Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suripan Sadi Hutomo
"ABSTRAK
Karangan ini berisi studi tentang sastra. Dengan istilah sastra lisan yang dimaksud ialah karya sastra yang diciptakan dan disampaikan secara lisan dengan mulut, baik di dalam sesuatu pertunjukan seni maupun di luarnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan guna atau fungsi dari cerita kentrung pada umumnya dan cerita Sarahwulan pada khususnya. Berhubung guna atau fungsi terpenting adalah pendidikan, maka di dalam penelitian ini juga diungkapkan pesan dan nilai budaya yang ditanamkan oleh dalang kentrung kepada para p"
1987
D142
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Sundari Husen
"ABSTRACT
"Dans les relations interculturelles 1'etude d'une oeuvre litteraire, en tant que production et expression de la civi_lisation, constitue un des moyens efficaces pour creer une meilleure comprehension parmi les groupes ethniques apparte_nant a des cultures differentes. Une oeuvre litteraire repre_sente un aspect de la vie culturelle d'une nation dans la me-sure ou elle traduit les pensees, les sentiments, les sensa_tions des individus a un moment donne en un certain ""lieu"" de r'histoire.Comme le discours scientifique, philosophique, juridique ou techniques, un texte litteraire utilise les memes elements linguistiques, produisant des codes propres a chacun de ces domaines. Mais les elements et les relations qui constituent le vocabulaire d'une oeuvre litteraire ne sont pas homologues a ceux qui constituent le vocabulaire general; ils dessinent une structure originale, et c'est en ce sens qu'on a pu considerer le.discours poetique comme un message qui engendre son propre code, c'est-a-dire des reseaux connotatifs origi_naux, qui peuvent bien relier les uns aux autres des mots banals, mais qui donnent a 1'oeuvre ces sursignifications""
1990
D1857
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripan Sadi Hutomo
1987
D1825
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripan Sadi Hutomo
"ABSTRAK
Karangan ini berisi studi tentang sastra. Dengan istilah sastra lisan yang dimaksud ialah karya sastra yang diciptakan dan disampaikan secara lisan dengan mulut, baik di dalam sesuatu pertunjukan seni maupun di luarnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan guna atau fungsi dari cerita kentrung pada umumnya dan cerita Sarahwulan pada khususnya. Berhubung guna atau fungsi terpenting adalah pendidikan, maka di dalam penelitian ini juga diungkapkan pesan dan nilai budaya yang ditanamkan oleh dalang kentrung kepada para p"
1987
D1153
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emuch Hermansoemantri
"Sungguh berlimpah-limpah naskah lama warisan nenek moyang kita, baik yang tersimpan di perpustakaan-perpustakaan di dalam atau di luar negeri maupun yang tersebar dan tersimpan di daerah - daerah di wilayah Indonesia. Harta pusaka yang berwujud karya tulis sebagai hasil pemikiran bangsa kita itu di dalamnya terkandung gambaran, kendatipun mungkin tidak lengkap dan tidak pula menyeluruh, mengenai kebudayaan pada masa mereka hidup. Dalam cakupannya dengan pembangunan, pembangunan nonfisik, nasional kita sudah barang tentu tak mungkin karya-karya tulis tersebut kita kesampingkan begitu Baja. Kita menyadari sepenuhnya bahwa betapa pentingnya warisan budaya bangsa kita yang tersimpan dalam naskah lama sebab "naskah-naskah itu merupakan sumber pengetahuan yang dapat membantu kita dalam usaha mempelajari, mengetahui, mengerti, dan kemudian menyajikan sejarah perkembangan kebudayaan bangsa, kita". Namun, sumber-sumber yang tak ternilai harganya ini memerlukan penggarapan terlebih dahulu yang dilakukan oleh tangan-tangan yang cukup ahli, para ahli filologi, agar dapat dibaca dan dimengerti dengan mudah oleh generasi kita. Penggarapan naskah melalui berbagai proses, Sebagai langkah pertama ialah penulisan kembali atau pemindahan ke dalam huruf Latin, suatu proses yang disebut transkripsi atau transliterasi, sebab naskah-naskah itu, kecuali sebagian dari naskah-naskah lama yang lebih mudah ditulis dengan tulisan daerah, bukan ditulis dengan huruf Latin. Langkah selanjutnya, apabila naskah itu bukan naskah tunggal ialah proses komparasi, membandingkan berbagai salinan dari naskah yang sama. Hasil komparasi ini merupakan landasan pertimbangan bagi penyajian teks yang bersih dari kesalahan, baik kesalahan redaksional maupun kesalahan isinya. Merekonstruksikan atau menghasilkan sebuah teks yang paling mendekasi aslinya, 'constitutio textus', merupakan garapan utama karena pada umumnya naskah aslinya, autograf, sudah tidak ada lagi.
Naskah lama yang lebih muda usianya, yang ditulis pada dua kurun waktu, kurun Masehi XVIII-XIX, antara lain naskah-naskah yang berasal dari dan bertalian dengan Priangan (Jawa Barat) nampaknya belum pernah mendapat jamahan tangan-tangan peneliti profesional. Naskah "Sejarah SUkapura", misalnya termasuk salah satu naskah yang lahir pada kurun waktu tersebut, tepatnya lahir pada akhir abad ke XIX (1886) sebagai hasil karya seorang wedana pensiun, Raden Kartinagara alias Haji Abdullah Saleh."
