Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nina Candra Dewi
"Perilaku merokok sampai sekarang masih merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi dan menjadi masalah kesehatan dunia. Data Susenas 2004, jumlah perokok meningkat dari 32% menjadi 35%. Jakarta menempati urutan teratas untuk jumlah perokok terbanyak pada survei merokok tahun 2000. Di Kabupaten Cirebon, penyakit ISPA non spesifik menempati urutan teratas pada penyakit terbanyak tahun 2006, yang diperkirakan merupakan dampak dari kebiasaan merokok.
Salah satu upaya pemerintah menurunkan kebiasaan merokok adalah tulisan peringatan di bungkus rokok. Penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia di Jakarta dan Kabupaten Cirebon tahun 2007 menyatakan bahwa 76,3 % memilih peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan sebagai peringatan kesehatan yang efektif. Belum diketahui perbedaan persepsi masyarakat terhadap gambar peringatan bahaya merokok berdasrkan usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan status perokok.
Penelitian ini merupakan analisis lanjut data Penelitian Peringatan Bahaya Merokok Melalui Gambar Pada Bungkus Rokok di Jakarta dan Kabupaten Cirebon tahun 2007, menggunakan desain cross sectional. Jumlah responden sebanyak 138 orang yang berdomisili di Jakarta dan Kabupaten Cirebon. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Mann Whitney dan Kruskal Wallis.
Hasil penelitian memperlihatkan ada perbedaan persepsi terhadap gambar peringatan bahaya merokok berdasarkan usia terutama pada gambar yang paling efektif p=0,030. Ada perbedaan persepsi terhadap gambar peringatan bahaya merokok berdasarkan jenis kelamin terutama pada gambar yang paling jelas p=0,000, gambar yang paling mendorong p=0,002, gambar yang paling menakutkan p=0,000 dan gambar yang paling efektif p=0,001. Ada perbedaan persepsi terhadap gambar peringatan bahaya merokok berdasarkan status sosial ekonomi terutama untuk gambar yang paling mendorong p=0,022 dan gambar yang paling efektif p=0,000. Ada perbedaan persepsi terhadap gambar peringstsn bahaya merokok berdasarkan status perokok pada gambar yang paling menarik p=0,000, gambar yang paling jelas p=0,000, gambar yang paling mendorong p=0,000, gambar yang paling menakutkan p=0,000 dan gambar yang paling efektif p=0,000.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar dalam promosi kesehatan terhadap gambar peringatan bahaya merokok sebaiknya memperhatikan perbedaan usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan status perokok agar pesan-pesan kesehatan lebih mudah diterima masyarakat.

Smoking habit is a cause of the highest mortality and becomes a world health problem. From Susenas data in 2004, smoker number increased from 32% became 35%. Jakarta is on the highest level and a large number of smoker on smoking survey in 2000. Non specific disease of ISPA is on the highest level and most number of disease in 2006. This is estimated that it is impact of smoking habit.
One of government effort to decrease smoking habit is warning writing on cigarette bale. This study which was conducted on Health Study Center, University of Indonesia at district of Jakarta and Cirebon in 2007 indicated that 76,3% choosed health warning in the form of picture and writing as an effective health warning. It is not known yet the difference of public perception on warning picture of smoking danger based on age, sex, economic social and smoker status.
This study is data analysis of warning picture of smoking danger on cigarette bale by using a cross sectional design at district of Jakarta and Cirebon in 2007. This study used 138 responders who live at district of Jakarta and Cirebon. Data analysis was conducted by using univariate and bivariate analysis with Mann Whitney and Kruskal Wallis test.
Study result indicated that there is perception difference on warning picture of smoking danger based on age especially for most effective picture p = 0,030. There is perception difference on warning picture of smoking danger based on sex especially for most effective picture p = 0,000, most support picture p = 0,002, most terrible picture p = 0,000, most effective picture p = 0,001. There is perception difference on warning picture of smoking danger based on economic social status especially for most support picture p = 0,022 and most effective picture p = 0,000. There is perception difference on warning picture of smoking danger based on smoker status especially for most attractive picture p = 0,000, clearest picture p=0,000, most support picture p = 0,000, most incredible picture p=0,000 and most effective picture p=0,000.
According to study result, it was suggested for health promotion on warning picture of smoking danger to see the differences of age, sex, economic social status and smoker status so health message can be understood well by public.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T41316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartopandri
"Kehamilan tidak diinginkan masih merupakan masalah di Indonesia. Kehamilan tidak diinginkan ini dapat mengakibatkan tindakan aborsi, dan kelahiran yang tidak diinginkan. Dari berbagai penelitian terdahulu, terdapat banyak faktor yang berhubungan dengan kehamilan tidak diinginkan, salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang masa subur wanita.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang masa subur wanita dengan kehamilan tidak diinginkan, serta faktor yang berkontribusi terhadap hubungan tersebut. Untuk mencapai tujuan ini desain yang digunakan adalah cross-sectional, dengan menggunakan data sekunder Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1997. Sampel adalah semua ibu yang beusia 15 - 49 tahun, berstatus kawin, sedang hamil, dan tidak sedang menggunakan alat/cara kontrasepsi.
