Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harry Nenobais
"Organisasi nonprofit secara terus-menerus ditantang untuk berpikir jauh ke depan guna meningkatkan kapasitasnya. Pengembangan kapasitas organisasi nonprofit adalah jalan untuk meningkatkan organisasi agar mampu mencapai misinya secara efektif, efisien, dan berkelanjutan di dalam perubahan lingkungan yang sangat cepat dan dramatis terjadi sekarang ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengembangan kapasitas organisasi nonprofit pada tahap pertumbuhan melalui enam komponen internal dan empat komponen eksternal Yayasan Pesat Papua yang dijadikan sebagai dunia nyata. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah action research berbasis soft systems methodology (Checkland dan Poulter, 2006) yang terdiri atas dua jenis aktivitas yang dilakukan secara bersamaan, yaitu research interest dan problem solving interest (McKay dan Marshall, 2001) dengan memenuhi kriteria systematically desirable and culturaly feasible (Flood and Jackson, 1991). Sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut Brothers dan Sherman (2012) yang menyatakan ada enam komponen internal yang perlu diintervensi dan diperkuat kapasitasnya pada tahap pertumbuhan, yakni kepemimpinan, budaya organisasi, peranan dewan pengurus, perluasan program, manajemen dan infrastruktur, keberlanjutan keuangan. Kemudian menurut De Vita, dkk (2001) menyatakan ada empat komponen eksternal organisasi yang perlu dikelola, yaitu sosial demografik, ekonomi/pasar, politik, dan nilai-nilai dan norma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk research interest, yaitu gaya kepemimpinan yayasan perlu diperlengkapi dengan kepemimpinan transformasional, lalu perlu didesain struktur sederhana, dan ditingkatkannya peran dewan pembina. Sedangkan untuk problem solving interest, yaitu perlu dilakukan perluasan program kerja yayasan melalui proses perumusan yang benar, pembentukan manajemen SDM, pengembangan keberlanjutan keuangan yayasan melalui aktivitas usaha ekonomi, hasil penjualan layanan yayasan, dan bantuan pemerintah. Kemudian untuk komponen eksternal perlu dibentuknya kolaborasi antara LSM, pemda, dan swasta, dibangunnya kegiatan bisnis, partisipasi politik, dan hubungan masyarakat.

The nonprofit organizations are challenged to think forward to develop their capacity. Capacity building is solution to improve the organization and could accomplish its mission efectively, eficiently, and continuously in a rapid and dramatic environment change as happen now. This research aims to analyze nonprofit organization capacity building in the growth stage by using Yayasan Pesat Papua’s six internal components and four external components as the real world (Checkland and Poulter, 2006), consist of two activities that had been done simultaneously, i.e.: research interest and problem solving interest (McKay and Marshall, 2011) that complying the criteria of systematically desirable and culturally feasible (Flood and Jackson, 1991). Meanwhile the theory that was used in this research is according to Brothers and Sherman (2012), states there are six internal components need intervention and strengthen the capacity in the growth stage such as: leadership, organization’s culture, the role of board, expansion of the programs, management and infrastructure, sustainability of financial. Then according to De Vita, et. al. (2001) states there are four organization’s external components which need to manage such as: social demographic, economic/market, politic, and values and norms. The result of this research shows that the nonprofit capacity building in the growth stage for research interest, the foundation leader’s style need to be equipped with a transformational leadership style, then simple structure is needed to be designed, and the role of board is improved. Whereas for the problem solving interest, it is necessary to do organization’s working program expansion through correct formulation process, formation of HR management, development of the organization’s financial sustainability through the economic works, the disposal of the organization’s service and the aid from the government. Then for the external components, it is neccessary to make colaboration among the NGO, local government and private, development of business activity, politic participation, and public relation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D1936
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Mariam
"Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) dalam menghadapai tantangan globalisasi dan perkembangan teknologi informasi telah merespon melalui proses penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan visi PNJ menjadi politeknik berkelas dunia pada tahun 2029. Faktanya, PNJ melakukan inovasi melalui kurikulum berbasis KKNI dan kebutuhan industri, penelitian berorientasi pada HAKI dan paten, pengabdian berbasis pada pemberdayaan masyarakat serta penyelenggaraan pendidikan inklusi untuk siswa berkebutuhan khusus. Collaborative knowledge creation (CKC) yang terjadi dalam organisasi digunakan dalam menjawab “the right knowledge” untuk “the right people” pada “the right time”. Merujuk pada Alvarez (2012) penerapan CKC di dalam organisasi merupakan syarat agar bertahan di dalam persaingan global. Sedangkan Du Chatenier et.al., (2009) menggambarkan empat tahapan implementasi CKC, yaitu : (1) externalizing and sharing, (2) interpreting and analyzing, (3) negotiating and revising dan (4) combining and creating.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pembelajaran yang partisipatif berdasarkan budaya di dalam kerangka suatu sistem terbuka yang rumit dan kompleks berbentuk human activity systems (HAS) pada organisasi Politeknik melalui konsep CKC dengan pendekatan dual imperative systems yang menggunakan soft systems methodology (SSM) serta meminjam PNJ sebagai laboratorium untuk kepentingan research interest dan problem solving. Dalam research interest, SSM hanya dilakukan sampai tahap keenam dan penerapan CKC di PNJ memiliki karakteristik yang sama dengan ciri dan keunggulan Politeknik sebagai pendidikan tinggi vokasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan empat tahapan dalam CKC (externalizing and sharing, interpreting and analyzing, negotiating and revising, dan combining and creating) digunakan dalam proses penyusunan dan pengembangan model pendidikan tinggi vokasi dan mendukung peningkatan kualitas pelaksanaan Tri Dharma PT. Penelitian ini melibatkan aktor yang berwenang dan berkompeten, dimulai dari tingkat individu, kelompok, organisasi dan antar organisasi Politeknik. Penerapan setiap tahapan CKC dalam proses penyusunan dan pengembangan model pendidikan tinggi vokasi memerlukan kontribusi peran dari setiap individu (Direktur, Pudir, Kajur, KPS, Kepala Unit dan dosen), kelompok (Pimpinan PNJ, Pimpinan Jurusan, Pimpinan Unit), organisasi (PNJ) dan antar organisasi (Forum Direktur Politeknik, wakil dari Dikti, dunia industri serta asosiasi profesi). PNJ memainkan peran penting melalui penyempurnaan kelembagaan yang didukung kebijakan pemerintah, meningkatkan kualitas lulusan dan mutu pembelajaran, memperkuat daya inovasi, kerja sama dengan dunia industri, pemerintah dan institusi lainnya.

In facing the challenges of globalization and information technology, State Polytechnic of Jakarta ( PNJ ) has responded by implementation of the Tri Dharma of Higher Education with PNJ vision become a world-class polytechnic in 2029. In fact, PNJ innovation is done through standard curriculum needs of the industry, the number of research oriented, intellectual property rights and patents, devotion based on community development and the implementation of inclusive education for students with special needs. Collaborative knowledge creation ( CKC ) is happening in the organization used to answer "the right knowledge" to "the right people" at "the right time". Referring to Alvarez ( 2012) application of the CKC in the organization is a requirement in order to survive in the global competition. While Du Chaternier et al, (2009 ) describes four stages of implementation CKC: (1) externalizing and sharing, (2) analyzing and interpreting, (3) negotiating and revising, and (4) combining and creating.
The purpose of this study is aimed to analyze the learning process in a participatory of CKC and based culture within the framework of an open complicated and complex form of human activity systems (HAS) at the Polytechnic organization with dual imperative systems approach that use soft systems methodology (SSM) and borrow PNJ as a laboratory for the benefit of research interests and problem solving. In the research of interest, SSM only done until the sixth stage and the application of the CKC in PNJ has the same characteristics with the characteristics and advantages of the Polytechnic as higher vocational education.
