Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S. Djulianto Susantio
"Kenyataan sehari-hari menunjukkan banyak peninggalan purbakala rusak atau lapuk oleh berbagai sebab. Secara umum faktor perusak dapat dibagi dua yaitu faktor alam dan fak_tor manusia. Faktor alam terdiri atas unsur biotik dan un_sur abiotik, sementara faktor manusia terdiri atas unsur yang disengaja dan unsur yang tidak disengaja.
Perusakan oleh unsur biotik, misalnya, terdapatnya beberapa jenis tumbuhan besar dan kecil pada dan di sekitar bangunan purbakala. Tumbuh-tumbuhan tersebut antara lain ilalang, pohon, lumut, ganggang, dan jamur. Pada beberapa bangunan purbakala tertentu, terjadi penerjangan batu-batu oleh sekawanan gajah dan pelapukan oleh hewan-bewan kecil. Perusakan oleh unsur abiotik, bangunan tidak dapat terhindar dari berbagai faktor cuaca yang ekstrim seperti panas, hu_jan, dan angin. Bahkan tidak dapat terhindar dari keadaan tanah yang labil atau gembur, serta gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung berapi, dan banjir. Perusakan oleh un_sur manusia yang disengaja misalnya vandalisme, grafitisme, ..."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S11821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanny Rahardjo Wahyudi
"Menurut kata-katanya arkeologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang masa lalu. Masa lalu yang di_pelajari adalah masa lalu masyarakat manusia beserta kebudayaannya. Kehidupan manusia masa lalu tersebut dipelajari melalui sisa-sisa kegiatan atau peninggal_an yang pernah ber-peran pada masanya (e rsteric contex). Sisa kegiatan itu amat beraneka ragam ben_tuknya, dapat digolongkan menjadi artefak (artifact),fitur (feature), ekofak (ecofact), clan. sinus (site). Pada kenyataannya data arkeologi tersebut kini tidak lagi berada dalam konteks sistem, melain_kan telah berada dalam konteks arkeologis (archaeo_logical contex) atau sebagiaa besar telah terpendam di dalam tanah (Schiffer 1976:27--8) sehingga ter_lebih dahulu harus ditampakkan, diolah, kemudian di_tafsirkan agar dapat memberi penjelasan tentang berbagai aspek kehidupan manusia di masa lalu."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S12087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Gaffar Ruskhan
"Kontak bahasa yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain akan berpengaruh pada bahasa yang bersangkutan. Kontak bahasa itu tidak dapat dipisahkan dengan kontak budaya yang terjadi, bahkan dipandang sebagai salah satu aspek kontak budaya. Weinreich (1953:5) menyebutkan bahwa pengaruh bahasa lain ke bahasa tertentu merupakan difusi dan akulturasi budaya. Menurut Schuchardt seperti yang dikutip Haugen (1992:198), pengaruh tersebut terlihat pada kosakata yang dipungut oleh bahasa tertentu. Hal itu merupakan ciri keuniversalan bahasa. Tidak ada satu bahasa pun yang luput dari pengaruh bahasa atau dialek lain. Bahasa Inggris yang merupakan bahasa terkemuka, misalnya, memungut tidak kurang dari separuh kosakatanya dari bahasa Latin, Yunani, Skandinavia, dan Perancis (Robins, 1991:438; Gonda, 1973: 26; Moeliono, 1968:441; 1981:162). Bahkan, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa Eropa yang terbuka terhadap pungutan (Jespersen, 1955; Baugh, 1968; Ahmad, 1992). Masalah pemungutan ke dalam suatu bahasa berkaitan dengan tingkat kedwibahasaan masyarakat yang melakukan perriungutan itu (Haugen, 1950;
1973; Broselow, 1991:200--201). Pada awalnya pemungutan terbatas pada penutur dwibahasawan. Setelah meniadi pungutan ("barang jadi"), penutur ekabahasawan memanfaatkannya meniadi kata sehari-hari (Moeliono, 1989: 162; Samsuri, 1980:58). Hal itu ditandai pula oleh penggunaan dua bahasa secara bergantian dan berturut-turut oleh penutur dwibahasawan atau alih kode (Haugen, 1992:198), baik dalam bentuk sebuah kalimat maupun di antara kalimat sehingga menghasilkan butir pungutan baru ke dalam perbendaharaan bahasanya (Clyne, 1987). Kondisi yang demikian berlaku pula di dalam bahasa Indonesia. Sebagai masyarakat yang multibahasa, alih kode yang menghasilkan pemungutan itu berlangsung dalam kehidupan berbahasa. Hal itu terlihat dengan cukup banyaknya pungutan dari berbagai bahasa, baik dari bahasa asing maupun dari bahasa daerah. Salah satu pungutan itu berasal dari bahasa Arab.
