Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
J. Handoko Koesnadi
"Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan membandingkan kelompok siswa penyelam (Selamal) sebanyak 43 laki-laki sehat sebagai kelompok perlakuan, dan kelompok siswa perawat (Sekesal) sebanyak 39 laki-laki sehat sebagai kelompok kontrol dan berumur antara 21-33 tahun; terhadap perubahan Volume Ekspirasi Paksa 1 detik (VEPI) per Kapasitas Vital Paksa (KVP) dan denyut nadi di Iingkungan normobarik (darat) dan submersi (air) path pralatihan dan pascalatihan. Intervensi hanya dikerjakan pada kelompok perlakuan berupa latihan fisik dasar dan latihan menyelam selama 12 minggu.
Pengukuran dilaksanakan saat pralatihan dan pascalatihan pada kondisi submersi dan normobarik dengan menggunakan Spirometer, Palpasi dan Sphygmomanometer. Hasil dari peneitian ini, setelah intervensi dilakukan tidak ada perbedaan yang bermakna pada nilai VEP1/KVP pada kedua kelompok di kondisi normobaiik, tetapi pada kondisi submersi ada perbedaan bermakna. Perbedaan bermakna juga ditunjukkan pada nilai nadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol baik pada kondisi normobarik maupun submersi.
Kenyataan ini menunjukkan ada pengaruh lingkungan hiperbarik terhadap fisiologi paru-paru dan kardiovaskuler, juga fenomena bradikardi yang telah dìbuktikan peneliti terdahulu. Kondisi hiperbaiik dapat menyebabkan menurunnya VEP1/KVP dan denyut nadi karena beberapa faktor dan sebagai akibat dari tekanan negatif dan kondisi pernafasan tanpa gravitasi.

This research used experimental design to compare military diver group student as a treated group, the samples are 43 healthy male and group of nurse student as a control group, to the samples are 39 healthy male, age between 21 ?33 years old to the change of FEV1/EVC and the pulse in the normobaric environment and submersion during preexercise and post-exercise. Intervension was done only by treated group in basic physical exercise and diving exercise for 2 hours/ day for 12 weeks.
Measurement was done during pre-exercise and post-exercise in the submersion and normobaric odition by using Sirometer, Palpation and Sphygtnotnanometer. The result of this research showed that after intervenSiofl was done there is no significant differences of the value FEV1/FVC on both group in normobaiic condition, but in submersion condition there is significant differences. Significant differences of the pulse value also showed among on the treated group and control group either normobaric condition or sUbmerSion condition.
This fact showed that there is an influence of hyperbaric environment to the physiology of lung and cardiovascular also the bradicairdy phenomene as its proved by the former researchers. Hyperbaric condition can cause decrease of FEV1/FVC and pulse because of some factors and the consequences are negative pressure and breathing condition without gravitation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Indah Lestari
"

Latar BelakangCarpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan kelainan neuropati perifer terbanyak pada ekstremitas atas akibat terjebaknya atau terjepitnya saraf medianus pada terowongan karpal. Pada pekerja seringkali diakibatkan oleh gerakan repetitif dengan fleksi dan ekstensi pada daerah pergelangan tangan, gerakan menggenggam erat, getaran. Kasus CTS merupakan gangguan muskuloskeletal pada ekstremitas atas yang mengakibatkan pembiayaan kesehatan yang besar, kurangnya produktivitas, hilangnya hari kerja hingga terjadinya disabilitas.

Tujuan : menilai efektivitas terapi nonoperatif bila dibandingkan dengan terapi operatif pada pasien dengan CTS.

Metode : Penelusuran artikel dengan menggunakan Pubmed dan Google Scholar dan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil pencarian artikel tersebut kemudian dilakukan telaah dengan menggunakan kriteria penilaian validitas, tingkat pentingnya hasil yang didapat pada penelitian tersebut, dan kemamputerapan.

Hasil : Studi dalam systematic review ini masih mencakup studi yang sedikit dan sangat heterogen dengan outcomes yang bervariasi sehingga secara clinical efficacy belum dapat diyakini bahwa salah satu intervensi lebih baik yang lainnya pada tatalaksana CTS. Hasil gabungan dari analisis subgrup berupa peningkatan fungsi, peningkatan gejala, peningkatan parameter neurofisiologis, dan biaya perawatan pada waktu tindak lanjut yang berbeda menunjukkan bahwa perbedaan tidak signifikan secara statistik antara kedua intervensi. Perbedaan komplikasi dan efek samping secara statistik signifikan dan pengobatan non operatif mencapai hasil yang lebih baik daripada operatif (OR= 2,03, 95% CI= 1,28-3,22, p= 0,003).