The results showed that all four stages in CKC (externalizing and sharing, analyzing and interpreting, negotiating and revising, and combining and creating) used in the formulation and development of higher vocational education models and support the implementation of quality improvement “Tri Dharma” of higher education. Research involving actors and competent authorities, starting from the level of the individual, group, organizational and inter-organizational Polytechnic. CKC application of each stage in the process of drafting and development of higher vocational education model requires the contribution of each individual role ( Director, Vice Director , Head of Department, Head of Unit and Lecturer ), group (Director and Vice Director, Head of Department, Head of Unit), organization (PNJ) and inter organizational ( Polytechnic Director 's Forum, representatives of Higher Education: Ministry of Education and Culture, industries and professional associations ). In the face of globalization and helping to improve the nation's competitiveness, PNJ have an important role through institutional improvements and supported by government policies, improve the quality of the graduates, the quality of learning and teaching process, strengthen innovation and do collaboration with industries, gevernment and other institutions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D1908
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Jamalludin
"Program privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu program pemerintah guna meningkatkan kinerja BUMN sampai mencapai pada kinerja excellence. Upaya untuk mencapai kinerja excellence membutuhkan strategi yang tepat. Berdasarkan strategi-strategi BUMN yang telah dijalankan, dapat dikelompokkan dalam empat pola strategi yaitu: strategi pengembangan sistem manajemen, strategi penguatan budaya GCG (Good Corporate Governance), strategi penguasaan teknologi terkini dan strategi penguasaan pasar global. Penelitian ini ingin mengkaji pertama, sejauh mana pengaruh program privatisasi dan penerapan empat pola strategi BUMN tersebut di atas terhadap tercapainya kinerja excellence. Kedua, apakah ada hubungan antara penerapan empat pola strategi BUMN dan Keberhasilan program privatisasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi pengambilan keputusan baik internal maupun eksternal BUMN dalam menekankan pola strategi yang diterapkan untuk keberhasilan program privatisasi dan mengoptimalkan pencapaian kinerja excellence. Teori dan konsep yang mendasari penelitian ini antara lain pertama, dari David Pull (2002) dan Stephen Moore (1987) terkait privatisasi yang menjelaskan privatisasi dapat mendorong peningkatan kinerja, efisiensi dan produktivitas. Kedua, dari Goelsch et. Al (2002), Beslerfield (2003) dan Kapplan & Norton (2004) terkait strategi pengembangan sistem manajemen yang masing ? masing menjelaskan sistem manajemen mutu, Total Quality Management dan mapping strategy untuk mencapai kinerja excellence. Ketiga, dari OECD (2004) dan Zarkasyi, M.W (2008) terkait strategi Good Corporate Governance yang menjelaskan implementasi GCG untuk meningkatkan kinerja BUMN. Keempat, dari Board (1994), Turban (2001) dan Landon (1994) terkait strategi penguasaan teknologi terkini yang menjelaskan pentingnya penerapan sistem informasi manajemen berbasis IT guna meningkatkan kinerja organisasi. Kelima, dari Jeffry Horisan (2003), Scot Dru (2005) dan Michael Porter (2000) terkait strategi penguasaan pasar global yang menjelaskan strategi pelayanan prima dan strategi untuk memenangkan persaingan di tingkat global. Keenam dari Malcolm Baldriedge Criteria for Performance Excellence (MBCfPE) (2004) yang mengelompokkan kinerja excellence ke dalam tujuh indikator. Hipotesis mengacu teori yang telah disampaikan yaitu pertama diduga ada pengaruh yang positip program privatisasi dan empat pola strategi BUMN terhadap pencapaian kinerja excellence. Kedua, diduga ada korelasi positip antara empat pola strategi BUMN dan keberhasilan program privatisasi. Sampel penelitian adalah BUMN, anak perusahaan BUMN atau unit bisnis BUMN yang telah mengikuti program privatisasi. Total sampel yang dikirim kuesioner sebanyak 412 sampel, dan yang berhasil kembali dan dapat diolah sebanyak 188 sampel. Teknik análisis menggunakan structural equation modeling (SEM) dengan alat bantú software pengolahan data LISREL 8.70. Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,976 lebih besar dari 0,70, sehingga dapat dikatakan instrumen penelitian cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Hasil uji validitas menunjukkan nilai, t hitung dari muatan faktor semua lebih besar dari t tabel (1,96) pada tingkat signifcant 0.05, sehingga dapat dikatakan indikator hasil penelitian memiliki validitas yang baik. Hasil Penelitian ini menunjukkan pertama program privatisasi yang dijalankan selama ini memberi pengaruh yang nyata terhadap pencapaian kinerja excellence BUMN. Hal tersebut menunjukkan semakin besar keberhasilan program privatisasi akan mendorong pencapaian kinerja excellence.. Penerapan strategi BUMN yang dikelompokkan ke dalam empat bentuk strategi, hanya strategi pengembangan sistem manajemen yang memberi pengaruh nyata terhadap pencapaian kinerja excellence. Hal tersebut menunjukkan keberhasilan strategi pengembangan sistem manajemen dapat mendorong pencapaian kinerja excellence. Penerapan ketiga strategi yang lain yaitu strategi penguatan budaya GCG, strategi penguasaan teknologi terkini dan strategi penguasaan pasar global tidak berpengaruh nyata terhadap pencapaian kinerja excellence. Berdasarkan hasil identifikasi menunjukkan, penerapan strategi penguatan budaya GCG tidak berpengaruh nyata disebabkan beberapa indikator yang selama ini belum dijalankan secara lengkap dan tepat seperti pengembangan GCG dalam rencana jangka panjang perusahaan (RJP) , melakukan analisa SWOT dalam menyusun strategi GCG, penerapan prinsip dasar GCG seperti keadilan dan keterbukaan belum benar - benar memenuhi harapan pihak ? pihak terkait. Penerapan strategi penguasaan teknologi terkini tidak berpengaruh nyata disebabkan selama ini beberapa indikator terkait strategi penguasaan teknologi terkini belum benar ? benar dijalankan BUMN yaitu master plan IT, penerapan ISO 27001, knowledge management berbasis IT, aplikasi paperless, pemantauan kinerja berbasis IT, dan sistem proteksi. penerapan strategi penguasaan pasar global tidak berpengaruh nyata disebabkan beberapa indikator strategi penguasaan pasar global belum benar?benar dijalankan BUMN. Beberapa indikator tersebut antara lain analisa SWOT mengacu lima kekuatan persaingan, formulasi strategi yang menjabarkan strategi dari tingkat holding sampai unit bisnis dan kebijakan cluster. Kedua, program privatisasi memiliki korelasi positip dengan strategi pengembangan sistem manajemen, strategi penguatan budaya GCG, strategi penguatan pasar global. Hal tersebut menunjukkan keberhasilan penerapan empat pola strategi BUMN tersebut di atas ada korelasi dengan keberhasilan program privatisasi. Berdasarkan hasil penelitian maka rekomendasi yang dapat disampaikan pertama; Pemerintah perlu mendorong percepatan program privatisasi agar upaya untuk mencapai kinerja excellence bisa segera terwujud. Kedua; Manajemen internal BUMN perlu memberi perhatian terhadap penerapan strategi pengembangan sistem manajemen, karena keberhasilan strategi ini memberikan pengaruh nyata terhadap pencapaian kinerja excellence. Ketiga; Manajemen internal BUMN perlu memperhatikan terhadap beberapa indikator pada strategi penguatan budaya GCG seperti pengembangan GCG dalam rencana jangka panjang perusahaan (RJP), analisa SWOT dalam menyusun strategi GCG, penerapan prinsip dasar GCG seperti keadilan dan keterbukaan agar penerapan strategi tersebut dapat berpengaruh nyata terhadap pencapaian kinerja yang excellence. Keempat, Manajemen internal BUMN perlu memperhatikan terhadap beberapa indikator pada strategi penguasaan teknologi terkini yaitu master plan IT, penerapan ISO 27001, knowledge management berbasis IT, aplikasi paperless, pemantauan kinerja berbasis IT, dan sistem proteksi, agar penerapan strategi tersebut dapat berpengaruh nyata terhadap pencapaian kinerja excellence. Kelima, Manajemen internal BUMN perlu memperhatikan terhadap indikator pada strategi penguasaan pasar global yaitu analisa SWOT mengacu lima kekuatan persaingan, formulasi strategi yang menjabarkan strategi dari tingkat holding sampai unit bisnis dan kebijakan cluster agar penerapan strategi tersebut dapat berpengaruh nyata terhadap pencapaian kinerja excellence. Keenam, manajemen internal BUMN perlu memperkuat penerapan empat pola strategi agar program privatisasi dapat berhasil sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