Pengaruh Bahasa Arab ke dalam bahasa Melayu--yang kemudian bernama Bahasa Indonesia--bersamaan dengan masuk agama Islam ke Nusantara. Berkaitan dengan pengaruh bahasa Arab itu, ada baiknya dikemukakan pandangan tentang masuknya agama Islam ke Nusantara. Ada dua pandangan mengenai masuknya agama Islam ke Nusantara ini. Pandangan pertama mengatakan bahwa agama Islam masuk ke Nusantara ini pada abad ke-7 (Baried, 1982; Sudarno, 1990; Dasuki et al., 1993; Azmi, 1993; Tiandrasasmita, 1993) dan pandangan lain mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara ini pada abad ke-13 Masehi (Tiandrasasmita, 1993; Abdulgani, 1993)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulasman
"Pertempuran di jalur jalan raya Cigombong- Sukabumi sampai dengan Ciranjang ( Cianjur) sepanjang 81 KM teljadi dua kali, yaitu pada tanggal 9 s/d 12 Desember |945 dan tanggal 10 s/d 14 Maret 1946. Dalam peristiwa tersebut, para pejuang Sukabumi yang terdiri dari itentara(TKR/ TRI ), badan-badan perjuangan rakyat, kelasykaran rakyat, pemerintah sipil ( Kotamadya dan Kabupaten Sukabumi ), instansi-instansi lain seperti PLN, Telepon, Rumah Sakit, Rakyat, Pondok Pesantren ( Kyai dan Santri ) bahu-mambahu untuk melakukan penyerangan dan penghadangan terhadap Konvoy Pasukan Sekutu yang akan kembali ke Bandung atau dan Bandung.
Peristiwa pertempuran itu disebabkan pertama pelanggaran pihak Sekutu terhadap perjanjian dengan pemerintah Indonesia mengenai pengurusan dan permulangan APWI yang akan melibatkan pihak Indonesia yaitu tentara ( TKR / TRI ) tidak ditepati. Pada saat dilakukan pengiriman bahan perbekalan untuk APWI di Bandung, pihak Sekutu tidak melibatkan tentara, malah mereka membonceng Belanda yaitu NICA yang berupaya untuk memulihkan kembali pemerintahan Kolonialnya di Indonesia. Kedua, untuk mempertahankan daerah Sukabumi, karena daerah tersebut merupakan daerah palang pintu ( Slang Boom ) dan daerah perekonomian potensial yang secara dasar finansial sangat menguntungkan bagi pihak Belanda.
Untuk menghadapi pasukan Sekutu, dilakukan mobilisasi dengan menghimpun kekuatan perjuangan yang ada di Sukabumi. Koordinasi dilakukan oleh Komandan Resimen TKR / TRI Sukabumi sebagai komandan lapangan yang bertanggung jawab mengenai pelaksanaan penghadangan dan penyerangan terhadap Konvoy Pasukan Sekum Komandan Resimen melakuakan koordinasi dengan pemerintah sipil ( Kabupaten dan Kotamadya Sukabumi ), tokoh masyarakat, tokoh politik, badan-badan perjuangan rakyat dan instansi-instansi lainnya agar semua kekuatan perjuangan di Sukabumi terhimpun menjadi Satu kekuatan besar.
Selain itu dilakukan pembagian tugas sesuai dengantugas, dan fungsinya masing-masing Selain melakuakan koordinasi dengan seluruh kekuatan perjuangan dirumuskan Sandi Perjuangan, Strategi dan Taktik Serta Herdislokasi Pasukan. Sandi yang digunakan dalam pertempuran ilu adalah menaldukcm ular berbisa. Untuk menghindari dari pertempuran terbuka dan frontal, maka strategi dan taktik yang digunakan adalah Hit and Run dengan Kiri/mmf. Sedangkan agar kekuatan pasukan merata dan dapat menghadapi Konvoy Pasukan Sekutu sepanjang 81 KM, maka dilakukan herdislokasi pasukan. Resimen TKR I TRI Sukabumi dibagi menjadi empat Batalyon dan setiap Batalyon dibagi menjadi empat Kompi. Masing-masing Batalyon menempatkan pasukannya di tempat-tempat yang menjadi daerah penyerangan. Setiap daerah penyerangan ditempatkan para penembak jitu Sniper ) sehingga jalur Sepanjanga 81 KM dari Cigombong sampai Ciranjang merupakan garis penembak jitu ( Sniper Line ).