Kesimpulan : Tatalaksana pada pasien Carpal Tunnel Syndrome baik dengan intervensi operatif maupun non operatif memiliki keuntungan masing- masing. Hasil intervensi dari segi peningkatan fungsi, perbaikan gejala dan parameter neurofisiologi serta pembiayaan tidak ada ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Intervensi operatif dapat dilakukan apabila perawatan non operatif gagal.


Background : Carpal Tunnel Syndrome (CTS) is the most common peripheral neuropathy in the upper extremities due to trapping or pinching of the median nerve in the carpal tunnel. In workers it is often caused by repetitive movements with flexion and extension on the wrist area, tight grasping movements, vibration. CTS cases are musculoskeletal disorders of the upper extremities with the most expensive health financing in the United States. In addition, it also causes loss of work days that exceed other occupational diseases other than fractures. CTS also results in large compensation expenditures, lack of productivity to disability.

Objective: to assess the effectiveness of nonoperative therapy when compared with operative therapy in patients with CTS.

Methods: Searching the articles by using Pubmed and Google Scholar as well as inclution and exclution criteria predetermined, articles were than performed using the assesment criteria of validity, importance, and ability applied

Results: The studies in this systematic review still include few and very heterogeneous studies with varying outcomes so that clinical efficacy cannot yet be believed that one of the other interventions is better in the management of CTS. The combined results from the subgroup analysis of improved function, improved symptoms, increased neurophysiological parameters, and treatment costs at different follow up times showed that the difference was not statistically significant between the 2 interventions. The difference in complications and side effects was statistically significant and nonoperative treatment achieved better results than operative (OR= 2.03, 95% CI= 1.28-3.22, p= 0.003).

Conclusion: The management of Carpal Tunnel Syndrome patients with both operative and non-operative interventions has their respective advantages. The results of the intervention in terms of improved function, improvement of symptoms and neurophysiological parameters and financing there is no significant difference between the two. Operative intervention can be done if non-operative care fails.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utu Sili
"Ruang Lingkup dan Cara penelitian : Dalam melaksanakan pekerjaan fisik yang baik diperlukan fungsi paru yang baik. Pengetahuan tentang faktor - faktor yang mempengaruhi fungsi paru dapat dimanfaatkan untuk perencanaan langkah-langkah upaya pencegahan. Telah dilakukan suatu studi Kros - Seksional di tambang emas Pongkor untuk mengetahui prevalensi gangguan fungsi paru dan diketahui ada tidaknya hubungan fungsi paru dengan faktor umur, lama kerja, tempat kerja, kebiasaan merokok dan pemakaian alat pelindung diri, masker. Sampel penelitian adalah seluruh pekerja yang memenuhi kriteria persyaratan sampel penelitian, dan berjumlah 132 orang.
Hasil dan kesimpulan : Fungsi paru pekerja tambang emas di Pongkor adalah sebagai berikut : Penurunan KVP ( kasus reetriktif ) 16 orang (12,1 %), penurunan VEP1/KVP ( kasus obstruktif ) 2 orang ( 1,5 % ), keluhan saluran pernafasan 28 orang ( 21,2 % ), kelainan pemeriksaan fisik 36 orang ( 27,3 % ) dan kelainan pemeriksaan radiologik 7 orang {14%). Faktor yang mempengaruhi penurunan KVP secara bermakna adalah pemakaian alat pelindung diri masker ( p < 0,05 ), sedangkan faktor umur, lama kerja, tempat kerja dan kebiasaan merokok tidak berpengaruh secara bermakna.

