Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abd. Nashir
"AbSTRAK. Condet atau yang dulu dikenal dengan sebutan Tanjong Oost merupakan suatu daerah yang letaknya di wilayah Kecamatan Kramat Jati sekarang. Sewaktu terjadi kerusuhan petani, Condet bernaung di Kewedanaan Pasar Rebo, Kabupaten Meester Cornelis, Keresidenan Batavia. Kawasan ini berstatus tanah partikelir, sejak ja an VOC, tepatnya sekitar tahun l770-an, tanah ini dikuasai oleh keluarga Ament. Oleh karena adanya eksploitasi tuan tanah tersebut secara berlebihan, maka para penduduknya menjadi resah, benci dan merasa dendam. Keresahan itu semakin bertambah oleh adanya pihak-_pihak luar masyarakat Condet yang ikut mematangkan suasana kebencian terhadap tuan tanah. Dengan sendirinya bentrokan tidak dapat dihindari lagi antara penduduk Condet yang dipimpin oleh Entong Gendut berhadapan tuan tanah yang didukung oleh aparat keamanan pemerintah Hindia Belanda yang terdiri dari barisan polisi dan tentara. Akhirnya dalam bentrokan pihak penduduk Condet dapat ditumpas dengan jatuhnya beberapa korban antara lain Entong Gendut mati tertembak. Peristiwa itu terjadi pada bulan April 1916."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Herwanto
"ABSTRAK
Skripsi yang berjudul Kyai Sadrach Suropranoto dan umatnya tahun 1871 _ 1899 ini saya ajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana pada jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Pembahasan tentang Kyai Sadrach Suropranoto dan umatnya yang berpusat di Radukuhan Karangjoso, wilayah Kutoarjo yaitu daerah Jawa Tengah bagian selatan, sepan_jang pengetahuan saya merupakan masalah yang belum dibahas secara terperinci, ditinjau dari sudut sejarah. Walaupun demikian hal tersebut merupakan suatu kenyataan yang terjadi dalam sejarah Indonesia. memang ada beberapa tu-lisan yang mengungkapkan sekilas tentang umat Kristen Ja_wa di daerah Jawa Tengah bagian Selatan ini ataupun tentang pribadi pemimpinnya yaitu Kyai Sadrach Suropranoto , misalnya dalam tulisan J. Wietjen S.Y. yang berjudul Pas_tur van Lith mengenai Kyai Sadrach dalam majalah Brien_tasi, Pustaka Filsafat dan jeologi; tahun 6, 1974, tulis_an I. Sumanto W.P. yang berjudul Kyai, Sadrach Seoranq Pencari Kebenaran, Sebabak Seiarah Pekabaran Injil di Jawa Tengah terbit tahun 1974, tulisan pendeta F. Lion Cachet yang berjudul Een Jaar LE Reis in dienst der tending terbit tahun 1890 dan tulisan L. Adriaanse yang berjudul Sadrach's Krino terbit tahun 1899...

"
1985
S12251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Endah Kiswijayati
"ABSTRAK
Skripsi yang berjudul Indonesia Muda ini saya ajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sar_jana dalam bidang studi.ilmu sejarah. Ada-2 hal yang telah mendorong saya untuk menulis tentang organisasi pemuda ter_sebut yaitu pertama, masalah mengenai organisasi Indonesia Muda_sebagai salah satu organisasi yang tumbuh di masa per_gerakan nasional, sejauh yang saya ketahui hingga saat ini belum ada yang membahasnya dalam bentuk skripsi. Kedua, ada hal yang menarik dari organisasi Indonesia Muda yaitu bahwa pembentukan organisasi ini merupakan sua_tu usaha yang dilandaskan pada semangat persatuan yang muncul di antara perkumpulan pemuda. Apalagi setelah ter_cetusnya Sumpah Pemuda, yang semakin memberikan dorongan pada mereka untuk segera mewujudkan secara nyata wadah dari semangat persatuan tersebut. Organisasi Indonesia Mude yang didirikan pada tanggal 31 Desember 1930 dengan landasan dasarnya persatuan di antara pemuda - pemuda Indonesia, ternyata mempunyai latar belakang pembentukan yang berliku - liku. Hal itu.

