Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Ramadhanny Evasari
"Fenomena regionalisme ekonomi yang berlangsung di kawasan Asia-Pasifik pasca berakhirnya Perang Dingin memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dibandingkan dengan regionalisme ekonomi yang terjadi di kawasan lainnya. Karakteristik utama dari regionalisme ekonomi di kawasan Asia-Pasifik adalah prinsip open regionalism. Pemahaman lebih lanjut mengenai fenomena regionalisme ekonomi di kawasan Asia-Pasifik dan prinsip open regionalism dapat ditelaah melalui eksistensi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). APEC merupakan pelopor kerangka kerja sama ekonomi regional antarnegara di kawasan Asia-Pasifik yang berfokus pada agenda liberalisasi perekonomian regional. Penulisan tinjauan literatur ini bertujuan untuk meneliti eksistensi APEC dalam dinamika regionalisme ekonomi di kawasan Asia-Pasifik melalui metode kronologi.
Berdasarkan metode kronologi, penulisan tinjauan literatur ini membagi periodisasi perkembangan kajian literatur tentang APEC ke dalam tiga periode yang berbeda. Tiga periode perkembangan kajian literatur tentang APEC tersebut terbagi menjadi (1) Periode I (Formative Years, 1990-1994), (2) Periode II (Stagnation Years, 1995-2001), dan (3) Periode III (Adjustment Years, 2002-2009). Penulisan tinjauan literatur ini mengidentifikasi bahwa terdapat lima isu dominan yang berkaitan erat dengan eksistensi APEC dalam dinamika regionalisme ekonomi di kawasan Asia-Pasifik, antara lain isu kepemimpinan, isu pembentukan kerja sama, isu pembentukan institusi, isu integrasi regional, dan isu tata kelola regional. Penulisan tinjauan literatur ini juga mengamati bahwa dalam kondisi internasional dan regional Asia-Pasifik yang terkini, APEC mengalami peralihan fokus pada agenda kerja sama ekonomi regionalnya, yang pada awalnya berfokus pada agenda liberalisasi ekonomi regional menjadi agenda integrasi ekonomi regional.

The phenomenon of economic regionalism which occurs in the Asia-Pacific region after the end of the Cold War has unique and distinct characteristics compared to the economic regionalism that happens in other regions. The main characteristic of economic regionalism that takes place in the Asia-Pacific region is the principle of open regionalism. Further comprehension of the phenomenon of economic regionalism in the Asia-Pacific region and also the principle of open regionalism can be examined through the existence of the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). APEC is the pioneer of the framework of regional intergovernmental economic cooperation in the Asia-Pacific region which focuses on the agenda of regional economic liberalization. This literature review aims to examine the existence of APEC in the dynamics of economic regionalism in the Asia-Pacific region by applying the method of chronology.
Based on the application of the method of chronology, this literature review divides the periodization of the evolution of a series of relevant literature about APEC into three different periods. The periodization is divided into (1) Period I (Formative Years, 1990-1994), (2) Period II (Stagnation Years, 1995-2001), and (3) Period III (Adjustment Years, 2002-2009). This literature review identified that there are five dominant issues which are closely related to the existence of APEC in the dynamics of economic regionalism in the Asia-Pacific region, as follows: leadership, cooperation building, institution building, regional integration, and regional governance. This literature review also observed that, in the context of current international and regional circumstances that happens in the Asia-Pacific region, APEC has been experiencing a transition of its focus from the agenda of regional economic liberalization regional economic integration.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muyamin
"Tesis ini membahas tentang strategi Humana Child Aid Society sebagai Non-Governmental Organization (NGO) di bidang pendidikan. Humana Child Aid Society sebagai NGO memberikan pelayanan pendidikan untuk anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Sabah Malaysia. Banyaknya jumlah anak-anak TKI di Sabah yang tidak memperoleh pendidikan mendorong Humana memberikan pelayanan pendidikan. Teori yang digunakan dalam tesis ini adalah tentang strategi NGO yang dapat dilihat dari service delivery, catalysis, dan partnership. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan membandingkan data primer dan data sekunder. Data primer dari penelitian ini diperoleh dari wawancara. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari jurnal, dokumen, dan tulisan akademik lainnya. Hasil dari penelitian ini adalah Humana sebagai NGO dalam memberikan pelayanan pendidikan anak-anak TKI di Sabah menggunakan strategi dalam yaitu service delivery; catalysis berupa advokasi, inovasi dan watchdog; serta partnership. Dalam hal service delivery Humana melakukan penyediaan barang berupa penyediaan kelas dan bangunan serta penyediaan jasa berupa penempatan guru untuk mengajar; catalysis berupa advokasi yaitu melakukan kerja sama dengan pemerintah Indonesia dan Malaysia. Sementara dalam hal inovasi Humana merupakan satu-satunya NGO yang diakui oleh pemerintah Malaysia serta memiliki keinginan untuk memberikan akses layanan pendidikan bagi anak-anak TKI di Sabah, sementara dalam hal watchdog Humana melakukan pengawasan disetiap pusat belajar dalam rangka menjaga mutu kualitas pendidikan yang diberikan; terakhir dalam hal partnership Humana melakukan kerja sama dengan Pemerintah Indonesia (Perwakilan RI, SIKK, CLC), Pemerintah Malaysia, serta perusahaan perkebunan. Hal ini dilakukan sebagai bagian dalam memperkuat kapabalitas serta target yang ingin dicapai oleh Humana.

