Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Catharina Suryowati
Abstrak :
ABSTRAK
Pesatnya pembangunan segala bidang di kota Jakarta berakibat kepada peningkatan jumlah penduduk. Untuk melayani aktivitas penduduknya yang sudah terlanjur banyak, Jakarta terpaksa meningkatkan pembangunan fasilitas fisik pada ruang-ruang terbuka hijau kota (RTH kota).

Dampak yang ditimbulkan adalah berkurangnya volume serta kualitas RTH kota, sehingga dikawatirkan dapat menurunkan daya dukungnya terhadap lingkungan.

Seperti diketahui bahwa salah satu komponen penting bagi keberlanjutan ekosistem perkotaan adalah satwa liar, terutama burung. Namun dengan timbulnya masalah fragmentasi RTH serta ketidaksesuaian penataan vegetasi bagi satwa liar perkotaan, maka perlu dilakukan penelitian terhadap kondisi persebaran burung. Penelitian juga ditujukan terhadap kondisi vegetasi koridor hijau jalan yang diharapkan dapat membantu persebaran burung ke seluruh wilayah kota Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi burung dan vegetasi di lokasi pengamatan; mengetahui hubungan antara jenis burung dan jenis vegetasi dengan tingkat frekuensi yang sama; mengetahui koefisien komunitas burung dan vegetasi; mengetahui hubungan antara kepadatan vegetasi dengan kepadatan komunitas burung; mengetahui pengaruh kepadatan kendaraan bermotor dengan kepadatan komunitas burung dan mengetahui pola hijau dalam kota yang dapat mendukung persebaran burung.

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah terdapatnya hubungan antara jenis vegetasi dengan jenis burung dengan tingkat frekuensi yang sama; semakin jauh jarak antara dua lokasi maka koefisien kesamaan komunitas burung semakin kecil; terdapat hubungan antara tingkat koefisien kesamaan komunitas vegetasi dengan tingkat koefisien kesamaan komunitas burung; terdapat hubungan antara tingkat kepadatan vegetasi dengan tingkat kepadatan burungnya; terdapat hubungan antara kepadatan kendaraan bermotor dengan kepadatan komunitas burung.

Penelitian ini dilaksanakan di 3 sumber biota yaitu Senayan, Taman Monas, Hutan Mangrove Kemayoran dan di 10 titik koridor yaitu Sudirman-1, Sudirman-2, Kendal, Suropati, Teuku Umar, Cut Meutia, Wahidin, Gunung Sahari, Angkasa dan Benyamin Sueb.

Pemilihan lokasi-lokasi ini selain disebabkan karena ke 3 sumber biota tersebut berdasarkan penelitian sebelumnya merupakan sumber burung, juga disebabkan karena koridor yang menghubungkan telah ditetapkan oleh Pemda DKI Jakarta sebagai koridor persebaran burung.

Data yang diambil di sumber biota adalah jenis dan jumlah jenis vegetasi, jenis, jumlah jenis dan jumlah individu burung. Pengambilan data dengan metode jelajah (cruissing). Di titik koridor diambil jenis, jumlah jenis, jumlah individu burung dan vegetasi. Pengambilan data burung dengan metode point count.

Analisis data menggunakan rumus rumus 'frekuensi', 'koefisien kesamaan komunitas' dan 'kepadatan biota' (Brower dkk, 1990).

