Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko Purwanto
Abstrak :
Tesis ini bertujukan untuk mengimplementasikan dan menganalisa aplikasi "transcoder" dengan kemampuan penyeimbang beban (load balancing). Transcoder adalah sebuah aplikasi yang dapat mengubah aplikasi-apliaksi multimedia dari format yang memiliki bandwidth lebar menjadi format yang memiliki bandwidth kecil. Penyeimbang beban adalah sebuah proses atau mekanisme untuk mendistribusikan beban kerja secara seimbang kepada dua atau lebih aplikasi transcoder untuk meningkatkan throughput. Bahasa pemrograman yang digunakan pada implementasi aplikasi transcoder ini adalah Java 2 Standard Edition (J2SE) dan Java Media Framework (JMF). Aplikasi transcoder dapat mengubah format video cinepak - 320 x 240, 24 fps dan audio PCM - 44,1 KHz, 16 bits, stereo ke bentuk format video JPEG - 320 x 240, 24 fps audio PCM - 8 KHz, 8 bits, mono; RGB - 320 x x 240, 24 fps audio PCM - 8 KHz, 8 bits, mono; dan H.263 - 176 x 144, 24 fps audio PCM - 11.025 KHz, 8 bits, mono. Pengujian dilakukan dengan mengirimkan format video kepada alamat tujuan yang berbeda. Kualitas video yang diterima pengguna akan dilihat berdasarkan besarnya paket loss dan delay jitter dalam jaringan. Kualitas video pada saat pengiriman video kepada satu alamat tujuan terlihat mulus karena paket loss dan delay jitter dibawah toleransi, yaitu: paket loss 0,00% dan delay jitter 0,324 ms. Tetapi pada pengiriman video kepada dua atau lebih alamat tujuan kualitas video tidak mulus untuk beberapa saat. Penyebabnya adalah prosesor membutuhkan banyak waktu untuk melaksanakan proses transcoding, sehingga paket tidak dapat dikirimkan secara konstan ke jaringan. ......The aim of this thesis is to implement and to analyze a "transcoder" application, which is equipped with load balancing ability. Transcoder is a device that can transform high bandwidth multimedia format into small bandwidth format. Load balancing is a mechanism or process to distribute workload to two or more application transcoders to increase throughput. Java 2 Standard Edition (J2SE) and Java Media Framework (JMF) are used to implement of this application. Application transcoder can alter video cinepak-320 x 240, 24 fps audio PCM - 44,1 KHz, 16 bits, stereo to video JPEG - 320 x 240, 24 fps audio PCM - 8 KHz, 8 bits, mono; RGB - 320 x 240, 24 fps audio PCM - 8 KHz, 8 bits, mono; and H..263 - 176 x 144, 24 fps audio PCM - 11.025 KHz, 8 bits, mono. Simulation is performed by delivering video format to the different target addresses. Video quality received by consumer will be analyzed based on level of packet loss and delay jitter in the network Video quality in delivering video process to one target address is smooth because packet loss and delay jitter are below tolerance, which are: 0.00% packet loss and 0.324 ms delay jitter. However in delivering video to two or more target addresses the quality of video is not smooth for a few moments. This occurs because the processor requires a lot of time to execute the process of transcoding, so that the packets cannot be delivered constantly and consistently to the network.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Budiman
Abstrak :
Metode pengukuran kinerja suatu proyek, waktu, jadwal dan biaya merupakan faktor penting dalam mengukur suatu kinerja proyek sehingga diperlukan suatu metode nilai hasil (earn value concept) bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dalam memantau dan mengendalikan kegiatan proyek. Penggunaan konsep Cost Performance Index (CPI) dan Schedule Performance Index (SPI) based EAC merupakan bagian metode nilai hasil dimana untuk mengetahui dan menganalisa kinerja suatu proyek, efisiensi penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan proyek di indikasikan dengan indikator CPI dan SPI yang digunakan untuk meneliti data pencapaian dari biaya dan jadwal suatu proyek. Suatu pengendalian berfungsi dengan baik dalam hal ini CPI dan SPI stabil menunjukkan bahwa kontraktor mampu menerapkan suatu sistem manajemen pengendalian, terutama perencanaan, penganggaran, dan sistem akuntansi suatu proyek. Pengambilan dan pengumpulan data untuk penelitian ini diambil