Hasil penelitian ini adalah 12,1 % kehamilan tidak diinginkan, 77,5 % tidak tahu kapan datangnya siklus masa subur wanita, 66,2 % tinggal didaerah pedesaan, 42 % bekerja, 58,7 % berpendidikan SD kebawah, 21,1 % mempunyai anak lebih dari 3 orang, 73,2 % menikah pertama kali pada usia kurang 20 tahun, 70,8 % tidak pernah terpapar dengan petugas KB, dan 61,2 % tidak pernah terpapar dengan bidan. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang sikus masa subur wanita dengan kehamilan yang tidak diinginkan (p=4,050). Hubungan pengetahuan ibu tentang siklus masa subur wanita dengan kehamilan tidak diinginkan tetap bermakna setelah dikontrol dengan variabel lain (p= 0,007; OR = 0,505; 95%CI= 0,308 - 0,828).

Correlation between Mother's Knowledge about Time of Ovulation Cycle with Unwanted Pregnancy (Data Analysis of SDKI, 1997)Unwanted pregnancy, which have problem in Indonesia. This is could be actions abortion, and unwanted birth, that have negative impact to women's health. Before the research's, could be some risk factor's with correlation unwanted pregnancy, one related factor to this issue is mother's knowledge about women's time of ovulation cycle.
The objective research is to find out the relationship between mothers knowledge about women's time of ovulation cycle with unwanted pregnancy, and another factors with contribution to this correlation. This research using design cross-sectional study, with using secondary data of Demography and Health Indonesia Survey at 1997. The sample are women 15-49 years old, married, pregnant, and not using contraceptive.
The results this research showed there is 12, 1 % unwanted pregnancy, 77,5 % don't know where the period of women's time of ovulation cycle came, 66,2 % living in rural area, 42 % working, 58,7 % educated below primary school, 21,1 % have more than 3 children, 73,2 % get age of first time married below 20 year old, 70,8 % not exposed to Family Planning officer, and 61,2 % not exposed to midwife. Bivariate analysis showed there is a significant relationship between mother's knowledge about women fertility cycle with unwanted pregnancy (p= 0,05). Multivariate analysis this relationship is so significant (p= 0,038; OR= 0,62; 95%CI 0,39 -0,97), after controlled by another variable, this relationship is still significant (p = 0,007; OR = 0,505; 95%CI = 0,308 - 0,828).
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Abdul Muis
"Penyakit tuberkulosis sampai dengan saat ini masih merupakan masalah kesehatan baik di Indonesia maupun di banyak negara lain di dunia. Salah satu upaya untuk menanggulangi penyakit ini ialah dengan menerapkan program DOTS (Directly Observed Treatment Shoricourse) di seluruh dunia, yaitu suatu strategi penanggulangan tuberkulosis yang memberikan harapan kesembuhan yang tinggi. Hasil uji coba strategi ini di Sulawesi memberikan angka kesembuhan yang terus meningkat dari 78% sampai 90%, di Jambi dan Jawa Timur menghasilkan angka konversi dan angka kesembuhan di atas 90% melampaui target global yang hanya 80% dan 85%. Untuk itu Indonesia pada tahun 1995 mulai mengadopsi program DOTS. Keberhasilan pengobatan dan penyembuhan tersebut di atas berhubungan dengan kepatuhan penderita menelan obat selama 2 bulan fase awal (intensif} dan 4 bulan fase lanjutan (intermitten).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat dengan kepatuhan penderita tuberkulosis untuk berobat teratur di dua Kabupaten Propinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah tahun 1999.
Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil assessment pelaksanaan DOTS di propinsi ADB yaitu Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah yang telah dilakukan oleh Depkes RI bekerjasama dengan FKM UI pada bulan April sampai dengan Oktober 1999, dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah penderita yang berobat di 3 puskesmas yang jauh, sedang dan dekat dari ibu kota kabupaten, yaitu kabupaten Banjarnegara dan Kebumen (Jawa Tengah), kabupaten Donggala dan Banggai (Sulawesi Tengah).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuhnya adalah responden yang tidak patuh berobat (51,3%), sedangkan penderita yang patuh untuk berobat teratur sebesar 48,7%. Hasil analisis bivariat ternyata umur (p= 0,0059), jumlah keluarga (p=0,0329), pengetahuan (p=0,4119), ketersedian obat (p=0,0395) dan penyuluhan (p=0,0151) berhubungan dengan kepatuhan penderita Tb untuk berobat teratur di dua kabupaten propinsi Jawa Tengah dan Sulawesi Tengah. Dari hasil analisis multivariat, variabel umur (p=0,0095), jumlah keluarga (p=0,0431), pengetahuan (p=0,0371), ketersediaan obat (pl,0771), dan efek samping obat (p=0,0848) masuk dalam kriteria kemaknaan p<0,25, sehingga tetap dipertahankan dalam model persamaan regresi. Dan model persamaan regresi tersebut, jika variabel lainnya dikontrol maka risiko responden yang berpengetahuan kurang adalah 2,42 kali lebih besar untuk tidak patuh untuk berobat teratur dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik. Variabel umur, jumlah keluarga dan pengetahuan merupakan variabel prediktor yang baik diantara variabel lainnya pada model, karena mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan kepatuhan berobat (p<0,05).
Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat, maka penelitian ini juga memberikan saran sebagai berikut : untuk pengelola program, dalam mengatasi pemahaman penderita tentang Tb yang masih kurang, perlu dilakukan pemberian informasi yang intensif dengan melibatkan pengawas menelan obat (PMO) dan metoda yang digunakan tidak hanya penyuluhan langsung, tetapi melalui berbagai metoda seperti penyuluhan kelompok, penyuluhan massa serta tiap penderita dan PMO diberikan leaflet atau booklet tentang penyakit Tb. Untuk petugas pelayanan, dalam hal meningkatkan pengobatan, penderita dan pendampingnya (PMO) perlu diberikan pemahaman mengenai aturan minum obat, mulai dan pentingnya minum obat, kepatuhan untuk berobat teratur dan apa yang harus dilakukan apabila merasakan efek samping obat, sehingga tingkat kesembuhan penderita Tb lebih tinggi.

Factors Related to Compliance of Tuberculosis Patients to Have General Checkups in Two District of Central Java and Central Sulawesi in 1999The occurrence of tuberculosis (Tb) had been a serious health problem, either in Indonesia or in some other countries. One of the way to overcome this disease is through implementing the program of DOTS (Directly Observed Treatment Short course) worldwide, which was a well-done strategy to overcome Tb in a highly effective way. The result of this strategy in Sulawesi showed an increasing rate of recovery, from 78% - 90%, in Jambi and East Java could improve conversion rate and cure rate up to 90% exceeding the global target which was only 80% and 85%. Therefore, Indonesia in 1995 started to also use the DOTS program. This success had really something to do with the compliance of the patient itself, consuming the medical regimen within the first 2-month phase (intensive) and the following 4-month phase (intermittent).
The main purpose of this study is to find out whether or not the factors' predisposition, enabling and reinforcing had something to do with compliance of the patient in having a general checkup in two districts, Central Java and Central Sulawesi in 1999.
This study used secondary data, gained from the assessment result of DOTS implementation in the province donated by ADB, i.e. Central Java and Central Sulawesi and held by the Department of Health of the Republic of Indonesia in cooperation with School of Public Health, University of Indonesia form April to October 1999, through a cross-sectional research plan. The sample used in this research are the patients who generally check up in the long-distanced, middle-distanced and by near a Public Health Centers in the capital of the district, i.e. Banjarnegara and Kebumen (Central Java), Donggala and Banggai (Central Sulawesi).
The result showed that more than a half of the respondents were the negligent (51.3%). In the contrary, the complaints were only 48.7%. The result of bivariate analysis showed that age (p=0.0059), family size (p=0,x329), knowledge (0.0119), availability of medicine (p=0.0395) and health promotion (p=0.0151) had to same extent relationship with their compliance with generally check up in these two locations. The multivariate analysis showed that age (p=0.0095), family size (p=0.0431), knowledge (p=0.0371), availability of medicine (p=0.0771) and the side effect of medical regimen (p=0.0848) were included into substantial criteria p<0.25, so that it's been still up to a binary logistics model. From that model, if the other variables are under control, the risk of the less-knowledge respondents might be 2.42 times as not having compliance in medical regimen compared to the more-knowledge ones. The age, family size and knowledge variables were the best predictor variables in the model, that were significantly shown correlated to compliance with medical regimen (p<0.05).