This research aims to explain the strategies of Humana Child Aid Society as a Non-Governmental Organization (NGO) in education. Humana Child Aid Society as an NGO provides educational services for Indonesian Migrant Workers (TKI) children in Sabah Malaysia. The large number of Indonesian Migrant Workers children in Sabah who did not receive education encouraged Humana to provide educational services. The theory in this research is about NGO strategies that can be seen as a service delivery, catalysis, and partnership. This research is a qualitative by comparing primary and secondary data. Primary data was obtained from interviews. Secondary data was obtained from journals, documents, and other academic writings. The result has shown that Humana as an NGO in providing education services for Indonesian Migrant Workers children in Sabah using strategies such as service delivery; catalysis in the form of advocacy, innovation, and watchdog; and partnerships. In service delivery, Humana provides goods such as classes and buildings and also providing services in the form of placement the teachers. Catalysis can be as an advocacy, which are collaborate with the Indonesian and Malaysian government. In innovation, Humana is the only NGO recognized by the Malaysian government. Humana has the desire to provide education services for migrant workers children in Sabah. In watchdog, Humana conducts supervision in every learning center to maintain the quality of the education. Last but not least, in partnership, Humana cooperates with the Government of Indonesia (Indonesian Representatives, SIKK, CLC), the Malaysian Government, and plantation companies. Those has been done as part of strengthening the capacity and targets to be achieved by Humana"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53110
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Remeiliza Fitri
"

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang ekspansi bisnis Saudi Aramco ke Indonesia. Saudi Aramco merupakan perusahaan minyak milik Arab Saudi yang terintergrasi penuh sebagai perusahaan minyak dan petrokimia global. Dalam perkembangannya, Saudi Aramco melakukan global downstream di Amerika Serikat serta melakukan upstream atau eksplorasi ke berbagai negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Cina. Namun pada 2016, Saudi Aramco tertarik melakukan kerja sama joint venture ke Indonesia melalui investasi di Kilang Cilacap. Padahal berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal RI (BKPM) sepanjang tahun 2016 investasi Arab Saudi ke Indonesia hanya sebesar 900 ribu USD yang terealisasi dalam 44 proyek disektor non-migas dan menempatkan Arab Saudi di posisi 57 dalam daftar negara investor di Indonesia. Melihat permasalahan tersebut, muncul  pertanyaan penulis, mengapa Arab Saudi mulai tertarik melakukan investasi ke Indonesia melalui ekspansi bisnis yang dilakukan oleh Saudi Aramco. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini akan menggunakan teori Push and Pull Factors dari Evans, Bridson, Byrom, dan Medway. Dalam menganalisis obyek penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil analisis peneliti menemukan bahwa push factors yang mendorong Saudi Aramco untuk melakukan ekspansi bisnis ke Indonesia adalah:  a) kondisi domestik Arab Saudi; b) tantangan domestik Arab Saudi; c) strategi pengembangan Saudi Aramco; dan d) adanya kebijakan Saudi Vision 2030. Sedangkan pull factors yang menarik Saudi Aramco untuk ekspansi bisnis ke Indonesia adalah: a) potensi kerja sama bilateral antara kedua negara dan sumber daya yang besar di Indonesia; dan b) kebijakan pemerintah Indonesia melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP). Penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya faktor penarik yang kuat dari kebijakan Indonesia yang memberi sejumlah kemudahan bagi Saudi Aramco seperti: perizinan, penghapusan pajak penghasilan dalam waktu tertentu (Tax Holiday) dan memangkas komponen pembentukan setoran PPh (Tax Allowance), pembebasan pengenaan Pajak Penambahan Nilai (PPN) dan bea masuk bagi barang-barang yang dibutuhkan di dalam pembangunan proyek kilang Cilacap sehingga Saudi Aramco mulai tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa belum ada penelitian yang mengkaji tentang ekspansi bisnis Saudi Aramco ke Indonesia, maka peneliti mencoba menjelaskan beberapa fakta terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspansi bisnis Saudi Aramco ke Indonesia.