Pertempuran yang terjadi di Sukabumi, telah memberikan dampak secara politis bagi diplomatis pemerintahan Indonesia. Karena dengan pertempuran tersebut, maka pihak Sekutu mengajak berunding kembali untuk pengurusan masalah Tawanan Perang dan lntermiran. Tindakan Sekutu itu, scara tidak langsung merupakan pengakuan defacto terhadap keberadaan pemerintah Indonesia.
Penelitian ini dilakulcan dengan menggunakan teori Collecrive Action yaitu Collective Reaction. Metode penulisan digunakan Metode Penelitian Sejarah yang meliputi Heurisik, Kritik, Interpretasi dan Histiografi untuk sumber penelitian mengunakan arsip, wawancara dan buku."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T32902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia
"Bentuk awal dari perdagangan dilakukan secara tukar menukar barang yang diperlukan, dikenal dengan istilah barter. Tukar menukar akan berlangsung jika seseorang dapat menawarkan suatu barang yang diinginkan oleh kedua dan orang kedua memiliki barang yang dibutuhkan oleh orang pertama (penawar) (Sadono Sukirno 1981:224)Kesulitan dari perdagangan secara barter adalah pertukaran hanya mungkin terjadi apabila,keduanya me_miliki barang-barang yang diinginkan oleh masing-_masing pihak. Selain itu kesulitan untuk memberikan nilai pada suatu benda.Untuk mengatasi kesulitan yang timbul, digunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantara dalam kegiatan tukar menukar (media pertukaran), yang kemu-dian dikenal sebagai uang.Tujuannya: adalah untuk memudahkan kegiatan tukar menukar dan perdagangan.Dalam sistem ekonomi uang mempunyai empat peranari yaitu sebagai alat tukar (media pertukaran), sebagai satuan nilai, sebagai alat untuk..."
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S11535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusmaini Eriawati
"Masalah pengenalan cara pakai peralatan masa lalu. Salah satu masalah yang sering dihadapi dalam penelitian arkeologi adalah masalah interpretasi cara pakai suatu peralatan masa lalu, yang merupakan bagian dari masalah yang lebih besar, yaitu tingkah laku manusia pada masa lalu. Menurut teori-teori dasar arkeologi, proses tingkah laku dalam kegiatan pakai ini digolongkan ke dalam teori pradeposisi yang memasalahkan hubungan sistematik antara benda sebagai hasil kebudayaan materi dan tingkah laku manusia dalam konteks sistem atau dalam masyarakat yang masih hidup. Salah satu sebab mengapa penelitian mengenai masalah interpretasi cara pakai peralatan pada masa lalu belum banyak dilakukan ialah sangat terbatasnya data yang diperoleh. Hampir semua temuan yang didapat keadaannya fragmentaris dan telah mengalami proses transformasi, baik kualitatif, kuantitatif, formal, maupun relasional."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S11919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan
"Antara manusia dengan lingkungan agamanya terdapat hubungan yang linier sehingga pendekatan ekologi semakin dirasakan penting untuk memahami masalah ekologi. Pendekatan ekologi adalah pandangan yang mempersoalkan adanya hubungan timbal balik antara manusia berikut pengetahuan yang dimilikinya. Dengan upaya pengelolaan sumberdaya yang tersedia. Berdasarkan pandangan tersebut, dapat diperkirakan bahwa lingkungan yang berbeda akan mempengaruhi strategi adaptasi masing-masing kelompok masyarakat yang hidup didalamnya. Situs Banten Lama dan Situs Trowulan dijadikan daerah penelitian dengan alasan, (a) kompleksitas di kedua situs dapat dikatakan sama, yaitu situs kota, perbedaannya hanya kronologi, (b) kedua situs itu masing-masing meninggalkan data sumur, (c) belum adanya penelitian lintas budaya yang dilakukan oleh disiplin arkeologi. Pengumpulan data sebaran sumur di kedua situs ternyata tidak memperlihatkan adanya adaptasi langsung terhadap kedua lingkungan itu, mungkin lebih dekat dengan pola huni dan tata ruang tempat tinggal. Pengumpulan data bentuk dan ukuran sumur mungkin lebih dekat dengan banyaknya jumlah pemakai. Pengumpulan data mengenai bahan, di kedua situs terakota dipergunakan, kerang dan karang di Banten Lama dipergunakan karena lingkungan menyediakannya sedangkan di Trowulan tidak dipergunakan karena lingkungan tidak menyediakan. Pembuatan struktur dinding di Trowulan hanya untuk penguat dan Banten Lama untuk menyaring air laut. Perbedaan ketinggian muka air di kedua situs mungkin karena perbedaan ketinggian situs dari muka laut."