Finally This research suggests the followings, a) for program the organizers, the patients understanding of Tb still needed to be improved, b) further health promotion involving the Drug Consumption Observer (PMO), c) also improve methods used, not to be only in the direct way, but also through group and mass communication, and d) every patient and PMO must be given leaflet or booklet about Tb. Regarding to the service officer-in charge of medical treatment improvement-the patient and the PMO also need to comprehend the medical regimen rules; from the importance in regularly taking the medicine to what to do if the side effects were come up. By doing these the cure rate of Tb patients will possibly be increased."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina
"Coronavirus Disease 2019 (disingkat COVID-19) ditetapkan sebagai pandemik oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020. Pemberitaan tentang pandemik pun menjadi luar biasa banyaknya. Media massa sebagai pemancar informasi yang dapat melewati batas waktu dan geografi sebenarnya memegang peranan penting di masa pandemik COVID-19 ini, yakni untuk memberikan informasi, instruksi dan motivasi perilaku perlindungan diri yang sesuai; menginformasikan perkembangan situasi; membangun kepercayaan pada pejabat/pemerintah; dan menghilangkan rumor. Di sisi lain, media juga memiliki agenda tersendiri dan cara membingkai isu yang sesuai dengan agendanya, yang bisa jadi berlawanan dengan tujuan komunikasi risiko. Salah satu media di Indonesia yang aktif memberitakan situasi terkini terkait pandemik COVID-19, juga aktif melaksanakan fungsi kontrol sosialnya dan lantang menyuarakan kritik adalah majalah Tempo. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah menggambarkan isi publikasi majalah Tempo mengenai pandemik COVID-19 periode Maret-Mei 2020 melalui metode analisis isi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja (rentang 4,8%-22,9%) publikasi mengenai pandemik COVID-19 pada majalah Tempo periode Maret-Mei 2020 yang mengandung unsur komunikasi risiko. Aspek data epidemiologi dan sifat alamiah penyakit hanya mendominasi publikasi pada edisi ke satu bulan Marei 2020, namun terus menurun pada edisi-edisi selanjutnya. Framing Peran Pemerintah juga mendominasi publikasi mengenai pandemik COVID-19 pada publikasi majalah Tempo periode Maret-Mei 2020 yakni dengan persentase 93,9 %, disusul Peran Sosial sebesar 73,8 % dan Dampak Pandemik sebesar 34,3 %. Konsistensi majalah Tempo dalam menjalankan peran sosialnya sebagai “anjing penjaga” yang kritis pada pemerintah kali ini berbenturan dengan anjuran WHO mengenai peran penting media di masa pandemik. Meski proporsi penggunaan framing Peran Pemerintah mulai turun pada bulan Mei dan disusul dengan kenaikan proporsi penggunaan framing Peran Sosial, namun kesan negatif yang terus dipublikasi Tempo menggagalkan salah satu tujuan penting komunikasi di masa pandemik: membangun kepercayaan pada pemerintah. Padahal berdasarkan krisis kesehatan masyarakat di masa lampau yang dipaparkan dalam berbagai penelitian, komunikasi yang tidak tepat yang memicu hilangnya kepercayaan masyarakat pada kemampuan pemerintah untuk mengelola krisis, mengakibatkan hasil tidak terduga dan sangat tidak diinginkan dalam penanganan pandemik terutama terhadap populasi rentan.

Coronavirus Disease 2019 (abbreviated as COVID-19) was declared as a pandemic by the World Health Organization (WHO) on March 11th, 2020. The news about the pandemic thus become overwhelming. The mass media as a transmitter of information that can cross time and geographic boundaries supposedly play an important role in the pandemic, namely to provide information and motivation to the appropriate self-protecting behavior; update risk information; build trust in officials/government; and dispel rumors. On the other hand, the media also have individual agendas and ways of framing issues that fit the agenda, which may go against the objectives of risk communication. One of the media in Indonesia that actively reports on the current situation related to the COVID-19 pandemic, and also active in carrying out its social control function and voices criticism is Tempo magazine. Therefore, the aim of this study is to describe the contents of the Tempo magazine regarding the COVID-19 pandemic for the period March-May 2020 through content analysis. The results of this study indicate that only a small proportion (ranging from 4.8% to 22.9%) of the publications regarding COVID-19 in Tempo magazine in March-May 2020 which contains elements of risk communication. The aspects of epidemiological data and the nature of the disease only dominate the publication in the initial edition of the study, in the first edition of Maret 2020 tp be precise, but continue to decline in the subsequent editions. The ‘Government's Role’ frames (with the proportion of 93.9%) also dominates the publication regarding COVID-19 in Tempo magazine in March-May 2020, followed by ‘Social’s Roles’ by 73.8% and the ‘Impact of the Pandemic’ by 34.3%. Tempo's consistency in carrying out its social role as a critical "guard dog" for the government, collided with WHO's recommendation regarding the important role of the media during the pandemic. Although the use of the ‘Government’s Role’ frames began to decline in May and was followed by the widespread use of the ‘Social’s Role’ frames, the negative impression that was published by Tempo thwarted one of the important goals of communication during the pandemic: building trust in the government. This is very unfortunate, because based on past public health crises described in various studies, inappropriate communication has led to a loss of public trust in the government's ability to manage the crisis, resulting in unexpected and highly undesirable outcomes in handling the pandemics, especially for vulnerable populations."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilma Umar
"Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) sebagai salah satu sub sistem dalam sistem kesehatan paripurna di rumah sakit, dalam upaya peningkatan mutu pelayanannya haruslah ditunjang oleh sumber daya manusia yang memadai. Dalam salah satu kegiatan PGRS yaitu penyediaan, pengolahan dan penyaluran makanan, tenaga pelaksana gizi merupakan komponen utama, dan motivasi kerja mereka yang tinggi akan sangat mendukung keberhasilan PGRS.
