Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Fathurrahman Wiracakti
Abstrak :
ABSTRAK Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang sehat dan bersih merupakan keinginan setiap individu untuk tinggal di dalamnya. Pertumbuhan suatu daerah selalu diiringi dengan timbulnya masalah. Salah satu masalah yang seringkali timbul dan penting untuk diperhatikan adalah permasalahan lingkungan yakni persampahan. Jumlah sampah setiap tahun terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas kehidupan masyarakat, serta pola hidup masyarakat yang cenderung konsumtif. Kota Bekasi memiliki 12 kecamatan dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 mencapai 2.084.000 dan belum termasuk penduduk sementara. Kota Bekasi sebagai kota yang wilayahnya tidak hanya pemukiman melainkan juga sebagai kota perdagangan, jasa dan industri menyebabkan masalah sampah menjadi persoalan utama di Kota Bekasi. Penelitian ini diharapkan mampu untuk menyajikan pola kesesuaian infrastrukur persampahan di Kota Bekasi dalam kurun waktu 10 tahun kedepan dan menetapkan target sasaran penanganan sampah. Pola keseuaian tersebut dibuat dengan mempertimbangkan kondisi eksisting dan prediksi pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 10 tahun kedepan. Sampah yang menjadi objek penelitian hanya dibatasi menjadi sampah organik, sampah plastik, sampah kertas dan sampah lainnya yang dihasilkan oleh perumahan karena penelitian ini berfokus kepada penanganan permasalahan yang terjadi di wilayah permukiman. Berdasarkan data yang telah diperoleh, jika melihat jumlah penduduk Kota Bekasi pada tahun 2014 yang mencapai angka 2.540.525 jiwa, Kota Bekasi telah menghasilkan sampah mencapai 4.783 ton sampah/hari di tahun tersebut dengan jumlah TPS yang tersedia sebanyak 1.402 TPS. Sedangkan berdasarkan data eksisting yakni tahun 2017, jumlah penduduk di Kota Bekasi mengalami peningkatan 5,5% menjadi 2.682.364 jiwa. Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan juga meningkat 5,5% menjadi 5.050 ton sampah/hari dengan jumlah TPS sebanyak 1.481 TPS. Jika dilihat berdasarkan daya tampung TPS, diperkirakan hanya sekitar 60% dari total sampah yang berhasil ditangani di kota-kota besar di Indonesia, sehingga dapat dikatakan, Kota Bekasi telah mencapai titik jenuh dalam masalah penampungan sampah, Berdasarkan perhitungan proyeksi jumlah penduduk dan perluasan wilayah pemukiman, jumlah penduduk di Kota Bekasi pada 10 tahun ke depan yakni tahun 2027 akan mencapai angka 3.138.873 jiwa atau naik sekitar 17,01% dari tahun 2017. Maka pada tahun 2027 kenaikan tonase timbulan sampah juga akan meningkat sesuai jumlah peningkatan jumlah penduduk sekitar 17,01%. Jika dilakukan analisis terhadap peningkatan jumlah timbulan sampah yang berbanding lurus dengan peningkatan jumlah TPS pada tahun 2014 dan tahun 2017, persentase jumlah sampah yang tidak tertangani juga akan berbanding lurus. Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi persentase sampah yang tidak tertangani tersebut agar nantinya jumlah TPS yang tersedia dapat menampung setiap timbulan sampah yang dihasilkan. Dengan begitu permasalahan persampahan di Kota Bekasi akan teratasi dan tercipta lingkungan yang sehat dan bersih yang diinginkan setiap individu untuk tinggal di dalamnya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiona Anastasya
Abstrak :
Energi merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat sejalan dengan tingkat kehidupannya. Dalam pengembangan suatu wilayah, energi memiliki peranan yang sangat penting untuk menggerakkan segala aktivitas perekonomian, tidak terkecuali di wilayah pulau-pulau kecil. Dalam RUPTL PLN 2018-2027dituliskan jika saat ini Kepulauan Seribu telah memiliki sistem tenaga listrik eksisting, namun sistem tenaga listrik eksisting perlu ditingkatkan keandalannya, yang salah satu tahapnya yaitu dengan pemanfaatan PLTS. Sebelum diterapkannya energi terbarukan, partisipasi masyarakat nantinya terhadap penggunaan energi terbarukan perlu dikaji karena partisipasi masyarakat merupakan alat untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat dalam penelitian ini yaitu dengan mengkaji willingness to pay rumah tangga di pulau-pulau yang memiliki peruntukan yang berbeda dengan mengkaitkan pengetahuan masyarakat terhadap tenaga surya dan pola konsumsi listriknya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan geografi humanistik sebagai landasannya. Hasil peneltian menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat di pulau dengan fungsi yang berbeda tidak memiliki variasi kedalaman yang beragam dimana pengetahuan masyarakat sebagaian besar hanya mencakup pada mengetahui secara umum terkait ada nya penerapan tenaga surya. Namun rumah tangga yang