok beton bertulang K-400 solid dengan ukuran yang sama juga dites sebagai balok pembanding. Four point loading test dipilih untuk melihat perilaku lentur balok. Hasil pengujian dianalisa berdasarkan grafik hubungan antara beban - lendutan dan grafik hubungan antara momen dengan putaran sudut di tengah bentang, pola retak yang terjadi pada masing-masing spesimen dan jenis keruntuhan (failure mode) yang terjadi. Juga dilakukan perbandingan kapasitas ultimit secara teoritis dan eksperimental.
Hasil loading test menkonfirmasikan teori yang menyatakan bahwa rongga yang dibentuk oleh botol PET tidak mengurangi kekuatan lentur dari balok. Hasil test menunjukkan bahwa balok PET K400 memiliki momen ultimate 0,98 kali dibandingkan balok solid dengan mutu beton yang sama. Penelitian juga menunjukkan bahwa balok PET 300 memiliki kekuatan 1,017 kali dibandingkan balok PET 400. Metode pelaksanaan dengan melakukan dua tahap pengecoran beton mampu mengatasi gaya apung dari rangkaian botol PET sehingga memberikan solusi metode pembuatan balok berongga PET yang mudah diaplikasikan di lapangan.

Precast Hollow-Core Beam (HCB) is an innovation of Hollow-Core Slab and not a new product in the construction. It has been used as girders of bridge and beams in high-rise buildings. The hollow is intended to reduce beam weight for ease of mobilization. Unfortunately, to simplify construction method, that hollow is casted after being placed. Research should be done to find an easy construction method to maintain it and hence concrete volume can be reduced. Bear in mind to put waste PET bottled inside the beam where it can be act as hollows. Previous research conducted on concrete slab found difficulty during casting when placing PET bottles inside.
Experimental studies to look for an applicable construction methods and to study flexural strength of hollow concrete beam with PET bottles inside have been conducted. There are 6 (six) PET beam of 200 x 400 x 3850 mm with two different concrete quality of K-300 and K-400 have been tested. Three (3) addition specimens are solid reinforced concrete beams with concrete quality of K-400 is used as benchmark. Four point loading test was chosen to investigate flexural behavior of the beams.
The test results were analyzed based on graphical relationship between load - displacement, moment - rotation at beam midspan, the crack pattern and the failure mode of each specimen. The test results confirm the beam theory that the hollow do not reduce its flexural strength. The maximum bending capacity (Mu) of PET-400 is about 0.98 than solid beam with the same concrete quality. Test result also showed that the PET-300 has ultimate capacity of 1.017 than PET-400. Construction methods by performing two stages of concrete casting solve uplift force from PET bottles. Hence the HCB by utilizing PET bottles as hollow is easily applied in the construction period.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Mahendya Lestariono
"Polyethylene terephthalate (PET) merupakan bahan poliester termoplastik yang diproduksi secara komersial melalui produk kondensasi. PET adalah bahan dasar dari botol plastik dan akan mengeras bila dipanaskan. Berdasarkan karakteristik fisik dari PET, dalam skripsi ini telah dilakukan penelitian limbah botol plastik PET sebagai bahan tambah dalam campuran beton dan menggunakannya dalam campuran beton normal (fc′=25 MPa). Bahan tambah limbah botol plastik PET tersebut berupa cacahan-cacahan yang sebelumnya telah dipotong dengan mesin yang khusus untuk memotong limbah botol plastik dengan mudah. Cacahan-cacahan botol plastik PET tersebut dalam dimensi yang beragam dan bervariasi. Kadar Polyethylene terephthalate (PET) yang ditambahkan pada beton mutu normal dalam volume fraksi adalah 0,10, 0,20, 0,30, 0,50, 0,70 dan 1,00%. Dengan persentase yang berbeda maka akan diketahui pengaruh penambahan limbah botol plastik (PET) terhadap beton tanpa penambahan limbah botol plastik (PET). Sifat fisik botol plastik PET didapat dari literatur, sedangkan yang diuji hanya berat jenisnya saja yaitu dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh nilai sebesar 1,35 gr/cm³. Percobaan pembebanan yang dilakukan meliputi kuat tarik belah dan kuat geser. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm digunakan untuk pengujian kuat tarik belah dan benda uji double L berukuran 20×30×7.5 cm³ untuk pengujian kuat geser. Dari hasil penelitian beton normal terhadap beton segar, dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya kadar cacahan botol plastik PET yang dicampur dalam campuran beton, maka akan cenderung terjadi penurunan pada nilai slump. Dari hasil pengujian terhadap beton yang telah mengeras didapatkan hasil dengan penambahan cacahan botol plastik PET optimum sebesar 0,5% terjadi peningkatan kuat tarik belah sebesar 25,44% pada umur 7 hari, sedangkan pada umur 28 hari peningkatan optimum pada 0,7% yaitu sebesar 19,39%. Pada kuat geser peningkatan optimum terjadi pada 0,5% yaitu sebesar 37,19%.