Motivasi kerja dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu yang bersumber dari dalam diri seseorang (umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, jumlah anak, status perkawinan, status kepegawaian) dan faktor yang bersumber dari luar seperti kebijakan organisasi, hubungan pribadi dengan sesama/atasan, kondisi lingkungan kerja, imbalan dan pengawasan.
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja tenaga pelaksana gizi di Sub Instalasi Pengolahan dan Penyaluran Makanan (STPP), dilakukan penelitian studi observasional dengan metode cross-sectional pada seluruh (72 orang) tenaga pelaksanan gizi di SIPP. Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara langsung dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner.
Untuk melihat kemaknaan hubungan antara masing-masing dari 12 variabel bebas dengan tingkat motivasi kerja dilakukan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor status perkawinan, status kepegawaian dan imbalan mempunyai hubungan bermakna dengan motivasi kerja. Dari hasil tersebut disampaikan saran untuk meningkatkan motivasi kerja tenaga pelaksana gizi SIPP yaitu mengembangkan program motivasi dan penampilan kerja bagi tenaga pelaksana gizi ; menyediakan kondisi dan lingkungan kerja yang layak ; membentuk sistem supervisi untuk setiap tingkatan kegiatan dan mengembangkan standar_penampilan kerja ; mengembangkan sistem reward bagi pegawai negeri sipil (PNS) sesuai kebijakan rumah sakit ; mengembangkan dan menerapkan sistem kontrak keja yang dilengkapi dengan spesifikasi kerja dan imbalan bagi tenaga bukan PNS ; serta menganalisis dan meningkatkan sistem insentif/pengg jian secara bertahap dan berkala.
Daftar bacaan: 32 (1984 - 1999)

Nutritional care service is one of the sub systems of comprehensive health care system in the hospital. Human Resources are one of the important inputs to support the effectiveness of the whole operation of the system. Food service management system which compose namely the preparation, production, distribution of food component is the biggest working unit in nutrition department which has more than fifty percents of the total personnel's in nutrition department.
Motivation at work is influenced by many factors either the internal factor of the person (age, sex, education background, period/years of work, member of the family, marital status, employee status), or the external factors such as policy, organization, personnel relationship to others sub ordinate, working condition, reward and supervision system.
An observational cross sectional study has been conducted in June 2000 in order to identify the relationship between motivation at work and related factors on seventy two Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital food service personnel?s. The primary data was collected through interviewed using closed questionnaire.
The relationship between motivation at work and 12 independent variables were assessed using chi-square test. The study shown that marital status, employee status and incentive reward has a significant relationship with motivation at work Based in this founding, the writer recommends some aspects as followed: Develop the motivation and work performances program for food service personnel?s. Provide appropriate condition and working environment.
Formulate the supervision system for each level of activities and develop work performance standard of food service personnel?s. Develop reward system for the government's employee according to the policy of the hospital. Develop and apply the contract system with work specification and appointed salary for auxiliary personnel?s. Analyze and improve the incentive/salary system gradually and periodically.
Bibliography: 32 (1984 -1999)"
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yuwanti
"Pada era globalisasi dan persaingan dalam bidang perumahsakitan saat ini, rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya. Salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepuasan pasien dan keadaan mutu pelayanan kesehatan secara obyektif di ruang rawat inap . Penelitian ini bersifat survei dengan pendekatan cross sectional . Data primer didapat melalui pengisian kuesioner oleh pasien dan check list oleh pengamat. Analisa statistik yang dipakai adalah analisa univariat untuk melihat gambaran deskriptif, analisa bivariat Anova untuk melihat perbedaan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat berbeda , analisa Korelasi dari Spearman dan uji Chi Square untuk melihat bagaimana hubungannya antara persepsi pasien dengan hasil pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat kepuasan pasien dan hasil pengamatan mutu pelayanan masih kurang baik. Didapatkan ada perbedaan tingkat kepuasan pada ruang perawatan yang berbeda. Faktor mutu keadaan fisik mempunyai hubungan yang baik dan siknifikan antara persepsi pasien dan pengamatan obyektif Sedangkan faktor mutu lainnya mempunyai hubungan yang lemah dan tidak siknifikan.