anggota keluarga nya memiliki mata pencaharian yang lebih banyak interaksi dan akses lebih tinggi dengan lingkungan luar memiliki pengetahuan yang lebih baik. Sedangkan willingness to pay masyarakat dengan jenis rumah tangga dengan homestay dan rumah tangga dengan usaha di pulau peruntukan wisata dan pulau peruntukan pusat pemerintahan tidak dipengaruhi oleh pengetahuan terhadap tenaga surya, melainkan lebih berorientasi pada jumlah konsumsi listrik yang terbilang dalam jumlah yang cukup besar saat ini. Sementara willingness to pay masyarakat pada jenis rumah tangga biasa baik di pulau permukiman, pulau wisata, dan pulau pusat pemerintahan dipengaruhi oleh pengetahuan terhadap tenaga surya. Masyarakat yang bersedia membayar pada jenis rumah tangga biasa adalah masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik.
Energy is a basic human need that continues to increase in conjuction with their level of life. In developing a region, energy has a very important role to play in all economic activities, so as in the small islands. In the PLN 2018-2027 RUPTL, Its written that currently in Kepulauan Seribu district already has an existing power system, but the existing power system needs to be improved, which one of the steps is by using solar power. Before the implementation of renewable energy, society participation in the use of renewable energy needs to be reviewed because it involves the community to obtain information about the conditions, needs, and attitudes of the local society. Society participation in this research is by assessing willingness to pay on household that live in islands with different function by associating peoples knowledge of solar power with the pattern of electricity consumption. This research is a qualitative study using a humanistic geographical approach as its foundation. The research results show that the peoples knowledge who live on the island with different functions dont have diverse variations on depth level of knowledge where the knowledge of the majority of people only covers knowing in general the existence of solar power. But households whose family members have livelihoods that have more interaction and higher access to the outside environment have better knowledge. Meanwhile, willingness to pay for types of households with homestays and households with businesses both in island as tourism function and island as government centers function are not influenced by knowledge of solar power itself, but rather is oriented to the amount of electricity consumption. On the other side, knowledge affects the willingness to pay for types of households only either in island as settlements function, island as tourism function, and island as government centers function, whereas those who are willing to pay are people who have deeper knowledge.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Muhamad
Abstrak :
Kurkumin merupakan senyawa bahan alam berwarna jingga kekuningan salah satu kandungan utama dari tanaman kunyit (Curcuma longa). Kurkumin memiliki beragam aktivitas farmakologi seperti antiinflamasi, antioksidan, dan antikanker. Namun, aplikasi klinisnya masih terbatas karena stabilitas dan bioavailabilitasnya yang rendah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa modifikasi struktur kurkumin menjadi suatu senyawa analog kurkumin menghasilkan efek farmakologi yang lebih baik, salah satunya adalah AKMA (Analog Kurkumin Monokarbonil Asimetrik). Tujuan peneltian ini adalah melakukan sintesis senyawa 2E,6E)-2-[(4-hidroksi-3-metoksifenil) metiliden]-6-[(4-metoksifenil)metiliden]sikloheksan-1-on tersubstitusi basa Mannich dibutilamin dan melakukan uji aktivitas antiinflamasi terhadapnya. Sintesis dilakukan dalam 3 tahap. Pertama, sintesis senyawa 2-(4-metoksifenilmetiliden)sikloheksan-1-on dengan mereaksikan 4-metoksibenzaldehida dan sikloheksanon. Kedua, sintesis senyawa AKMA dengan mereaksikan 2-(4-metoksifenilmetiliden)sikloheksan-1-on dan vanilin. Ketiga, sintesis senyawa AKMA tersubstitusi basa Mannuch dibutilamin dengan mereaksikan senyawa AKMA, dibutilamin, dan formaldehid 37%. Kemurnian setiap senyawa diuji dengan metode Kromatografi Lapis Tipis dan penetapan jarak lebur. Struktur senyawa tersebut diidentifikasi menggunakan Spektrofotometri FTIR, dan dielusidasi lebih lanjut menggunakan Spektrometri 1H-NMR dan 13C-NMR. Uji aktivitas antiinflamasi in vitro menggunakan metode inhibisi denaturasi protein dengan Bovine Serum Albumin (BSA). Senyawa AKMA tersubtitusi basa Mannich dibutilamin (IC50=12,659 uM) memiliki aktivitas antiinflamasi lebih baik dibandingkan dengan senyawa AKMA (IC50=30,374 uM), namun masih lebih rendah dibandingkan natrium diklofenak (IC50=1,464 uM) dan kurkumin (IC50=8,913 uM).