pada perusahaan PT. WK pada salah satu divisi dimana data CPI dan SPI diambil pada kondisi 20%, 50% dan 70% proyek selesai. Untuk mengetahui kinerja proyek yang dikerjakan PT. WK pada ketiga wilayah dengan data diatas, penelitian ini mengunakan statistik sebagai suatu metode untuk mengetahui wilayah mana yang memiliki kinerja yang baik sesuai dengan definisi yang telah ditentukan. Hasil yang diperoleh menjawab bahwa dengan menggunakan metode CPI dan SPI kinerja perusahan PT. WK pada salah satu Divisi dapat diketahui wilayah mana memiliki kinerja yang terbaik dan mengambil tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. ......Method measurement of performance project, time, cost and schedule represent all important factor in measuring performance of project so that needed concept earn value aim to increase effectiveness in watching and controlling activity of project. Using concept of cost performance index (CPI) and schedule performance index (SPI) Based EAC represent part of earn value method where to know and analyze performance project, efficiency using of resource in execution project shall be indicated with indicator of CPI and SPI used to check attainment data of cost and schedule project. The function of controlling project shall better in this case CPI and SPI stable indicate that contractor can apply operation management system, especially planning, budgeting, and accounting system a project. Data collecting for this research have been taken at one of the division PT. WK where data of CPI and of SPI taken at conditions 20%, 50% and 70% project finish. To know performance project of which done by PT. WK at regional third with data above, this research using statistical method to know which region have good performance as according to definition which have been determined. The result obtained answering that using method CPI and SPI, performance one of Division PT. WK shall know which region owning best performance and bring an action against needed correction resource to used effectively and efficient in reaching target which have been determined.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16131
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Rizki Dinarwan
Abstrak :
Pervasive Computing, atau ubiquitous computing, adalah sebuah sistem yang mampu memberikan infommsi pada sejumlah orang yang membutuhkan dan memberikan akses untuk berintexaksi dengan informasi tersebut kapanpun, dimanapun, dan sesuai keinginan (anytime, any where, and on demand). Remote control and monitoring adalah sistem yang mampu mengontrol dan memonitor sebuah sistem atau perangkat yang terpisah secara geogratis. Jadi pendekatan sistem Pervosise untuk remote control dan monitoring bisa diartikan sebuah sistem yang mampu mengontrol dan memonitor sebuah sistem yang terpisah secara geogratis kapanpun, dimanapun, dan sesuai keinginan Tombax adalah sistem yang dibuat untuk mengetahui stok fluida yang ada di setiap tanki penyimpanan yang ada di tiap lini distribusi yang terpisah secara geograis dengan cara yang mudah dan murah. Data yang ada akan dianalisa oleh sistem Tombax untuk memperkirakan kapan fluida akan rnencapai level minimum. Tombax menggunakan Internet sebagai media pengiriman data. Pengiriman data akan dilakukan secara periodikapada waktu tertentu. Untuk itu sistem akan men-dial sebuah nomor Penyedia Jasa Intemct Selain itu inforasi data dan kontrol terhadap sistem Tombax juga bisa dilakukan lewat layanan pesan singkat atau SMS dari operator GSM yang ada.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T16100
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Daryanto
Abstrak :