 

Kata Kunci : Ekspansi Bisnis, Push and Pull Factors, Investasi, Indonesia, Saudi Vision 2030, Proyek RDMP.

 


ABSTRACT

This research examines on the topic of Saudi Aramco`s Business Expansion to Indonesia. Saudi Aramco is a fully integrated oil company owned by Saudi Arabia as a global oil and petrochemical company. During its development, Saudi Aramco conducted a global downstream in the United States and carried out upstream or exploration in various countries such as Japan, South Korea and China. However in 2016, Saudi Aramco was interested to joint ventures cooperation towards Indonesia through investments in the Cilacap Refinery. However based on the data from Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), throughout 2016 Saudi Arabia`s investment in Indonesia was only 900 thousand USD which was realized in 44 non-oil sectors and placing Saudi Arabia at 57 in the list of state investors in Indonesia. Seeing this question, the author`s question arises, Saudi Arabia was interested to invest in Indonesia through business expansion carried out by Saudi Aramco. To answer this question, this research will use Theory of Push and Pull Factors from Evans, Bridson, Byrom, & Medway. In applying the theory used in the analysis, the data will use qualitative research methods. In the analysis, researchers found that the driving factors that led Saudi Aramco to expand its business to Indonesia were: a) domestic conditions in Saudi Arabia; b) Saudi Arabia Domestic challenges; c) Saudi Aramco`s development strategy; and d) the policies of the Saudi Arabian government which gave rise to the Saudi Vision 2030 policy. Then the attractive factors that attracted Saudi Aramco for business expansion to Indonesia were: a) the existence of Indonesia`s potential; and b) Indonesian government policies through the Refinery Development Master Plan (RDMP) project. This research discusses the strong pulling factors of Indonesian policies that contribute to Saudi Aramco including ease of licensing, removing taxes within a certain time (Holiday Taxes), Tax Allowance, Value-Added Tax and import duties for goods needed in the construction of refineries so that Saudi Aramco began to be interested to invest in Indonesia. The difference between this research and the previous researches that did not have research that examined the expansion of Saudi Aramco`s business into Indonesia, the researchers tried to explain some facts related to the factors that increased Saudi Aramco's expansion to Indonesia.

 

Keywords: Business Expansion, Push and Pull Factor, Investment, Indonesia, Saudi Vision 2030, RDMP Project.

 

"
2019
T53266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Endah Stianingrum Suprapto Baan
"Tesis ini membahas mengenai Dinamika Hubungan Perdagangan Indonesia-Jerman 2009-2014. Hubungan perdagangan Indonesia terhadap Jerman pada periode 2009-2014 mengalami defisit. Defisit perdagangan tersebut disebabkan oleh faktor internal dan eksternal Indonesia seperti: perbedaan jenis produksi kedua negara yang mempengaruhi nilai dari produk masing-masing negara, perbedaan jumlah yang diekspor dan diimpor, munculnya pemain baru yang memiliki komoditi yang sama dengan Indonesia, produk Indonesia tidak didukung oleh sertifikat dan kualitas standar Jerman. Tesis ini akan fokus pada pertanyaan bagaimana hubungan bilateral Indonesia-Jerman tetap bertahan padahal hubungan perdagangan Indonesia terhadap Jerman terus mengalami defisit. Tesis ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil temuan dalam tesis ini mengungkapkan bahwa hubungan bilateral kedua negara tetap bertahan disebabkan besarnya kepentingan Indonesia terhadap Jerman dalam bidang non perdagangan. Kepentingan Indonesia tersebut antara lain: pengaruh Jerman dalam dunia internasional yang dapat berdampak positif bagi Indonesia (market), kebijakan Jerman akan penghapusan utang Indonesia (debt swap), serta bantuan dalam berbagai bidang dan investasi Jerman bagi Indonesia.