Curcumin is one of the bioactive natural compounds of turmeric (Curcuma longa). Curcumin has been reported to have anti-inflammation, antioxidant, and anticancer activity. However, its clinical application is still limited due to its low stability and bioavailability. Modification of curcumins structure into a curcumin analogue compound such as AMAC (asymmetrical mono-carbonyl analogs of curcumin) shows improving pharmacological activities. The purpose of this research is to synthesize the compounds 2E,6E)-2-[(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)methyliden]-6-[(4-methoxyphenyl)methyliden]cyclohexan-1-on substituted by Mannich base dibutylamine and study its anti-inflammatory activity. The synthesis process is done in 3 stages. First, synthesis of 2- (4-methoxyphenylmethylen)cyclohexan-1-on compounds by reacting 4-methoxybenzaldehyde and cyclohexanone. Second, the synthesis of AKMA compound by reacting 2-(4-methoxyphenylmethylen)cyclohexan-1-on and vanillin. Third, synthesis of AKMA compound substituted by Mannich base dibutylamine by reacting AKMA compound, dibutylamine and formaldehyde 37%. The purity of each compound was tested by Thin Layer Chromatography (TLC) and melting range determination. The structure of the synthesized compound was identified using FTIR, 1H-NMR, and 13C-NMR. Protein denaturation inhibition method is used to study its anti-inflammatory activity. AKMA compound substituted by dibutylamine (IC50=12,659 uM) has better anti-inflammatory activity than AKMA compound (IC50=30,374 uM) but is still lower than diclofenac (IC50=1,464 uM) and curcumin (IC50=8,913 uM).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alkendy Darari
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam era serba digital seperti sekarang ini banyak UMKM yang ada di Indonesia telah memanfaatkan digital pada sistem bisnisnya yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan, bentuk peningkatan yang dapat dilakukan salah satunya dengan mempromosikan produk yang dijual bahkan dengan adanya digital dapat menjangkau pasar yang sangat luas. Kerajinan perak Kotagede sebagai wilayah penelitian merupakan bisnis yang sebelumnya sudah memiliki potensi dalam bisnsinya, dengan masuknya sistem digital pada bisnis tersebut akan meningkatkan bisnis kerajinan perak jauh lebih berkembang dari sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola persebaran bisnis kerajinan perak Kotagede serta melihat pengaruh digital terhadap industri kerajinan perak Kotagede. Berdasarkan hasil identifikasi dan mengklasifikasi dari survei lapangan, analisis data, kemudian dari hasil pengolahan data menggunakan analisis site and situation untuk menentukan situasi dan kondisi pada lokasi bisnis kerajinan perak Kotagede sehingga didapatkan pola persebaran yang didasari dari situasi bisnis pada setiap outlet kerajinan perak, pengaruh teknologi digital telah memberikan pengaruh secara langsung terhadap bisnis kerajinana perak Kotagede berupa pengembangan bisnis berdasarkan jangkauan pasar yang semakin luas.
