Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haryani Kusumaningrum
Abstrak :
Kemajuan dalam bidang perekonomian yang terjadi di Jerman membawa pada perubahan perilaku masyarakatnya. Perilaku yang terbentuk secara tidak langsung dari obsesi yang terpendam akan sesuatu yang sebelumnya tidak bisa dimiiiki. Kehidupan yang dijalani hanya berdasarkan obsesi ini menjadi bentuk dasar cerita Das Brot der fruhen Jahre karya Heinrich Boll, karena ia melihatnya sebagai bentuk dari kesia-siaan. Menurut Boll masyarakat tidak mengetahui untuk apa sebenarnya mereka hidup, karena hanya berorientasi pada satu hal saja yaitu pemuasan obsesi mereka dengan mengabaikan aspek-aspek kehidupan lainnya. Melalui skripsi ini ingin ditunjukkan bagaimana sebenarnya situasi Jerman pada masa Keajaiban Ekonomi serta untuk melihat kritik Heinrich Boll terhadap perilaku masyarakat Jerman pada masa ini. Heinrich Boll menuangkan pandangan kritisnya melalui hubungan tokoh utamanya, yaitu Walter Fendrich, dengan roti. Walter Fendrich memiliki obsesi yang sangat besar akan roti, karena kelaparan berkepanjangan yang dideritanya di masa lalu. Masa lalu yang tidak dapat ia lupakan, walaupun ia sangat ingin melupakannya. Obsesi terhadap roti tanpa ia sadari mempengaruhi hubungannya dengan tokoh-tokoh lainnya, bahkan hubungannya dengan sang pacar, yaitu Ulla Wickweber. Hingga suatu hari, setelah pertemuannya dengan Hedwig Muller, Walter menjadi sadar akan arti kehidupan sebenarnya. Betapa ia selama ini hanya menjalani suatu kehidupan yang sia-sia, karena telah mengabaikan hal-hal lain dalam kehidupannya selain roti. Ia memandang dan menilai segala sesuatu hanya berdasarkan rasa laparnya akan roti. Walter kemudian pergi meninggalkan kehidupan mapannya. Suatu kehidupan dimana semua benda mempunyai harga. Dari uraian-uraian seluruh bab, dapat disimpulkan bahwa melalui tokoh Walter Fendrich dalam cerita Das Brot der fruhen Jahre dapat dilihat kecenderungan perilaku masyarakat Jerman pada masa keajaiban ekonomi. Melalui cerita ini Heinrich Boll mengharapkan supaya masyarakat Jerman sadar dan kesia-siaan hidup yang selama ini mereka jalani. Selain itu Heinrich Boll ingin menunjukkan bahwa masa lalu, sejelek apapun, bukanlah sesuatu yang harus dilupakan dan bukan pula sesuatu yang menjadi satu-satunya tolok ukur dalam menjalani kehidupan di masa depan. Masa lalu membantu kita untuk lebih arif daiam menjalani kehidupan di masa depan, dan dengannya kita terhindar dari kesalahan yang kita perbuat di masa lalu.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
S14670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathalie Elfriede
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa Wir Pfeifen auf den Gurkenkonig, sebuah bacaan anak dan remaja karya Christine Nostlinger, yang pada tahun 1973 mendapat penghargaan Deutsche Jugendbuchpreis sebagai bacaan anak dan remaja yang bersifat reformeris-emansipatoris. Analisis ini mempergunakan kriteria fungsi pedagogis Gerhard Haas dalam bacaan anak, yaitu : 1. Bacaan itu diharapkan dapat membantu anak mengenali masalah yang dihadapi sehari-hari. 2. Bacaan itu membantu mereka mengatasi masalah tersebut. 3. Bacaan itu memberikan pengalaman baru kepada anak.

Titik tolak dari karya sastra anak dan remaja yang emansipatoris adalah teori anti-otoriter A.S. Neill yang berprinsip bahwa anak harus diberikan kebebasan dalam tahap perkembangannya. Munculnya banyak pengarang anti-otoriter tahun 70-an merupakan dampak dari gerakan mahasiswa Jerman tahun 1968 (dikenal dengan Studentenbewegung) yang memprotes sikap otoriter pemerintah, yang mewakili golongan tua. Sastra anti-otoriter kemudian berkembang, salah satunya adalah sastra anak reformeris-emansipatoris yang contohnya antara lain adalah karya Nostlinger ini.

Melalui karyanya Nostlinger mengajak anak untuk dapat mengatasi masalah mereka sendiri dengan mandiri, berpikir kritis dan berani mengeluarkan pendapat. la juga ingin anak berani mengambil sikap dan bertanggung jawab atas tindakan yang diambilnya.