Hasil pembahasan dan sekaligus merupakan kesimpulan adalah sebagai berikut : 1. Burung yang ditemukan di seluruh lokasi pengamatan sebanyak 47 jenis. Di Kemayoran sebanyak 37 jenis, Taman Monas 24 jenis, Senayan 15 jenis dan di seluruh titik koridor sebanyak 20 jenis. Burung yang rempunyai persebaran luas (frekuensi tinggi) dan kepadatan individu tertinggi adalah jenis Burung gereja, Kutilang dan Cabean merah. 2. Di seluruh lokasi pengamatan ditemukan vegetasi sebanyak 95 ,jenis. Di sumber biota Senayan 65 jenis, Taman Monas 61 jenis, Kemayoran 42 jenis dan di seluruh titik koridor sebanyak 27 jenis. Vegetasi yang mempunyai jumlah indvidu tertinggi adalah Mahoni, yaitu 237 pohon dari 423 pohon yang tercatat di 10 lokasi pengamatan. 3. Tidak terdapat hubungan antara jenis vegetasi dengan jenis burung pada tingkat frekuensi jenis yang sama, hal ini hipotesis ditolak. 4. Semakin jauh jarak antara dua Iokasi, koefisien kesamaan komunitas burung semakin kecil, hal ini hipotesis diterima. 5. Tidak terdapat hubungan antara tingkat koefisien kesamaan komunitas vegetasi dengan tingkat koefisien kesamaan komunitas burungnya, hal ini hipotesis ditolak. 6. Tidak terdapat hubungan antara tingkat kepadatan vegetasi dengan tingkat kepadatan burungnya, hal ini hipotesis ditolak. 7. Terdapat pengaruh tingkat kepadatan kendaraan bermotor terhadap kepadatan burung, hal ini hipotesis diterima. 8. Pola koridor hijau kota yang dapat mendukung persebaran burung adalah yang ditunjang dengan blok-blok penghijauan di sekitarnya, dengan jenis dan stratifikasi tajuk vegetasi yang heterogen.
ABSTRACT
The development of infrastructure in Jakarta causes increase in urban population. The Government inevitably has to provide physical facilities on the green open space. The effects on green area has been reducing its quantity and quality especially the green area carrying capacity.

As we have known that one of the significant components for long-term natural sustainability is wildlife such as population of birds in the city. Green open space fragmentations and unsuitable vegetation arrangements are considered responsible for the existing bird populations in the city and needed to review in order to provide a much better green open space in Jakarta.

The purpose or this study was to observe present condition of birds and vegetation and the relationship of both organisms with the same frequency and to measure community similarity of both communities. The purpose of this study was also to find out the relationship between birds and vegetation densities; the effect of vehicle density on birds density. Moreover, observation of the green corridor pattern in the city which supports the dispersal of bird population was also made.

The hypotheses were measured in many ways; there were relationship between vegetation and birds with the same frequency; the longer distance of their locations, the smaller coefficient of community similarity of the birds. There were relationship between the vegetation and birds coefficient of community; there were relationship between the vegetation and birds densities; there were relationship between the vehicle and birds densities.

The research has been conducted at three bird sources : Senayan, Monas, Hutan Mangrove and ten corridors : Sudirman-1, Sudirman-2, Kendal, Suropati, teuku Umar, Cut Meutia, Wahidin, Gunung Sahari, Arigkasa and Benyamin Sueb.

Data taken from the sources were : the species and the number of vegetation; the species and the number of birds individual. The method used was " cruising". The number of vegetation and bird individuals were counted by Point Count Method at 10 corridors.

The data were analyazed to measure the "frequency", "coefficient of community similarity" and' biotic density" following Brower et al. (1990).

