Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Candella Anindya
"Dalam sejarah, salah satu penyebab konflik yang sering berulang adalah konflik agama. Salah satu bentuk kasus ini terjadi pada orang-orang Romani selama Abad Pertengahan Eropa, karena mereka menjadi sasaran prasangka dari umat Kristen dan Katolik Eropa. Ini menjadi masalah bagi orang-orang Romani karena kekuatan Gereja menyaingi kekuatan negara pada saat itu. Kasus seperti itu ditunjukkan dalam adaptasi musikal The Hunchback of Notre-Dame karya Victor Hugo (1831) produksi Walt Disney, yang dibawakan oleh La Jolla Playhouse pada tahun 2014. Dengan menjelajahi profil rasial orang-orang Romani dalam musikal dan memeriksa tindakan antagonis terhadap mereka, kita bisa melihat bagaimana agama digunakan oleh antagonis sebagai instrumen kekuatan untuk mengerahkan prasangka.

Throughout the course of history, a recurring cause of conflict has been a conflict of religions. One such case happened on the Romani people during the Middle Ages of Europe, as they were the targets of prejudice from the European Christians and Catholics. This was problematic to the Romani people as the power of the Church rivalled the power of the state at the time. Such a case was demonstrated in Walt Disney’s musical adaptation of Victor Hugo’s The Hunchback of Notre-Dame (1831), performed by La Jolla Playhouse in 2014. By exploring the racial profiling of the Romani people in the musical and examining of the antagonist’s actions against them, we can see how religion was used by the antagonist as an instrument of power to exert prejudice."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melanie Rosaria
"Di antara keragaman tren dan subkultur di TikTok, bimbofication telah menjadi fenomena penting karena representasi hiperfeminitasnya yang membongkar misogini dan standar patriarkis dalam masyarakat. Gerakan ini mengakui dan menantang stigma terhadap bimbo yang sering digambarkan sebagai wanita hiperfeminin sambil mengajak penonton untuk melibatkan diri mereka dengan sifat dan sikap yang terkait dengan stereotip tersebut. Tujuan dari gerakan ini adalah pemberdayaan dan pembebasan perempuan dari ketakutan akan misogini. Namun, karena lapisan-lapisan dan kompleksitas dalam diskusi ini, bimbofication dapat memicu interpretasi yang beragam
dan mengundang berbagai macam tanggapan. Kompleksitas bimbofication dapat ditemukan dalam video yang diunggah oleh Chrissy Chlapecka, sosok yang memproklamirkan dirinya sebagai bimbo di TikTok. Artikel ini berkontribusi pada studi gender dengan mengeksplorasi representasi hiperfeminitas dalam kaitannya dengan gagasan pemberdayaan perempuan. Selain itu, penelitian ini juga bersinggungan dengan kajian budaya karena meneliti fenomena sosial di media sosial, khususnya gerakan TikTok, dan bagaimana gerakan ini menantang standar masyarakat. Dengan mengikuti metode purposive sampling Sandelowski (1995) dan menggunakan skala hiperfeminitas Murnen dan Byrne (1991), artikel ini menemukan bahwa, terlepas dari ambiguitas dan interpretasi yang berbeda-beda, bimbofication telah memberikan ruang bagi perempuan untuk berekspresi secara bebas dan mengeksplorasi femininitas mereka yang unik.