Privatization of the state?owned enterprises (BUMN) is one of the government programs to improve the performance of BUMN in order to achieve performance excellence. In order to achieve the performance excellence, it is necessary to set up the right strategy. Based on the BUMN Strategies which have been done, can be classified into four strategies namely: The development management system strategy, Strengthening the corporate culture strategy of Good Corporate Governance (GCG), The strategy of mastering the latest technology and The strategy of global marketing. This research is striving to examine: First, the extent of the impact of privatization programs and the implementation strategy of the four patterns strategy of the state ? owned enterprises mentioned above on the achievement of performance excellence. Second, this research also wanted to examine whether there is a connection between the privatization program and the application of the four patterns strategy of the state-owned enterprises. The results of the research are expected to provide information for decision making both internal and external of the BUMN in stresing that the strategy implemented to optimize the performance excellence and the success of the privatization program . The theories and the concepts that underlie this research include: First, the theories and the concepts of David Pull (2002) and Stephen Moore (1987) on privatization which describe the privatization may encourage improvement of performance, efficiency and productivity. Second, the theories and concepts of Goetsch et al (2002), Beslerfield (2003) and Kapplan & Norton (2004) on strategy development of management system, each of which describes the quality management system, total quality management and the mapping strategy to achieve performance excellence. Third, the theories and the concepts from OECD (2004) and Zarkasyi, M.W (2008) related to the Good Corporate Governance strategy that describes the implementation of good corporate governance to achieve performance excellence. Fourth, the theories and the concepts of Board (1994), Turban (2001) and Landon (1994) related to the mastering of the latest technology that explain the importance of the application of management information system based on information technology in order to improve the performance of the organization. Fifth, the theory and the concepts of Jeffry Horisan (2003), Scot Dru (2005) and Michael Porter (2000) related to global marketing strategy that explains the importance of managing the enterprises?s strategy, excellent services and cluster strategy in order to win the competition at the global level. Sixth, the theories and the concepts of Malcolm Baldriedge Criteria for Performance Excellence (MBCfPE) (2004) related to performance excellence that classify the performance excellence into seven indicators. The hypothesis of this research refers to the theories and the concepts that have been presented: First, it is assumed that there are positive impacts of the privatization program and the four pattern strategies of the BUMNtowards the achievement of performance excellence. Second, related to positive correlation between the privatization program and the four patterns of strategy of the BUMN is acceptable. The samples of this research were the BUMN and its subsidiary enterprises or its Strategic Business Unit that have undergone a process of privatization. The total samples were sent questionnaires as many as 412 samples, of which made it back and as many as 188 samples can be processed. Analysis technique using Structural Equation Modeling (SEM) with the tools of data processing soft ware LISREL 8.70. The Reliability test results demonstrate the value, t calculated from the load factor of all is greater that t table (1,96) at 0,05 significant level, so it can be said to be indicators of having adequate and good validity of the research. The result of this research i.e. First, the privatization program gave the real impact towards the achievement of the performance excellence of the state-owned enterprises. This suggest that the greater success of the privatization program will promote the achievement of performance excellence. The implementation of strategies that are grouped into four patterns strategy, only the strategy of developing management system that gives the real impact on the achievement of performance excellence. This suggest that the success of developing the strategy of management system will give the real impact on the achievement of performance excellence. The other three strategies, namely the strategy of strengthening of corporate culture of GCG, mastering strategy of the latest technology and global market coverage strategy had no significant effect. Due to some indicators which are not yet implemented completely and correctly such as the development of GCG in the enterprises long-term plans, conducting SWOT analysis in formulating the strategy of GCG, implementing the basic principles of GCG such as justice and openness has not yet really meet the expectations of the parties concerned. The strategy of mastering of the latest technology caused no significant effect due to several indicators such as not yet actually run information technology (IT) master plan of the state-owned enterprises, implementation of ISO 27001, IT based knowledge management, paperless applications, IT-based performance monitoring, and protection system. The strategy of global market coverage had no significant effect due to several indicators i.e. the global market coverage strategy is not really run by the state ? owned enterprises. Some of the indicators among others SWOT analysis refers to the five forces of competition, the formulation strategy that outlines a strategy of the holding enterprises up to the unit level and the cluster policy. Second, the strategy of developing the management system, strengthening the corporate culture of good corporate governance, the strategy of strengthening of the global market coverage have a positive correlation with the success of privatization program. Based on the result of this research, so the recommendation can be made, i.e first, the government should encourage the acceleration of the privatization program in order to achieve performance excellence. Second, The internal management of the BUMN need to give attention to the strategy of developing management system, because the success of implementing this strategy will provide a real impact on the achievement of performance excellence. Third, some indicators on the strategy of strengthening of the corporate culture of GCG that is the development of GCG, implementation of basic principles of GCG such as justice and openness in order the implementation of the strategy will have a real impact on the achievement of performance excellence. Fourth, some indicators of the mastering of the latest technology such as master plan of the IT, implementation of ISO 27001, IT-based knowledge management , paperless application, IT- based monitoring system and the protection system should be implemented in order to achieve a real impact toward the achievement of performance excellence. Fifth, the indicators of the strategy of the global market coverage that is the SWOT analysis refers to the five forces of competition, the formulation of the strategy that explain the strategy from the level of holding enterprises up to the business unit level and the cluster policy should be clear so that the implementation of the strategy will have the real impact towards the achievement of performance excellence. Sixth, The internal management of the BUMN need to give attention to the implementation of four strategy models to achieve performance excellence in order to be able to achieve the objectives of privatization program ."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
D1349
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarmasto
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja individual pegawai negeri sipil yaitu peneliti pada Unit Pelayanan Teknis berbasis Riset di Departemen Perindustrian. Untuk itu telah diteliti kinerja individual peneliti dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi; yaitu: struktur organisasi, kepemimpinan transformasional, kepemimpinan transaksional, nilai-nilai budaya dan motivasi peneliti. Bagaimana gambaran masing-masing dari keenam faktor tersebut dan bagaimana pengaruh kelima faktor terakhir terhadap kinerja individual peneliti, menjadi permasalahan pokok penelitian ini.
Dari perspektif teori, peningkatan kinerja individual birokrasi adalah menurpakan bagian dari reformasi administrasi publik. Kinerja individual mencakup perilaku seorang pegawai di dalam organisasi dan hasil-hasil kerjanya. Dari berbagai metoda peningkatan kinerja individual maka sistem manajemen kinerja dianggap dapat menjawab kebutuhan untuk mewujudkan komunikasi yang terus menerus, yang sangat dibutuhkan oleh para pegawai dalam memantau dan meningkatkan kinerja mereka. Dari berbagai teori yang mendasari pengaruhnya terhadap kinerja individual maka digunakan teori Pramita Robbins dan Hatch untuk struktur organisasi, Bas dan Avolio untuk kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional, Hofstede dan Hofstede untuk nilai-nilai budaya serta Vroom untuk motivasi.
Penelitian ini melibatkan seluruh populasi peneliti pada 9 Balai Besar an 13 Balai Riset dan Standardisasi (Baristand), yang pada tanggal 1 Oktober 2004 tercatat sebanyak 290 orang. Pada saat penelitian lapangan dilakukan pada bulan Mei 2005, tercatat 1 Balai Besar dengan 5 orang calon responden erlambat enanggapi dan beberapa peneliti sedang dinas luar kota/negeri atau tidak/kurang memenuhi syarat dalam menisi kuesioner. Dengan demikian tercatat sebanyak 234 orang dari 8 Balai Besar dan 13 Baristand sebagai responden penelitian ini.
Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah data faktual khusus dalam mengukur konstruk Kinerja Individual untuk indikator hasil dan selebihnya adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Hal ini berarti bahwa pengukuran konstruk Kinerja Individual untuk indikator Perilaku dan pengukuran 21 indikator dari 5 konstruk yang diduga mempengaruhi kinerja individual peneliti; yaitu: Struktur Organisasi, Kepemimpinan Transformasional, Kepemimpinan Transaksional diduga mempengaruhi kinerja individual peneliti; yaitu: Struktur Oganisasi, Kepemimpinan Transformasional, Kepemimpinan Transaksional, Nilal-nilai Budaya dan Motivasi, menggunakan data persepsi. Untuk mengukur faktor-faktor yang tak teramati tersebut, digunakan skala sikap model Likert. Model pengukuran Likert yaitu skala sikap untuk mengukur keyakinan, perasaan dan reaksi anggota organisasi terhadap obyek tertentu.