The results showed that : 1. There were 47 species of birds at bird sources; consist of 37 species at Kemayoran, 24 species at Taman Monas, 15 species at Senayan. There were 20 species of birds at entire corridors. The bird which dispersed widely (or had high frequency) and had high population density were Burung Gereja, Kutilang and Cabean Merah. 2. The research found 95 species of plants in the study areas, consist of 65 species at Senayan, 61 species at Taman Monas, 42 species at Kemayoran and at 10 corridor therewere 27 species of plants. The most abundance plant species was Mahoni found at ten locations of the study areas, in which 237 of 423 trees had recorded. 3. There was no relationship between vegetation and birds with the same frequency. So that the hypotheses was rejected. 4. The longer distance of both locations, the lower coefficient of similarities of the bird community. Hypotheses was accepted. 5. There was no relationship between coefficient of community similarities of vegetation and birds. Hypotheses was rejected. 6. There was no relationship between density of vegetation and birds. Hypotheses was rejected. 7. There was a relationship between density of vehicles and birds. Hypotheses was accepted.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian fosil polen dan spora d1 Danau Wuyang Warak dan Kerta Gebang Kawasan karst Pegunungan Sewu Jawa Timur d1lakukan pada 3 penode ya1tu 20 - 23 Desember 1997 26 - 28 April 1998 dan tanggal 7 - 8 Maret 1999 Pengamb1lan contoh tanah d1lakukan dengan tekmk pengeboran sampa1 kedalaman ± 6 m 01 set1ap lokas1 d1amb1l mas1ng-mastng dua contoh tanah Pengamatan polen dan spora menggunakan m1kroskop b1nokuler transm1s1 merek Le1ts dengan perbesaran 1 250 kah Determinas1 d1lakukan pada foto polen menggunakan buku- buku acuan Erdtman (1943 & 1986) Hyde & Adams (1958) Kapp (1969) Huang (1972) Moore & Webb (1978) Morley (1977) Murillo & Bless (1978) dan foto-foto koleks1 laboratonum eksplo1tas1 LEMIGAS Jakarta serta preparat dan slide yang telah tendent1fikas1 Has1l 1dent1f1kas1 fos1l paten dan spora mengind1kas1kan bahwa d1 daerah peneht1an pernah menJad1 habitat bag1 tumbuhan mangrove back mangrove hutan rawa air tawar hutan huJan pegunungan bawah hutan hujan pegunungan atas dan bawah serta npanan Masyarakat d1 kawasan karst Kecamatan Punung Pegunungan Sewu mengupas lap1san kapur pada lahan yang datar dan setengah mmng untuk d1Jad1kan sawah dan kebun serta menanam Jems tanaman yang d1anggap mempunya1 rnla1 ekonom1 tmgg1 tanpa memperduhkan kemampuan medium tumbuh Pola eksplo1tas1 pertaman trad1s1onal yang ada ya1tu pola pertarnan d1 Pulau Jawa yang mtens1f dan pola d1 luar Pulau Jawa dengan cara tebas bakar dan masa kosong Pola pertaman d1 kawasan karst Pegunungan Sewu berkembang ak1bat adanya pertambahan penduduk pemekaran pemuk1man dan daerah pertaman yang menggunakan pola bertam mtens1f dengan memanfaatkan daerah-daerah marginal atau hutan hndung.
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfah S. Nurusman
Abstrak :
ABSTRAK
Pengaruh eksudat akar dan ekstrak daun Helianlhus mmuus serta Ipomoea batala' terhadap pertumbuhan rumput gajah Petmiselum po/ystacltyon telah dilakulrnn; diamati pula pertumbuhannya bila ditanam di dalam 1 pot bersama H. annuus atau l batatas.

Pada penelitian ini. eksudat akar H. mvruus mampu menurunkan persentase perkecambahan biji dan panjang kecambah rumput gajah sampai 23,87 dan 47 % terhadap kontrol dalam 90 jam; sementara eksudat akar I. halalas menunjukkan penurunan 22,37% dan 23,83 %.

Eksudat akar dari tanaman bunga matahari yang disiramkan selama 5 minggu pada rumput gajah umur 10 hari menekan tinggi gulma itu 13,62%; berat segar dan berat kerlng 39,56 dan 51,24 %. Eksudat akar tanarnan ubi jalar hanya berpengaruh menekan berat segardan berat kerlng gulma itu sampai 18,58 dan 18,40%.

Ekstrak daun H. anmms sertal. hatatas 4 % b.k. mampu mengbambat persentase perl:ecambahan dan tinggi kecambah rumput gajah dalam 90 jam berturut-turut sebesar 38,45 dan 15,28% serta 30,79 dan 19,45%.

Ekstrak daun H. annuus sertal. halalas 2% b.k.yang disiramkan sekali seminggu Rumput gajah yang ditanam dalam 1 pot bersama H. annuus atau l halatas tidak menunjukkan perbedaan nyata dalam tinggi dan berat segar rumput gajah; namun berat kering menunjukkan penurunan 33,44 dan 39,63% terhadap kontrol.
ABSTRACT
Pennisetum polystachyon is native of Tropical Africa. It has a high reproductive capacity and rapid seed germinationit becomes a troublesome weed when it takes over waste- and cultivated lands. It is now also found along the road sides and highways in Indonesia. The seeds are wind dispersed and have a resilient ability to survive drought and certain cultural and chemical control methods. The concept that some crop plants may be allelopathic to certain weeds is receiving increased attention in the search for alternative weed control strategies. Helianthus ammus and Ipomoea aquatica are amongst the crop plants that may have the allelopathic effect to some weeds.

This research aims to study the inhibiting potential of H. mmuus and I. batatas on the growth of P. polystachyon. This study observed the effects of root exudates and leaf extrects of H. annuus and /. batatas on the germination and growth of P. polystachyon; and also on the growth of this weed grown together with H. a1muus or I. batatas.

