Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118 dokumen yang sesuai dengan query
cover
F.G. Rafidh Al Farabi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Laksita Jatismara
Abstrak :
ABSTRAK
Luka bakar kerap menimbulkan pengaruh negatif secara psikologis terhadap diri penderita. Kerusakan fisik yang dialami mengharuskan penderita berhadapan dengan kondisi-kondisi sulit dan menekan dalam kehidupannya. Penderita luka bakar yang mampu mengembangkan kemampuan resiliensinya dengan baik dapat menyesuaikan diri, bangkit, bahkan berhasil menjadi individu yang lebih baik. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kemampuan resiliensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi pada penderita luka bakar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara dan observasi yang dilakukan pada tiga orang subjek penderita luka bakar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh ketiga subjek berkembang baik dengan gambaran yang bervariasi.
ABSTRACT
Burn injury causes negative psychological effect in burn survivors. Physical disfigurement forces burn survivors to face difficult and stressful situation. Burn survivors who are capable to develop their resiliency abilities can adapt well, bounce back and hold out from the setbacks in their life. The purpose of this research is to give the description about resiliency abilities and factors afFecting resiliency among burn survivors. It uses qualitative approach with interview and observation techniques which are implemented to three people of burn survivors. The result of the research shows that resiliency abilities among three burn survivors have developed well with variation in each ability and factor description.
2010
S3545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tati Mulyawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handriatno Waseso
Abstrak :
Penelitian ini hendak menerangkan hubungan antara orientasi religius dengan sikap terhadap konservasi alam. Penelitian ini berangkat dari pertanyaan tentang apakah halhal religius di masa kini memiliki makna fungsional dalam menjawab persoalanpersoalan jaman modem. Pertanyaan tersebut menggugah peneliti untuk mempersoalkan arti agama dalam kaitannya dengan kehidupan masa kini. Tema yang diangkat di sini adalah mengenai lingkungan hidup atau ekologi. Tema ini menjadi penting mengingat kondisi alam yang semakin hari semakin banyak mengalami kerusakan di sana-sini. Sementara ketergantungan manusia terhadap alam sulit dihilangkan karena bagaimana pun manusia adalah bagian dari proses evolusi alam (Wackemagel, 1997). Dengan latar belakan yang demikian, dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah ada hubungan antara orientasi intrinsik dalam beragama dengan sikap terhadap konservasi alam? Dan (2) Apakah ada hubungan antara orientasi ekstrinsik dalam beragama dengan sikap terhadap konservasi alam? Untuk menjawab masalah tersebut diajukan hipotesa: (1) Ada korelasi yang signifikan antara orientasi intrinsik dalam beragama dengan sikap terhadap konservasi alam; dan (2) Ada korelasi yang signifikan antara orientasi ekstrinsik dalam beragama dengan sikap terhadap konservasi alam. Masalah dalam penelitian ini dijawab dengan menggunakan pendekatan teori ekiektik humasnistik dari Gordon W. Allport (1950) dipadu dengan teori sikap dari Krech, Crutchfield dan Ballachey (1962). Dari sisi metodeologi, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini dipilih karena peneliti hendak membuat generalisasi tentang hubungan kedua ide tersebut di atas (religiusitas dan sikap terhadap konservasi alam). Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah kuesioner skala sikap dan sebuah kuesioneryang diskala dengan metode paired comparison judgment (Guilford, 1954).Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi yang merupakan indeks untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (Guilford & Fruchter, 1978). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) orientasi religius intrinksik tidak berkorelasi dengan sikap terhadap konservasi alam; dan (2) orientasi ekstinksik berkorelasi positif dengan sikap terhadap konservasi alam. Hasil ini tidak sejalan dengan apa yang dikemukakan Allport Ketidaksesuaian ini dibahas dalam diskusi. Salah satu penjelasan tentang hal ini adalah rendahnya sosialisasi tentang pelestarian lingkungan dalam praktek ajaran agama. Hal lain yang berpengaruh terhadap hasil adalah restricted range karena sampel yang homogen menyebabkan skor-skor yang diperoleh tidak menghasilkan korelasi yang sejalan dengan teori Allport.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esther Widhi Andangsari