"
1986
S12565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Mirawati
"ABSTRAK
Skripsi yang berjudul Kongres Perempuan Indonesia I: tanggal 22-25 Desember 1928 ini saya ajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana pada jurusan Sejarah Fakualtas Sastra Universitas Indonesia.
Alasan saya menulis tentang Kongres Perempuan Indonesia, khususnya Kongres Perempuan Indonesia I ini adalah: pertama, masih kurangnya buku-buku atau penulisan-penulisan yang mengungkapkan tentang sejarah pergerakan pada umumnya dan tentang sejarah pergerakan wanita Indonesia pada khususnya. Hal tersebut disebabkan sulitnya untuk mendapatkan bahan-bahan yang masih sangat sedikit dan juga banyak tokoh _wanita yang terlibat dalam peristiwa itu sudah tiada lagi.Masalah Kongres Perempuan yang menjadi inti dari skripsi ini hanya dikupas secera sepintas saja, misal_nya dalam karya-karya dari Drs. Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan, Yusmar Basri (ed), Sejarah Nasional Indonesia jilid V, atau- pun dalam buku Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia karangan A.K. Pringgodigdo, di mama secara umum dapat dikatakan bahwa _

"
1984
S12492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simandjuntak, Ermina
"Selama abad ke-17 dan ke-18 serta pertengahan abad ke 19, kerajaan Deli kurang dikenal sampai ke luar dari wila_yah tersebut. Ketika itu di daerah ini hanya dikenal kera_jaan Aceh dan kerajaan Siak. Baik kerajaan Aceh maupun ke_rajaan Siak, sama-sama mengakui memiliki kedaulatan atas kerajaan-kerajaan di Sumatra Timur. Aceh menyatakan bahwa daerah Sumatra Timur, yaitu dari Tamiang sampai ke Tanah Putih Ayam Denak adalah termasuk wilayah jajahan Aceh. Sedangkan Siak kemudian juga mengakui bahwa kerajaan-keraja_an Melayu di Sumatra Timur adalah daerah jajahan kerajaan Siak.
Sedangkan kerajaan Deli sendiri, pada masa itu merupakan suatu kerajaan kecil yang tidak dikenal. Asal mula di_dirikannya kerajaan Deli ini tidak ada data yang-pasti me_ngenai tahun berdirinya. Ketika itu berdirinya suatu kera_jaan adalah karena orang-orang di jaman tersebut sesudah bosan mengembara kemudian menenukan tempat-tempat yang ba_lk untuk dijadikan tempat menetap, lalu mendirikan rumah."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S12574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyanto
"Pemilihan judul ini didasarkan atas kesadaran penu_lis sendiri, dimana pokok pembahasannya adalah Hizbullah Bandung Pada Awal Revolusi Tahun 1945 - 1947. Yang mendo_rong penulis untuk menulis sejarah perjuangan badan kelas_karan ini, pertama, penulis menganggap karena masih langka_nya buku-buku atau penulisan-penulisan yang mengungkapkan sejarah perjuangan suatu badan perjuangan atau kelaskaran pada masa perang kemerdekaan. Dan langkanya suatu kelaskar_an yang bercorak kelslaman ditulis secara khusus dan detail. Kedua, Hizbullah yang merupakan salah satu dari sekian ba_nyak badan perjuangan yang juga memainkan peranan dalam per_juangan kemerdekaan, jarang ada yang membahas sehingga ba_nyak orang belum mengetahui peranan dan sumbangannya. Bertitik tolak dari kedua hal tersebut tergeraklah hati penulis mengambil tema itu untuk dijadikan judul skripsi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S12676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
G. Ambar Wulan
"ABSTRAK
Transportasi, sebagai alat pengangkutan merupakan sa_lah satu sarana yang panting dalam kehidupan manusia. Transportasi ini akan terus berkembang bergandengan dengan tuntutan kabutuhan manusia yang senantiasa bertambah pula. Pada mulanya orang hanya cukup menggunakan kepala, pungngung, pinggang dan pundaknya sendiri untuk menyelenggarakan transportasi. Keadaan yang lebih maju membuat orang akan terus-menerus mencari cara bagaimana menyelenggarakan transportasi yang cepat dan lancar.
Bertambahnya angkutan yang semakin berat dan banyak meriyebabkan beberapa jenis hewan seperti, kuda, onta dan kerbau mulai dimanfaatkan tenaganya untuk menarik kereta atau gerobak. Lama-kelamaan orang menggunakan rel sebagai jalan khusus bagi kereta atau gerobak tersebut, sehingga keadaan ini telah membantu meringankan beban hewan-hewan dalam menarik angkutannya.