SCOPE AND METHOD OF STUDY : A Cross - Sectional study was conducted on gold mining workers at Pongkor. The aim of the study was to assess lung functions and the influencing factors : age, duration of work, place of work, smoking habits and using protective masks. One hundred and thirty two respondents from a total of 300 workers met the criteria for the study.
RESULTS AND CONCLUSION : The results showed that the prevalence of decrease in FVC was 12,1 %, decrease of FEV1/FVC was 1,5 %, respiratory symptoms was 21,2 %, abnormal finding of pulmonary examinations was 27,3 % and radiological abnormality was found in 7 out of 50 respondents. The use of protective masks had significant influence on the prevention of the decrease in lung function ( p < 0,05 ).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafael Nanda Raudranisala
"Latar Belakang: Tingginya pajanan tekanan dan beratnya aktivitas fisik saat bekerja menyebabkan nelayan berisiko kehilangan cairan dan elektrolit tubuh. Kehilangan elektrolit ini dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan dan mempengaruhi produktivitas. Salah satu cara mencegahnya adalah dengan mengkonsumsi cairan isotonik. Air kelapa merupakan cairan isotonik alami yang mudah didapat dan banyak beredar dalam bentuk kemasan dipasaran. Disisi lain mengkonsumsi air kelapa berisiko meningkatkan tekanan darah akibat peningkatan asupan harian natrium. Sehingga diperlukan adanya studi untuk mengungkap pengaruh suplementasi air kelapa kemasan terhadap kadar elektrolit darah dan tekanan darah pada nelayan
Metode: Penelitian true experimental pada populasi nelayan penangkap ikan dan pencari kerang dengan total subjek sebesar 37 yang dibagi secara random dan blinding menjadi 18 subjek untuk kelompok intervensi dan 19 subjek untuk kelompok kontrol. Subjek secara single blind diberikan cairan intervensi berupa air kelapa kemasan yang diberikan bersama dengan air mineral sebagai cairan kebutuhan dasar. Pengambilan data kadar elektrolit darah dan tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.
Hasil: Dari hasil analisa statistik sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok suplementasi air kelapa terdapat penurunan bermakna kadar natrium darah (p 0.012) dan klorida darah (p 0.011), sedangkan kadar kalium dan tekanan darah tidak mengalami perubahan bermakna. Perbandingan kadar elektrolit darah dan tekanan darah setelah intervensi antara dua kelompok tidak menunjukan adanya perbedaan bermakna.
Kesimpulan. Secara statistik konsumsi air kelapa kemasan sebagai cairan suplementasi menyebabkan penurunan kadar natrium dan klorida darah mesikipun tidak bermakna secara klinis. Disisi lain jika dibandingkan dengan kelompok kontrol, air kelapa tidak berbeda dalam mempengaruhi kadar elektrolit darah dan tekanan darah.

Background: Being expose to heat stress and heavy physical work make fishermen at risk of losing body fluid and electrolyte. This condition can cause serious health problem and affect productivity. Consuming isotonic water will prevent those risk. Coconut water is a natural isotonic solution that widely available on commercial packaged. In other hand, consuming coconut water can increase daily sodium intake and increase blood pressure. Further study is needed to reveal the effect of packaged coconut water on blood electrolyte level and blood pressure among fisherman.
Method: True experimental study was conducted among fisherman and clam seeker. A total of 37 subjects was divided randomly into interventional group (18 subjects) and control group (19 subjects). Subject was single blindedly given packaged coconut water as interventional solution accompenied by mineral water as basic fluid needs. Blood electrolyte and blood pressure was obtained before and after work.
Result:Statistically analysed on pre and post intervention of packaged coconut water supplementation group, showed a significant decrease of blood sodium level (p 0.012) and blood chloride level (p 0.011). While post interventional comparison between two groups show no difference neither blood electrolyte level nor blood pressure.
Conclusion: Statistically consuming packed coconut water as supplementation resulting on a decrease of blood sodium and chloride level, eventhough the decrease is not clinically significant. In other hand comparing to control group, packed coconut water has no difference on affecting blood electrolyte level and blood pressure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lidwina Margaretha Laka Bansena
"Pendahuluan: Debu tepung adalah pajanan alergen terhadap pembuat roti yang telah diidentifikasi sebagai faktor determinan sensitisasi alergi dan dapat dilihat dari tingginya prevalensi kejadian atopik alergen gandum. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor individu dan faktor pekerjaan yang berperan terhadap kejadian atopik alergen gandum pada pembuat roti tradisional di Jakarta.
Metode: Penelitian potong lintang komparatif ini dilakukan pada pembuat roti tradisional di 10 pabrik roti di Jakarta dengan membandingkan antara 26 pekerja yang atopik terhadap alergen gandum dengan 79 pekerja yang tidak atopik. Data faktor individu dan faktor pekerjaan diperoleh dengan menggunakan kuesioner, data atopik alergen gandum diperoleh dengan melakukan tes tusuk kulit, dan data higiene lingkungan kerja diperoleh dengan menggunakan nilai tilik mold & dampness assessment sheet NIOSH.
Hasil: Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, ditemukan bahwa faktor determinan kejadian atopik alergen gandum pada pembuat roti tradisional di Jakarta adalah kebiasaan merokok (p = 0,047; OR 0,14; 95% CI 0,02-0,97), atopik terhadap tungau debu rumah (p = 0,022; OR 12,20; 95% CI 1,45-119,49), dan masa kerja (p = 0,044; OR 3,52; 95% CI 1,03-11,98).
Kesimpulan: Atopik terhadap tungau debu rumah dan masa kerja meningkatkan risiko untuk mengalami kejadian atopik alergen gandum, sedangkan kebiasaan merokok sedang-berat mengurangi kejadian atopik alergen gandum.