ABSTRACT
Nowadays we live in digital era, a lot of Micro, Small and Medium Enterprises (MSME) in Indonesia already utilize and moving to digital based business. They aim to improve their sales by utilizing digital space. One of the method is by leveraging digital space to promote their product, we usually call it digital marketing. By promoting their product digitally, MSME could widen and broaden their target market. Silver Craft Business in Kotagede District (scope of this research) is already have huge amount of potential, the introduction of digital ecosystem and digital approach will enhance and boost the silver craft business even further. The purpose of this research is to analyze and understand the dynamics of Silver Craft Business Distribution Pattern in Kotagede District, Yogyakarta and see the influence of digital ecosystem to this industry. This is based on result from identification and classification in field survey, data analysis, then after processing those data we can get Silver Craft Business Distribution Pattern based on site and situation analysis. This is to determine the condition of Silver Craft business location, so we can determine its distribution pattern based on business situation specific on each silver craft outlet. Digital technology shows direct and big impact and influence to the Kotagede silver craft ecosystem and industry. The impact itself shows that digital space contribute heavily towards development based on expanding the market reach of silver craft business in kotagede district.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Aprilia Puspitasari
Abstrak :
Suatu ruang sosial terbentuk karena adanya tindakan sosial secara individual maupun beramai-ramai. Tindakan sosial ini kemudian berkontribusi dalam pemberian makna pada suatu ruang spasial dengan konteks penghidupan dan pemberian warna pada ruang dengan aktivitasnya. Produksi ruang merupakan sebuah ruang sebagai produk sosial yang kompleks melalui persepsi lingkungan yang dibangun atas dasar jaringan dengan berbagai aktivitas sosial seperti hidup secara pribadi, pekerjaan, dan waktu yang luang (Lefebvre, 1991). Third place atau ruang ketiga dimanfaatkan sebagai tempat untuk melepaskan stres, membuang rasa penat, atau mengalihkan pikiran-pikiran agar mental dan fisik terasa lebih segar dari sebelumnya. Dalam proses produksi ruang sosial sebagai ruang ketiga, terdapat pelaku dalam ruang yang mendominasi sebagai pembentuk ruang sehingga terdapat sebuah interaksi sosial di dalamnya. Kawasan Dukuh Atas sebagai tempat berlangsungnya fenomena ini merupakan kawasan perkantoran atau tempat melakukan transit transportasi umum yang dialihfungsikan oleh remaja-remaja pinggiran kota karena fasilitas penunjang yang mendukung aktivitas mereka. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan ruang baik secara spasial maupun sosial yang tercipta selama berlangsungnya Citayam Fashion Week dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi ruang yang terbentuk mengakibatkan pergeseran guna ruang akibat pemanfaatan ruang yang baru tidak seperti sebelumnya. Ruang publik pada tempat berlangsungnya fenomena Citayam Fashion Week memenuhi karakteristik dari ruang ketiga. ......A social space is formed because of social action individually or in groups. This social action then contributes to giving meaning to a spatial space with the context of life and giving color to space with its activities. Production of space is a space as a complex social product through the perception of the environment which is built on the basis of networks with various social activities such as private life, work, and leisure (Lefebvre, 1991). Third place is used as a place to release stress, get rid of fatigue, or divert thoughts so that mentally and physically feel fresher than before. With the production process of social space as a third space, there are actors in space who dominate as shapers of space so that there is a social interaction in it. The Dukuh Atas area as the place where this phenomenon takes place is an office area or a place for public transportation transit which is converted by suburban youth because of the supporting facilities that support their activities. Therefore, this study aims to determine the spatial and social formation process created during Citayam Fashion Week using qualitative research methods and using descriptive analysis. The results of the study show that the production of space that is formed results in a shift in the use of space due to the new use of space that is not like before. The public space where the Citayam Fashion Week phenomenon takes place fulfills the characteristics of the third space.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Khairunnisa
Abstrak :