Among the diversity of trends and subcultures on TikTok, bimbofication has become a notable phenomenon with its representation of hyperfemininity to dismantle misogyny and patriarchal standards in society. The movement acknowledges and challenges the stigma towards bimbos who are often portrayed as hyperfeminine women, while inviting the audience to engage in traits and attitudes that are associated with the stereotypes. The purpose of the movement is to empower and liberate women from the fear of misogyny. However, due to the layers and complexity in the discussion, bimbofication may provoke mixed interpretations and invite various responses. The complexity of bimbofication can be found in videos posted by Chrissy Chlapecka, a self-proclaimed bimbo figure on TikTok. This paper contributes to gender studies as it explores hyperfemininity representation in relation to the notion of women’s empowerment. Moreover, it also intersects with cultural studies as it examines a social phenomenon on social media, specifically TikTok movement, and how it challenges society's standards. By following Sandelowski purposive sampling method (1995) and using Murnen and Byrne’s hyperfemininity scale (1991), it is found that regardless of the ambiguities and varying interpretations, bimbofication has provided a space for women to freely express and explore their unique version of femininity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Ivo Novita S BR
"Tesis ini membahas efektivitas penggunaan video sebagai media ajar dalam kelas tata bahasa tingkat pra-madya. Komponen tata bahasa yang diajarkan adalah kala lampau dan kala kini. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan desain post-test control group. Data diperoleh dari pre-test, post-test, kuesioner gaya belajar, kuesioner persepsi pemelajar terhadap penggunaan video dalam pengajaran dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang belajar kala dengan menggunakan video lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan menggunakan buku ajar.Selain itu, pengajaran dengan video meningkatkan nilai siswa dengan berbagai gaya belajar. Perbedaan kenaikan nilai tidak signifikan karena jumlah siswa dengan gaya belajar visual sangat sedikit dibandingkan jumlah siswa dengan gaya belajar non-visual. Kendatipun demikian, hasil kuesioner persepsi gaya belajar menunjukkan bahwa pengajaran dengan video terbukti meningkatkan minat belajar pemelajar kelas eksperimental. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan penggunaan video sebagai salah satu medium ajar kala di dalam kelas.


This thesis discusses the effectiveness of video usage as a teaching medium in pre-secondary grammar class. The grammar points taught were simple past tense and simple present tense. This research is a quasi-experimental research with post-test control group design. Data were obtained from pre-test, post-test, learning style questionnaire, questionnaire of student perception towards the use of video in teaching, and interview. The results showed that the scores of students who learned with video were higher than the scores of students learning using textbooks.  It was found that using video as the teaching medium increased the students scores in all categories of learning styles. It was also found that no significant difference was found in the results obtained by students with visual learning style compared with students with non-visual learning styles. This was due to the small number of students with visual learning style in this reseacrh.  However, the learning-style-questionnaire results revealed that learning with videos proved to be enjoyed by the learners. Therefore, the researcher recommends the use of video as one of the grammar-teaching medium in a classroom."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T52173
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Megawati
"Tesis ini membahas pengajaran keterampilan membaca menggunakan metode peer-assisted learning strategies PALS dan metode tradisional. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan ancangan pre-test post-test control group dan teknik sample purposive sampling. Data diperoleh dari pre-test, post-test, kuesioner motivasi membaca, kuesioner persepsi pemelajar terhadap metode PALS dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik metode PALS maupun metode tradisional sama-sama dapat meningkatkan kemampuan membaca teks recount secara signifikan namun kelompok eksperimen lebih unggul. Walaupun demikian metode PALS terbukti meningkatkan motivasi membaca pemelajar dan penerapan metode ini juga mendapat respon positif dari mereka. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan penggunaan metode PALS dalam pengajaran keterampilan.

This study examines the teaching of reading skills using peer assisted learning strategies PALS method and the teaching of reading skills using traditional method. This study is quasi experimental with pre test post test control group and uses purposive sampling. The data were obtained from the results of the pre test, post test, the questionnaire of reading motivation and the students perception toward PALS method and the interview.
The study shows both methods improve the students reading skills significantly but the students in the experimental group achieved a higher score compared with the students in the control group. In addition, PALS method has increased the students reading motivation and the students taught with PALS method had a positive perspective toward the implementation of this method. Thus, the researcher recommends the use of PALS method in improving the reading skills of students in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T48190
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah Durrotul Fajri
"ABSTRAK
Pemahaman membaca Bahasa Inggris merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh pemelajar di Indonesia. Namun demikian, pemahaman membaca Bahasa Inggris telah menjadi masalah tersendiri bagi pemelajar di Indonesia. Free Voluntary Reading FVR merupakan dalah satu cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan pemahaman membaca Bahasa Inggris pemelajar. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti penyelenggaraan dua tipe FVR, yaitu in-school free reading ISFR dan self-reported free reading SRFR , dengan menggunakan media laman ER-Central. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ISFR lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman membaca pemelajar. Selain itu, dari kuesioner yang disebarkan setelah program ISFR dan SRFR selesai, pemelajar dari kedua kelas memiliki persepsi yang positif terhadap program yang mereka ikuti. Dengan demikian FVR merupakan metode pembelajaran membaca yang patut diterapkan untuk mengembangkan pemahaman membaca pemelajar.