Dalam mengukur ke 21 indikator tersebut digunakan kuesioner yang berasal dari penyusunan sendiri dengan mengacu pada aspek-aspek penilaian dalam DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil untuk 1 indikator (Perilaku) pada konstruk Kinerja individual, kuesioner dari Paramita untuk 3 indikator (Kompleksitas, Formalisasi dan Sentralisasi) pada konstruk Struktur Organisasi, kuesioner dari Bass dan Avolio untuk 5 indikator (Karisma Termiliki, Pengaruh Teridealkan, Motivasi Terinspirasikan, Rangsangan lntelektual, dan Pertimbangan Individual) pada konstruk Kepemimpinan Transformasional dan 4 indikator (lmbalan Kerja, Kontrol Aktif, Kontrol Pasif dan Sesuka Hati) pada konstruk Kepemimpinan Transaksional, kuesioner Hofstede untuk 5 indikator (Jarak Kekuasaan, Individualisme, Penolakan Ketidak-pastian, Maskullnitas dan Orientasi Jangka-Panjang) pada konstruk Nilai-nilai Budaya, Serta kuesioner dari Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia Jumsan Psikologi lndustri dan Organisasi untuk 3 indikator (Upaya-Kinerja, Kinerja-Hasil, dan Harkat) pada konstruk Motivasi.
Penelitian ini menggunakan dua model spesiiik. Model kedua didasarkan pada hipotesa teoritik yang menyatakan bahwa Struktur Organisasi, Kepemimpinan Transformasional, Kepemimpinan Transaksional, dan Nilai-nilai Budaya masing-masing berpengaruh terhadap Kinerja Individual, baik secara Iangsung maupun tidak langsung melalui Motivasi Serta Motivasi berpengaruh Iangsung terhadap Kinerja Individual. Sedangkan model pertama didasarkan pada hipotesa teoritik yang sama dengan model kedua, kecuali tidak adanya pengaruh langsung dari Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional masing-masing terhadap Kinerja Individual.
Data primer yang terkumpul, setelah melalui proses uji validitas dan reliabilitas, diolah dengan menggunakan model persamaan struktural dengan alat analisa LISREL (digunakan versi LISREL 8.72 Trial Version). Hasil-hasil pengolahan LISREL kemudian dianalisa melalui metoda uji kesesuaian dan evaluasi.
Analisis terhadap hasil-hasil penelitian ini menghasilkan 'beberapa kesimpulan; yaitu: belum memuaskannya kinerja individual peneliti, struktur organisasi yang sudah baik namun masih mengandung kelemahan tertentu, kepemimpinan transformasional yang masih kurang memadai, kepemimpinan transaksional yang masih kurang memadai, nilai-nilai budaya yang mengandung kekuatan, dan motivasi yang mengandung kesenjangan. Di samping itu, ternyata kinerja individual peneliti hanya dipengaruhi oleh struktur organisasi dan nilai-nilai budaya serta tidak dipengaruhi oleh kepemimpinan transformasional, Kepemimpinan transaksional, dan motivasi.
Dari kesimpulan tersebut di muka disusun rekomendasi kebijakan; yang pada intinya meliputi: (1) Pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan peneliti dan kualitas kepemimpinan atasan; (2) Penyempurnaan struktur organisasi di Balai Besar dengan mengurangi jumlah jabatan Eselon-IV dan dengan menjabarkan prosedur-prosedur kerja di Balai Besar dan Baristand ke dalam petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis; serta (3) Perumusan dan implementasi sistem pengelolaan kinerja yang handal, yaitu suatu proses komunikasi yang berlangsung terus menerus antara pegawai dengan atasan langsungnya untuk: merencanakan kinerja dan membina/mengelolanya serta menilai kinerja.

This research was undertaken in accord with improving individual performance of civil servant, particularly researchers, at the research based technical services units of the Ministry of lndustry. The individual performance of researchers has been examined against the suspected influencing factors, which are: organizational structure, transformational leadership, transactional leadership, cultural values, and motivation. The main research problems are: (1) How the condition of the individual performance of the researcher and each of the suspected factors; and (2) How the suspected factors influence the individual perfomiance ofthe researchers, respectively.
The theoretical perspective shows that improvement of the individual perfonnance of civil servant is an element of public administration reform. Individual perfonnance is reflected in the behaviour of an employee within an organization and the associated work results. From several methods in improving individual perfonnance, perfonnance management is considered as able to answer the need to' establish sustainable communication, which is needed by employees in monitoring and improving their work perfomtance. Alter considering various theories which underlie influence towards individual perfonnance, it was decided to explore the influence of: organizational structure based on Paramita, Robbin and Hatch Theories, transformational and transactional leaderships based on Bass and Avolio Theory, cultural values based on Hofstede Theory, and motivation based on Vroom Theory.
From 290 researchers, registered in 1st October 2004, work in 9 Balai Besar and 13 Baristand, all of the extension services unit within the Ministry of lndustry, there were 234 researchers from 8 Balai Besar and 13 Baristand involved as the population of respondent in this study. There were 5 researchers from Balai Besar Logam dan Mesin (Machinery and Metal Development Center) failed to send the questionaire back timely.
This research utilized factual data for 1 out of 22 indicators, which is work result of the researchers, and perception data for the rest, in order to measure the six constructs. The 21 unobserved indicators was measured by using Likert attitude scale, the attitude scale to measure believe, feeling and reaction of organization member to certain objects. To measure the 21 indicators, this study uses various quesionaires. A special questionaire was creted and developed to measure the behaviour of the researchers, one of the two indicators of individual performance construct, beside work result. The measurement of indicators of the other constructs was conducted using Paramita's quesionaire (complexity, formalisation, and centralisation of the organizational structure), Bass and Avolio?s quesionaire (attributed charisma, idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, and individualized consideration of the transformational leadership; and contingent reward, management by exception-active, management by exception-passive, and laissez-faire of the transactional leadership), Hofstede questionaire (power distance, individualism, uncertainty avoidance. masculinity, and long-term orientation of the cultural values), and PIO's questionaire, which is a questionaire developed by the Departemen of Psychology of lndustry and Organization (PIO), Faculty of Psychlogy, the University of Indonesia (effort-performance expectation, perfomrance-result expectation, and valence of the motivation).
There are two spesific models in this study. The second model was based on the theoretical hypothesis that organizational structure, transformational leadership, transactional leadership, and cultural values directly and indirectly (through motivation) influence individual performance; as well as motivation directly influences individual perfomrance. The first model is just the same as the second model, except there is no direct influence of transformational leadership and transactional leadership to individual peformance.
Primary data collected from the field study, after validity and reliability test, were processed through a structural equation model using LISREL software (LISREL 8,72 Trial Version). The result was then analyzed with a fitness test and evaluation method. Analysis suggests that there were unsatisfactory individual performance of the researchers, weaknesses in the organizational structure, lack of transformational leadership, lack of transactional leadership, strengths in the cultural values, and gap in the motivation. In addition, individual performance of the researchers is lust influenced by organizational stnrcture and cultural values and not influenced by transfonnational leadership, transactional leadership and motivation.
Based on the above conclusion, the policy recomendations are: (1) Education and training in order to improve reseacher?s compentency and to improve leadership quality Of the supervisor; (2) improvement of the organizational structure of the Balai Besar by reducing some posts for Echelon-lV and by incorporating work procedures in Balai Besar and Baristand in to the implementation manuals and the technical manuals; and (3) Formulation and implementation of a robust perfonnance management system, an ongoing communication process between researcher and his or her supervisor in order to formulate performance planning, to implement performance coaching, and to conduct performance appraisal.
"
Depok: 2005
D797
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Wahono
"ABSTRAK
Penciptaan pengetahuan (knowledge creation) memiliki arti yang sangat strategis dan sekaligus panting bagi perkembangan dunia bisnis belakangan ini. Sebab pengetahuan dapat menghasilkan inovasi dan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Para manajer perusahaan, karenanya harus dapat mengidentitikasi dan membantu perusahaan dalam mengakses berbagai pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka penciptaan nilai secara berkesinambungan.
Semakin pentingnya pengetahuan bagi perusahaan dapat dilihat dari perkembangan produk yang dihasilkan. Semakin canggihnya produk baik dari segi isi maupun produksi, telah mengakibatkan landasan bersaing perusahaan pun ikut bergeser pula, yakni semakin mendasarkan pada pengetahuan. Intinya adalah pada pengembangan pengetahuan yang sangat berharga dan sulit ditiru, serta yang dapat menghasilkan keunggulan bersaingsecara berkelanjutan.
Meskipun arti pentingnya pengetahuan mendapatkan pengakuan secara Iuas, tetapi tidak banyak penelitian yang dilakukan terkait dengan bagaimana pengetahuan tersebut diciptakan dan diimplementasikan, terutama pengetahuan tasit (tacit knowledge) yakni pengetahuan yang berakar pada keahlian dan pengalaman yang tertanam di dalam diri setiap individu. Karena itu meski meski diakui pentingnya pengetahuan tersebut bagi keunggulan bersaing perusahaan, tetapi tidak banyak perusahaan yang memperoleh manfaat dari pengetahuan tersebut.
