Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nydia Amelia Madiadipura
Abstrak :
Pada penelitian ini, percobaan telah dilakukan untuk memanfaatkan bahan sisa-sisa biomasa secara efisien untuk mengambil kembali hidrogen dari campuran gas CH4 -; H2 yang banyak ditemukan pada unit Hydrocracking di Kilang Minyak. Bagian dari percobaan ini adalah pembuatan karbon aktif berbasis tempurung kelapa yang diproses melalui aktivasi kimia dan fisika dengan menggunakan ZnCl2 25 dan dilanjutkan dengan aktivasi pada 800 C dengan aliran N2 selama satu jam untuk untuk memperbesar luas permukaannya. Studi eksperimental mendetail telah dilakukan untuk adsorpsi metana dan hidrogen murni pada 20°C, serta campuran gas CH4 -; H2 pada 10, 20 dan 30°C; setiap kondisi isotermal diuji kapasitas adsorpsinya pada tekanan 1 -; 6 bar. Pengukuran dilakukan dengan teknik volumetric dan analisis gas kromatografi. Hasil luas permukaan BET dan bilangan iod dari karbon aktif ini ialah 432,26 m2/g dan 644,80 mg/g. Adsorpsi tertinggi didapatkan pada metana murni diikuti oleh campuran gas CH4 -; H2 dengan rasio 1: 9 dan hidrogen murni. Untuk campuran gas, jumlah mol yang teradsorpsi meningkat dengan meningkatnya tekanan pada setiap isotermal; dimana pada suhu yang lebih tinggi kapasitas adsorpsinya menurun. Secara umum, seluruh metana yang terdapat pada gas campuran dapat terserap, namun pada kondisi tertentu terdapat metana yang tidak teradsorp oleh karbon aktif. Percobaan ini mengikuti model Langmuir dari adsorpsi isotermal. ......In this study, attempts have been made to utilize biomass residue in an efficient way to recover hydrogen from CH4 - H2 gas mixture, which is widely found in Hydrocracking Units in Oil Refineries. Part of this attempt is to produce an activated carbon based on coconut shell, which is processed through chemical and physical activation using 25 ZnCl2 followed by activation at 800 C with N2 flow for an hour to increase its surface area. A detailed experimental study has been made for the adsorption of pure methane and hydrogen at 20°C, as well as CH4 - H2 mixture at 10, 20 and 30°C each isotherm condition undergoes a variety of pressure ranging from 1 - 6 bar. Measurements were made using volumetric technique and gas chromatograph analysis. The resulted BET surface area and iodine number are 432.26 m2 g and 644.80 mg g, respectively. The highest adsorption is obtained for pure methane followed by CH4 - H2 mixture with 1 9 ratio and pure H2. For gas mixture, the total adsorption increases with the increase of pressure in each isotherm in which the higher temperature has lower adsorption ability. Overall, all methane in the gas mixture is adsorbed, however at certain condition a small amount of methane can be detected using Gas Chromatograph analysis. The trend of this experiment fits the Langmuir model of isothermal adsorption.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulina Ayu Pangesti
Abstrak :
ABSTRAK
Isu energi global merupakan suatu topik masalah yang tidak baru lagi. Peningkatan produksi energi yang menunjukkan pengaruh signifikan adalah dengan modifikasi bahan bakar fosil dengan bahan bakar terbarukan, salah satunya adalah dengan bioethanol. Salah satu kendala dalam produksi bioethanol fuel-grade adalah sulitnya memenuhi standar kadar air yang berada pada angka 1.0 v/v sesuai standar Amerika ASTM D4806 karena terjadinya fenomena azeotrope. Salah satu metode yang paling hemat energi adalah dengan adsorpsi. Salah satu kriteria dehidrasi bioethanol dengan metode ini dinilai memiliki kinerja baik adalah saat kapasitas adsorpsi dari adsorbent semakin besar. Kapasitas ini salah satunya dipengaruhi oleh material dari adsorbent yang digunakan. Material adsorbent yang diuji kapasitasnya dalam penelitian ini adalah polyvinyl alcohol PVA , zeolit, dan karbon aktif. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis hubungan serta pengaruh jenis adsorbent dan konsentrasi awal campuran terhadap kapasitas adsorpsi menggunakan pemodelan Langmuir untuk grafik hubungan konsentrasi akhir etanol dengan kapasitas adsorpsi. Adsorpsi karbon aktif memiliki kapasitas yang dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan PVA, dan 20 lebih besar dari zeolit. Analisis selektivitas menunjukkan bahwa zeolit sebagai adsorben lebih selektif terhadap air dibandingkan dengan kedua adsorben lainnya.