Hasil analisis skripsi ini membuktikan bahwa pesan moral dari korpus data bersifat emansipatoris, dimana Nostlinger berharap dapat membantu anak mengatasi masalah yang dihadapi dalam hidup bermasyarakat. Selain pesan moral ia juga melontarkan kritik yang sangat tajam terhadap masyarakat, khususnya para orang tua yang masih menerapkan sistem otoriter dalam mendidik anak. Pendukung teori anti-otoriter ini memandang anak sebagai manusia yang sederajat dengan orang dewasa dan memiliki hak yang sama, tidak terkecuali dalam hal mengeluarkan pendapat.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S14992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Mintarsih
Abstrak :
Dalam negara Jerman Timur dengan sistem Komunis-Sosialisnya yang digambarkan dalam Roman Flugasche ternyata telah menekan, mendominasi, membatasi dan mematikan hak individu. Kenyataan ini juga diperburuk dengan kondisi ekonomi yang buruk. Pembatasan hak individu tercermin dalam bidang pers, hal ini disebabkan pers yang berfungsi sebagai propaganda partai. Josefa Nadler, tokoh utama dalam Roman Flugasche mendapat tekanan dari partai dan rekan-rekannya, ketika ia memutuskan untuk menyampaikan kenyataan yang sebenarnya; kota B adalah kota terkotor di Eropa Sehingga ia akhirnya terpojok, terasing dan keberadaannya tereliminasi dari sekitarnya Keputusan Josefa untuk menyampaikan kebenaran yang berarti dengan jelas telah melanggar doktrin partai merupakan salah satu bentuk penentangannya terhadap sistem. Disamping itu Josefa juga menyampaikan laporan tersebut kepada pimpinan partai. Josefa juga melontarkan kritik terhadap stuktur kehidupan yang telah di bentuk, sehingga melahirkan kehidupan yang monoton dan tanpa makna. Josefa menggugat individu-individu yang diarahkan dan di bentuk agar menjadi individu-individu yang satu, yang berkepribadian dan berfikir sesuai dengan doktrin partai. Di samping melalui kritik kritiknya. Josefa, yang dalam kehidupan telah disingkirkan. banyak melampiaskannya dalam mimpi, fantasi dan halusinasi yang seringkali berupa simbol-simbol dan bersifat mencerdaskan (unheimlich). Kenyataan-kenyataan yang tergambar dalam narasi merupakan refleksi dari kehidupan Monika Maron. Seperti halnya Josefa, Maron menginginkan terdapat perubahan dalam negerinya, yang ia sebut sebagai revolusi yang romantis. Maron juga mengalami permasalahan ketika ia ingin menerbitkan karyanya yang menurut pemerintah tidak mencerminkan nilai-nilai positif tentang partai. Namum berbeda dengan Josefa, yang memutuskan untuk menarik diri dari kehidupan, Maron yang pernah menjadi wartawati menemukan sastra sebagai media untuk menyampaikan penentangan-penentangannya. Selain itu, jika Josefa gagal menerbitkan laporannya, maka Maron yang mendapatkan beberapa kemudahan dari Stasi berhasil menerbitkan karya-karyanya di Jerman Barat. Karya-karya Maron banyak diminati publik, khususnya karena unsur sukbyektifiktas yang ia tonjolkan. Subyektifitas merupakan salah satu ciri roman yang diminati dan berkembang di jerman Barat pada masa itu, yaitu tahun 1980-an. Subyektifitas dalam roman Flugasche adalah penojolan konflik keberadaan aku, yang akhirnya terasing dan tereliminasi dari sekitarnya. Karya-karya Maron menjadi perhatian publik, karena dengan tajam dan transparan mengungkap kehidupan di Jerman Timur. Selain itu pihak Jerman Barat juga memanfaatkannya sebagai propaganda sistem kapitalis, yaitu dengan menujukkan keburukan sistem komunis-sosialisme.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilawati Kurnia
Abstrak :
ABSTRAK Data das Fremde sangat populer dan dipakai dalam berbagai bidang penelitian di Jerman dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Namun pengertian kata ini dalam hubungannya dengan hermeneutik interkultural dapat dipahami melalui metode yang dikembangkan oleh Wierlacher, Krusche, Michel, dan banyak lagi. Disertasi ini menggunakan dikotomi pengertian das Fremde dan das Eigene dalam menganalisis keempat novel Jerman yang dijadikan materi penelitian. Konflik-konflik yang dibangun dalam novel-novel ini diteliti berdasarkan dikotomi das Fremde dan das Eigene yang bersifat komplementer. Melalui analisis didapatkan gambaran citra-citra yang terbentuk. The Other atau das Fremde sudah menjadi konsep heuristis yang dikembangkan dan dipakai di luar Jerman dalam menginterpretasi fenomena-fenomena budaya yang terolah dalam diri the Self atau das.
2000
D1816
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library