Bertolak dari hal itu maka penelitian dilakukan terhadap industri batik. Industi yang banyak mengandalkan pada saat tidak berwujud atau pengetahuan tasit tersebut. Industri batik dipilih juga karena selain memiliki basis akar budaya yang Iuas di seluruh wilayah nasional dan banyak digeluti oleh masyarakat, terutama lapisan bawah, Serta banyak menyerap tenaga kerja. Industri batik juga merupakan produk yang inovatif disamping masih menyimpan potensi yang belum dikembangkan secara optimal.
Penelitian ini dilakukan di empat daerah pusat perkembangan industri batik yakni Solo, Yogyakarta, Pekalongan, dan Cirebon. Empat daerah ini sekaligus mewakili karakteristik batik yang ada yakni Solo dan Yogyakarta mewakili batik keraton, sedangkan Pekalongan dan Cirebon mewakili batik pesisir. Tujuan penelitian ini adalah untuk merekonstruksi model penciptaan pengetahuan para perusahaan batik di empat daerah industri.
Penelitian ini menggunakan pendekatan positivistik dan melibatkan 171 responden yang mewakili masing-masing perusahaan (sample) yang berasal dari sebanyak 220 popuiasi perusahaan batik skala menengah dan besar di empat daerah. Data diperoleh dengan menggunakan metode survey dengan menggunakan daftar pertanyaan. Sedangkan untuk pendalamannya dilakukan wawancara dengan para informan yang dipilih dan mewakili perusahaan mereka masing-masing. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistik model persamaan struktural (Struktural Equation Modelling-SEM).Adapun software yang digunakan dalam mengolah data ini adalah Program LISREL (Linear Structural Retations) yersi 8.50. Penelitian dilakukan pada Agustus 2004 sampai dengan Juni 2005.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi konversi pengetahuan dari sosialisasi, ekstemalisasi, kombinasi, dan internalisasi dalam perusahaan batik di empat daerah. Konversi pengetahuan inilah yang kemudian menghasilkan pengetahuan baru serta kemudian menjadi pendorong bagi inovasi. Penciptaan pengetahuan di empat daerah industri batik dapat berlangsung karena didukung oleh Iingkungan perusahaan. Terdapat satu variable yang tidak signitikan, yakni variabel pengulangan yang termasuk di dalam kondisi pendukung.
Ditemukan pula bahwa proses penciptaan pengetahuan perusahaan berlangsung dengan baik di Pekalongan, kemudian Cirebon, menyusul Yogyakarta dan terakhir Solo. Demikian pula daerah pesisir Pekalongan dan Cirebon Iebih baik dibandingkan daerah keraton Solo dan Yogyakarta dalam hal penciptaan pengetahuan. Sementara itu antara Yogyakarta dengan Cirebon, meskipun keduanya mewakili daerah dengan karakteristik batik yang berbeda, tetapi keduanya tidak berbeda dalam hal penciptaan pengetahuan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan batik yang berada di empat daerah industri batik memiliki berpotensi untuk dapat dikembangkan menjadi perusahaan-perusahaan yang mampu menciptakan inovasi secara terus menerus. Mengingat penelitian ini unit analisisnya perusahaan, maka potensi yang dimiliki perusahaan-perusahaan batik berupa adanya penciptaan pengetahuan, tidak akan mampu memberikan berarti banyak apabiia tidak didukung oleh kondisi Iingkungan (makro ekonomi) yang kondusif.

ABSTRACT
Knowledge creation plays an important role in the development of business nowadays because knowledge could generate innovation that could lead into competitive advantages. Therefore the management should be abie to identify and access various knowledge needed for a continuous process of value creating.
Even though the importance of knowledge has been widely acknowledged, there is not much study has been done in the correlation to how knowledge is created and implemented especially the one conceming tacit knowledge, a knowledge uniquely owned by one individual that originated from his or her skills and experiences. Therefore, even though the importance of it for company's competitive advantage is already been acknowledge, not many company get benefit from it.
This study is focusing in batik industry, because the base of this industry is more into intangible assets or tacit knowledge. It also has a wide cultural basis in Indonesia and takes up a lot of man power. Batik is an innovative product that still hasn't reach its full potential. Therefore with this study we can reveal the importance of tacit knowledge in terms of helping the innovation process in batik industry.
The study take place in four batik industry region which is Solo, Yogyakarta, Pekalongan and Cirebon. This four regions are also representing the characteristic of batik. Solo and Yogyakarta are representing ?Batik Keraton? and Pekalongan and Cirebon are representing ?Batik Pesisi|". The objective of this study is to reconstruct a model of company's knowledge creation process in all four industry region.
The approach used in this study is ?positivistic". There are 171 respondents who representing each company (sample) originated from middle and large scale batik companies in the four study areas. The data is acquired using questionnaires and in depth interviews with selected companies? representatives. Strukturai Equation Modelling-SEM is used for the data processing and analysis while the software used is LISREL (Linear Structural Relations) 8.50 version. The study took place from August 2004 to June 2005.
This study shows that the conversion of knowledge from socialization, externalization, combination and internalization is exist in the batik's companies in all four area. Later on this conversion will lead into new knowledge and becoming the drive for innovation. Knowledge creating processes in all four batik industrial area could take place because it is supported by companies? environment but there is one insignificant variable which is redundancy.
It also discovered that company's knowledge creating process is signiticantly found in Pekalongan and then Cirebon, Yogyakarta and Solo. The study also conclude that ?Pesisir" areas, Pekalongan and Cirebon is better than Yogyakarta and Solo in terms of knowledge creating process and found out that even though Yogyakarta and Cirebon is representing different batik characteristic, they both share the same approach in the knowledge creating process.
This study is concluding that batik's companies in four industrial areas have the potential to create a continuous innovation process. Considering the unit analysis in this study is company, this potential will not have a significant effect without a conducive macro economy condition."
Depok: 2005
D798
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Razikun
"Peran perusahaan kecil menengah dalam pengokohan ekonomi Indonesia, khususnya dalam peningkatan lapangan kerja, sangal besar. Namun kalau dilihat kontribusinya atas PDB, tingkat produktifitas UKM masih sangat kecil, daya saingnya juga masih rendah. Semua itu bermuara pada kinerja yang juga masih rendah. Padahal potensi sumber daya dan peluang pasar UKM sangat besar. Faktor apa yang mempengaruhi kinerja UKM di Indonesia menjadi pertanyaan dalam penelitian ini.
Kinerja usaha dipengaruhioleh segitiga interaksi antara faktor internal perusahaan, lingkungan industri dan kebijakan publik ( Day, et.aI, 1997) . Kinerja usaha merupakan suatu proses di mana faktor internal ( Sumber daya, kapabilitas, Orientasi kewirausahaan) dan lingkungan industri menjadi input untuk pembuatan strategi organisasi Proses ini akan berjalan dengan baik apabila didukung kebijakan pemerintah yang akan mempengaruhi faktor internal dan faktor ekternal.
Berdasar hal tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh faktor internal (sumber daya, kapabilitas, orientasi kewirausahaan) , strategi serta lingkungan industri terhadap kinerja usaha; menguji pengaruh kebijakan pemerintah terhadap faktor internal, strategi dan Iingkungan industri ; menganalisis perbedaan model pengembangan kinerja UKM berdasarkan Iokasi usaha, orientasi pasar dan usia perusahaan ; menganalisis berbagai kebijakan dan kelembagaan pemerintah yang terkait dengan pengembangan UKM.
Penelitian ini menggunakan pendekatan positivistik dengan melibatkan 152 UKM industri komponen otornotif di jabodetabek, Sukabumi, Bandung dan Tegal. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah teknik stratifikasi sampling. Data diperoleh dengan menggunakan metode survey dengan menggunakan daftar pertanyaan. Untuk pendalaman dilakukan wawancara dengan para informan terpilih yang mewakili berbagai kelompok. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistik model persamaan struktural (Struktural Equation Model-SEM), dengan menggunakan software LISREL, selain itu digunakan pula uji perbedaan rata-rata serta dilengkapi pula dengan analisis kualitalif untuk memperdalam analisis kebijakan dan kelembagaan pemerintah serta studi perbandingan beberapa negara. Penelitian dilakukan pada Desernber 2006 sampai Juli 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) variabel sumber daya yang dimediasi oleh strategi memberi pengaruh yang signifikan terbesar terhadap kinerja, (2) variabel kapabilitas yang dimediasi oleh strategi memberi pengaruh yang signifikan terhadap kinerja, (3) variabel orientasi kewirausahaan yang dimediasi oleh stratagi membari pengaruh yang tidak signifikan terhadap kinerja, (4) variabel Hngkungan eksternal yang dimadiasi olah strategi memberi pengaruh yang signifikan terkecil terhadap kinerja, (5) Kebijakan pernerintah memberi pengaruh yang signifikan terbesar ternadap kapabihtas, disusul dengan sumber daya dan lingkungan industri , sadangkan kebijakan pemerintah memberikan pengaruh signifikan terkecil tarhadap orientasi kewirausahaan (6) Kebijakan pemerintah memberi pengaruh yang tidak sugnifikan terhadap strategi perusahaan.