ABSTRAK
Global energy issue is no longer a new topic. The expansion of energy production proven to show significant influence is the fossil fuel modification by blending it with liquid renewable fuel, such as bioethanol. Bioethanol must achieve fuel grade standard to qualify as gasoline, one of the specification is to have moisture content of 1.0 v v or less, as regulated by ASTM D4806. This parameter is a challenging one to achieve, because water ethanol mixture will encounter the azeotrope phenomenon when the mixture undergoes a common distillation process and reach 95.6 v v of ethanol. One of the dehydration method that use less energy is adsorption. One of the efficiency consideration of bioethanol dehydration with adsorption is its adsorption capacity. Adsorption capacity is influenced by the material of adsorbent, operational temperature and time. The material being tested in this research are poly vinyl alcohol PVA , zeolite, and activated carbon. This research will analyze the dependency and influence of adsorbent type and mixture rsquo s initial concentration towards adsorption capacity utilizing a Langmuir model. The result of this study showed that the activated carbon has the highest parameter capacity, which is almost twice as much than PVA and 20 larger than zeolite. Whereas the result of selectivity study between the three prove that zeolite has better selectivity.
2017
S68067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istia Prianti Hidayati
Abstrak :
Microbial Elctrolysis Cell adalah suatu sistem biokimia yang memproduksi gas Hidrogen dari bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Produksi hidrogen dapat berkurang karena proton CO2 dan hidrogen membentuk metana dan air yang disebabkan oleh bakteri metanogenik. Katalis AC-Fe/SS dipilih karena karbon aktif memiliki luas permukaan yang tinggi serta aktivitas dan stabilitas Fe yang baik. Metode adsorpsi dan fase inversi digunakan untuk menggabungkan AC-Fe pada SS. Penelitian dilakukan dalam reaktor 100mL MEC selama 258 jam. Hidrogen dianalisis dengan GC-TCD. Pengukuran tegangan dilakukan dengan multimeter dan pertumbuhan bakteri dianalisis dengan spektrofotometer. Fraksi gas hidrogen terbesar adalah 60% dengan AC-Fe/SS dan 0,08% tanpa menggunakan katalis. Nilai densitas optik untuk pertumbuhan mikroorganisme tertinggi adalah 0,611 dengan katalis AC-Fe/SS dan 0,427 tanpa menggunakan katalis. Densitas arus tertinggi adalah 99,11 mA / m2 dengan katalis AC-Fe/SS dan 59,52 mA / m2 tanpa menggunakan katalis. Pemodelan Dudley dilakukan menggunakan Matlab dan menunjukkan bahwa Umaxe adalah 1 /hari dan Qmaxe adalah 4,6 mg-S / mg-Xe / hari memiliki efek pada total mikroorganisme yang mendekati percobaan. ......Microbial Elctrolysis Cell is a biochemical system for producing Hydrogen gas from organic substances contained in wastewater. Hydrogen production can be reduced because CO2 and hydrogen protons form methane and water caused by methanogenic bacteria. The AC-Fe / SS catalyst was chosen because activated carbon had a high surface area and Fe had good activity and stability. The adsorption and phase inversion method were used to combine AC-Fe on SS. The research was carried out in a 100mL MEC reactor for 258 hours. Hydrogen was analyzed by GC-TCD. Voltage measurements was carried out with a multimeter and bacterial growth was analyzed with a spectrophotometer. The largest hydrogen gas fraction was 60% with AC-Fe / SS and 0.08% without using a catalyst. The highest optical density value for microorganism growth was 0.611 with AC-Fe / SS catalyst and 0.427 without using a catalyst. The highest current density was 99.11 mA / m2 with an AC-Fe / SS catalyst and 59.52 mA / m2 without using a catalyst. The Dudley modeling was done using Matlab and showed that Umaxe was 1 day-1 and Qmaxe was 4.6 mg-S / mg-Xe / day had an effect on the total microorganisms approaching the experiment.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meisy Ariani
Abstrak :