Perkembangan usaha pengangkutan melalui jalan rel menjadi maju terutama setelah ditemukannya mesin uap pada...

"
1985
S12163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Razif
"ABSTRAK. Berkolonisasinya petani-petani kecil Jawa untuk menjadi buruh kontrak di perkebunan-perkebunan karet Sumatra Timur semata-mata bukanlah faktor kebetulan belaka. Sedikitnya ada tiga elemen yang mendorong mereka untuk bergerak ke perkebunan-perkebunan Sumatra Timur. Pertama, semenjak Jawa dijadikan konsentrasi penanaman pala lambat-laun tanah-tanah garapan petani-petani kecil di Jawa men_jadi milik perkebunan gula. Kedua, Setelah dihapuskannya pajak bumi pada tahun 1870, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda beralih ke pajak kepala. Pajak ini dikenakan kepada seluruh penduduk Jawa tanpa terkecuali. Ketiga, awal abad ke 20 Hindia Belanda sudah kekurangan beras yang terpaksa harus mengimpor beras dari luar negeri yang menyebabkan harga beras membumbung tinggi. Dengan kon_disi seperti ini perkebunan-perkebunan karet di Sumatra Timur yang telah mempersiapkan modalnya dengan menawarkan uang muka upah sebesar f. 20,- kepada petani-petani kecil di Jawa dan tentunya merupakan tawaran yang menarik bagi mereka. Jadi kemelaratan petani-petani kecil di Jawa yang membuat mereka berangkat secara berbondong-bondong ke perkabunan-perkebinan di Sumatra Timur. Setelah petani-petani kscil tersebut menandatangani kontrak kerja dan bekerja di perkebunan-perkebunan Karet Sumatra Timur, pengusaha perkebunan dan Pemerintah kolonial telah mempersiapkan jaringan untuk menguasai mereka. Jaringan untuk menguasai kuli kontrak menggunakan cara-cara perjudian dan juga paksaan, yang juga sering disebut sebagai Poenale Sanctie. Pihak pengusaha perkebunan dalam menguasai kuli kontrak tidak bekerja sendiri, tetapi mendapat bantuan dari Pemerintah kolonial. Untuk membantu pihak perkebunan dalam menguasai kuli kontrak, Pemerintah Kolonial menciptakan Arbeid Inspectie. Badan pengawas perburuhan ini pada awal berdirinya berfungsi sebagai pengawas hubungan kerja antara kuli kontrak dan pengusaha perkebunan. Namun fungsi sebagai pengawas hubungan kerja tidak pernah dijalankan, hal ini disebabkan banyak para pengawas Arbeid Inspectie yang juga sebagai pengusaha perkebunan.dan yang setidak-tidaknya akan mem_bela kepentingannya. Sehingga hasil akhir dari penulisan skripsi ini akan menyimpulkan formulasi bahwa, Pemerintah Kolonial yang menjadi alat pengusaha perkebunan benar-benar dapat menguasai kuli-kuli kontrak dari Jawa yang bekerja di perkebunan-perkebunan karet Sumatra Timur."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Sulaksono
"ABSTRAK. Jong Java sebagai suatu organiaasi pemuda pelajar sekolah menengah, turut menyumbangkan usahanya bagi cita-_cita persatuan yang berdasarkan atas faham kebangsaan Indonesia Raya, perubahan pandangan ini patut dihargai, jika dilihat sejak awal di bentuk, ia merupakan wadah lokal (kedaerahan), di samping sekedar bertujuan mengikat persaudaraan antar murid-murid sekolah menengah saja. Perubahan tersebut di atas merupakan suatu proses, di mana ia tidak berdiri sendiri, namun dipengaruhi faktor lingkungan pergerakan nasional pada umumnya, Juga dalam melangkah menuju pandangan yang nasiona1, ia membekali diri pada usahanya merubah anggaran dasar organiaasi pada setiap kongres yang diadakan pada tahun-tahun 1920-an. Dalam kedudukannya menuju jalinan kerjasama (fusi), Jong Java secara hati-hati bertindak secara bertahap, la mempertimbangkan faktor intern organiaasi maupun ter_hadap pemerintah, dalam upayanya mengubah citranya dari aktivitas non politis ke dalam iklim pergerakan nasional yang maju."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarif Thoyib
"ABSTRAK
Suasana revolusi kemerdekaan 1945-1949 cukup efektif dalam proses pembentukan suatu etos pejuang di kalangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada saat itu. Dalam suasana kepejuangan tersebut, relatif tidak memungkinkan bagi tumbuhnya suatu dikhotomi yang secara tegas membagi fungsi militer dan nonmiliter. Yang ada justru kekaburan fungsi di antara keduanya, sehingga TNI sejak lahirnya sudah terbiasa dengan kancah kehidupan di mana fungsi hankam dan fungsi kekuatan sosial-politik berpadu sekaligus.