Background: Wheat flour is an occupational exposure to the bakers that has been identified as a determinant allergen among the bakers that can be seen from the high prevalence of atopic events. This study aimed at exploring factors that contribute to the event atopic wheat allergens in traditional bakers in Jakarta.
Methods: This cross sectional comparative study was conducted in 10 traditional bakeries in Jakarta by comparing 26 atopic workers to wheat allergens with 79 non-atopic workers. Data about individual and occupational factors were obtained using a questionnaire, atopic to wheat allergens obtained by conducting skin prick tests, and work environment hygiene data obtained by using NIOSH mold & dampness assessment sheet.
Results: Based on the results of logistic regression analysis, it was found that the determinant factor for developing atopic wheat allergens among traditional bakers in Jakarta was smoking habits (p = 0.047; OR 0.14; 95% CI 0.02-0.97), atopic to house dust mites (p = 0.022; OR 12,20; 95% CI 1.45-119.49), and work period (p = 0.044; OR 3.52; 95% CI 1.03-11.98).
Conclusion: Atopic to house dust mites and work period increases the risk factors to the occurrence of atopic to wheat allergen, while moderate-heavy smoking habits reduced the risk of the occurrence of atopic to wheat allergen.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Elfrida Rinawaty Br.
"Bahaya potensial di Rumah Sakit mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja bagi pekerjanya, risiko potensial bagi pengunjung, pasien dan lingkungan. Kejadian terpajan bahan pathogen pada pekerja di suatu Rumah Sakit Jakarta masih terjadi meskipun sudah pelatihan pencegahan infeksi. Akibat lain, tingginya biaya serta adanya kehilangan jam kerja akibat kecelakaan tersebut. Kecelakaan dan penyakit kerja tersebut seharusnya dapat dicegah.Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan jenis pelatihan dengan kejadian terpajan bahan pathogen dan faktor yang berhubungan, mengetahui insidensi kejadian terpajan bahan pathogen di suatu Rumah Sakit Jakarta pada 2008-2012. Penelitian menggunakan disain potong lintang. Populasi sebanyak 212 orang terdiri dari dokter, perawat, bidan dan analis laboratorium.
Diperoleh 110 responden. Data didapatkan melalui kuesioner, pengamatan perilaku dan lingkungan kerja. Didapatkan insidensi kejadian terpajan bahan pathogen sebesar 15,5%. Terdapat hubungan bermakna antara perilaku kurang dan pekerjaan perawat dengan kejadian terpajan bahan pathogen. Perilaku kurang meningkatkan risiko 3,5 kali lebih besar serta merupakan faktor dominan terhadap kejadian terpajan bahan pathogen. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara faktor demografi, pekerjaan, jenis pelatihan, pengetahuan dan sikap dengan kejadian terpajan bahan pathogen. Dilakukan pengawasan praktek Kewaspadaan Standar dan pengadaan pelatihan pencegahan infeksi standar untuk mencegah kejadian terpajan bahan pathogen.