Penelitian ini berfokus pada pengembangan formulasi tarif angkut gas bumi melalui pipa transmisi. Perhitungan tarif angkut gas melalui pipa transmisi ini dilakukan dengan dua skenario. Skenario 1 adalah perhitungan tarif angkut gas melalui pipa yang berdasarkan PBPH Migas No. 34 tahun 2019 dan Skenario 2 adalah perhitungan tarif yang mempertimbangkan kapasitas dan komoditas. Dari hasil analisa dan sensitivitas pada volume gas yang diangkut melalui pipa, maka tarif akan semakin kecil dengan peningkatan volume gas. Tarif Skenario 2 memberikan nilai tarif 8% lebih besar dari pada tarif Skenario 1, dimana nilai tarif ini nantinya akan memberikan penambahan pendapatan bagi pemilik pipa (Transporter). Untuk hasil analisa dan sensitivitas pada nilai IRR, semakin besar nilai IRR maka besaran tarif akan semakin besar sehingga waktu pengembalian modal akan semakin cepat. Hasil perbandingan analisa tarif Skenario 2 dan Tarif Seddon adalah 0.003 USD/MSCF dimana membuktikan bahwa besaran tarif Skenario 2 masih memiliki nilai kewajaran. Pengembangan formula tarif angkut gas yang baru ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi Badan Regulator dan menjadi usulan tarif angkut gas yang baru bagi pemilik pipa (Transporter) yang memberikan penambahan pendapatan dalam pengembalian modal investasi, serta tetap memberikan keadilan bagi pengguna pipa (Shipper). ......This research will be focusing on the formula modification for gas transportation tariff calculation through transmission pipeline. The calculation of gas toll fee will be done using 2 (two) scenarios. The first scenario is to define the gas toll fee based on the BPH Migas Regulation No. 34 of 2019. The second scenario is to define the gas toll fee using Capacity Charge and Commodity Charge. The same sensitivity will be done for both scenarios. For the gas volume sensitivity analysis, it is concluded that the increasing of pipeline gas capacity volume, the gas toll fee will be decreasing. The gas toll fee rate results from scenario 2 are 8% bigger compare to the gas toll fee in scenario 1. The 8% tarif differences will provide additional revenue for transporter annually. For the IRR sensitivity, it is concluded that the greater of the IRR value, the gas toll fee will be increasing and will caused faster Break Even Point (BEP) from the investment. By comparing the tariff results from scenario 2 and Seddon formula, the tariff difference is 0.003 USD/MSCF which shows that the tariff results from scenario 2 has fairness value. The research is expected to be an input for the Regulatory and as tariff proposal for the Transporters that provides additional incomes, as well as providing fair pricing for gas transport service through transmission pipeline for the Shipper.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhicahyo Prabowo
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang aplikasi Cryogenic Power Generation pada Terminal Regasifikasi LNG di Indonesia. Cryogenic Power Generation atau biasa disebut Cryopower adalah pembangkitan tenaga listrik dengan memanfaatkan energi dingin yang salah satunya dihasilkan pada Terminal Regasifikasi LNG. Pemanfaatan tersebut sudah diterapkan di beberapa negara dunia terutama di negara Jepang namun di Indonesia belum diterapkan. Tujuan dari tesis ini adalah untuk melakukan analisa secara teknis dan ekonomis terhadap siklus Cryopower yang optimal untuk diaplikasikan di Indonesia. Hasil dari penelitian ini, diharapkan bisa menjadi pertimbangan / masukan bagi pihak yang ingin melakukan investasi sebuah terminal regasifikasi untuk menambah siklus Cryogenic Power Generation yang paling optimal pada terminal regasifikasinya. Analisis teknis dilakukan dengan simulasi siklus Cryopower yang sudah diaplikasikan secara komersial yaitu siklus kombinasi dengan fluida kerja Propana dan Etana dengan menggunakan perangkat lunak UNISIM sehingga didapatkan data kapasitas komponen utama dan nilai efisiensi siklus. Selanjutnya, analisis ekonomis dilakukan dengan melakukan estimasi CAPEX dengan menggunakan bantuan perangkat lunak. Nilai CAPEX tersebut dimasukkan ke dalam parameter - parameter keekonomian yaitu laporan arus kas, payback period, NPV, IRR, dan BC Ratio. Pemilihan siklus dilakukan dengan mencari nilai akhir siklus dengan metode skoring. Dimana ditentukan bobot teknis berbanding ekonomis adalah 50 berbanding 50 . Siklus yang dipilih adalah siklus yang memiliki nilai akhir tertinggi. Siklus dengan nilai akhir tertinggi adalah siklus kombinasi dengan fluida kerja Propana.