Tetapi selepas perang kemerdekaan itu selesai, pengalaman berharga kalangan TNI selama perang kemerdekaan tersebut tidak bisa dijadikan sebagai sumber legitimasi baginya untuk terjun dalam bidang politik seterusnya. Keinginan dari para politisi sipil untuk menegakkan secara tegas sistem demokrasi liberal bagi negara Indonesia (sejak RIS pada 1949) membawa akibat terhadap kebijaksa_naan ketentaraan yang ada. Hal ini berarti hilangnya kesempatan bagi TNI untuk terjun dalam kancah politik, sebab sistem Liberal menghendaki adanya suatu supremasi sipil atas militer, di mana kedudukan militer tidak lebih hanyalah sebagai alat negara. Kondisi demikian meskipun menimbulkan rasa ketidakpuasan bagi sebagian kalangan TNI, tetapi banyak pula didukung oleh sebagian para perwiranya, terutama yang berasal dari unsur KNIL.
Dalam realisasinya, sistem tersebut di atas tidak berjalan seacara mulus. Konflik antar perwira militer dengan kalangan politisi sipil (partai-partai politik) sering muncul ke permukaan. Rasa kecurigaan di antara keduanya sering menjadi penyebab konflik-konflik tersebut, di mana manuver-manuver politik yang sering dilakukan oleh kalangan politisi sipil dianggap sebagai intervensi yang melewati batas hak istimewa dan wewenang intern militer. Tekanan-tekanan yang dianggap merugikan TNI tersebut ternyata semakin menumbuhkan semangat korps di antara mereka, termasuk para perwira yang sebelumnya menerima sistem supremasi sipil. Keberanian dari kalangan TNI untuk mulai mengutarakan kepentingan dan keinginan politiknya mulai muncul perlahan ke permukaan.
Sementara itu di kalangan intern politisi sipil sendiri justru semakin terjebak dalam polarisasi yang tajam. Dengan membawa ideologi partainya masing-masing, mereka bersaing keras dan saling bertikai dalam upayanya menancapkan pengaruh dalam kehidupan kenegaraan. Pemerin_tahan tidak pernah bertahan lama dan terus berganti-ganti, sehingga penyelenggaraan roda pemerintahan tidak berjalan efektif dan menuju kepada krisis. Dampak akhirnya adalah timbulnya krisis legitimasi bagi pemerintahan partai_-partai itu sendiri. Hal ini mengakibatkan di beberapa daerah wilayah Indonesia, muncul ungkapan-ungkapan ketidakpuasan yang menjurus kepada regionalisme untuk memisahkan diri dari pemerintahan pusat.
Dalam suasana yang semakin khaos, dimana eksistensi negara Republik Indonesia sedang dipertaruhkan inilah akhirnya muncul kebijakan untuk mempermaklumkan keadaan darurat perang bagi seluruh wilayah RI pada tahun 1957. Momentum inilah yang menjadi peluang bagi militer untuk mulai menancapkan diri terjun dalam bidang politik. Undang-undang Keadaan Darurat (Bahaya) telah menjadi semacam charta politik yang memberikan legitimasi bagi TNI untuk terjun mengemban fungsi kekuatan hankam dan sosial politik sekaligus. Selama berlangsungnya rasa keadaan darurat perang tersebut (1957-1563), TNI telah berhasil memanfaatkan kesempatan sehingga tercipta basis-basis yang kuat, yang nemungkinkan kesinambungannya untuk tetap berdwifungsi dalam sistem kenegaraan Republik Indonesia hingga saat ini.

"
1990
S12664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>