Root exudates taken from the sand planted with H. mmuus or I. halalaS for 4 Root exudates liquid comes out from watering H. ammus or/. batatas (01, 2, 3 and 4 plants/pot), poured over a 10-days seedling of P. polyslachyon twice a day during 5 weeks (5 replications each) reduced the height, fresh and dry weight of the weed. The height reduced up to 13.62 %; fresh and dry weight up to 39.56% and 51.24% by the root exudate of H. annuus; while those of L batatas had no effect to the height of P. polystachyon hut did reduce the fresh and dry weight up to18.58 and 18.40%.

Leaf extracts of H. anmms or I. halalas (0--4 % dry weight), with 5 replications each, reduced also the percentage of germination and length of the germination of seed ofP. polystachyon. During 90 hours, leaf extracts of H. ammus reduced the percentage of gennination of the weed species up to 38.45 % and length of the germination of seeds up to 15.28 %; while those of L halalas up to 30.79% and 19.45% respectively.

The I0 days-old seedling of P. polystachyon with SO mlleaf extracts of H. anmtus or L halalas (0; 0.5; J.O; 1.5; and 2% dry weight) once a week, showed a little difference effect on those weed growth a week after the third treatment. Leaf extract of H. anmms almost had no effect on the weed growth both in height, fresh and dry H. annuus- P. polystachyon and /. batatas- P.polystachyon grown together in a pot (0-5; 1-4; 2-3; 3-2; 4-1; and 5-0) for 5 weeks; 4 replications each, gave another result; both had no effect on height and fresh weight of P. polystachyon. H. annuus­ P. po/ystachyon and I. halalas- P. polystachyon 4-1 reduced the dry weight significantly up to 33.44 and 39.63 %.
1999
T31976
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Maskana
Abstrak :
ABSTRAK
Research on the community structure of earthworm has been carried out on the edge area of the Gunung Halimun National Park. This research emphasizes on the population of earthworm, density, association, and the environmental effect.

Three species of earthworm were found ; Allolobophora rosea, Pheretima javanica, and P. capensis , A. rosea belongs namely to Megascolecidae family, while both species of P. jacanica and P. capensis belongs to the Lumbricidae family.

P. javanica was well distributed and found five research locations ; Citalahap, Cisarua 1, Cisarua I , Legokheulang and Cipongkor. P. capensis was not found in Cisarua I while A. rosea was not found in Citalahap.

Population of these three species were Relatively high A. rosea (60591100m2), followed by P. javanica (1191 I. 100m2), and P. capensis (863 1 100m2). Distribution patterns of the earthworm at five locations seem to be clumped together into one species group. The association of the three species at five different locations were only found in Legokheulang; between P. javanica and P. capensis, and in Cipongkor between P. javanica and A. rosea.

Beside pH and humidity of soil, other environmental factors such as air temperature, ground surface temperature, air pressure, light intensity, and thickness of mulch affect the earthworm populations.

Observation on cocoa production showed that within 90 days, A. rosea produced three pea of cocon containing one egg as an embryo. This condition leds us to believe that A. rosea production is low, it means that this species is not commercially feasible. But, from the protein point of view that the content o1 A. rosea (38.63%) can be very useful as a source protein for animal chew, human food, and medicine.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T40150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Giyono
Abstrak :
ABSTRAK


Untuk memperpanjang umur pakai bambu ater (Gigantochloa atter Kurz) telah dilakukan percobaan dengan menggunakan bahan pengawet boron konsentrasi 5% dan I0%. Pengawetan bambu dilakukan dengan metoda Boucherie, dengan lama perendaman 1 hari, 3 hari, dan 5 hari di daerah Ciapus, Bogor. Untuk mengetahui efikasi boron pada bambu yang telah diawetkan dilakukan pengujian kepada dua jenis rayap, yaitu rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgr) dan rayap kayu kering (Cryptoterrmes cynocephalus Light) di Laboratoriu Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Rogor. Pengujian menggunakan 200 ekor rayap tanah dan 50 ekor rayap kayu kering untuk tiap-tiap contoh uji. Pengujian terhadap rayap tanah dilakukan selama 4 minggu, dan untuk rayap kayu kering selama 12 minggu.