Ditemukan pula bahwa tidak terdapat perbedaan berdasarkan lokasi usaha dan orientasi pasar UKM, namun terdapat perbedaan yang nyata berdasarkan usia perusahaan. Pola perbedaannya terjadi antara perusahaan yang berusia di bawah 10 tahun dengan perusahaan yang berusia di atasnya. Perusahaan yang berusia di atas 10 tahun cenderung stagnan dan kurang berkambang, hal ini berbeda dengan konsep siklus industri yang mengatakan bahwa perusahaan akan terus tumbuh sampai fase kematangan sebelum kemudian cenderung mangalami panurunanjika tidak ada inovasi baru.
Ditemukan bahwa meskipun kebijakan pemerintah mempunyai peran yang besar dalam menlngkatkan sumber daya dan kapabltas UKM. Namun perangkat kebijakan dan perangkat kelembagaan masih belum mampu mendorong inovasi dan imitasi teknologi UKM. Masih banyak kebijakan pemerintah yang tidak koheren serta kelembagaan yang kurang terkoordinasi dan tidak terintegrasi.
Hasil penelitian ini meyimpulkan bahwa UKM yang berada dilokasi penelitian memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi perusahaan yang mampu menciptakan kinerja yang unggul. Pengembangan UKM membutuhkan komitmen yang kuat, kegiatan yang terencana, kabijakan yang mendukung dan kelembagaan yang terintegrasi. Melalui perlindungan, pembelajaran dan pemacuan industri. Perlindungan dilakukan dangan adanya kebijakan parsyaratan kandungan lokal, tarif bea masuk yang tinggi bagi komponen impor, dan peraturan subcontarcting. Pembelajaran dilakukan dengan melakukan investasi dalam sumber daya manusia, kemitraan dengan lembaga lain yang menghasilkan dan memasok teknologi. Pertumbuhan dipacu oleh kebijakan industri, perdagangan dan invastasi yang kondusif dan konsisten, reformasi kelembagaan , dukungan Iembaga keuangan dan jaringan perusahaan muItinasional. Pengembangan UKM akan sangat berarti jika dilakukan pemerintah dalam bentuk Sistem lnovasi Nasional yang menekankan adanya kebujakan dan kelembagaan yang terintegrasi.
The role of small medium enterprises (SME) in strengthening Indonesian economy has been significant, particularly in creating more work employments. However, in terms of its contribution to PDB, the level of productivity of SME is insignificant, and so forth is its level of competitiveness. Overall, this is because of the lack of performance among SME, even though the potency of resources and market opportunities have existed. This study will attempt to elaborate what factors which mainly affect the performance of SME in Indonesia.
Business performance is affected by a triangle interaction of company internal factor, industrial environment and public policy (Day, et al, 1997). It is a process which internal factor (resources, capabilities, entrepreneurship orientation) and industrial environment become input for strategical organization. This process will smoothly run if it is supported by government policy which affect to internal and external factors.
Above all, the aim of this study is to attest the effects of internal factor (resources, capabilities, entrepreneurship orientation), strategy and industrial environment toward business performance; to attest the effects of government policy toward internal factor, strategy and industrial environment; to analyze the different model of SME performance development based on location, market orientation and age of company; to analyze various government policies and government institution which involved in developing SME.
This study emphasizes the use of positivist approach which involves 152 SME automotive component across Jabodetabek, Sukabumi and Tegal. The stratification sampling is applied. Data are collected by survey method and list of questioner ln more depth. a series selected interviews are completed amid various groups. Furthermore, data are elaborated and analyzed by Structural Equation Model (SEM) with LISREL software. ln addition it is analyzed by Analysis of Variance completed with qualitative analysis to deepen observed its policy analysis and government institution also to comparative studies of few countries. The study was conducted from December 2006 until July 2007.
The study shows that (1) variable of resources which mediated by strategy affect to performance significantly, (2) variable of capabilities which mediated by strategy affect to performance significantly, (3) variable of entrepreneurship orientation which mediated by strategy affect the less significant to performance, (4) variable of external environment which mediated by strategy affect the least significant to performance. (5) government policy affect the most significant toward capabilities, next to resources and industrial environment, whilst government policy affect the least significant to entrepreneurship orientation, (6) government policy affect insignificantly to company strategy.
It is found that there is no difference in terms of business location, and market orientation of SME, but there is significant difference in terms of company's age. The difference model happens to company which their ages are under 10 years compared to the older. Companies over 10 years of age tend to stagnant and steady, in which contrary to concept of industrial cycle that concludes company will grow up until reaches its mature before it lead to decrease if absence of new innovation.
The study found that even though government policy plays significant role in developing resources and capabilities of SME, however it does not correlate positively in terms of boasting innovation and technology imitation amid SME. Enormous of government policies are not coherent, uncoordinated and disintegral with related institutions.
This study concludes that SME which located have been observed have significant potency to be developed into the best performance companies. Therefore, development of SME will chiefly contribute by creating National innovation System which emphasizing the existence of integrated policies and institutions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
D885
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Antonius
"ABSTRAK
Pemekaran wilayah nerupakan trend baru yang mengiringi implementasi
kebijakan pembentukan daerah otonom baru dan sebagai salah satu jawaban atas
berbagai persoalan yang muncul dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Indonesia. Implementasi kebijakan tersebut mengarah pada upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Namun, persoalan pelik muncul dalam implementasi
kebijakannya karena kepentingan yang melatarbelakangi pemekaran wilayah
seringkali tidak jelas apakah berupa kepentingan jangka panjang yang konstruktif
atau kepentingan jangka pendek yang justru destruktif. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh faktor kebijakan, organisasi dan lingkungan terhadap
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom baru. Kemudian, untuk
menggambarkan model persamaan struktural hubungan yang sesuai antara' ketiga
faktor determinan tersebut dan pengaruhnya terhadap keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan daerah otonom baru.
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dan desain evaluasi
implementasi kebijakan. Unit analisisnya iaiah pegawai yang mewakili organisasi
pemerintah daerah otonom baru di Propinsi Gorontalo. Data dikumpulkan dengan
menggunakan teknik observasi, angket dan wawancara mendalam. Data yang
terkumpul dan dianalis dengan menggunakan SEM {Structural Equation Modeling) dan
dengan memakai perangkat lunak LISREL {Linear Structural Relationship).
Keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom baru diukur
berdasarkan pemenuhan tujuh prakondisi daerah otonom: lembaga perwakilan yang
mendukung terciptanya ikiim demokrasi dan pembelajaran politik rakyat berbasis
partisipasi masyarakat lokal; manajemen urusan daerah dilakukan secara optimal;
kelembagaan pemerintah daerah terbangun berdasarkan kewenangan, kebutuhan^
kemampuan yang dimiliki; supervisi dan monitoring dilakukan sebagai dasar penilaian
hasil pembangunan daerah; manajemen pelayanan publik dasar yang terlaksana
secara efislen, efektif, ekonomis dan akuntabel; tersedia personalia yang dibutuhkan
untuk mendukung kelancaran tugas pemerintah daerah dan tersedia sumber
keuangan yang cukup untuk membiayai pembangunan daerah.