Berdasarkan penelitian ini disarankan ; perlu dilakukan pengukuran tingkat kepuasan pasien secara berkesinambungan, memprioritaskan peningkatan faktor mutu kepedulian dan keadaan fisik agar dapat memberikan kepuasan kepada pasien yang dirawat di RSU.R.Syamsudin SH Sukabumi.

In this globalization and tough competition in business, hospitals are demanded to increase quality of health care services. One indicator to measure the quality of health care in hospital is patient satisfaction.
The goal of this research is to describe the degree of patient satisfaction and the objective quality of health service at ln-Patient Department. This research using a cross sectional approach and the primary data is taken by filling the questioner by patient and filling a check list by observer. Statistically analysis to be used are ; univariant analysis to show descriptive data , bivariant analysis with Anova to show the different degree of patient satisfaction and dimension of service quality from patient in different rooms and Spearman Correlation and Chi Square test to show how is the correlation between patient perceived and the result of the observation.
The result shows that the general degree of patient satisfaction and the observation result is not good . There is difference patient satisfaction in different service rooms. Dimension of tangibles have a meaningful correlation statistically between perceived patient and the observation , while the other dimensions has a bad correlation statistically and insignificant.
Based on the research, there are some suggestions such as ; measuring the degree of patient satisfaction, integratedly, prioritizing and increasing the dimensions of empathy and tangibles so that could give patient satisfaction at the general hospital R.Syamsudin SH Sukabumi.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Noviyadi
"Imunisasi Hepatitis B adalah salah satu program imunisasi yang sedang diuji cobakan kepada bayi dan anak dengan tujuan untuk melindungi anak dari infeksi penyakit Kati (Virus Hepatitis B) yang merupakan salah satu penyebab terpenting dari morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi.
Dari hasil uji coba sebelumnya di pulau Lombok ternyata imunisasi ini berhasil menurunkan angka prevalensi dari 7 % menjadi 1,6 %. Dengan memasukan program imunisasi hepatitis B dalam Program Pengembangan Imunisasi di Indonesia, diharapkan akan terjadi penurunan prevalensi hepatitis B yang bermakna secara epidemilogis. Keberhasilan program ini sangat ditentukan oleh pecan ibu karena dalam hal mengimunisasikan anak ditentukan oleh perilaku ibu balita tersebut. Jenis penelitian ini adalah Case control, untuk mernpelajari hubungan antara faktor perilaku kesehatan ibu dengan status imunisasi hepatitis B pada anak umur 6 - 23 bulan di Puskesmas Kecamatan Matraman Jakarta Timur. Analisis statistik yang digunakan adalah Chi Square dan Regresi Logistik balk secara sederhana maupun secara multivariat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor perilaku kesehatan ibu yaitu tempat mencari pengobatan, tempat pemeriksaan kehamilan, tempat pertolongan persalinan dan pengetahuan tentang imunisasi Hepatitis B sangat erat hubungannya dengan status imunisasi Hepatitis B pada
Hubungan ini juga dipengaruhi dengan adanya interaksi antara perilaku ibu dalam memilih tempat pemeriksaan kehamilan dengan pengetahuan ibu dan interaksi antara perilaku dalam memilih tempat pertolongan persalinan dengan pengetahuan.
Untuk menunjang keberhasilan program uji coba imunisasi Hepatitis B pada anak maka perlu dikembangkan sampai ke seluruh tingkat dan jenis pelayanan kesehatan khususnya tempat pelayanan kesehatan swasta dan mempromosikan kepada semua lapisan masyarakat.

Correlation between Factor of Mother's Health Behaviour with Hepatitis B Immunization Status on Children at Matraman Public Health Centre, JakartaHepatitis B immunization is one of the immunization programme which is now being experimented over infants and children in order to protect the children against liver diseases (Hepatitis B virus), this infection is one of the prime causes morbidity and mortality of infectious diseases.
The experiment previously carried out in Lombok proves that this programme has successfully decreased prevalence rate from 7 % to 1,6 %.
By intergrating this programme into Immunization Development Programme in Indonesia,it is expected that there will be significant decrease of Hepatitis B prevalence rate epidemiologically. The succes of this programme is significantly determined by the role of mother in immunizing her children.
Type of this research is Case Control, to study the correlation between Factor of mother's health behaviour with the Hepatitis B immunization status on children aged 6 - 23 months at Matraman Public Health Centre, Jakarta.
Statistical analysis applied is Chi Square and Multiple Logistic Regression, both in simple way and multivariate
The result of the research shows that factor of mother's health behaviour which include place of use of health services, place of antenatal care, place of birth delivery and mother's knowledge about immunization HB are closely interrelated with Hepatitis B immunization status on children.
This correlation is also influenced by the interaction between place of antenatal care with mother's knowledge and interaction between place of birth delivery with mother's know ledge.