Tujuan utama dari tesis ini adalah merancang sebuah sistem adaptive transcoding yang mampu membaca kondisi bandwidth yang dilewati oleh data multimedia Streaming sehingga memenuhi standar Quality of Service (QoS) untuk data multimedia streaming. Pada sistem adaptive transcoding tersebut proses transcoding yang digunakan, sesuai dengan kapasitas dari bandwidth yang dilewati oleh data multimedia streaming pada jaringan Local Area network (LAN). Transcoding sendiri adalah sebuah suatu proses untuk mengkoversi file dengan bit rate yang tinggi ke file dengan bit rate yang lebih rendah dan sebaliknya berdasarkan penurunan dari bandwidth consumer sampai dengan bandwidth efficient. Sistem adoptive transcoding dirancang dengan menggunakan algoritma prioritas yang melakukan proses pengecekan jumlah bit loss dan packet loss yang diterima oleh pengguna (client). Untuk menghitung jumlah bit loss adalah mencari nilai selisih dari bit data yang dikirim oleh server dengan bit data yang di terima oleh client. Jika didapatkan bit loss lebih besar dari 10% dari total data bit yang dikirimkan oleh server, maka sistem adoptive transcoding akan melakukan penurunan prioritas transcoding ke level yang lebih rendah. Dimana kualitas format encoding video dan audio dari hasil transcoding lebih rendah dari prioritas sebelumnya. Berdasarkan analisa pada sistem tersebut didapatkan nilai packet loss rata-rata sebesar 4,2% dari total paket data yang dikirim oleh server ke client, jumlah tersebut masih memenuhi standar minimum QoS sebesar 5% sampai dengan 10%. Jumlah packet loss semakin menurun seiring dengan bertambahnya kapasitas bandwith yang dipakai, delay rata-rata pada sistem ini sebesar 7 ms. Sistem adoptive transcoding bekerja dengan baik jika bandwidth yang digunakan sebesar 1024 kbps. Sistem adaptive transcoding yang dirancang hanya mampu mencapai nilai frame rate maksimum sebesar 10 fps, dimana nilai tersebut masih dibawah standar Quality of Service (QoS) untuk frame rate video streaming sebesar 15 fps. ......The main target of this thesis is developing and analyzing an adaptive transcoding system is capable of adapting the forwent of multimedia traffic traversing network to which fulfill the standard of Quality of Service (QoS) for multimedia streaming data. Transcoding is a process to convert file with high bit rate into a lower bit rate and via-versa, based on degradation from bandwidth consuming format to bandwidth efficient format. The adaptive transcoding system has been developed using priority algorithm which perform the process of checking quantity of bit loss and packet loss. To count the number of bit loss is to find difference of value of bit data sent by server with bit data accepted by client. If in one condition bit loss is bigger than 10%, than adaptive transcoding system degrades priority transcoding to lower level. On the contrary bit loss is lower than 10%, than adaptive transcoding system up grade priority transcoding to higher level. Based on the analysis the system has average value of packet loss equal to 4,2% which is below of minimum QoS standard between to 5% to 10%. The amount of Packet loss is decreasing progressively along with the increasing of bandwidth capacities. The average delay on this system is equal to 7 ms. An adaptive transcoding system works better if bandwidth equal to 1024 kbps. However maximum value of frame ratethat can be achieved is equal to 10 fps, which is below the standard of Quality of Service (QoS) for frame rate video streaming (15 fps).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahjuni
Abstrak :
Mobile learning (m-learning) memungkinkan pengaksesan materi elektronic learning (e-learning) melalui perangkat mobile. Hal yang penting untuk dipertimbangkan adalah adanya kemampuan adaptasi presentasi aplikasi Web yang sesuai dengan kebutuhan perangkat yang digunakan oleh client. Tesis ini membahas tentang perancangan dan implementasi m-learning yang adaptive terhadap perangkat client, serta analisa terhadap unjuk kerja aplikasi. Salah satu teknik adaptasi yang dapat dilakukan di server adalah teknik transformasi, yaitu adaptasi yang melibatkan konversi dari suatu markup language ke markup language lainnya. Teknologi eXtensible Markup Language (XML) yang menerapkan pemisahan antara data dengan presentasinya memberikan kemudahan untuk melakukan teknik adaptasi dengan transformasi ini. Keuntungan teknologi XML adalah pengelolaan situs Web yang lebih efisien, karena hanya diperlukan satu format data untuk sebuah konten. Tampilan yang sesuai dengan kapabilitas perangkat dihasilkan oleh stylesheet yang spesifik untuk setiap perangkat (single pipeline). Pembangunan aplikasi ini menggunakan perangkat lunak open source.