This thesis is about the dynamics of Indonesian-German Trade Relations 2009-2014. Indonesian trade relations to Germany in the period 2009-2014 deficit. The trade deficit is caused by Indonesian internal and external factors, such as: differences in the type of production between two countries that affect the value of the product of each country, differences in the number of exported and imported, some new players who have the same commodity with Indonesia, Indonesian products are not supported by German certificates and quality standards. This thesis will focus on the question how Indonesian-German bilateral relationship persisted even though Indonesian to German trade relations continue deficit. This thesis uses qualitative research methods with a descriptive design. The findings in this thesis revealed that bilateral relations remained due to the magnitude of the interests of Indonesia to Germany in the field of non-trading. Indonesian interests include: Germany influence in the international world that can have a positive impact for Indonesia (market), the German policy will Indonesian debt relief (debt swap), as well as assistance in various fields and the German investment for Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizcky Rezza Bramansyah
"Penelitian ini membahas tentang fenomena penolakan integrasi Norwegia ke dalam Uni Eropa meskipun menerima kerugian materi dan non materi dengan tidak menjadi anggota. Semenjak menjadi negara berdaulat, Norwegia telah mengalami dua kali referendum yang keduanya menghasilkan tidak bergabungnya Norwegia ke dalam komunitas Eropa tersebut. Rumusan pertanyaan yang hendak dijawab dalam tulisan ini adalah “Mengapa Norwegia tidak menjadi anggota Uni Eropa dilihat dengan menggunakan kacamata konstruktivisme?” Dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme aspirasional, penelitian ini menyoroti motivasi non-material sebagai alasan yang mendasari mayoritas masyarakat Norwegia enggan bergabung ke dalam Uni Eropa. Teori konstruktivis aspirasional diambil dri tulisan Anne L. Clunan digunakan sebagai kerangka utama penelitian ini bersamaan dengan pemikiran lainnya. Tesis ini berargumen bahwa sejarah dan aspirasi masyarakat merupakan kunci dalam pembentukan identitas nasional yang menjadi faktor penting dalam kebijakan luar negeri suatu negara. Sejarah dan aspirasi masyarakat Norwegia dalam hal ini mempengaruhi penolakan integrasi Norwegia kedalam institusi supranasional tersebut.

This research explore Norway-EU integration rejection phenomena notwithstanding the fact of material as well as non material loss because of the non member status. Since its constitution founded, Norway have twice held referendum both against integration to the European Union. This research then seek to answer “Why Norway not EU Member from constructivism approach?”. Using aspirational constructivism approach, this research focuses on non-material motivation as the foundation by which majority of Norwegian reluctanct to join European Union. This research used  theory of aspirational constructivism as its main framework. It argue that history and aspiration of Norwegian people are the key in shaping national identity which is one of the main factor in the country foreign policy to reject memberships for the supranational institutions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hapsari Lini Ikayati
"Tesis ini membahas mengenai pelemahan aliansi yang dilakukan oleh Tiongkok terhadap Korea Utara dalam krisis yang terjadi di Semenanjung Korea. Pelemahan tersebut menggunakan indikator dari segi ekonomi yaitu penurunan perdagangan, dari segi politik yaitu pembekuan aset dan dari segi keamanan yaitu pemberian sanksi PBB. Tesis ini menggunakan teori dan konsep aliansi yang berasal dari Stephen Walt dan berfokus pada aliansi dalam perspektif realisme. Tesis ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian bersifat deskriptif. Hipotesis penelitian ini menjelaskan bahwa Tiongkok mendekatkan diri dengan Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang karena dianggap lebih menguntungkan dibanding harus membela Korea Utara yang sering melakukan tindakan provokatif di Semenanjung Korea dan Tiongkok membutuhkan lingkungan yang stabil agar perekonomiannya dapat tumbuh dengan optimal sekaligus terus mendorong upaya denuklirisasi Korea Utara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Tiongkok melemahkan aliansi dengan Korea Utara sebagai strategi untuk memulihkan keadaan perekonomiannya yang sedang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa hipotesis yang diajukan telah teruji secara empiris.