This thesis discusses the application of Cryogenic Power Generation at LNG Regasification Terminal in Indonesia. Cryogenic Power Generation or commonly called Cryopower is power generation by utilizing cold energy which one of them is produced at LNG Regasification Terminal. Utilization has been applied in some countries of the world, especially in Japan but in Indonesia has not been applied. The purpose of this thesis is to analyze technically and economically on optimum Cryopower cycle to be applied in Indonesia. The results of this study, is expected to be a consideration for those who want to invest a regasification terminal to add the most optimal Cryogenic Power Generation cycle at its regasification terminal. Technical analysis is done by simulation of commercially applied Cryopower cycle which is combination cycle with propane and ethane working fluid by using UNISIM software so that the main component capacity data and cycle efficiency value are obtained. Furthermore, an economic analysis is performed by estimating CAPEX using software assistance. The CAPEX values are inputed in the economic parameters of cash flow, payback period, NPV, IRR, and BC Ratio. Selection cycle is done by finding the final value of the cycle by the scoring method. Where determined technical weight is economically proportional to 50 to 50 . The selected cycle is the cycle that has the highest end value. The cycle with the highest end value is the combined cycle with the Propane working fluid.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50809
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Fitri Kusumastuti
Abstrak :
PET dengan sumber gelas air mineral dan botol bening minuman ringan dimanfaatkan pada penelitian ini untuk produksi Carbon Nanotube (CNT) sekaligus sebagai variasi sumber bahan baku. CNT disintesis menggunakan reaktor nyala (flame) dengan menggunakan stainless steel 316 sebagai substrat. Modifikasi Oxidative heat treatment (OHT) sebagai pengganti quenching dan metal dusting dilakukan sebagai variasi preparasi substrat pada penelitian ini. Preparasi sampel dilakukan untuk mengetahui perbandingan yield yang dihasilkan. Hasil karakterisasi SEM menunjukkan bahwa preparasi metal dusting belum maksimal ditunjukkan dengan sedikitnya karbon amorf yang terbentuk. Hasil variasi sumber bahan baku menunjukkan gelas air mineral menghasilkan yield sebesar 85,5% yang juga menjadi yield terbanyak untuk variasi bentuk bahan baku diperoleh dari gelas air mineral yang dilakukan dengan preparasi crushing.
PET with mineral water glass bottles and soft drink bottles is used in this study to produce Carbon Nanotube (CNT) as well as a variety of sources of raw materials. CNT is synthesized using a flame reactor using stainless steel 316 as a substrate. Oxidative heat treatment (OHT) modification as a substitute for quenching and metal dusting was carried out as a variation of substrate preparation in this research. Sample preparation is done to determine the ratio of yield produced. The results of SEM characterization indicate that metal dusting preparation has not been maximally indicated by the least amorphous carbon formed. The results of variations in the source of raw materials indicate that glass of mineral water yields a yield of 85.5% which is also the highest yield for variations in the shape of raw materials obtained from glass of mineral water carried out by crushing preparation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alver Berlianta Mahdapati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan efek gas inert dan rasio massa kamper ferrocene terhadap kuantitas dan kualitas karbon nanotube (CNT). Ferrocene digunakan karena mengandung Fe yang dapat bertindak sebagai katalis dan C sebagai sumber karbon. Variasi dalam gas inert berdasarkan penelitian sebelumnya yang menunjukkan penggunaan gas inert yang berbeda dapat menghasilkan hasil dan kualitas CNT yang berbeda. Gas inert yang digunakan adalah argon dan nitrogen. Rasio massa ferrocene kamper yang dipilih adalah 0: 1, 1: 2, 1: 1, dan 1: 0 dengan massa sumber karbon total 12 gram. Dalam variasi efek gas inert, argon menghasilkan CNT dengan hasil lebih besar dan kualitas lebih baik daripada nitrogen. CNT hasil meningkat dengan rasio massa ferrocene yang lebih tinggi terhadap kapur barus. Kualitas CNT terbaik diperoleh pada rasio 1: 2, yang ditunjukkan oleh penurunan jumlah pengotor yang terbentuk dengan diameter rata-rata 57 nm. Peningkatan jumlah ferrocene mempengaruhi pembentukan kotoran Fe2O3 dan Fe3O4. Namun, tidak adanya ferrocene meningkatkan jumlah kotoran dalam produk. ......This study aims to obtain the effect of inert gas and the ratio of camphor mass of ferrocene to the quantity and quality of carbon nanotubes (CNT). Ferrocene is