Mobile learning (m-learning) allowed electronic learning materials accessing trough mobile device. The important thing to consider is the Web applications presentation adaptation capability to meet the client's device requirement. This thesis research about the design and implementation of m-learning adaptaivity towards client's device as well as application performance analysis. transformation. In this design open source software is choosed. One of adaptation techniques runs in server side is transformation technique, the one that involves conversion from one markup language to other markup language. eXtensible Markup Language (XML) technology that implemented data and presentation separation gives easy way to use this adaptation techique through transformation. The advantage of the XML technology is eficiency in Web sites management, because it only single data format neede for each content. The presentation that meet the device capability is produced by specific stylesheet for each device (single pipeline). The development of this application using open source software.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T38870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mukhayaroh
Abstrak :
Dengan semakin lengkapnya fasilitas yang ada pada perangkat mobile, termasuk disediakannya kamera pada perangkat tersebut, salah satu yang dapat dimanfaatkan dari fasilitas ini adalah memotret obyek dan melakukan upload untuk keperluan mobile learning. Pada proses pemotretan, sangat dimungkinkan terjadi blur akibat pengguna kurang stabil dalam memegang perangkat mobile yang kurang stabil. Agar informasi yang terdapat pada gambar tetap dapat disampaikan dengan baik pada pengguna mobile learning lainnya, maka diperlukan proses image enhancement, salah satunya adalah deblurisasi. Selain deblurisasi, diperlukan juga antara lain proses resize gambar agar sesuai dengan ukuran layar pengguna. Namun proses tersebut harus tetap memperhatikan informasi yang berada pada gambar tersebut. Hal itu dimungkinkan dengan menerapkan algoritma seam carving pada saat adaptasi ukuran gambar. Dari hasil penerapan modul-modul deblurisasi dan seam carving pada mobile learning, didapatkan perbandingan kualitas antara gambar sebelum deblurisasi dan setelah deblurisasi. Waktu total yang diperlukan untuk me-load sebuah gambar dihitung, dan dibandingkan dengan nilai obyektif kualitas suatu gambar, yaitu Mean Square Error (MSE), Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) dan Blurred Signal to Noise Ratio (BSNR) ......Nowadays, a lot of mobile devices are equipped with more feature other than telephone and SMS, such as camera, enable users to do more with their devices. It includes uploading pictures taken by camera on their phone for mobile learning purpose. It is widely possible that blurs occur in the process of taking the picture. In order to enhance image information to users, one of common method to improve image quality is deblurring. Beside deblurring, adaptation is also needed to deliver image based on user?s phone screen size. It can be achieved by implementing seam carving algorithm when resizing the image. Objective image quality can be obtained by computing MSE and PSNR from original and deblurred images. Total response time to load an image is also identified and then being compare to objective image quality values.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T25253
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan
Abstrak :
Enhanced UMTS Radio Access Netwok Extensions for NS -2 (EURANE) yang dikembangkan oleh SEACORN membawa fase lanjut pada perkembangan simulasi UMTS pada sistem seluler generasi ketiga (3G) yaitu High Speed Downlink Packet Access (HSDPA). Sistem selular 3G didesain untuk dapat membawa berbagai jenis paket multimedia melalui jaringan IP (IP-based) sehingga interkoneksinya dengan fixed network dimana mayoritas layanan multimedia ditawarkan oleh provider pun akan menjadi lebih mudah. Video streaming merupakan salah satu layanan multimedia yang mengizinkan user untuk berkomunikasi melalui transmisi audio-video dua arah secara real-time dan simultan. Untuk memperoleh kualitas video streaming yang balk, dilakukan simulasi pengukuran performa. Performa kualitas layanan video streaming tidak pernah terlepas dari parameter QoS seperti throughput, packet loss rate, packet delay, atau packet jitter. Di samping itu perlu juga diukur evaluasi kualitas video secara subyektif berdasarkan perbandingan tampilan video sumber dan video yang diterima frame demi frame melalui perhitungan Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) dan Mean Opinion Score (MOS). Pada tesis ini penulis melakukan pembangunan simulasi performa layanan video streaming dengan menggunakan teknologi HSDPA pada jaringan UMTS berdasarkan 3 user environment, yaitu indoor, pedestrian, dan vehicular. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan membangun simulasi menggunakan aplikasi Network Simulator (NS 2) versi 2.30 yang berjalan diatas operating system Fedora Core 7 berbasis Kernel 2.6 dan tambahan patch Enhanced UMTS Radio Access Network Extensions for NS -2 (EURANE) versi 1.60 yang dikembangkan oleh IST-SEACORN (Simulation of Enhanced UMTS Access and Core Network) dan modul Evaluation Video (EvalVid) yang dikembangkan oleh Technical University of Berlin, Telecommunication Network (TIKN). Hasil output akhir pada NS-2 akan divisualisasikan berupa grafik dan tabel yang kemudian akan dianalisa lebih lanjut yaitu berupa pengukuran throughput, packet loss, delay, PSNR, dan MOS. ......Enhanced UMTS Radio Access Network Extensions for NS-2 (EURANE) developed by SEACORN has brought us to the higher phase of UMTS simulation in third generation (3G) wireless telecommunication system, which is High Speed Downlink Packet Access (HSDPA). Wireless 3G is designed to deliver various kind of multimedia package through an IP network so that its interconnection with fixed network where most of multimedia services offered by provider become easier. Video streaming is one of those multimedia services which allow user to communicate through two-way real-time audio-video transmission simultaneously. To achieve the good quality of video streaming, the measurement of performance simulation should be done. Video streaming services are always connected with QoS parameter such as throughput, packet loss rate, packet delay, or packet jitter. Besides, subjective video quality evaluation is also needed based on comparison between source video and receiving video by using Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) and Mean Opinion Score (MOS) calculation. In this thesis, the author is developing a simulation of video streaming service for HSDPA technology over UMTS network based on 3 user environments, such as indoor, pedestrian, and vehicular. The research method is by developing simulation using Network Simulator (NS-2) application version 2.30 running at operating system Fedora Core 7, Kernel 2.6 based and Enhanced UMTS Radio Access Network Extensions for NS-2 (EURANE) addition patch version 1.6 developed by SEACORN (Simulation of Enhanced UMTS Access and Core Network) and Evaluation Video (EvalVid) module developed by Technical University of Berlin, Telecommunication Network (TKN). This simulation development will perform output graphics and measurement of throughput, packet loss, delay, PSNR and MOS.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24398
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Fauzi
Abstrak :
Layanan web streaming sekarang ini merupakan salah satu layanan yang banyak diminati oleh pengguna Internet, hal tersebut dibuktikan dengan semakin banyak bermunculan berbagai situs yang menyediakan layanan tersebut seperti contohnya Youtube (http://www.youtube.com) dan Metacafe (http://www.metacafe.com). Adapun teknik untuk mengatur kuota alokasi bandwidth untuk setiap pengguna yang terkoneksi dengan server masih manual. Dan bahkan alokasi untuk setiap pengguna tidak terlintas dipikiran kita, padahal dengan melakukan pengaturan/ reservasi untuk setiap pengguna, selain dapat menghemat uplink bandwidth juga dapat meredam terjadinya fluktuasi trafik bandwidth yang tidak teratur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatur alokasi bandwidth secara otomatis disisi web streaming server terhadap setiap pengguna yang terkoneksi dengannya. Adapun metode yang digunakan untuk memperoleh harga alokasi bandwidth adalah logika fuzzy. Sebagai deteksi awal (event trigger), server akan melakukan sniffing melalui Ethernet untuk memperoleh data berupa IP Address, MAC Addrress beserta port pengguna. Dari data tersebut, server kemudian melakukan polling (query) melalui traceroute terhadap setiap IP Address yang terkoneksi untuk memperoleh parameter input logika fuzzy yaitu round-trip time, jumlah hop dan loss ratio, dan selanjutnya melakukan traffic shaping. Ujicoba yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kekurangan TCP/IP yang best effort dapat diminimalkan dengan melibatkan traffic shaping. Hal tersebut