This thesis discusses about the weakening alliance conducted by China on North Korea in a crisis on the Korean Peninsula with the indicators in terms of economics is decreasing of the trade, in terms of politics is freezing of assets and in terms of security is provision of U.N sanctions. This thesis uses theory and  concept of alliance that comes from Stephen Walt and focuses on alliances within realism perspective. This thesis uses qualitative research methods and the type of research is descriptive. The hypothesis explains that China is closer to the United States, South Korea and Japan because it is considered more advantageous than having to defend North Korea by provocative act on the Korean Peninsula and China also needed a stable environment for optimally  economy growth while continuing to encourage North Korea's denuclearization efforts. The results showed that China  weaken the alliance with North Korea as a strategy to restore its economy that facing slowdown in economic growth. The result showed the hypothesis has been empirical tested."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Omar Farizi Wonggo
"Kawasan Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan penting dalam mengkaji perdebatan dan perkembangan konsep regionalisme. Pada kawasan Asia Tenggara, isu yang paling sering dibahas ialah mengenai regionalisme ekonomi. Negara-negara anggota kawasan Asia Tenggara berusaha melakukan integrasi ekonomi guna meningkatkan kondisi pertumbuhan ekonomi masing-masing negara. Namun demikian, berdasarkan kajian empiris terdapat ragam pandangan dalam menelaah dinamika perkembangan regionalisme ekonomi di Asia Tenggara. Oleh karena itu, tinjauan pustaka ini akan memetakan persebaran pandangan dari dinamika perkembangan regionalisme ekonomi di Asia Tenggara dengan menggunakan tiga pandangan utama Ilmu Hubungan Internasional. Pandangan pesimis muncul dari pendekatan realisme bahwa terdapat hambatan-hambatan berupa pengaruh negara ekstra-kawasan, kebijakan proteksionisme dan kebijakan bilateralisme. Sedangkan pandangan optimis berasal dari pendekatan liberalisme, yakni pengaruh kelompok pro-liberalisasi, karakteristik dari open regionalism, pandangan ekonomi neoklasik, dan penguatan elemen institusi. Kemudian, perspektif strukturalisme ekonomi melihat bahwa model neoliberalisme yang berjalan perlu diganti dengan model ekonomi lainnya. Selain itu, tinjauan pustaka ini menemukan enam kesenjangan literatur dalam kajian regionalisme ekonomi Asia Tenggara, yakni kesenjangan literatur dari perspektif realisme, liberalisme, dan strukturalisme ekonomi, tren pembahasan literatur per periode, ketiadaan kajian konstruktivisme, dan rendahnya pembahasan kajian ASEAN Post 2015. Berdasarkan hasil tinjauan pustaka ini, terbuka kajian penelitian lanjutan yang dapat dikaji dari aspek praktis, politik-ekonomi, ataupun akademis, beragam penelitian baru seperti penggunaan pendekatan konstruktivisme.

Southeast Asia is one of the regions that worth to consider as a subject to analyzethe debate of development of regionalism concept. In Southeast Asia, theprominence issue is the economic regionalism. All member countries in the regionhave tried to build economic integration to increase their economic growth. However, based on empirical studies, there are many perspectives have been usedto analyze the dynamics of economic regionalism. Therefore, this literature reviewis focused to mapping the perspectives on the dynamics of development ofeconomic regionalism in Southeast Asia using three main perspectives ofInternational Relations. Literature from realism perspective has seen the skepticalpoint with themes like the influence of extra region countries, protectionismpolicy, and bilateralism policy. Meanwhile liberalism perspective has seen thateconomic regionalism in Southeast Asia has the positive point of views such aspro liberalization group, characteristic of open regionalism Southeast Asia,neoclassical economic perspective, and enhancement of institution. Whereas,economic structuralism argued economic regionalism in Southeast Asia need toshift from using neoliberalism to another model of economic development.Besides that, this literature review found six literature gap of economicregionalism in Southeast Asia, i.e. literature gap from three main perspectives,realism, liberalism and economic structuralism the debate of economicregionalism based on periods the absence of constructivism analyses and theshortage study about ASEAN Post 2015. The result of the literature review isshown that there are many studies still need to be done, in a practical aspect ofpolitical economy or academic aspect, new research that using constructivismperspective as tool of analyses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library