Depok: Universitas Indonesia, 1979
D1050
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rias Antho Suharjo
"Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengungkapkan strategi dalam berhikayat pada akhir abad ke-19. Korpus penelitian ini berupa naskah-naskah HST yang disalin oleh Muhammad Bakir dan Safirin di skriptorium milik keluarga Fadli di Pecenongan. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut maka dilakukan tinjauan dari dua sudut pandang, yaitu dari aspek naskah dan dari aspek teksnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kodikologi, filologi, dan naratologi. Aspek-aspek naskah yang dikaji meliputi eksordium, kolofon, kata berhias, tanda tangan, penebalan garis aksara, dan karakter tulisan. Aspek teks yang dikaji terkait dengan adanya sampingan. Sampingan di dalam teks HST mengindikasikan adanya suatu variasi dalam narasi hikayat. Di tengah modernisasi tradisi cetak yang berkembang pesat, variasi aspek naskah dan teks diciptakan oleh penyalin naskah untuk menarik minat pembaca. Dengan hal tersebut, penyalin naskah melakukan suatu terobosan untuk bertahan. Rupanya, penyalin naskah tidak lantas menafikan adanya modernisasi tradisi cetak. Penyalin naskah bahkan mendayagunakan modernitas yang ada untuk mengembangkan usaha persewaan naskah miliknya. Hal inilah yang mengakibatkan naskah-naskah salinan Safirin dan Muhammad Bakir pada khususnya, cenderung memiliki aspek naskah dan narasi teks yang berbeda dari naskah-naskah lain sezaman.
The main purpose of this study was to reveal the strategy of telling story (berhikayat) at the end of the nineteenth century. The corpus of this study are Hikayat Sultan Taburat (HST) manuscripts copied by Muhammad Bakir and Safirin in the scriptorium belonging to the Fadli family in Pecenongan. To achieve the objectives of the study, it is conducted a review of two perspectives: from the aspects of the manuscripts and from the aspects of the text. This research conducted by using approach of codicology, philology, and naratology. Aspects of the manuscripts examined include the exordium, colophon, ornamented word, signature, line thickening, and script character of the manuscripts. The aspect of the texts studied is related to the presence of aside. Aside in the HST texts indicates a variation in narrative of telling hikayat. In the midst of the modernization of the printing tradition, variation of the manuscripts aspects and texts made by the scriber to attract the readers. The scriber make a breakthrough to survive. Apparently, the scriber of the manuscripts does not necessarily deny the existence of the modernization of the printing tradition. The scriber of the manuscripts even utilizes the modernity to develop his manuscripts rental. This has resulted in the manuscripts of Safirin and Muhammad Bakir, in particular, tending to have different aspects of manuscript aspects and narrative texts than other contemporary manuscripts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
D2590
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhardi
"Disertasi ini mengkaji guritan sebagai tradisi lisan, penciptaan, pewarisan, konteks, dan fungsinya bagi masyarakat Besemah, Sumatera Selatan. Guritan adalah prosa lirik yang dituturkan dengan irama khas dalam bahasa Besemah. Bentuk, irama, dan bahasa guritan dari dahulu sampai sekarang tidak mengalami perubahan yang signifikan, tetapi isinya berubah dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan khalayaknya.Penciptaan guritan dilakukan sekaligus dengan penuturannya. Guritan diciptakan atas beberapa bait, beberapa larik, dan beberapa kata yang tidak tetap jumlahnya. Struktur pertunjukan guritan terdiri atas: bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Penggurit menciptakan guritan tidak dengan menghafal, tetapi memanfaatkan persediaan formula di dalam ingatannya. Formula yang digunakannya berupa formula dalam dan formula luar.
Pewarisan guritan dilakukan secara otodidak antara penggurit terdahulu dengan penggurit kemudian me- lalui proses mendengarkan penuturan, melakukan penuturan, dan mendialogkan hasil penuturan antargenerasi penggurit.Adanya satu kesatuan konteks yang saling mempengaruhi antara penggurit, penonton, penyelenggara pertunjukan, kesempatan pertunjukan, waktu dan tempat pertunjukan, imbalan jasa pertunjukan, dan inovasi pertunjukan menjadikan guritan dapat tetap bertahan hidup di dalam masyarakat Besemah. Guritan yang dikhawatirkan akan mati bahkan punah itu, ternyata masih berfungsi di dalam kehidupan masyarakat Besemah dari masa ke masa sesuai dengan tuntutan perubahan masyarakatnya. Fungsi-fungsi itu berguna bagi pembentukan karakter masyarakat Besemah khususnya dan bagi pembentukan karakter bangsa Indonesia pada umumnya.

This dissertation examines guritan as oral tradition in terms of its composition, transmission, context, and function for Besemah society, South Sumatra. Guritan is prose lyrics spoken with a distinctive rhythm in Besemah language. The form, rhythm, and language of guritan do not change significantly from the past until now but the contents change from time to time in accordance with the development of its audiences.The composition of guritan is made in its performance. Guritan created in stanzas and lines, and some words with no fixed amount. The structure of guritan show consists of the introduction, content, and conclusion. Penggurit creates guritan not by memorizing but utilizing the formula supplies in his memory. The formulas used are in the form of internal formula and external formulas.
The transmission of guritan takes places through self learning through the process of listening to the narrative, doing the narrative, and making the result into a dialog between the generations of penggurit.The unity of context of the interplay between penggurit, spectators, organizers of the show, the show opportunity, time and venue, performances service fee, and innovation makes guritan show survive in Besemah society. Guritan still functions in public life of Besemah from time to time in accordance with the changing demands of society though it is feared to be dead and even extinct. The functions are useful for character development of Besemah community in particular and for the formation of the character of the Indonesian people in general.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
D2270
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library