dikarenakan salah satu parameter kinerja jaringan terpenting yaitu bandwidth dapat diatur melalui pemberian reservasi koneksi untuk pengguna dari sisi server. Fluktuasi sendiri sangat berpotensi terhadap kenyamanan pengguna dalam berinteraksi dengan layanan multimedia. Program Fuzzy Traffic Shaper (FTS) yang melibatkan logika fuzzy dan traffic shaping merupakan media untuk mengalokasikan bandwidth berdasarkan polling (atau query) untuk mengetahui packet delay dan jauh dekat pengguna berada. Dengan mengalokasikan bandwidth untuk pengguna berdasarkan packet delay trafik icmp, maka diharapkan dapat memberikan solusi keterbatasan uplink bandwidth untuk provider layanan streaming dan memberikan kepuasan layanan untuk pengunjung streaming server. Selain itu logika fuzzy sendiri adalah fleksibel. Jika terdapat upgrade bandwidth pada sisi server, maka tidak perlu merubah keseluruhan data input output program aplikasi FTS yang dibuat. Hal tersebut mengurangi maintenan cost untuk provider layanan streaming.
Streaming web services today is one of service by Interner users, It is proved by the increasing numbers of visitors various sites that provide such services like Youtube (http://www.youtube.com) and Metacafe (http://www.metacafe.com). The technology to manage bandwidth allocation for each user is performed manually. In many cases, bandwidth allocation is beyond our thinking, eventhough it is one way to save bandwidth uplink and to shape bandwidth fluctuation. The goal of this research is to manage bandwidth allocation automatically on the web streaming server side. The method of fuzzy logic approach is used to allocate the bandwidth. First, as early detection (event trigger), the server performs Ethernet sniffing to obtain some data such as IP Address, MAC Address and port of connected users. Second, server performs polling (or query) by tracerouting to obtain round-trip time, numbers of hop and loss ratio that will be data input for fuzzy logic, the result of the fuzzy processing is weight of bandwidth. Lastly, the system perform traffic shaping. Our test show that traffic shaping is capable to minimalizing fluctuation of bandwidth. Fluctuation negatively affect user?s convenience to enjoy multimedia services. Fuzzy Traffic Shaper (FTS) which involve fuzzy logic and traffic shaping is media to allocate bandwidth, based on polling (or query). Polling is performed to obtain delay of packet and information of distance users location. By appropriating bandwidth allocation for users in limited bandwidth capacity, it can improve the convenience of users to enjoy multimedia streaming services. Furthermore, implementing dynamic fuzzy logic method makes sysadmin easier and reduce maintenance cost.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T40886
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rendi Kurniawan
Abstrak :
Pada mode infrastruktur, ketika setiap kali node wired dan node wireless hendak mengirimkan paket data ke node wireless lainnya, data harus dulu dikirimkan ke access point (AP). Kemudian access point (AP) akan memforward paket data ke node coresponden. Oleh karena itu AP adalah tempat yang bagus untuk menambahkan mekanisme FEC untuk improve delivery video yang berkualitas. Jumlah redundant data yang ada pada mekanisme FEC statis adalah tetap. Dalam Mekanisme EAFEC redundant data ditentukan oleh access point (AP) berdasarkan beban traffic jaringan dan wireless channel state. Algoritma EAFEC menentukan berapa jumlah paket redundant yang harus di-generate berdasarkan panjang antrian yang mengindikasikan beban traffic jaringan dan times retransmisi paket yang mengindikasikan wireless channel state. Layanan video streaming tidak pernah lepas dari throughput, delay, jitter dan packet loss. Pada penelitian ini penulis membangun simulasi optimalisasi streaming video pada jaringan wireless. Penulis juga melakukan studi literatur dalam merancang simulasi ini. Dalam membangun simulasi penulis menggunakan aplikasi NS2 (network simulator) versi 2.28 yang berjalan diatas sistem operasi Microsoft Windows Xp Sp2 dengan aplikasi Cygwin. Hasil output akhir pada NS-2 divisualisasikan berupa grafik dan tabel yang kemudian dianalisa lebih lanjut yaitu berupa pengukuran throughput, delay, jitter, packet error dan dengan menggunakan script AWK beserta beberapa tambahan modifikasinya. Dari thesis ini diperoleh performance dari penggunaan mekanisme EAFEC dapat mengurangi kemacetan pada jaringan (congestion) sehingga berdampak pula berkurangnya jumlah packet loss.