Kebljakan, organisasi dan lingkungan implementasi kebijakan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah
otonom bam. Kebijakan diwakill oleh aspek kesesualan tujuan kebijakan, konsistensi
dan kejelasan isi kebijakan, jenis manfaat yang dihasilkan, efektivitas penyampaian
dan perubahan yang ten'adi melalui implementasi kebijakan. Kemudian, organisasi
diwakili oleh adanya tugas pokok dan fungsi yang jelas untuk dilaksanakan oleh
instansi pemerintah daerah; kegiatan intra dan antar unit organisasi pemerintah
daerah terkoordinasi dan sinkron satu sama lain; adanya struktur organisasi yang
mewadahi dan mencirikan dinamika kegiatan yang dilakukan; sistem kepegawaian
yang didasarkan pada kecakapan dan keahlian; sistem kompensasi yang berbasis
kinerja serta tersedia sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran tugas
pemerintah. Kemudian, lingkungan diwakili oleh aspek kerjasama antar lembaga
secara horizontal dan vertikal; hubungan sosial yang solid; budaya organisasi sebagai
perekat yang menyatukan langkah pemerintah daerah; aspek politik lokal yang berciri
demokratis berbasis partisipasi masyarakat; potensi sumber daya alam yang
dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan daerah; kepemimpinan berdasarkan
hati nurani dan partisipasi lembaga mitra untuk memacu akselerasi pembangunan
daerah. Selanjutnya, pemodelan persamaan struktural hubungan antara faktor
kebijakan, organisasi dan lingkungan serta pengaruh ketiga faktor tersebut terhadap
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom baru menunjukkan nilai
probabilitas signifikansi 0,99943 (p > 0.05). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara matriks kovarian model teoritik dengan matriks kovarian data.
Implikasi teoritis penelitian ini menguatkan perpaduan elemen dalam model
implementasi kebijakan sebagai proses politik dan administrasi, model kesesualan,
model linier dan model interaktif. Efek sinergisnya, terdapat dimensi baru bernama
"dimensi infrastruktur" implementasi kebijakan yang sekaligus menguatkan konstruksi
model deskriptif sistem determinan implementasi kebijakan yang dihasilkan. Tiga
dimensi dalam model sistem determinan implementasi kebijakan melengkapi dimensi
model implementasi kebijakan yang ada, khususnya terhadap model proses politik
dan administrasi yang hanya meliputi dimensi isi kebijakan dan dimensi konteks
implementasi. Secara metodologis, penelitian ini mendukung kesesualan aplikasi
pendekatan analisis pemodelan persamaan struktural dalam menjelaskan pengaruh
kebijakan, organisasi dan lingkungan terhadap keberhasilan penyelenggaraan
pemerintahan daerah otonom baru. Keberhasilan tersebut didasarkan pada
pemenuhan prakondisi daerah otonom menjadi fondasi untuk menerapkan konsep
pemerintahan yang berwirausaha berbasis inovasi kelembagaan.
Berdasarkan konstruk teoritis (tesis) dan realitas di lapang (anti tesis) diperoleh
hasil analisis faktor konfirmatori (sintesis) pemikiran ilmiah mengenai keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom yang didukung dengan infrastruktur
yang kondusif bagi pelaksanaan kebijakan dalam konteks pemerintah daerah.
Keberhasilan tersebut didasarkan pada pemenuhan ketujuh prakondisinya yang
dipengaruhi oleh faktor yang saling berhubungan antara isi (kebijakan), infrastruktur
(organisasi) dan konteks (lingkungan) implementasi kebijakan. Implikasi kebijakannya
adalah stakeholders kebijakan perlu mencermati kondisi aktual daerahnya agar
sinyalemen bahwa pemekaran sebagai derita bagi sang induk dan nestapa bagi rakyat
miskin di daerah otonom baru tidak menjadi pengalaman buruk yang berulang hanya
untuk kepentingan politik atau ajang perburuan jabatan bagi pihak tertentu di daerah.

ABSTRACT
"Regional Pemekaran" (proliferation of the regions) is a new trend that
conveyed implementation policy of establishment new regional autonomy and it also
answered various problems appeared in administering the local government in
Indonesia. Implementation policy mentioned has been directed on ultimate cause,
which efforts to improve people welfareness. Nevertheless, often times obstacles set
to emerge in implementing the policy due to interests in relevance to the motif of
Regional Pemekaran would be intended for constructive long term objectives or
merely temporarily yet unpopular. This research aimed to analyze the influence factor
of policy, organization, and environment on successful in administering the new
regional autonomy. Furthermore, the research also design a model equation on
structural relation between said three determined factors and its influence on
successful to oversee the new regional government.
This study conducted based on quantitative analysis method and design
evaluation on implementing policy. The unit analysis was represented by employee in
the organization of new local autonomy government in Gorontalo Province. Data
gathered was using observation technique, questionnaire, and in-depth interview.
Data collected was then analyzed with SEM (Structural Equation Modelling) and
availed by LISREL (Linear Structural Relationship) instrument.
Successful administering the new regional autonomy government measured
by completing seven regional autonomy pre-requisites, namely: representative
institution in support to establish democracy climate and lessons learnt society based
on civic iocal participatory, optimized regional management for internal affair,
institutionalized local government based on authority, need, and capacity, supervision
and monitoring as a base tool to assess regional development, management for
public service delivery implied effectively, efficiently, economically, and accountable,
competent personnel to support the administer local government, and availability
funding for regional development.
Policy, organization, and environment to implement the policy have been
positively influenced and significant on successful overseeing new autonomy of
regional government. Policy represented by relevant aspect on objective policy,
consistency and clarity of policy, output for beneficiary, effectivity in processing and
adjustment that occurred through implementation of the policy. In addition,
organization represented by main task and clear function to be implemented by
regional government institution; intra activity and inter unit organization of local
government coordinated and synchronized between another. Availability of
organization structure that coping and characterized their dynamic activity; personnel
system based on competencies; compensation system based on performance and
availability infrastructure that support the tasks for the government. Moreover,
environment embodied by aspect of cooperation between institution in horizontal and
vertical; solid social relation, organization culture to reunite into vision of local
government. Local political aspect characterized by democratize based on civil
participation. Cultivated potential of natural resource for local purpose. Additionally,
modeling equation relationship between factor policy, organization, and environment
and its influence on successful managing new autonomy local government has shown
probability significant value 0.99943 (p > 0.05). This means that there were no
significant differences between matrix Covarian theoretical model and Covarian matrix
data.
Theoretical implication from the research strengthened combination element
in model implementation policy as political and administration process, relevance
model, linier model, and interactive model. And its synergize effect, accessibility of
new dimension with so called " infrastructure dimension" implementation policy that
apparently strengthening the descriptive model determined system as a result of
implementation policy findings. Three dimension in system model determining policy
implementation complemented on current model implementation policy, especially
political and administration process model that only covered the dimension of policy
content and dimension of policy context. Methodologically, this research supported
relevant application on approach to analyze modeling structure in explaining policy
influence, organization, and environment for successful administering new autonomy
regional government. Successful mentioned above were basically due to fulfillment of
prerequisites of new regional autonomy as foundation to imply a concept of
entrepreneurial government based on institutional innovation.
Based on theoretical construct (thesis) and reality (anti thesis) obtained the
result of confirmatory analytical factor (synthesis) research on successful
administering regional autonomy government supported by conducive infrastructure
for policy implementation in regional government context. Implication of the policy
that policy stakeholders need to assess actual local condition in order to detect that
pemekaran caused suffer for holding and misery for poor people in new regional
autonomy would not duplicate as bad experience only for politic interest or chasing
position for certain parties in the region."
2007
D726
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustangimah
"Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis potret substansi pengaturan (regulatory substance) dan tata kelola pengaturan (regulatory governance) kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Indonesia; 2) merekonstruksi konsep akuntabilitas formal dalam tata kelola pengaturan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Indonesia; 3) merekonstruksi konsep akuntabilitas informal dalam tata kelola pengaturan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Indonesia; dan 4) mengkonstruksi model institusional untuk memperbaiki akuntabilitas formal dan akuntabilitas informal dalam tata kelola pengaturan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Indonesia.
Hasil analisis menunjukkan bahwa situasi problematikal dalam tata kelola pengaturan minyak dan gas bumi di Indonesia bersumber dari tataran kebijakan pengaturan UU 22/2001 yang mencakup proses dan substansi kebijakannya, serta tataran peraturan operasional yang mencakup proses penyusunan dan pelaksanaannya. Sebagai hasil rekonstruksi, akuntabilitas formal dikonsepsikan sebagai aspek formal regulasi yaitu aspek yang terkait dengan disain institusional yang merupakan fungsi dari konteks kebijakan dan aturan formal yang berlandaskan pada konstitusi, yang meliputi kesesuaian kebijakan pengaturan dengan konstitusi; kejelasan peran dan tujuan; otoritas; dan akuntabilitas. Adapun akuntabilitas informal dikonsepsikan sebagai aspek pembuatan dan pelaksanaan peraturan formal yang melibatkan pemangku kepentingan yang luas, yang meliputi partisipasi; transparansi; prediktabilitas; dan konsistensi.