Abstrak :
ABSTRAK
Kelompok Kecil dalam ke^tan kerohanian Kristen memiliki kegunaan sebagai sarana pembinaan rohani, pembentukan karakter dan pemecahan masalah kehidupan yang dihadapi oleh orang-orang yang teriibat di dalamnya. Namun dalam penerapannya temyata Pemimpin Kelompok Kecil mengalami kesulitan dalam mengelola Kelompok Kecil yang dinamis sehin^a tak jarang tujuan utama KK imtuk pemuridan tidak tercapai. Dengan mempelajaii teori Dinamika Kelompok, maka penulis membuat suatu pelatihan dengan menyusun modul mengenai penanganan Kelompok Kecil dan modul ini diuji cobakan meialui penelitian ini. Penelitian ini menekankan pada penyusunan modul dan uji cobanya sehmgga tidak berusaha untuk membuktikan apa pun. Evaluasi pelatihan yang dilakukan meliputi 3 hal, yaitu evaluasi pengetahuan peserta, evaluasi sikap pcserta selama pelatihan dan evaluasi perubahan sikap peserta. Hasil pelatihan yang dilakukan kemudian dianalisa secara kualitatif guna mendapatkan masukan-masukan yang berarti dari para subyek untuk perbaikan modul dimasa mendatang. Setelah melalni proses analisa didapatkan hasU bahwa pelatihan ini berhasii memberikan perubahan pada peserta dari segi pengetahuan, perilaku dan peserta berespon secara positif teriiadap pelatihan.
2001
S2835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erita Narhetali
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi beban kerja mental pemandu dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.. Persepsi beban kerja pada gilirannya juga akan memberi informasi tentang bagaimana interaksi pemandu dengan sistem teknologi yang digunakannya selama ini, berikut letak masalah yang mereka alami. Penelitian ini merupakan studi lapangan yang bersifat non-eksperimental karena tidak memanipulasi variabel yang diteliti. Ada dua jenis pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran respon subyektif (subjective measure) berupa rating subyektif, dan pengukuran performa psikologis (performance measure) berupa kemampuan deteksi sinyal. Teknik statistik yang digunakan adaiah Uji Korelasi Pearson's Product Moment, Uji One-Way Multivariate Analysis of Covariance, dan Uji Korelasi Parsial. Sampel diambil berdasarkan kemudahan, dengan tetap melihat pada kriteria sampel. Jumlah sampel yang berhasil diperoleh sebanyak 21 orang pemandu lalu lintas udara Bandara Soekamo-Hatta, Cengkareng. Data didapat melalui dua alat ukur, yaitu rating subyektif multidimensi NASA TLX dan Signal Balance. Skala yang diukur oleh NASA TLX adalah kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, tingkat performa, tingkat usaha, dan tingkat frustrasi. Sedangkan Signal Balance mengukur performa subyek dalam kecepatan dan akurasi mendeteksi sinyal. Hasil pengolahan data menyatakan bahwa pemandu lalu lintas udara di Bandara Soekamo- Hatta mempunyai rata-rata tingkat beban kerja sedang, dan tingkat kemampuan deteksi sinyal di atas rata-rata. Penelitian ini mengidentifikasi adanya korelasi yang signifikan antara masa kerja dengan beban kerja. Juga ditemukan adanya pengaruh masa kerja dan jenis tugas terhadap kombinasi variabel-variabel beban kerja, faktor sistem dan faktor manusia. Namun tidak ditemukan hubungan antara kemampuan deteksi sinyal dengan beban kerja dan masa kerja. Beban kerja yang berasal dari aspek psikologis dipersepsi lebih berat daripada beban kerja yang berasal dari aspek teknis pekerjaan. Hal ini berarti bahwa beban kerja pemandu masih didominasi oleh beban dari faktor manusia daripada beban yang berasal dari aspek pekerjaan. Oleh sebab itu, rendahnya performa kerja subyek dapat diidentifikasi sebagai adanya masalah dalam interaksi manusia dengan sistem teknologi dan organisasi yang diterapkan saat ini. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, terlebih mengingat bahwa ternyata dari segi performa mendeteksi sinyal para pemandu menunjukkan hasil yang amat baik. Maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk, mengetahui faktor-faktor penyebabnya.