Potential hazards in hospitals lead to occupational illness and accidents for workers and potential risk for visitors, patients and the environment. Incidence of pathogenic material exposed healthcare workers at hospital Jakarta occur despite being given trainings. Another effects are the high costs and the loss of working hours due to the accident. Occupational illness and accidents caused by that incident could have been prevented. The objective is to asses the correlation between the incidence and other related factors, and to know the incidence of pathogen incidence of exposed materials in hospital Jakarta in 2008-2012. This study used cross sectional design.
Found 110 subjects out of 212 (doctors, nurses, midwives, laboratory analysts). The data collected from questionnaires, workers practices and working environment observation. The incidence is 15,5%. Low practices factor and occupation (nurse) have meaningful relation. Low practices increases the risk 3,5 times greater, and is the dominant factor. There were no relation between factors of demographic, workings, types of infection prevention trainings, knowledge and attitude with the incidence. Conducted supervision of practices Standard Precaution and infection prevention trainings standard to prevent the incidence of pathogenic material exposed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Rohim
"Tesis ini menganalisa hubungan antara penggunaan suatu perangkat lunak terhadap kepatuhan pekerja untuk melakukan jeda kerja saat bekerja dengan komputer dalam rangka mencegah repetitive strain injury. Penelitian menggunakan desain cohort pada dua kelompok subyek dengan masing-masing sebanyak 26 subyek penelitian dengan menggunakan data primer dari log-timer dan pengamatan visual. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna penggunaan perangkat lunak terhadap kepatuhan melakukan jeda kerja dengan kemungkinan kepatuhan 10 kali lebih baik dibandingkan dengan tidak menggunakan perangkat lunak (RR=10 p<0,001 dan 95%CI=2,967-38,500). Serta tidak adanya hubungan bermakna antara faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, indeks massa tubuh serta masa kerja dengan kepatuhan melakukan jeda kerja saat bekerja menggunakan komputer. Pada penelitian ini diperoleh informasi bahwa ada sembilan orang subyek yang patuh melakukan jeda kerja akan tetapi tetap melakukan aktivitas pengetikan menggunakan perangkat lain selain komputernya seperti telepon genggam atau komputer jinjing saat jeda kerja, serta ada 16 orang subyek yang tidak patuh melakukan jeda kerja tetapi melakukan aktivitas peregangan atau diam saat jeda kerja. Hasil penelitian menyarankan agar perusahaan melakukan suatu upaya untuk dapat mengingatkan pekerja agar dapat patuh melakukan jeda kerja saat bekerja menggunakan komputer.

The research is to analyze the effect of using a software to worker’s compliance in computer work break to prevent repetitive strain injury. It was cohort design on two groups with 26 respondens each by using primary data from log-timer and visual assesment. The results showed significant relation between the using of software and worker’s compliance to computer work break with 10 times compliance compared with group without software (RR=10 p<0,001 and 95%CI=2,967-38,500). And there was a non-significant relation between age, sex, education, body mass index and years of service towards worker’s compliance for computer work break. This research showed that nine respondens that is comply to have workbreak but still have typing activities using other gadgets such as handphone or laptop during workbreak, and there was 16 respondens that is not comply to have workbreak but doing stretching during workbreak. This Research suggests that company had something to remind workers to have a regular computer work break."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Rubiana
"Latar Belakang: Analisis mengenai perubahan fungsi paru yang terjadi pada pekerja yang terpajan debu Terephthalic Acid belum banyak dilakukan penelitiannya. Dari hasil pemeriksaan kesehatan perusahaan penghasil Terephthalic Acid menunjukkan banyak karyawan yang mengalami restriksi serta ditemukan kenaikan jumlah pajanan debu pada tahun 2012. Dalam penelitian ini ingin dinilai perubahan persen prediksi KVP, VEP1 dan VEP1/KVP (%) antara 2 tahun pemeriksaan kesehatan tahunan pekerja yang terpajan debu Terephthalic Acid.
Metode Penelitian: Desain yang digunakan adalah serial cross sectional menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2011 dan 2012. Sebanyak 43 orang diikutsertakan sebagai subyek penelitian setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil Penelitian: Rerata perubahan persen prediksi parameter yang dinilai dari tahun pemeriksaan 2011 dan 2012 tidak memberikan hasil yang bermakna secara statistik, namun ditemukan adanya peningkatan jumlah subyek yang mengalami restriksi di tahun 2012 dengan rerata nilai prediksi KVP pada tahun 2012 sebesar 75.57 ± 9.49. Tahun 2011 terdapat 23 subyek mengalami restriksi yang meningkat di tahun 2012 menjadi 26 subyek serta 1 subyek mengalami restriksi dan obstruksi.
Kesimpulan: Perubahan persen prediksi KVP, VEP1 and VEP1/KVP (%) antara 2 tahun pemeriksaan kesehatan tidak menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik, namun ditemukan jumlah subyek dengan kelainan restriksi yang cukup besar pada tahun 2011 yang angkanya meningkat di tahun 2012. Banyaknya pekerja pabrik Terephthalic Acid yang memiliki gangguan fungsi paru memerlukan tindakan intervensi untuk mencegah lebih banyak pekerja yang mengalami kelainan fungsi paru.