Tata kelola pengaturan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Indonesia dapat diperbaiki dengan model tata kelola pengaturan antar institusi (inter-institutional regulatory governance), yang terdiri dari model akuntabilitas formal antar institusi (inter-institutional formal accountability) dan model akuntabilitas informal antar institusi (inter-institutional informal accountability). Adapun model institusional yang dikonstruksi untuk menopang tata kelola antar institusi dalam rangka memperbaiki tata kelola minyak dan gas bumi di Indonesia adalah model institusional tiga tingkatan fungsional dan tiga tingkatan struktural."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
D1410
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Amsyah
"ABSYTRAK
Masalah pokok disertasi ini adalah mengenai persepsi dosen di wilayah Jakarta terhadap perilaku penyalahgunaan wewenang keuangan dalam 0rganisasi. 0rganisasi terdiri dari tiga kelompok yaitu organisasi kenegaraan, niaga, dan kemasyarakatan. Yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah bagaimana hubungan antara masing-masing elemen internal dan linglcungan ekstemal organisasi dengan perilaku penyalahgunaan wewenang keuangan dalam organisasi.
Perilaku penyalahgunaan wewenang keuangan dalam organisasi (dalam disertasi digunakan juga istilah korupsi) merupakan perilaku karyawan yang bekerja dalam organisasi, karena itu teori dasar yang penulis gunakan adalah teori perilaku keorganisasian Teori yang sesuai antara lain adalah teori perilaku keorganisasian Keith Davis dan John W. Newstrom dalam bukunya Human Behavior at Work: Organizaiional Behavior. Dinyatakan bahwa perilaku keorganisasian adalah studi dan aplikasi
pengetahuan mengenai bagaimana karyawan bertindak dalam organisasi. Perilaku keorganisasian dipengaruhi oleh elemen-elemen internal yaitu manusia (people), struktu (structure), dan teknologi (technology), serta elemen-elcrnen lingkungan eksternal yaitu suprastruktur dan kemasyarakatan. Di dalam penelitian kelima elemen tersebut merupakan variabel-variabell yang berhubungan dengan variabel penyalahgunaan wewenang keuangan dalam organisasi. Berdasarkan variabel-variabel tersebut penulis tentukan indikator-indikator penelitian yang akan menjadi butir-butir pertanyaan kuesioner.
Populasi penelitian adalah pengajar perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) yang berjumlah sekilar 8000 orang di wilayah Jakarta. Dengan menggunakan tabel Rea dan Parker, penulis tentukan jumlah sampel sebanyak 360 orang. Secara purposive penulis pilih bidang/jurusan administrasi, hukurn, manajemen, ilmu po1itik, dan psikologi yang ada pada 12 (dua belas) Universitas dan sekolah tinggi yang menjadi kelompok rcsponden Dari 360 lembar kuesioner yang didistribusikan, kucsioner yang kembali sejumlah 329 lembar.
Tcmuan penclitian menunjukkan bahwa terjadi dan meluasnya penyahgunaan wewenang keuangan dalam organisasi adalah berhubungan erat dengan permasalahan-permasalahan internal dan eksternal organisasi, yailu: kepuasan kerja, disiplin, nilai-nilai, kepemimpinan atasan, penghargaan, golongan kepangkatan, budaya organisasi, karir, karakteristik pekerjaan, tertib administrasi, teknologi informasi jaringan, sistcm infomasi keuangan, kepemimpinan presiden, pengawasan fungsional, pengawasan dan hukum, birokrasi publik, pengawasan eksternal, pengawasan internal, kesenjangan ekonomi, pencucian uang, dwifunngsi, dan feodalisme.
Implikasi teoritis penelitian ini adalah bahwa korupsi atau penyalahgunaan wewenang keuangan dalam organisasi adalah tcrmasuk bidang perilaku keorganisasian yang dapat dikembangkan melalui penelitian-penelirian bidang lain. Permaslahan korupsi memang merupakan permasalahan yang luas dan rumit, karena itu sesuai dengan pendekatan bidang perilaku keorganisasian yang merupakan kombinasi antardisiplin yaitu: Psikologi (Psikologi Keorganisasian), Sosiologi (Sosiologi Keorganisasian), Antropologi (Budaya Organisasi), llmu Politik (Kekuasaan), Sojarah (Sejarah Organisasi dan Manajemen), dan Ekonomi (Teori Keputusan).
Dalam hal implikasi kebijakan, hasil penelitian dapat digunakan untuk keperluan penyusunan kebijakan agar dapat dilakukan pcngelolaan organisasi yang baik (goodgovernance) pada organisasi kenegaraan, niaga, maupun kcmasyarakatan."
2002
D505
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Kusumastuti
"ABSTRAK
Keunggulan bersaing suatu perusahaan dapat diciptakan melalui strategi penciptaan nilai. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis strategi penciptaan nilai dengan menggunakan konsep entrepreneurship, strategic management, strategic entrepreneurship dan ambidexterity (strategic dan contextual ambidexterity). Kajian ini menggunakan multimethodology (Rodriguez dan Mingers, 1997; Hardjosoekarto, 2012) karena mengaplikasikan lebih dari satu metodologi yaitu Peta Kognitif (Cognitive Map yang dikonversi menjadi System Dynamics) dan Soft Systems Methodology continuum dual imperatives (SSM based AR). Penggunaan aplikasi cognitive map dan SD adalah untuk memperkaya cultural stream of analysis dari SSM, khususnya pengungkapan situasi considered problematic di tahap ke-2 dan analisis debating di tahap ke-5.
Disertasi ini mengambil rujukan Lippo Karawaci yang keberhasilannya tidak terlepas dari peran pendiri sekaligus pemimpinnya, yaitu Mochtar Riady (Riady). Cognitive map digunakan untuk menggambarkan peta pemahaman Riady di dalam merumuskan keunggulan bersaing perusahaannya. Sedangkan SSM diaplikasikan sebagai metode untuk membangun proses pembelajaran di Lippo Karawaci yang mengacu pada kaidah Checkland (1990).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi proses pembelajaran yang berlangsung secara partisipatif dan berbasis budaya untuk mewujudkan keunggulan bersaing perusahaan yang berada dalam sistem terbuka yang rumit dan kompleks yang berbentuk serba sistem aktivitas manusia (human activity systems) dalam bentuk praktek ambidexterity. Implikasi CM di dalam pembelajaran memperlihatkan pentingnya 4 (empat) arah strategis pengelolaan sumber daya perusahaan yaitu sumber daya manusia (SDM), teknologi, keuangan perusahaan, dan aspek entrepreneur sebagai sumber keunggulan bersaing bagi perusahaan. Kajian ini menjadi penting karena merupakan best practice tentang bagaimana perusahaan yang besar dapat selalu menciptakan inovasi terhadap peluang baru dan sumber daya yang ada. Aktivitas exploratory innovation dan exploitative innovation terjadi dalam bentuk strategic dan contextual. Proses pembelajaran untuk mencapai keseimbangan ini merupakan pembelajaran menjadi ambidextrous organization.

ABSTRACT
Competitive advantage in a company can be created through value creation strategy. This research aims to analyze value creation strategy by using some concepts, such as entrepreneurship, strategic management, strategic entrepreneurship and ambidexterity (strategic dan contextual ambidexterity). This research uses multimethodology (Rodriguez dan Mingers, 1997; Hardjosoekarto, 2012) due to apply two systems of system methodology : Cognitive Map (subsequently converted to System Dynamics) and Soft Systems Methodology continuum dual imperatives (SSM). Application of cognitive map is to enrich cultural stream of analysis of SSM, especially debating analysis on the second and the fifth step.
This research was conducted on Lippo Karawaci which is can not be seperated from the role of its leader and founder, Mocthar Riady (Riady). Cognitive map is used to describe Riady?s cognition in formulating his company group?s competitive advantage. Meanwhile, SSM is a method to build learning process in Lippo Karawaci which following to Checkland (1990).
The result of this research shows that learning process occured and ongoing participatory based on culture to pursue the competitive advantage in an open of complicated and complex system that forming a human activity system in ambidexterity practice. Implication of CM shows the important of 4 (four) strategic direction in managing the company?s strategic resources?human resource, technology, financial, and entrepreneurial aspect are the source of competitive advantage. This research becomes important due to it?s best practice about how the big company is always create the new opportunities through innovation and learning process that occured simultaneous and becoming an ambidextrous organization.
"
2013
D1429
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>