Lamanya perendaman tidak berpengaruh nyata terhadap penetrasi longitudinal boron dan derajat proteksi pada bambu. Konsentrasi boron 5% dengan lama perendaman 1 hari sangat efektif dan tidak berbeda nyata dengan boron 10% dalam mencegah serangan rayap.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Anggraini
Abstrak :
Telah dilakukan survei untuk mengetahui kepadatan dan sebaran spasial rangkong, serta untuk mencari hubungan regresi antara jumlah rangkong dengan total persentase jumlah buah dan total persentase jumlah buah masak di Stasiun Penelltian Way Canguk, Taman Nasional Bukit Barlsan Selatan, Lampung. Metode transek garis dilakukan untuk mensurvei rangkong dan buah pakannya di areal peneljtian seluas 4 km^, yang mellputi tipe habitat hutan primer dan beberapa tipe habitat hutan yang mengalami gangguan. Survei dilakukan dari bulan Juli hingga November 1997. Empat di antara enam jenis rangkong yang ditemukan di areal penelltian dihitung kepadatannya dan disertakan dalam analisis regresi. Hasil perhitungan menunjukkan total kepadatan Aceros undulatus = 7,24 individu/km^, Anorrhinus galeritus = 3,05 individu/km^, Buceros rhinoceros = 2,13 individu/km^, dan Buceros vigil = 2,06 individu/km=^. Sebaran A. galeritus dan B. rhinoceros terkonsentrasi pada tipe habitat hutan primer dan transisi. Sebaran A. undulatus dan B. vigil merata di seluruh tipe habitat, balk di hutan primer, transisi, maupun hutan yang mengalami gangguan. Analisis regresi berganda menunjukkan total persentase jumlah buah berpengaruh negatif dan total persentase jumlah buah masak berpengaruh positif terhadap jumlah rangkong (Y=1,283-0,113X1+0,371X2), namun tidak sjgnifikan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendarmoko
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan suatu penelitian terhadap Anisops sp. (Notonectidae) yang diperoleh dari Situ FMIPA-UI, Depok untuk digunakan sebagai pengendali hayati larva nyamuk Aedes aegypti pada kondisi laboratorium. Jenis kelamin jantan mempunyai bentuk abdomen ramping dengan lebar abdomen 1,51 ± 0,08 mm dan panjang tubuh sebesar 7,74 ± 0,14 mm dibanding dengan betina yang mempunyai lebar abdomen 1,67 ± 0,05 mm dan panjang tubuh 7,44 ±0,12 mm. Siklus hidup Anisops sp. membutuhkan waktu 28 hari, dengan masa inkubasi telur 5 hari, dan masa perkembangan instar I sampai dengan instar V berturut-turut memerlukan waktu 7 hari, 3 hari, 3 hari, 4 hari dan 6 hari. Bentuk telur Anisops oval dengan kedua ujung tumpul serta terdapat semacam 'pintu' pada salah satu ujungnya. Permukaan telur kasar, umumnya transparan, warna bervariasi dari kekuningan, coklat muda sampai coklat tua dengan panjang telur 1,20 ± 0,02 mm dan lebar 0,44 ± 0,01 mm. Anisops paling banyak menghasilkan 10 telur/ekor/hari dan rata-rata menghasilkan 2,85 ± 0,36 telur/ekor/hari. Daya tetas telur Anisops sebesar 0,70%. Anisops berpotensi sebagai pengendali hayati larva nyamuk dengan pemangsaan terbesar sebanyak 22,56 ± 2,17 larva/hari dan nilai pemangsaan ratarata sebesar 39,75% dari larva yang diberikan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Wicaksono
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian eksperimental untuk mengetahui efektivitas beberapa jenis zat,pemikat lalat buah marga Dacus Fabricius. Jenis zat pemikat tersebut adalah air gula, Dacus atraktan, jus jeruk amoniak, jus kopi, dan methyl eugenol. Perangkap yang dipakai adalah model Steiner dengan umpan setiap zat pemikat. Perangkap dipasang pada jarak 14 m satu sama lain dan diganti setiap minggu dengan ulangan sebanyak 6 kali. Lalat buah yang terpikat selama penelitian adalah Dacus dorsalis Hendel jantan. Selama 6 minggu diperoleh 482 ekor lalat yang terpikat. Methyl eugenol memikat 26,61 ekor tiap minggu (479 ekor), DC!cus atraktan 0,16 ekor tiap minggu (3 ekor), sedangkan air gula, jus jeruk, dan jus kopi tidak d_apat memikat lalat buah dalam penelitian ini. Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini menunjukkan bahwa methyl eugenol adalah zat pemikat paling efektif untuk 0. dorsalis jantan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>