Dalam pemilihan lokasi suatu usaha, perlu pertimbangan yang lebih dari pemilik usaha. Bisnis fashion merupakan salah satu usaha yang selalu berkembang mengingat fashion merupakan bagian dari kebutuhan sandang seluruh manusia. Lokasi dapat menjadi faktor penting agar bisnis fashion yang berjalan dapat bersaing secara efektif (Handoko, 2000). Kota Bogor merupakan salah satu kota perdagangan (Khairunnisa, 2011) dengan industri tekstil dan pakaian yang menonjol, salah satunya adalah bisnis fashion berupa factory outlet. Perkembangan bisnis factory outlet yang cukup pesat menyebabkan diperlukannya strategi pemasaran terukur. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari lokasi terhadap kesuksesan bisnis factory outlet di Kota Bogor. Peneliti melakukan observasi lapangan untuk melihat karakteristik factory outlet yang dilihat dari site (fasilitas dan konsep) dan situation (visibilitas, lahan parkir, dan kondisi lingkungan bisnis) dan alasan pemilihan lokasi. Selain itu, penelitian ini juga melihat nilai lokasi factory outlet sebagai daerah wisata belanja. Adapun variabel pengukur kesuksesan bisnis adalah lama berdirinya usaha, tren penjualan, dan break even point. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa lokasi memiliki pengaruh terhadap kesuksesan bisnis. Factory outlet yang memiliki karakteristik primary location berkonsep japandi industrial dan modern, fasilitas sangat lengkap, produk casual, harga rata-rata tinggi, dan promosi baik. Factory outlet ini ada di lokasi yang strategis dan memiliki nilai lokasi tinggi sedangkan factory outlet dengan karakteristik secondary location berkonsep industrial dan modern, fasilitas lengkap, dengan produk sporty, chic style dan streetwear, harga rata-rata tinggi, dan promosi baik. Factory outlet ini ada di lokasi yang strategis dan kurang strategis, serta memiliki nilai lokasi rendah. Factory outlet dengan karakteristik primary location memiliki potensi sukses sedangkan factory outlet dengan karakteristik secondary location cenderung kurang berpotensi sukses. Oleh sebab itu, karakteristik lokasi factory outlet memiliki pengaruh terhadap kesuksesan bisnis factory outlet di Kota Bogor ......In the business location decision making process, more consideration is needed from the business owner. The fashion business is always growing considering that fashion is part of the human needs. Location can be an important factor in which the fashion business can compete effectively (Handoko, 2000). Bogor City is one of the well-known trading cities (Khairunnisa, 2011) with a prominent textile and clothing industry, one of which is in the form of factory outlets. The rapid development of the business needs a measurable marketing strategy. This research’s purpose is to determine the effect of location on the success of the factory outlet business in Bogor City. By that, the researcher did a field observation to see the characteristics of factory outlets as seen from the site (facilities and concepts) and situation (visibility, parking, and business environment conditions) and the reason why the location chosen. In addition, this research also looks at the value of the factory outlet location (accessibility, traffic, and land value). The variables for measuring the business success are the length of business establishment, sales trend, and breakeven point. The results of the study found that location has an influence on business success. Factory outlets that have the characteristics of a primary location with a japanese industrial and modern concept, very complete facilities, casual products, high average prices, and good promotions. This factory outlet is in a strategic location and has a high location value while the factory outlet with secondary location characteristics has an industrial and modern concept, complete facilities, with sporty, chic style and streetwear products, high average prices, and good promotions. This factory outlet is in a strategic and less strategic location, and has a low location value. Factory outlets with primary location characteristics have the potential for success, while factory outlets with secondary location characteristics tend to have less potential for success. Therefore, the characteristics of the factory outlet location have an influence on the success of the factory outlet business in Bogor City
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Gordiston
Abstrak :
Kota Jakarta Pusat adalah salah satu wilayah administrasi di Provinsi DKI Jakarta. Lokasinya yang berada di pusat kota membuat kota ini memiliki sifat kekotaan yang sangat kuat. Kota ini juga sudah ada sejak zaman penjajahan sehingga memiliki nilai sejarah yang sangat kuat. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta memiliki tujuan terwujudnya Jakarta sebagai kota tujuan wisata yang berdaya saing internasional memanfaatkan potensi yang dimiliki Kota Jakarta Pusat dengan menjadikan kawasan Cikini, Monas, dan Pasar Baru, sebagai destinasi wisata perkotaan (urban tourism). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola keruangan sense of place wisatawan kawasan urban tourism Kota Jakarta Pusat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif keruangan. Penelitian ini menyimpulkan adanya keterkaitan antara sense of place dan identitas tempat. Sense of place yang berbeda dari tiap informan menciptakan identitas tempat yang berbeda juga. Sense of place wisatawan kawasan urban tourism di Kota Jakarta Pusat tercipta dari adanya keterhubungan dan perpaduan antar tiga ragam elemen, yakni setting fisik, aktivitas, dan makna. Penelitan ini mungkin berguna bagi para perencana kota  dalam mengidentifikasi apa yang harus dilindungi dan ditingkatkan ketika ingin mengembangkan lebih lanjut kawasan urban tourism di Kota Jakarta Pusat. ......Central Jakarta City is one of the administrative areas in DKI Jakarta Province. Its location in the city center makes this city have a very strong urban nature. This city has also existed since the colonial era so it has a very strong historical value. The Department of Tourism and Creative Economy of DKI Jakarta Province has the goal of realizing Jakarta as a tourist destination with international competitiveness by utilizing the potential of Central Jakarta City by making the Cikini, Monas and Pasar Baru areas as urban tourismdestinations (urban tourism). This study aims to determine the spatial pattern of the sense of place of tourists in the urban tourism area of ​​Central Jakarta City. The method used in this study is a qualitative method with spatial descriptive analysis. This study concludes that there is a relationship between sense of place and place identity. The different sense of place from each informant creates a different place identity. The sense of place for tourists in the urban tourism area in Central Jakarta City is created from the connectedness and combination of three different elements, namely physical setting, activity, and meaning. This research may be useful for urban planners in identifying what must be protected and improved when they want to further develop urban tourism areas in Central Jakarta City.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Hanif
Abstrak :
Sepak bola merupakan salah satu olahraga yang populer di Indonesia. Namun, dewasa ini lahan untuk bermain sepak bola makin menyusut dikarenakan pertambahan penduduk sehingga lahan yang ada berubah fungsi menjadi permukiman. Masyarakat pun berinisiatif untuk mencari pengganti dari olahraga sepak bola ini, yaitu futsal. Skripsi ini membahas tentang pola spasial yang terbentuk antara karakteristik lokasi lapangan futsal dan juga karakteristik dari pemain yang bermain di lapangan futsal tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei lapangan ke lokasi dengan melakukan observasi dan dokumentasi, serta pembagian kuesioner kepada responden melalui gform. Hasil penelitian lapangan menunjukkan adanya perbedaan motivasi dengan usia pemain yang bemain. Selain itu temuan di lapangan juga membuktikan bahwa ada beberapa alasan bagi pemain untuk menentukan lapangan futsal yang dipilihnya sebagai contoh adalah harga sewa. ......Football is one of the popular sports in Indonesia. However, nowadays, the available space for playing football is decreasing due to population growth, leading to a change in the function of existing areas into settlements. As a result, the community has initiated a search for an alternative to this sport, which is futsal. This thesis discusses the spatial patterns that form between the characteristics of futsal court locations and the characteristics of players who play on those courts. The research utilizes a field survey method by conducting observations and documentation at the locations, as well as distributing questionnaires to respondents through Google Forms (gform). The results of the field research indicate differences in motivation based on the age of the players. Additionally, field findings also prove that there are several reasons for players to choose a specific futsal court, one example being the rental price.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqshal Raihan Budiputra
Abstrak :
Dibalik modernisasi dan fenomena coffee shop, terdapat industri kopi yang hingga sekarang mempertahankan kesan tradisionalnya yaitu toko kopi bersejarah, yang keberadaannya memiliki sistem berbeda dengan kedai kopi; toko hanya menjual produk kopi dan tidak melayani penyeduhan di tempat (kecuali kondisi tertentu). Berdasarkan jumlahnya, terdapat empat toko kopi bersejarah yang dapat ditemukan di Kota Bandung. Penelitian ini membahas analisis hubungan karakteristik lokasi dengan karakteristik pengunjung toko kopi bersejarah di Kota Bandung menggunakan pendekatan geografi perilaku dan konsep urban heritage. Aspek keruangan ditinjau berdasarkan unsur psikologis manusia baik sebagai lingkungan obyektif ataupun lingkungan behavioral. Untuk mengidentifikasinya, digunakan aspek site dan situation dengan penekanan konsep urban heritage berelemen tangible dan intangible. Berdasarkan itu, unsur site mencakup keberadaan benda bersejarah, ragam arsitektur kolonial, penilaian sejarah produk, serta penerapan tradisi verbal kepada pengunjung. Di sisi lain, unsur situation mencakup keberadaan bangunan cagar budaya dan pusat perdagangan di wilayah sekitar. Analisis dalam penelitian ini mencakup analisis deskriptif dan spasial. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan karakteristik lokasi akan membentuk karakteristik pengunjung yang berbeda. Toko kopi bersejarah dengan karakeristik lokasi otentik serta bersuasana urban heritage kuat membuat lebih banyak pengunjung mendatangi toko dengan motivasi intelektual atau status, memiliki frekuensi kunjungan rendah, serta memiliki lingkup demografi heterogen. Sebaliknya, toko yang memiliki karakeristik lokasi bukan otentik dan tidak bersuana urban heritage kuat membuat lebih banyak pengunjung mendatangi toko dengan motivasi fisik, memiliki frekuensi kunjungan tinggi, serta memiliki lingkup demografi homogen. Kemudian, toko kopi bersejarah yang memiliki urban heritage berelemen intangible membuat terdapatnya pengunjung yang mendatangi toko dengan motivasi sosial. ......Behind the modernization and coffee shop phenomenon, there is a coffee industry that until now has maintained its traditional impression, namely a historic coffee shop. The existence of historic coffee shops has a different system with coffee shops; the shop only sells coffee products and does not serve brewing on site (except for certain conditions). There are four historic coffee shops that can be found in the city of Bandung. This study discusses the analysis of the relationship between location characteristics and the visitors’ characteristics of historic coffee shops in Bandung using behavioral geography and urban heritage concepts. The spatial aspect is reviewed based on human psychological elements, either as an objective environment or a behavioral environment. Site and situation aspects are used from the tangible and intangible elements within the concepts of urban heritage. The elements of the site includes the presence of historical objects, colonial architectures, historical aspects of the products, as well as the application of verbal traditions. On the other hand, the situation element includes the existence of cultural heritage buildings and trade centers in the surrounding area. The analysis in this study includes descriptive and spatial analysis. The results of the study show that the difference in location characteristics will attract different visitors’ characteristics. A historic coffee shop with ‘authentic’ location characteristics and a strong urban heritage atmosphere makes more visitors come with intellectual or status motivation, lower frequency of visits, and has a heterogeneous demographic scope. On the other hand, shops that do not have the ‘authentic’ location characteristics nor a strong urban heritage atmosphere make more visitors come to the store with physical motivation, higher frequency of visits, and have a homogeneous demographic scope. On top of that, a historic coffee shop that has an intangible element of urban heritage makes visitors come to the store with social motivation.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Rosinta
Abstrak :
GOR Bulu Tangkis di Jakarta Timur dapat dikategorikan sesuai standardisasi yang terbentuk melalui strategi bauran pemasaran (marketing mix) 4P dan brand equity. Seringkali ditemui para pengelola GOR Bulu Tangkis kurang memperhatikan komponen-komponen pembentuk standardisasi GOR Bulu Tangkis. Padahal standardisasi pada GOR Bulu Tangkis akan memudahkan pemain dalam memenuhi motivasinya bermain bulu tangkis di GOR Bulu Tangkis. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui standardisasi GOR Bulu Tangkis di Jakarta Timur serta pola spasial pemilihan lokasi GOR Bulu Tangkis oleh pemain. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan teknik in-depth interview dan observasi lapangan. Analisis deskriptif dan analisis spasial digunakan untuk menjelaskan karakteristik lokasi GOR Bulu Tangkis serta pola spasial pemilihan pemain. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar GOR Bulu Tangkis di Jakarta Timur masih berstandar lokal. Hanya GOR Sarwendah yang masuk dalam kategori GOR Bulu Tangkis berstandar nasional. Pemain dengan motivasi existence, relatedness, dan growth akan memilih GOR Bulu Tangkis dengan jarak yang paling dekat dari rumah. Namun bagi pemain growth, fitur produk dan brand equity menjadi komponen penting yang perlu dipertimbangkan ketika akan bermain di GOR Bulu Tangkis. ...... Badminton Hall in East Jakarta can be categorized according to the standardization formed through the 4P marketing mix strategy and brand equity. It is often found that the owners of the Badminton Hall do not pay attention to the components that make up the standardization of the Badminton Hall. Whereas standardization at the Badminton Hall will make it easier for players to fulfill their motivation to play badminton at the Badminton Hall. The purpose of this study was to determine the standardization of the Badminton Hall in East Jakarta and the spatial pattern of choosing the location of the Badminton Hall by players. The method used in this study is a qualitative approach with in-depth interview techniques and field observations. Descriptive analysis and spatial analysis were used to explain the location characteristics of the Badminton Hall and the spatial pattern of player selection. The results show that most of the Badminton Halls in East Jakarta still have local standards. Only GOR Sarwendah is included in the category of national standard Badminton Hall. Players with the motivation of existence, relatedness, and growth will choose the Badminton Hall with the closest distance from home. However, for growth players, product features and brand equity are important components that need to be considered when playing at the Badminton Hall.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>