Background: Research on analysis of changes in lung function of workers exposed to Terephthalic Acid dust has little number. Health examination report of Terephthalic Acid Factory showed many workers with restricted lung function and there was an increasing level of dust measurement on 2012. This study is aimed to analyze changes of percent predicted FEV1, FVC and FEV1/FVC (%) between 2 years of annual medical examination report of workers exposed to Terephthalic Acid.
Methods: This study is a serial cross sectional, using secondary data from 2011 and 2012 annual medical examination report. Total vulnerable subject of 43 workers are included after fulfilling inclusion and exclusion criteria.
Results: The mean differences of delta percent predicted of observed parameters between 2011 and 2012 have not showed statistically significance value. However, number of subjects with restrictive have been increased in 2012 with mean difference of FVC (75.57 ± 9.49) in 2012 , in 2011 as many as 23 subjects experienced a restriction, in 2012 that number was increased to 26 subjects with restriction and 1 subject with obstruction and restriction.
Conclusion: The changes of percent predicted FEV1, FVC and FEV1/FVC (%) between 2 periods of health examination do not showed value that statistically significance, however it was found number of subjects with restrictive lung function is sizeable in 2011 and increased in 2012. The number of workers at the Terephthalic Acid factory with impaired lung function requires an intervention to prevent more workers with abnormal lung function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Eka Putri
"Latar Belakang : Pekerja emping banyak mengeluhkan gangguan musculoskeletal berupa nyeri tangan. Keluhan nyeri tangan sering timbul akibat cara kerja, posisi kerja serta alat kerja yang tidak sesuai. Proses kerja menggunakan alat kerja yang sederhana yaitu palu pemipih. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh perubahan bentuk alat kerja terhadap nyeri tangan. dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya nyeri.
Metode Penelitian : Desain penelitian adalah kuasi eskperimen satu grup pre dan post test, menggunakan intervensi alat kerja dari palu pemipih menjadi alu pemipih untuk menghilangkan fleksi ekstensi ≥ 20º pada pergelangan tangan dan mengurangi frekuensi gerakan repetitif. Dilakukan pada 31 orang pekerja emping yang mengalami nyeri tangan. Pengumpulan data dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan pengamatan. Kriteria inklusi masa kerja ≥ 1 tahun, bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent, kriteria eksklusi riwayat penyakit arthritis rheumatoid, kelainan kongenital pada tangan, sedang mengkonsumsi obat penghilang nyeri dan pernah mengalami fraktur pada tangan. Perubahan bentuk alat pemipi dari ?Palu Pemipih? menjadi ?Alu Pemipih? terdapat pada desain alat, berat alat serta cara penggunaannya. Pengukuran skala nyeri dengan menggunakan visual analog scale (VAS).
Hasil dan Kesimpulan : Hasil menunjukan Hipotesis terbukti terjadi penurunan rerata skala nyeri tangan sebelum dan sesudah penggantian alat kerja menggunakan alat pemipih yang telah dirubah bentuknya selama 14 hari dengan rerata 1,4 ( 95% CI = 1,07 ? 1,72 ). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor sosiodemografi dan pekerjaan terhadap perbandingan nyeri tangan sebelum dan sesudah intervensi.
Saran : Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang frekuensi gerakan repetitive dan posisi statis yang masih belum teratasi pada penelitian ini.

Background : Musculoskeletal disorders among chips workers are very common and many of them complained of hand pain. Hand pain often occurs due to the process, that do not fit. The process of making the chips used very simple hammer tool. The study aims to assess the effect of changes in the form of tool with hand pain.
Research Methods : A quasi experimental one group pre and post test was used design , using interventional by replacing the hammer tools with a pestle tools, to reduce the flexi extention ≥ 20º position and repetitive movement at the wrist. This study involved 31 chips workers who complained of hand pain. Data collection used interview , physical examination and observation . Inclusion criteria were work periode ≥ 1 year and agreed to participate with signing an informed consent. Exclusion criteria were, had a history of rheumatoid arthritis , congenital abnormalities on hand , while is taking pain medication and had a history a fracture of the hand. Changes were only made on the form of tools from ?hammer? to a ?pestle? that is used​​ to flatten the chips, changed not only the design but also the weight and how to use the tools. To measure pain csale a visual analog scale (VAS) was used.
Results and conclusion : The hypothesis is proven that average hand pain scale before and after using a new tool has decreased after 14 days, with a mean of 1,4 (95% CI = 1.07 to 1.72) on the VAS. There was no significant association between sociodemographic factors and work factors with the decrease hand pain.
Recommendation: Another intervention study should be conducted that improve repetitive movement and static position that was not addresses in this research."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>