2002
S3003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erik Sarwoto Harsono
Abstrak :
Selama tiga tahun terakhir, Indonesia mengalami berbagai krisis yang sering disebut sebagai krisis multi-dimensi. Krisis keuangan yang dimulai sejak pertengahan tahun 1997 menyebabkan hancurnya usaha dan kegiatan ekonomi. Yang paling terkena dampaknya adalah kelompok masyarakat ekonomi bawah yang kesejahteraannya semakin tidak terjamin. Krisis keuangan ini kemudian diikuti oleh krisis sosial dan keamanan yang ditandai dengan merebaknya tindak kekerasan di Maluku, Aceh, Papua dan daerah-daerah lain. Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit bahkan menyebutkan bahwa Indonesia kini mengalami krisis kepemimpinan. Sejak runtuhnya orde baru, pemimpin yang berkuasa (Habibie dan Abdurrahman Wahid) tidak mampu mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pemerintahan secara optimal karena tidak cukup mendapat dukungan politik. Yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah sesegera mungkin keluar dari krisis, dan salah satu faktor yang penting untuk dicermati adalah pemilihan pemimpin yang dapat diterima bangsa Indonesia. Relevan dengan kondisi krisis yang dialami bangsa Indonesia, peneliti tertarik untuk meneliti kemungkinan penerimaan terhadap pemimpin karismatik yang salah satunya dikemukakan oleh Weber, seorang sosiolog Jerman. Dalam teorinya, Weber (1947) menyatakan bahwa pemimpin karismatik mudah untuk muncul dengan menawarkan ideide baru dan kondisi yang lebih baik. Masalalinya adalah apakah pemimpin karismatik dapat diterima khususnya oleh mahasiswa sebagai golongan masyarakat yang terpelajar dan yang sejak tahun 1966 telah ikut menentukan jatuh bangunnya pemerintahan. Bila mahasiswa boleh memilih langsung pemimpinnya, apakah mereka akan memilih tipe pemimpin karismatik? Dalam penelitian ini, yang ingin didapatkan adalah gambaran pemilihan pemimpin tipe karismatik oleh mahasiswa. Seperti telah disinggung di atas, karena pemimpin karismatik kemungkinan besar muncul di saat krisis, maka faktor krisis digunakan dalam alat untuk mengukur pemilihan tipe kepemimpinan karismatik. Dalam Handbook of Leadership (1990), Bass & Stogdill menyatakan bahwa pemimpin karismatik memiliki pengikut yang salah satu karakteristiknya adalah menerima dominasi pemimpin. Jika dihubungkan dengan locus of control, maka sikap tersebut dapat digolongkan sebagai locus of control eksternal. Locus of control (LOC) adalah kecenderungan dari keyakinan individu bahwa hal-hal yang terjadi dalam hidupnya dikendalikan oleh faktor-faktor di luar (eksternal) atau di dalam dirinya (internal) (Baron & Byme, 1994). Maka dalam penelitian ini, yang juga ingin diketahui adalah apakah ada hubungan antara LOC dengan pemilihan tipe kepemimpinan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan teknik kuesioner dan wawancara. Subyek penelitian ini seperti yang telah disinggung sedikit di atas adalah mahasiswa strata-1. Penelitian kuantitatif dilakukan terhadap 50 subyek dan penelitian kualitatif pada 4 subyek. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa dalam situasi krisis mahasiswa tidak memilih pemimpin karismatik, justru dalam situasi non-krisis mahasiswa memilih pemimpin karismatik. Dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa pemilihan tipe pemimpin hanya mempunyai hubungan dengan locus of control pada skala powerful others. Skala powerfid others adalah skala yang mengukur seberapa besar seseorang percaya bahwa hidupnya dikendalikan oleh orang-orang yang mempunyai posisi lebih kuat daripada dirinya (Levenson, dalam Robinson 1991).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Kartika