In the infrastructure mode, when a wired and wireless node wants to send data packets to other wireless nodes, data must first be sent to the Access Point (AP). The AP then forwards packets to the corresponding node. Therefore, AP is a good place for adding the FEC mechanism for improving video delivery quality._ The number of redundant FEC data in a fixed number. EAFEC redundant data is determined by AP which is based on both network traffic load and wireless channel state. EAFEC Algorithm determines number FEC redundant generated based on queue length indicating network traffic load and packet retransmisi times indicating wireless channel state. Streaming video services are usually related to throughput, delay, jitter and packet loss. In this thesis, the author develops a simulation study of streaming video service on wireless network. The research method is performed studying and developing simulation using Network simulator (NS-2) application version 2.28. The application running at Microsoft Windows Xp SP2 operating sistem, with CYGWIN aplication.. The result of simulation are graphics and measurement such us throughput, delay, jitter and packet error. The measurements are conducted using AWK script with some modifications. From this thesis obtained performance usage of mechanism EAFEC can lessen traffic jam on network ( congestion ) also causing affects the lessen amounts of packet loss.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T40879
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mukhayaroh
Abstrak :
Dengan semakin lengkapnya fasilitas yang ada pada perangkat mobile, termasuk disediakannya kamera pada perangkat tersebut, salah satu yang dapat dimanfaatkan dari fasilitas ini adalah memotret obyek dan melakukan upload untuk keperluan mobile learning. Pada proses pemrotretan, sangat dimungkinkan terjadi blur akibat pengguna kurang stabil dalam memegang perangkat mobile yang kurang stabil. Agar informasi yang terdapat pada gambar tetap dapat disampaikan dengan baik pada pengguna mobile learning lainnya, maka diperlukan proses image enhancement, salah satunya adalah deblurisasi. Selain deblurisasi, diperlukan juga antara lain proses resize gambar agar sesuai dengan ukuran layar pengguna. Namun proses tersebut harus tetap memperhatikan informasi yang berada pada gambar tersebut. Hal itu dimungkinkan dengan menerapkan algoritma seam carving pada saat adaptasi ukuran gambar. Dari hasil penerapan modul-modul deblurisasi dan seam carving pada mobile learning, didapatkan perbandingan kualitas antara gambar sebelum deblurisasi dan setelah deblurisasi. Waktu total yang diperlukan untuk me-load sebuah gambar dihitung, dan dibandingkan dengan nilai obyektif kualitas suatu gambar, yaitu Mean Square Error (MSE), Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) dan Blurred Signal to Noise Ratio (BSNR). ......Nowadays, a lot of mobile devices are equipped with more feature other than telephone and SMS, such as camera, enable users to do more with their devices. It includes uploading pictures taken by camera on their phone for mobile learning purpose. It is widely possible that blurs occur in the process of taking the picture. In order to enhance image information to users, one of common method to improve image quality is deblurring. Beside deblurring, adaptation is also needed to deliver image based on user?s phone screen size. It can be achieved by implementing seam carving algorithm when resizing the image. Objective image quality can be obtained by computing MSE and PSNR from original and deblurred images. Total response time to load an image is also identified and then being compare to objective image quality values.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T40925
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>