Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah implementasi regulasi mengenai SVLK berdampak terhadap ekspor produk industri kehutanan Indonesia. Kami menggunakan data panel ekspor produk industri kehutanan Indonesia ke-37 negara pengimpor selama 12 tahun terakhir (2005-2016). Hasil regresi menunjukkan bahwa regulasi/ketentuan legalitas kayu yang hanya diimplementasikan di Indonesia (SVLK) atau negara pengimpor tidak berpengaruh terhadap kuantitas (volume) ekspor produk industri kehutanan Indonesia. Sementara itu, regulasi/ketentuan legalitas kayu yang sama-sama sudah diimplementasikan di kedua negara akan dapat meningkatkan kuantitas (volume) ekspor produk industri kehutanan Indonesia sebesar 0,38. Hal ini dapat terjadi karena regulasi SVLK yang diimplementasikan oleh Indonesia mulai diakui dan diterima oleh negara pengimpor.
This study aims to analyze whether the implementation of Indonesia`s Timber Legality Assurance System (SVLK) scheme affects Indonesia`s local forest products exports statistics. We use a panel data of Indonesia`s forest export commodities to 37 importing countries during 2005-2016. A regression indicates that the implemented regulation on Timber Legality Assurance System in either sides (Indonesia alone or importing countries alone) has no significant impact on the quantity (volume) of local forest products exports. Meanwhile, the timber legality verification regulation that has been implemented in both sides (Indonesia and importing countries) will increase the quantity (volume) of local forest goods exports 0.38 times. It happened because SVLK was began to be recognized and accepted by importing countries.
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi nilai cost effeciency dari produksi padi di Indonesia dengan menggunakan model cost frontier dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan nilai efesiensi biaya dari petani padi. Studi ini menggunakan data cross section pada tahun 2010 dan tahun 2016. Didapat biaya irigasi, pupuk dan tenaga kerja berkontribusi secara signifikan pada cost effeciency dari petani padi. Rata-rata cost effeciency dari produksi padi di tahun 2016 adalah 83 percent, dimana lebih tinggi dibandingkan dengan 2010. Ini mengindikasi adanya potensial untuk meningkatkan output pado sekitar 17 persen dengan teknologi yang ada. Model menyatakan bahwa lahan yang lebih kecil, mempunyai jumlah plot yang lebih banyak di lahan, penanaman tiga kali dalam setahun, dan diversifikasi secara signifikan berkontribusi pada cost effeciency di dalam produksi lahan.
The main objectives of the study are to estimate the farm specific cost efficiency of rice production in Indonesia using Cost Frontier model and to identify and measure the impacts of different factors associated with cost efficiency of rice farmers. The study employed farm level cross sectional data for the years 2010 and 2016. Cost of Irrigation, Fertilizer and labor were found to contribute significantly in the cost efficiency of rice farmers. The average cost efficiency of rice production in 2016 is 83 percent, this result is more higher than 2010. This indicates a good potential for increasing rice output by 17 percent with the existing technology. The model claims that smaller land, have more plot in the land, three time crop planting a year, and diversification significantly contribute to cost effeciency in farm production.
"Penelitian ini bertujuan melakukan estimasi pengaruh eksternalitas aglomerasi berupa knowledge spillovers (MAR/spesialisasi, Jacobs/diversity, dan Porter/kompetisi) serta eksternalitas modal manusia terhadap pertumbuhan tenaga kerja berdasarkan tingkat intensitas teknologi dalam industri dan melakukan estimasi pengaruh modal manusia dalam meningkatkan pengaruh knowledge spillovers. Penelitian ini menggunakan data ISIC 2-digit industri manufaktur kabupaten dan kota seluruh Indonesia tahun 2010 dan 2015, menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil estimasi menunjukkan bahwa spesialisasi berdampak negatif terhadap pertumbuhan tenaga kerja sedangkan diversity berdampak positif namun tidak signifikan di semua tingkat intensitas teknologi industri. Terdapat perbedaan dampak kompetisi dan modal manusia berdasarkan intensitas teknologi dalam industri. Modal manusia dapat menahan dampak negatif kompetisi dan menurunkan dampak positif diversity terhadap pertumbuhan tenaga kerja.