Polyethylene terephthalate (PET) is classified as thermoplastic polyester material that is commercially produced by condensation product. PET is the basic raw material from plastic bottle and will ossify when heated. Based on physical characteristic of PET, in this study has been conducted by research of plastic bottle waste PET as admixture which add in concrete mixture and use it in normal concrete mixture (fc′=25 MPa). Substance of these plastic bottle waste PET in the form of cutting that has been cut by special machine to cut plastic bottle waste easily. Cutting of these plastic bottle PET mentioned in immeasurable dimension and vary. Rate of Polyethylene terephthalate (PET) that added on normal concrete in fraction volume is 0,10; 0,20; 0,30; 0,50; 0,70 and 1,00%. With the different percentage hence will be known the influence of addition plastic bottle waste (PET) to concrete without addition plastic bottle waste. Nature of physical of plastic bottle PET got from literature, while examine only specific gravity and from attempt result conducted to be obtained value equal to 1.35 gr/cm³. The loading attempt conducted cover tensile and shear strength. Object test in the form of cylinder with 15 cm on diameter and 30 cm high is used for tensile strength test and double L samples with size 20×30×7,5 cm³ is used for shear test. From normal concrete research result to fresh concrete, inferential that by increasing rate of cutting plastic bottle PET in concrete mixture, hence will tend to occured the degradation of the slump value. From examination result to concrete ossified got by result with the addition of cutting plastic bottle PET optimum equal to 0,5% will increasing tensile strength 25,44% at 7 day, while at age 28 day optimum increasing optimum occured at 0,7% that is equal to 19,39%. For the shear strength the optimum improvement occured at 0,5% that is equal to 37,19%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
R.21.08.39 Les p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Mahendya Lestariono
"Polyethylene terephthalate (PET) merupakan bahan poliester termoplastik yang diproduksi secara komersial melalui produk kondensasi. PET adalah bahan dasar dari botol plastik dan akan mengeras bila dipanaskan. Berdasarkan karakteristik fisik dari PET, dalam skripsi ini telah dilakukan penelitian limbah botol plastik PET sebagai bahan tambah dalam campuran beton dan menggunakannya dalam campuran beton normal (fc?=25 MPa). Bahan tambah limbah botol plastik PET tersebut berupa cacahan-cacahan yang sebelumnya telah dipotong dengan mesin yang khusus untuk memotong limbah botol plastik dengan mudah. Cacahan-cacahan botol plastik PET tersebut dalam dimensi yang beragam dan bervariasi. Kadar Polyethylene terephthalate (PET) yang ditambahkan pada beton mutu normal dalam volume fraksi adalah 0,10, 0,20, 0,30, 0,50, 0,70 dan 1,00%. Dengan persentase yang berbeda maka akan diketahui pengaruh penambahan limbah botol plastik (PET) terhadap beton tanpa penambahan limbah botol plastik (PET). Sifat fisik botol plastik PET didapat dari literatur, sedangkan yang diuji hanya berat jenisnya saja yaitu dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh nilai sebesar 1,35 gr/cm_ Percobaan pembebanan yang dilakukan meliputi kuat tarik belah dan kuat geser. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm digunakan untuk pengujian kuat tarik belah dan benda uji double L berukuran 20_30_7.5 cm_ untuk pengujian kuat geser. Dari hasil penelitian beton normal terhadap beton segar, dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya kadar cacahan botol plastik PET yang dicampur dalam campuran beton, maka akan cenderung terjadi penurunan pada nilai slump.
Dari hasil pengujian terhadap beton yang telah mengeras didapatkan hasil dengan penambahan cacahan botol plastik PET optimum sebesar 0,5% terjadi peningkatan kuat tarik belah sebesar 25,44% pada umur 7 hari, sedangkan pada umur 28 hari peningkatan optimum pada 0,7% yaitu sebesar 19,39%. Pada kuat geser peningkatan optimum terjadi pada 0,5% yaitu sebesar 37,19%. Kata kunci : Polyethylene Terephtalate (PET), Botol Plastik, Bahan Tambah, Beton Normal.

Polyethylene terephthalate (PET) is classified as thermoplastic polyester material that is commercially produced by condensation product. PET is the basic raw material from plastic bottle and will ossify when heated. Based on physical characteristic of PET, in this study has been conducted by research of plastic bottle waste PET as admixture which add in concrete mixture and use it in normal concrete mixture (fc?=25 MPa). Substance of these plastic bottle waste PET in the form of cutting that has been cut by special machine to cut plastic bottle waste easily. Cutting of these plastic bottle PET mentioned in immeasurable dimension and vary. Rate of Polyethylene terephthalate (PET) that added on normal concrete in fraction volume is 0,10; 0,20; 0,30; 0,50; 0,70 and 1,00%. With the different percentage hence will be known the influence of addition plastic bottle waste (PET) to concrete without addition plastic bottle waste. Nature of physical of plastic bottle PET got from literature, while examine only specific gravity and from attempt result conducted to be obtained value equal to 1.35 gr/cm_ The loading attempt conducted cover tensile and shear strength. Object test in the form of cylinder with 15 cm on diameter and 30 cm high is used for tensile strength test and double L samples with size 20_30_7,5 cm_ is used for shear test. From normal concrete research result to fresh concrete, inferential that by increasing rate of cutting plastic bottle PET in concrete mixture, hence will tend to occured the degradation of the slump value.
From examination result to concrete ossified got by result with the addition of cutting plastic bottle PET optimum equal to 0,5% will increasing tensile strength 25,44% at 7 day, while at age 28 day optimum increasing optimum occured at 0,7% that is equal to 19,39%. For the shear strength the optimum improvement occured at 0,5% that is equal to 37,19%. Keywords : Polyethylene Terephtalate (PET), Botol Plastik, Bahan Tambah, Beton Normal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35746
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>