Abstrak :
Arus informasi yang semakin cepat dan kompleks dalam abad 21 ini membutuhkan suatu kemampuan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi. Kemampuan berpikir ini memungkinkan kita membuat pertimbangan dan penilaian terhadap segala macam informasi secara tepat yang akan menghasilkan keputusan yang bijaksana dan dapat dipertanggungjawabkan tentang hal yang diyakini dan dilakukan, yang disebut berpikir kritis (Siegel, 1988; Moore, 1986). Penelitian mengenai berpikir dan berpikir kritis sudah banyak dilakukan oleh para ahli, namun tidak banyak yang mempertimbangkan faktor budaya, padahal bagaimana individu berpikir, merasakan, dan bertingkah laku dipengaruhi oleh budaya. Teori yang ada sekarang sebagian besar mengacu kepada budaya Amerika, yang sangat berbeda dengan budaya Asia, khususnya Indonesia. Menurut Atkinson (dalam Hongladarom, 1999), berpikir kritis itu secara budaya sangat khas dan menjadi bagian praktek sosial di dunia barat, yang tidak terjadi dalam budaya Asia. Benarkah hal demikian yang terjadi ? Bagaimana dengan budaya Indonesia sendiri, yang sangat didominasi oleh masyarakat Jawa ? Apakah tidak mungkin orang Jawa sendiri sebenarnya memiliki konsep berpikir kritis yang sangat khas bagi mereka sendiri ? Karena itu, penelitian ini ingin menggali rumusan berpikir kritis dalam budaya Jawa menurut para pengajar perguruan tinggi bersuku Jawa di Yogyakarta. Mereka adalah orang-orang yang dianggap kredibel untuk memberi masukan dan melakukan analisis terhadap kemampuan berpikir kritis orang Jawa. Pemilihan Yogyakarta sebagai lokasi penelitian karena Yogya selama ini dikenal sebagai pusat kebudayaan Jawa (Mulder, 1984) dan pengaruh budaya Jawa lebih kuat pada mereka yang masih tinggal di daerah Jawa dibandingkan mereka yang di luar Jawa. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai berpikir kritis dalam budaya Jawa dan memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu psikologi di Indonesia, khususnya indigenous psychology. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif agar gambaran berpikir kritis yang sifatnya khas dalam budaya Jawa dapat ditangkap dan dipahami dengan secara lebih mendalam, sesuai sudut pandang para narasumber. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner terbuka sesuai prosedur teknik Delphi yang kemudian dikonfirmasi dengan penggunaan focus group discussion (FGD). Pada tahap awal, digunakan kuesioner terbuka dengan tujuan tergalinya rumusan sementara yang dapat diterima mengenai berpikir kritis yang merupakan masukan dari para narasumber. Pengumpulan data melalui kuesioner ini i dilakukan dua kali melalui surat menyurat dan telepon. Sedangkan FGD merupakan pendukung bagi tahap awal yang melengkapi data yang didapat dari kuesioner. Yang ingin didapatkan dari FGD bukanlah suatu konsensus, melainkan didapatkannya data yang memiliki kualitas yang baik dalam konteks sosial tertentu, di mana peserta dapat mempertimbangkan pandangan mereka dalam konteks pandangan orang lain. Analisis dilakukan terhadap jawaban narasumber pada kuesioner pertama dengan metode analisis isi (content analysis) sedangkan hasil yang didapat dari focus group discussion akan melengkapi analisis terhadap kuesioner. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah rumusan yang berkaitan dengan berpikir kritis, dengan tema-tema : pengertian, karakteristik orang yang berpikir kritis (kognitif, afektif, dan konatif), tujuan dan alasan perlunya pendidikan berpikir kritis, strategi pengembangan berpikir kritis (dalam pendidikan, dalam masyarakat, dan bidang lain), serta peranan budaya Jawa yang mendukung dan menghambat berpikir kritis. Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa berpikir kritis dalam budaya Jawa merupakan berpikir yang sangat reflektif dan kontekstual. Untuk berpikir kritis, seseorang harus memperhatikan situasi, tempat, dan siapa yang diajak berbicara atau yang dalam budaya Jawa dikenal sebagai empan papan. Berbagai konsep, ajaran, dan praktek dalam budaya Jawa ada yang mendukung dan ada yang menghambat anggota masyarakatnya untuk mengalami perkembangan berpikir kritis. Saran yang diajukan peneliti adalah melibatkan subjek dalam jumlah yang lebih besar sehingga hasilnya lebih dapat digeneralisasikan atau melakukan validasi hasil penelitian ini terhadap berbagai kelompok profesi yang berbeda. Pengambilan data juga dapat dilakukan pada subjek yang berasal dari daerah lain di Jawa.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3120
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevanus Tata Holokoten
Abstrak :
ABSTRAK
Setiap anak diharapkan mampu melewati tahapan-tahapan perkembangan. Pada usia sekolah mereka diharapkan mampu memahami konsep-konsep dasar tentang berpikir atau secara langsung berhubungan dengan kemampuan kognitif mereka (Papalia, Olds, Feldman.2001). Masalah yang sering terjadi adalah kesiapan kognitif anak dalam memasuki usia sekolah berbeda satu sama lainnya (Hoeman & Ross, 1982; Piaget & Inhelder, 1975). Kemampuan tersebut di antaranya adalah kemampuan untuk menentukan harapan mereka. Harapan dibutuhkan dalam setiap aktivitas sehari-hari dan merupakan hal utama untuk perkembangan pemahaman tentang probabilitas. Namun penelitian tentang harapan anak terhadap sesuatu sangat jarang dilakukan. Penelitian tentang harapan bisa dilakukan dengan memberikan tugas berupa permainan yang sederhana dan sangat menarik bagi anak yang berhubungan dengan menang atau, kalah (Schlottmann and Anderson, 1994). Perbedaan harapan anak juga mempengaruhi perbedaan prestasi akademis setiap individu (Berns, 1997). Peneliti tertarik untuk melihat perbedaan level of expectancy anak usia sekolah. Peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan yang signifikan pada level of expectancy anak usia sekolah dari dua kelompok yang dibedakan menjadi kelompok yang mendapatkan kesempatan untuk mencoba (kelompok eksperimen) dan kelompok yang langsung mencoba permainan tersebut (kelompok kontrol). Untuk tujuan itu dipilihlah 60 subyek penelitian yang dibagi menjadi 2 kelompok. Subyek dipilih dengan teknik accidental sampling. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah permainan Kecerdasan Otak yang menggambarkan harapan atau expectancy anak dalam bermain. Dalam permainan ditentukan bahwa harapan yang baik adalah dapat menyelesaikan permainan dengan menyisakan 1 kelereng. Hasil penelitian dengan menggunakan metode t-test for independent samples menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam level of expectancy anak usia sekolah. Penelitian menunjukkan pentingnya pengalaman dalam mencoba sesuatu. Penerapan konkrit dari hasil penelitian untuk meningkatkan kemampuan anak dalam menentukan harapan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah adalah memberikan kesempatan yang cukup pada anak (termasuk melakukan simulasi).
2002
S3124
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>