used because it contains Fe which can act as a catalyst and C as a carbon source. Variations in inert gas based on previous research that show the use of different inert gases can produce different results and CNT quality. The inert gases used are argon and nitrogen. The mass ratio of camphor ferrocene selected is 0: 1, 1: 2, 1: 1, and 1: 0 with a total carbon source mass of 12 grams. In varying the effects of inert gases, argon produces CNT with greater yields and better quality than nitrogen. CNT yield increases with a higher ratio of ferrocene mass to camphor. The best CNT quality is obtained at a ratio of 1: 2, which is indicated by a decrease in the number of impurities formed with an average diameter of 57 nm. Increasing the amount of ferrocene affects the formation of Fe2O3 and Fe3O4 impurities. However, the absence of ferrocene increases the amount of impurities in the product.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najma
Abstrak :
Dalam penelitian ini, karbon aktif dari limbah kulit pisang digunakan sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan nanokarbon dan karbon nanotube. Proses pertumbuhannya adalah dengan menggunakan metode pirolisis sederhana dan dekomposisi metana. Dibutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk menghasilkan CNT dengan pirolisis sederhana yaitu 950°C sedangkan karbon aktif yang diimpregnasi dengan katalis Fe dan didekomposisi metana menghasilkan MWCNT tipe tip-growth. Aliran N2/CH4 memiliki hasil yang lebih baik daripada hanya aliran CH4 dalam suhu 800°C dan waktu reaksi 1 jam. Karbon aktif yang dikalsinasi terlebih dahulu dapat menghasilkan nanokarbon dengan diameter lebih rendah yaitu 1,5-23nm dari pada karbon aktif tanpa kalsinasi (17-40nm). Konsentrasi metana rata-rata 1%wt Fe/karbon aktif 65,27% lebih besar daripada 5%wt Fe/karbon aktif 64,30%. Karbon aktif dari limbah kulit pisang ini dapat menghasilkan nanokarbon dan karbon nanotube walaupun memiliki luas permukaan rendah. ......Activated Carbon (AC) from banana peel waste is used to growth of nanocarbon and carbon nanotube with Simplicity pyrolisis method and methane chemical vapour decomposition. Synthesis nanocarbon with simplicity pyrolisis have to in high temperature 950°C but with catalytic impregnation Fe and activated carbon via methane chemical vapour decomposition can produce MWCNT. CNTs formed over Fe catalyst illustrated a typical tip-growth phenomenon. The ideal condition at reaction temperature of 800°C and reaction time of 1 hour for Nanocarbons growth was noticed under N2/CH4 gas flow ratio of 2:1 rather than only CH4 atmosphere. Activated carbon with calcination can produce nanocarbon with small diameter (1,5nm-23nm) rather than activated carbon with noncalcination (17-40nm). Average methane concentration 1%wt Fe/AC (65,27%) more high than 5%wt Fe/AC (64,30%). Therefore as a result, banana peel activated carbon can produce nanocarbon although have low-surface area.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42598
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irvina Kamalitha Zunaidi
Abstrak :
ABSTRAK
Data bawah permukaan merupakan data yang sangat dibutuhkan dalam menentukan besar cadangan hidrokarbon di Indonesia. Selain itu, kualitas dari cadangan itu sendiri menentukan perkembangan industri migas kedepannya. Pemerintah telah secara agresif mendorong penggunaan gas alam dan saat ini pemerintah belum memiliki data mengenai cadangan gas secara efisien. Oleh karena itu, diperlukan penyusunan dalam manajemen data reservoir, khususnya reservoir gas. Penelitian ini menyajikan konsep sehingga pemerintah dapat dengan mudah melihat kualitas cadangan gas yang berasal dari data bawah permukaan. Dalam penelitian ini, manajemen data dilakukan dengan cara mengelompokkan data mentah sesuai parameter dari sistem evaluasi Sumber Daya Cadangan (eSDC). Salah satu sistem pengolahan data untuk analisa kualitas berproduksi suatu reservoir gas, menggunakan Bayesian Hierarchical Softmax Regression dengan perhitungan Markov Chain Monte Carlo untuk penyelesaian integral multi dimensi dari Bayesian. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan metode yang digunakan, dapat memprediksi keyakinan kualitas reservoir untuk berproduksi dan memberikan informasi ketidakpastian atas prediksi tersebut. Pada eSDC, terdapat lima klasifikasi status lapangan di Indonesia yaitu, on production, production on hold, production justified, production pending, dan recently discovered. Pada klasifikasi status On Production dengan 100 data lapangan gas, menghasilkan nilai precision 81%, recall 98%, dan f-measured sebesar 89%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lapangan gas dengan klasifikasi on production, keyakinan reservoir dalam berproduksi secara komersil tinggi.