ABSTRACT
English reading comprehension is a very important skill to be acquired by Indonesian students. Indonesian students of all levels would experience English exams including English reading comprehension tests either in national school exams or in university admission exams. However, English reading comprehension has long been a problem for many Indonesian students, especially for high school students. Implementing a Free Voluntary Reading FVR program is one way to enhance English reading comprehension for Indonesian students. This study aims to investigate two types of FVR, in school free reading ISFR and self reported free reading SRFR , which involves using the Extensive Reading Central website. The results show that ISFR is more effective in improving students rsquo English reading comprehension. Questionnaires were distributed to both classes to investigate the students rsquo perception towards the two types of FVR programs. The results show that students from both classes have positive perception towards the program they participated in. Thus, FVR can be a worthy teaching method to promote students rsquo reading comprehension.
"
2017
T48763
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Putri Rahmah
"Pemahaman menyimak bahasa Inggris merupakan salah satu kemahiran yang sangat penting untuk dikuasai oleh pelajar SMA di Indonesia. Akan tetapi, kemahiran menyimak bahasa Inggris juga menjadi sebuah permasalahan karena kesulitan pelajar dalam memahami kemahiran tersebut. Hal ini terlihat dari banyaknya pelajar SMA di Indonesia yang masih banyak mendapatkan nilai rendah dalam kemahiran menyimak. Memberikan kesempatan kepada pelajar untuk menjawab pertanyaan menyimak dalam bahasa Inggris dengan menggunakan bahasa Indonesia merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah rendahnya nilai kemahiran menyimak bahasa Inggris ini disebabkan oleh kemampuan berbahasa Inggris pelajar yang masih harus ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan tingkat kemampuan pemahaman menyimak melalui perbandingan nilai tes menyimak yang dijawab dengan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelajar SMA memiliki kesulitan menjawab tes kemahiran menyimak dalam bahasa Inggris. Hal ini dibuktikan dengan nilai tes menyimak yang dijawab dengan menggunakan bahasa Indonesia memiliki rerata nilai yang lebih tinggi dibandingkan hasil tes menyimak yang dijawab dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, dari kuesioner yang disebarkan setelah pelaksanaan tes menyimak bahasa Inggris, para pelajar dari semua kelas memberikan persepsi yang positif terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam tes menyimak yang mereka kerjakan. Pelajar menyampaikan bahwa penggunaan bahasa Indonesia membantu mereka dalam mengungkapkan pemahaman menyimak. Dengan demikian, penggunaan bahasa Indonesia dalam tes menyimak bahasa Inggris membuktikan bahwa kemampuan pemahaman menyimak bahasa Inggris pelajar sesungguhnnya baik. Rendahnya nilai bahasa Inggris mereka dikarenakan kemampuan menjawab dalam bahasa Inggris terkendala oleh penguasaan bahasa Inggris mereka yang kurang baik.