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S11855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Quendangen Ignatius Loyola
"Arkeologi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari sisa peninggalan masa lalu untuk mengungkapkan kehidupan masyarakat masa lalu serta berusaha untuk merekonstruksi tingkah laku masyarakat tersebut dan perubahan kebudayaannya. Inilah yang menjadi sebagian dasar di dalam pemilihan topik penelitian. Batu lumpang prasejarah dipilih karena Benda tersebut merupakan sebagian basil kebudayaan dari masa lalu.Tradisi megalitik yang berkembang sejak periode prasejarah, tidak meninggalkan berita tertulis. Dengan melakukan penelitian terhadap benda-benda peninggalan yang berasal dari tradisi itu maka diharapkan akan da_pat diketahui bagaimana tingkah laku dan kebudayaan pada masa prasejarah, sebab menurut Schiffer berdasar_kan basil penelitian kebudayaan materi masa lalu, akan dapat diketahui bagaimana tingkah laku dan kebudayaan masa itu."
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S11606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Martati
"Alasan dan tujuan penelitian gerabah prasejarah khususnya di Plarangan (Jawa Tengah), karena selama ini belum cukup tulisan-tulisan yang membicarakan mengenai gerabah dan membahasnya sampai dengan analisis teknologis. Dalam penelitian ini akan diambil sampel 22 buah (4 buah tempayan, 7 buah periuk dan 11 buah cawan) untuk analisis tipologis sedangkan untuk analisis teknologis dipergunakan sampel..."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S11565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Setiawan
"Hal yang sangat menarik di antara sisa-sisa purbakala adalah keris. Keris merupakan senjata tradisial yang paling menonjol dari masa ke masa, bahkan sekarang masih dianggap sebagai sen_jata keramat oleh masyarakat pada umumnya. Keris banyak diteliti bukan berdasarkan disiplin arkeologi, melainkan penelitiannya le_bih didasarkan pada pendekatan antropologi, khususnya dalam men_duga adanya sifat magis yang dikandungnya. Bila ditilik dari sejarahnya, keris sulit untuk memberikan keterangan secara pasti. Tetapi untuk mengetahui gambaran sekilas dapat dibuktikan melalui beberapa sumber tertulis baik berupa nas_kah kuno maupun sumber lainnya berupa hasil peninggalan masa lampau. Sumber-sumber tertulis yang dimaksud antara lain Kitab Suluk Tambangraras (Centini), Kitab Pararaton, ceritera pewayangan yang bersumber pada Kitab Mahabhrata _ Arjuna Wiwaha, dan beberapa pra_sasti, sedangkan sumber lainnya dapat dijumpai melalui beberapa relief candi khususnya yang menggambarkan. tentang senjata. Juga perlengkapan arca sebagai salah satu bagian dari laksananya. Hasil dari penelitian ini lebih menitikberatkan pada tipologi keris Jawa, disanping itu juga berusaha mengungkapkan peranan keris itu sendiri dalam masyarakat. Selanjuthya metode yang digunakan, tentu disesuaikan dengan tujuan yang hendak di_capai yaitu dengan menggunakan metode kiasifikasi dan analisis. Kemudian sebagai penunjang utama dalam penulisan ini menggunakan studi kepustakaan, tujuannya untuk memberikan gagasan informasi yang dibutuhkan di dalam penyelesaian masalah akhir dari penulisan ini, sehingga tercapai sasaran yang dimaksud."
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S11466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>