ABSTRACT
Subsurface data is data that is needed to determine the amount of hydrocarbon reserves in Indonesia. In addition, the quality of the reserves itself determines the future development of the oil and gas industry. The government has aggressively encouraged the use of natural gas and currently the government does not have data on gas reserves efficiently. Therefore, it is necessary to arrange in the management of reservoir data, especially gas reservoirs. This research presents a concept so that the government can easily see the quality of gas reserves from subsurface data. In this study, data management is done by grouping raw data according to parameters of the Reserve Resources evaluation system (eSDC). One of the data processing systems for analyzing the quality of producing a gas reservoir, using Bayesian Hierarchical Softmax Regression with Markov Chain Monte Carlo calculations for solving multi-dimensional integrals from Bayesian. This study shows that with the method used, it can predict reservoir quality beliefs for production and provide uncertainty information on these predictions. In eSDC, there are five classifications of field status in Indonesia, namely, on production, production on hold, production justified, production pending, and recently discovered. In the On Production status classification with 100 gas field data, it produces a precision value of 81%, recall 98%, and f-measured of 89%. Thus, it can be said that the gas field with the classification of on production, reservoir confidence in commercial production is high.
2019
T54521
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrean Diyandana Filemon
Abstrak :
Batubara dapat diolah menjadi bahan bakar cair melalui proses Fischer-Tropsch. Agar mudah diolah menjadi bahan bakar cair, batubara harus melalui proses gasifikasi untuk menghasilkan gas H2 dan CO dengan rasio 2:1. Kandungan abu dalam batubara yang selama ini sering diabaikan, diperkirakan memiliki efek sebagai katalis terhadap reaksi-reaksi gasifikasi. Pada penelitian ini, hendak diteliti pengaruh suhu reaksi dan kandungan abu terhadap rasio mol H2/CO dan yield gas sintesis yang dihasilkan. Batubara yang digunakan adalah batubara jenis sub-bituminous. Variasi kandungan abu dalam batubara dibagi menjadi dengan abu dan tanpa abu, dilakukan dengan dengan metode aglomerasi menggunakan pelarut CPO-air. Gasifikasi dilakukan dengan metode steam gasification yang menggunakan umpan arang dan kukus agar meningkatkan rasio mol H2/CO. Suhu operasi yang digunakan adalah 650°C, 700°C, dan 750°C. Rasio kukus terhadap arang ditetapkan 2,7 dan waktu tinggal kukus dalam unggun arang adalah 3,5 detik. Gasifikasi batubara yang tidak diaglomerasi (kandungan abu 6%) menghasilkan yield gas tertinggi sebesar 5,3 mmol/mol C dan rasio mol H2/CO tertinggi sebesar 1,94 pada suhu 750°C. Gasifikasi batubara yang diaglomerasi (kandungan abu tersisa 0,9%) menghasilkan yield gas tertinggi sebesar 3,34 mmol/mol C pada suhu 750°C dan rasio mol H2/CO tertinggi sebesar 0,77 pada suhu 650°C. ...... Coal could be transformed to liquid fuel through Fischer-Tropsch. This process is affordable if the mole ratio of H2/CO from synthetic gas is 2:1. Ash content in coal often to be ignored, but it is predicted to has effect as catalyst for gasification reaction. In this research, the effect of operating temperature and ash content to H2/CO mole ratio and synthetic gas? yield are observed. The coal?s type in this research is sub-bituminous. The ash content will be varied to with-ash and ash-free by agglomeration method with the mixture of CPO-water as solvent. The gasification process is fed with char and steam to increase the mole ratio of H2/CO. The operating temperature varied to 650°C, 700°C, and 750°C. The steam to char ratio is 2,7 and steam?s residence time in char bed is 3,5 s. From gasification of non-agglomerated coal (ash content 6%), the highest yield of gas is 5,3 mmol/mol C and the highest mole ratio of H2/CO is 1,94 at 750°C. From gasification of agglomerated coal (ash content 0,9%), the highest yield of gas is 3,34 mmol/mol C and the highest mole ratio of H2/CO is 0,77 at 650°C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library