English listening comprehension has been one of the most important skills to be acquired by the senior high school students in Indonesia. However, English listening comprehension has been a problem for the senior high school students. This case is proven by the number of students who got low scores below the standardization score of English listening comprehension skill. By giving a chance to the students on answering the listening test by using Indonesian is one of the ways that can be used for knowing whether the low score of the students is caused by the inability of the students in using English to answer the question. This study aims to investigate the students rsquo ability in comprehending and listening materials through the scoring comparison of the English listening test answered by using Indonesian and English language.
The result shows that the senior high school students found difficulties in answering the listening test by using English. This is proven by the fact that the average score of the English listening test answered by using Indonesian is higher than the average score of the English listening test answered using English language. Moreover, the results of the questionnaire distributed to all classes to investigate students rsquo perception towards the use of Indonesian in the English listening test show that the students from all the classes have positive perception on the use of Indonesian in the English listening test that has been conducted. Students conveyed that the use of Indonesian helped them to comprehend the listening materials. Thus, the use of Indonesian in the English listening test proved that the students comprehension on listening is good. Their low score of English listening test is mostly caused by incapability on answering because of their poor mastery of English.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T52057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Elizabeth
"ABSTRAK
Tes Cambridge International General Certificate of Secondary Education Cambridge IGCSE Indonesian merupakan tes bahasa Indonesia sebagai bahasa asing yang terstandardisasi internasional. Umumnya tes itu diselenggarakan di akhir kelas 10 di sekolah-sekolah Satuan Pendidikan Kerja Sama SPK di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesahihan isi tes Cambridge IGCSE Indonesian Paper 2 Reading membaca dan Paper 4 Writing menulis tahun 2016 ??2017 karena pada kedua tes itu terdapat revisi yang signifikan pada tahun 2016. Agar tujuan itu dapat tercapai, peneliti menelisik komponen input dan respons yang diharapkan pada tes-tes itu kemudian membandingkannya dengan silabus tes/dokumen-dokumen terkait. Selain itu, peneliti juga berusaha untuk mengetahui pandangan pengajar terhadap isi tes-tes itu dengan melakukan wawancara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Pemilihan pengajar sebagai subjek penelitian adalah dengan teknik purposful sampling dan intensity sampling. Berdasarkan kajian atas komponen-komponen input dan respons yang diharapkan pada tes Paper 2 Reading dan Paper 4 Writing tahun 2016 ??2017 serta hasil wawancara dengan pengajar dapat disimpulkan bahwa kedua tes itu memperlihatkan kesahihan isi yang besar atau tinggi.

ABSTRACT
The Cambridge International General Certificate of Secondary Education Cambridge IGCSE Indonesian is an Indonesian as foreign language test. The test is generally held at the end of grade 10 in Satuan Pendidikan Kerja Sama SPK schools in Indonesia. The purpose of this study was to evaluate the content validity of Paper 2 Reading and Paper 4 Writing tests in years 2016 2017 since there have been significant revisions in those tests starting in 2016. To achieve the purpose, this study explored the characteristics of input and expected response of the tests and compared the tests to test syllabus and related documents. Teachers were also interviewed to gain their views on the content of the tests. A qualitative method was applied in this study. The teachers were selected by using purposeful sampling and intensity sampling techniques. Based on the results of exploring the characteristics of input and expected response and teachers rsquo interview, the Paper 2 Reading and Paper 4 Writing tests in years 2016 2017 revealed a high content validity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T52081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Asrianty Putri
"Di Indonesia, Kurikulum 2013 mendorong guru-guru untuk menggunakan
pembelajaran berbasis penemuan untuk pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Akan tetapi, keberhasilan dari metode ini sangat bergantung pada motivasi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat motivasi siswa laki-laki dan perempuan dalam belajar bahasa Inggris di dalam sebuah kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berbasis penemuan. Subyek dalam penelitian ini adalah para siswa dari SMAN X Jakarta. Penelitian ini mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif yang dikumpulkan dari survei dan wawancara. Kemudian, survei dianalisis melalui Independent-Sample T-test dan analisis deskriptif. Sementara itu, transkripsi verbatim dari wawancara dianalisis menggunakan analisis grounded theory. Temuan data
kuantitatif mengungkapkan bahwa orientasi bertujuan ekstrinsik menjadi faktor yang paling
memotivasi para siswa untuk menerapkan pembelajaran berbasis penemuan dalam mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Selanjutnya, data kualitatif menjelaskan secara lebih lanjut bagaimana para siswa memandang keenam faktor motivasi secara berbeda.
Temuan di dalam penelitian ini juga menyarankan beberapa cara untuk meningkatkan pengalaman belajar dan mengajar bahasa Inggris melalui pembelajaran berbasis penemuan.