In order to support the success of this programme, it is necessary to develop this program through out Indonesia not only at the level of health care but also the type of health care especially the private health services sector and promote to all community levels.
Bibliography : 25 ( 1983 - 1995)
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Soebagio T.
"Rumah sakit sebagai lembaga sosio-ekonomi mempunyai tanggung jawab social terhadap kesehatan masyarakat. Dalam melaksanakan fungsi sosialnya diperlukarn dana yang cukup agar rumah sakit dapat terus melangsungkan kegiatan operasionalnya secara wajar. Oleh karena itu rumah sakit harus mempunyai unit-unit layanan yang menghasilkan pendapatan (revenue). Dalam pelaksanaan pendanaan rumah sakit terdapat suatu sistim subsidi-silang (cross subsidi) yang sifatnyamelalui alokasi dana dari unit-unit yang menghasilkan pcndapatan (revenue) terhadap unit-unit yang dianggap merugi.
Rumah Sakit Umum Palang Merah Indonesia (RSU-PMT) Bogor merupakan salah satu rumah sakit yang melakukan pengelolaan keuangan dengan sistim subsidi silang. Hal irki untuk melaksanakan misi rumah sakit yang pada intinya adalah pengabdian sosial bagi masyarakat.
Unit-unit layanan yang diharapkan dapat menghasilkan pendapatan (revenue) diantaranya adalah ruang rawat inap kelas I Utama dan kelas I, serta penunjang medis. Dalam hal rawat inap kelas I Utama dan kelas I di RSU-PMI Bogor, pcnggtmaan (BOR) belum optimal sehingga kurang mendukung sistim subsidi-silang. Untuk mencapai tingkat penggunaan yang optimal harus dicari suatu strategi yang sesuai dcngan keadaan rumah sakit. Dengan melakukan analisis situasi dan pengambilan keputusan strategis maka diharapkan akan terpilih strategi yang tepat.
Mencoba melakukan analisis dengan metodologi penelitian operasional secara deskriptif yang menggunakan kerangka formulasi 3 (tiga) tahap (David, 1997) :
1. Tahap Masukan, dilakukan analisis Matriks EFE dan Matriks IFE
2. Tahap Perryesuaian, dilakukan analisis Matrik TOWS dan Matriks BCG
3. Tahap Keputusan, dilakukan analisis QSPM
Disertai dengan tinjauan dari aspek pemasaran berupa fenomena-fenomena pemasaran pengambilan keputusan konsumen, segmentasi, siklus hidup produk, penempatan (positioning), respons pasar, dan perilaku kompetisi.
Hasil penelitian mengarahkan untuk mengembangkan rawat inap kelas I Utama dan kolas I (product development) disertai pengembangan pasar (market development) dengan strategi pcmasaran kepemimpinan biaya (cost leadership) dan differensiasi.

Analysis Of Development And Marketing Strategy Palang Merah Indonesia Hospital In Bogor DistrictHospital as socio-economic institution has social responsibility for health community. In order to social function, hospital needs fund for continuing operational with normal activity. Cause of that social function, hospital must have revenue center for funding the operational activity. There is Cross-Subsidies System for funding the hospital activity, that allow allocation fund from revenue center units to the other units who needs for operational activity.
Palang Merah Indonesia (PMI) hospital in Bogor was funding with Cross-Subsidies System. Its system applies because the core business PMI hospital is social for well being communities.
One of healthcare units that generate revenue is inpatient healthcare from VIP and First Class room. also medical supporting healthcare. In order inpatient with VIP and Fiat Class room PMI Hospital in Bogor, bed utilization (BOR) didn't optimum for Cross Subsidies System. To achieve the optimum utilization must have strategies that match with hospital situation. With situation analysis and strategic decision making in hospital, the expectation that right strategies was made.
This thesis will analyze with operational research methodology based on three stages formulation framework (David, 1997) :
1. Input Stage, made EFE Matrix and IFE Matrix analysis.
2. Matching Stage, made TOWS Matrix and BCG Matrix analysis
3. Decision Stage, made QSPM analysis
Accomplished the analysis with review aspects of the underlying marketing phenomena : consumer decision making position in life cycle, segmentation, positioning market response, and competitive behavior.
Results of the research are to develop inpatient care especially VIP and First Class room (Product Development) with extension the market (Market Development), suggest cost leadership and differentiation for marketing strategy.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Achadijat Parwoto
"ABSTRAK
Diantara masalah yang timbul di Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang khususnya didalam bidang keuangan terjadinya piutang yang makin lama makin bertambah banyak sehingga mengakibatkan kurangnya penerimaan pendapatan rumah sakit.
Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mempelajari karakteristik pasien yang menunggak.. Sampel penelitian adalah pasien penunggak hutang tahun 1996 sampai dengan Juni 1997. Untuk kontrol sampel diambil pasien yang membayar lunas biaya perawatan dari waktu yang sama yang diambil secara acak sejumlah sama yaitu 360 pasien. Dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa umur dan jenis kelamin antara kedua kelompok tidak berbeda.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien yaitu lamanya hari rawat, kelas rawat yang dipilih, pendidikan pasien dan pekerjaan pasien berhubungan dengan terjadinya tunggakan rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang. Sedangkan karakteristik tempat tinggal pasien tidak berhubungan bermakna dengan terjadinya tunggakan biaya rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang.
Saran yang diajukan adalah penataan di dalam administrasi rawat inap, meningkatkan kemampuan tenaga-tenaga yang berhubungan dengan penerimaan pasien dengan melihat faktor karakteristik pasien dan dibuat kebijakan tertulis tentang penanganan terjadinya tunggakan di Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang.
Hasi1 kesimpulan ini diharapkan dapat bermanfaat di dalam mempertimbangkan mengurangi kemungkinan terjadinya tunggakan di Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang.
Daftar bacaan = 33 (1970 - 1997)
Characteristic of Patients With Unpaid Hospital Bills for Inpatient Care at the Central Mental Hospital SemarangUnpaid Bill is one of the problems faced by Central Mental Hospital Semarang, As the amount becomes larger annually, hospital income is reduced.
This study was done to understand some of the reasons. The objective was to identify patient characteristics, which contribute to unpaid hospital bills.
The sample consisted of patients with unpaid bills from 1996 until June 1997. As a control group, we use patients who had already paid their bills from the same period who are picked up randomly with a total equal number of 360 patients.
The study found that the length of stay, the choice of class, patients education and occupation were associated with the occurrence of unpaid hospital bills at the Central Mental Hospital Semarang.
The study concluded some recommendation, i.e. reorganization of the administration of inpatient care, and enhancement of personnel skills who are involved with inpatient administration an construction of a written policy about the management of unpaid hospital bills at the Central Mental Hospital Semarang.
We hope that these measures will benefit in reducing the risk of unpaid hospital bills at the the Central Mental Hospital Semarang.
"
Lengkap +
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiastuti Witjaksono
"Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh pendidikan kesehatan mengenai laktasi terhadap pengetahuan, sikap, perilaku ibu dalam menyusui bayinya dihubungkan dengan kejadian diare pada bayi usia 0 - 4 bulan.
Populasi adalah seluruh ibu hamil trimester terahir yang memeriksakan dirinya di. Puskesmas kecamatan kebayoran Lama dan Puskesmas kelurahan Pondok Pinang. Sampel adalah ibu hamil 28 - 32 minggu di 2 Puskesmas tersebut yang penentuan kelompoknya berdasarkan randomisasi pada kedua puskesmas tersebut.
Sumber data pada penelitian ini adalah data primer hamil studi eksperimen yang dilakukan peneliti di Puskesmas kecamatan Kebayoran Lama dan Puskesmas Kelurahan Pondok Pinang 1991. Setelah melalui proses pembersihan data, diperoleh jumlah responder untuk kelompok kontrol sebanyak 39 orang dan untuk kelompok eksperimen sebanyak 67 orang.
Eksperimen untuk melihat pengaruh intervensi pendidikan kesehatan mengenai masalah laktasi pada ibu hamil trimester III terhadap pengetahuan, sikap, perilaku ibu dalam menyusui bayinya dan dihubungkan dengan kejadian diare pada bayi 0 - 4 bulan. Pendidikan kesehatan mengenai laktasi diberikan oleh bidan puskesmas eksperimen yang telah mendapat pelatihan, bersamaan dengan waktu ibu periksa hamil.
Pengumpulan data pengetahuan dan sikap dilakukan sebelum dan sesudah intervensi, pengumpulan data perilaku dan diare dilakukan setelah intervensi.
Dari hasil analisa data menggunakan uji t ditemukan bahwa pendidikan kesehatan mengenai masalah laktasi dapat meningkatkan pengetahuan, sikap ibu dalam menyusui bayinya. Dari analisa logistic regression ditemukan bahwa pengetahuan ibu mengenai laktasi mempunyai pengaruh terhadap peningkatan perilaku ibu dalam menyusui dalam menyusui bayinya. Sedangkan sikap ibu terhadap masalah laktasi tidak jelas pengaruhnya terhadap peningkatan perilaku ibu dalam menyusui bayinya. Variabel-variabel perilaku yang mempunyai pengaruh terhadap penurunan kejadian diare yaitu pemberian makanan tambahan dan saat mulai menyusui.
Dalam upaya menurunkan angka kematian bayi melalui penurunan kejadian diare perlu kiranya dibuat materi dan alat Bantu yang sesuai, diadakan pelatihan bagi petugas medis, paramedic dari kader dan perencanaaan program penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan mengenai masalah laktasi."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T9993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>