In Indonesia, the Curriculum 2013 encourages teachers to use discovery learning for the
teaching of English as a foreign language. However, the success of this method really depends on students motivation. This research aims to look into female and male students motivation in learning English language in a classroom that implements discovery learning.
The subjects in this study were the students of SMAN X Jakarta. The research collected both
quantitative and qualitative data that were gathered through a survey and interviews. Then, the survey was analysed using the Independent-Sample T-test and descriptive analysis.
Meanwhile, the verbatim transcriptions of the interviews were analyzed using the grounded
theory analysis. The quantitative data findings reveal that extrinsic goal orientation became the most motivating factor for the students to implement discovery learning in studying English language as a foreign language. In addition, the qualitative data explains how the
students perceived the six motivational factors differently. The findings in this study also suggest some ways to enhance English language learning and teaching through discovery learning.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ridanti Oktavanya
"Saat ini, telah ada tren baru dalam industri video game untuk melepaskan stereotip yang melekat pada karakter perempuan sebagai tanggapan terhadap meningkatnya kritik mengenai kesetaraan gender dalam industri video game. Sebagai contoh, Max Caulfield in Life is Strange digambarkan telah mempunyai keterampilan yang sudah berkembang dari sebelumnya dan tidak seksual yang mana telah membedakannya dengan karakter perempuan yang khas dengan ketidakberdayaan dan objectifikasi. Namun, perkembangan semacam itu belum mengubah representasi perempuan yang bermasalah secara utuh jika ditinjau dari segi narasinya. Dengan menggunakan konsep hegemoni maskulinitas, makalah ini membahas ambivalensi dalam Life is Strange dalam menantang representasi stereotip perempuan. Hasil analisis menunjukkan bahwa meskipun Life is Strange berhasil menumbangkan stereotip atas representasi fisik karakter perempuan melalui desainnya, dalam segi narasi Life is Strange masih melanggengkan
hegemoni maskulinitas melalui narasi pahlawan pengorbanan dan erotisme lesbianisme.

Nowadays, there has been a new trend in the video game industry to unleash the stereotypical female characters as a response to the increasing criticism toward gender equality in the video game industry. Life is Strange is one example of video games that challenges typical female characters who are usually described as powerless and objectified. However, such a progression has not amended the problematic female representation completely within its narrative. By using the concept of hegemonic masculinity, this paper discusses the ambivalences in Life is Strange in challenging stereotypical female representations. The result of the analysis shows that although Life is Strange successfully subverts the female physical representation through its design, the narrative still perpetuates hegemonic masculinity by means of sacrificial heroine and lesbianism eroticization."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alyssa Melita Rahmat
"Boneka Barbie selalu dikaitkan dengan hal-hal yang negatif dikarenakan standar kecantikan dan penampilannya yang tidak realistis. Oleh karena itu, Mattel membentuk sebuah kampanye baru, “You Can Be Anything”, dengan tujuan memotivasi para perempuan untuk bermimpi besar dan menjadi apapun yang mereka impikan. Salah satu cara untuk menyebarluaskan kampanye ini adalah dengan mengunggah beberapa video ke dalam channel YouTube Barbie. Artikel ini mendiskusikan bagaimana warna merah muda tidak hanya digunakan sebagai penanda feminitas tetapi juga sebagai pesan pemberdayaan. Akan tetapi, pesan ini justru menjadi ambigu terhadap tujuan dari kampanye ini. Maka, dengan menggabungkan analisis bagaimana pemberdayaan tersalur melalui program pembinaan perempuan dan konsep konotasi dan denotasi oleh Roland Barthes, artikel ini menunjukan bahwa kampanye YCBA menggambarkan keambiguitasan pada pemberdayaan perempuan, yang merupakan target utama pemasaran Barbie, dan kampanye ini juga menekankan bahwa perempuan masih membutuhkan kesetaraan di tempat kerja mereka maupun karir lainnya. Selain itu, artikel ini juga menemukan beberapa hal dalam kampanye Barbie yang menunjukan bahwa terkadang para perempuan tetap dipandang rendah dan masih didominasi oleh nilai-nilai patriakal.

The famous Barbie doll stereotypically being seen with negativity due to its unrealistic beauty standard and appearance. Therefore, Mattel created a new campaign, “You Can Be Anything”, to encourage young girls to have big dream and be whatever they want to be. One of the ways in which this campaign is being disseminated is by uploading the videos on the company’s YouTube channel. This article explores how the color pink is not only utilized as a signifier of femininity but also carries a message of empowerment. This eventually leads to an ambiguous interpretation of the campaign’s mission. Combining an analysis on how female empowerment works in this campaign through the depiction of female mentorship program and the concept offered by Roland Barthes on the level of connotation and denotation, the findings show that this YCBA campaign ambiguously portrays empowerment for young girls, which are the target markets of Barbie, and emphasizes on how girls are still in need of equality in the work place or any careers in general. However, there are still moments of disempowerment in which the campaign affirms to the dominant patriarchal values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>