Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rindya Ayu Murti
Abstrak :
Skripsi ini membahas hubungan antara family functioning dan keterlibatan dalam perilaku bullying pada siswa SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pengambilan data terhadap 302 siswa SMA yang berada di daerah Jakarta dan Depok dilakukan dengan menggunakan dua buah kuesioner. Pertama, Family Assesment Device yang dikembangkan oleh Epstein, Baldwin dan Bishop (1983), kedua, Bullying Questionnaire yang dikembangkan oleh Duffy (2004) dan telah dilakukan modifikasi oleh peneliti dan rekan. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara family functioning dan keterlibatan siswa SMA dalam perilaku bullying, dengan r(302) = -0,282, p < 0,05. Hal itu berarti semakin tinggi family functioning, semakin rendah keterlibatan dalam perilaku bullying pada siswa SMA, dan sebaliknya. ......This study explored the relationship between family functioning and bullying involvement of senior high school student. This is a quantitative research with correlational design. Two questionnaires, Family Assesment Device (Epstein, Baldwin & Bishop, 1983) and modification of Bullying Questionnaire (Duffy, 2004), were used to obtained data from 302 senior high school student in Jakarta and Depok. Pearson correlation test indicated negative significant correlation between family functioning and bullying involvement of senior high school student, with r(302) = -.282, p < .05. That means the higher family functioning, the lower bullying involvement of senior high school student, and vice versa.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sesmita Regar
Abstrak :
Terkadang terjadi benturan antara tuntutan peran di pekeijaan dan keluarga pada wanita menikah dan bekerja di luar rumah. Tuntutan tersebut memicu konflik dikenal dengan konflik keija-keluarga. Dampak muncul pada kedua peran tersebut khususnya pekeijaan diantaranya menurunkan workplace wellbeing. Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti hubungan konflik kerja-keluarga dan workplace wellbeing pada buruh pabrik perempuan. Peneliti menyebarkan 75 kuesioner pada buruh pabrik perempuan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara konflik keija-keluarga dengan workplace wellbeing pada buruh pabrik perempuan.
Sometimes, there are incompatible demands in work and family roles when married women work outside the home. This incompatible demands make conflict is well-known as workfamily conflict. Impact of this role conflict was occurred in work domain and expected reduce workplace wellbeing. In this research, researcher will examine relationship workfamily conflict and workplace wellbeing among women labor. Researcher spreaded 75 questionnaires among women labor. This research found significant relationship among work-family conflict and workplace wellbeing in women labor.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S3641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Sofya Innayati
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara dukungan sosial dan pola pengasuhan (otoritatif, otoriter, dan permisif). Pengukuran dukungan sosial menggunakan alat ukur Interpersonal Social Evaluation List (ISEL) (Cohen, Mermelstein, Karmack, & Hoberman, 1985) dan pengukuran pola pengasuhan menggunakan alat ukur Parenting Style and Dimension Questionnaire (PSDQ) (Robinson, Mandelco, Olsen & Hart, 1995). Partisipan pada penelitian ini berjumlah 92 orang ibu dari keluarga miskin di Kota Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan pola pengasuhan ibu terhadap remaja dari keluarga miskin. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean yang signifikan antara dukungan sosial yang ditinjau dari usia dan tingkat pendidikan. Adapun, jumlah saudara, status pernikahan, dan status pekerjaan tidak memberikan perbedaan mean yang signifikan dari hasil analisisnya terhadap dukungan sosial. Sementara itu, tidak terdapat kecenderungan pola pengasuhan tertentu yang diterapkan oleh partisipan ditinjau dari tingkat pendidikan. ......The aim of this research is to get a description on the relationship between social support and parenting styles (authoritative, authoritarian, permissive). The measurement of social support was using Cohen, Mermelstein, Karmack, & Hoberman’s (1985) Interpersonal Social Evaluation List (ISEL) and the measurement of parenting styles was using Robinson, Mandelco, Olsen & Hart’s (1995) Parenting Style and Dimension Questionnaire (PSDQ). The respondents in this research are 92 mothers from poor family in Jakarta. The result of the research shows that there is no significant relationship between social support and mother’s parenting styles toward adolescent from poor family. Furthermore, this research also shows that there is a significantly difference in the mean between social support which reviewed from age and level of education. Meanwhile, number of siblings, marital status and employment status didn’t give a significantly difference in the mean from the result of analysis toward social support. Meanwhile, there is no particular tendency of parenting styles applied by participants viewed from the educational level.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusrina Ilmia Rosa
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara penerimaan kelompok teman sebaya dan kesejahteraan psikologis pada remaja dari keluarga miskin kota. Kesejahteraan psikologis sendiri didefinisikan Ryff (1989) sebagai apa saja yang dibutuhkan individu untuk sehat secara psikologis dengan memenuhi enam dimensi yang ada. Sedangkan penerimaan kelompok teman sebaya didefinisikan Hurlock (1993) didefinisikan sebagai keberadaan seseorang dinilai menyenangkan dan memberikan positive reinforcement bagi sekelompok teman sebayanya. Kesejahteraan psikologis diukur menggunakan Ryff's Psychological Well-Being (1989) yang merupakan hasil adaptasi dari penelitian sebelumnya oleh Fitri (2012). Kemudian variabel penerimaan kelompok teman sebaya diukur menggunakan alat ukur Penerimaan Peer yang dibuat oleh Ningrum (2009) serta dikonstruk berdasarkan teori Asher dan William (1987). Penelitian ini dilakukan kepada 122 partisipan dan berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara penerimaan kelompok teman sebaya dan kesejahteraan psikologis pada remaja yang berasal dari keluarga miskin perkotaan yang berarti bahwa semakin tinggi penerimaan kelompok teman sebaya maka remaja juga cenderung memiliki kesejahterann psikologis yang tinggi. ......The objective of this study is to examine the relationship between peer group acceptance and psychological well-being among adolescents from poor urban family. Psychological well-being itself was defined by Ryff (1989) as what it means to be in good psychological health by accomplish six dimension of psychological well-being, while Hurlock (1993) defined peer group acceptance as the extent to which the presence of a person judged to be fun and provide positive reinforcement for their peer. Psychological well-being was measured using Ryff's Psychological Well-Being (1989) which was adapted from previous study by Fitri (2012). Then peer group acceptance's variable was measured with Penerimaan Peer measuring instrument by Ningrum (2009) which is constructed based on Asher and William's theory (1987). This study was conducted to 122 participants who lived in Jakarta, Bogor, Depok and Tangerang. The result of this study shows that there is a positively significant relationship between peer group acceptance and psychological well-being among adolescents from poor urban family, it means that when the peer group acceptance in adolescents are high, the psychological well being in adolescents will be high too.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45514
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rizky Ramdhana
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara kualitas attachment dan psychological well-being pada remaja dari keluarga miskin perkotaan. Attachment dibagi dalam dua kelompok figur yang paling dekat diusia remaja yakni orangtua dan peer. Variabel kualitas attachment pada orangtua dan peer diukur menggunakan The Inventory Parent Peer Attachment (IPPA Revision) yang terdiri dari masing-masing 12 item pada bagian orangtua dan peer yang mencakup dimensi communication, trust dan alienation. Alat ukur ini telah divalidasi dan diterjemahkan oleh peneliti dari alat ukur asli yang dibuat Armsden dan Greenberg (1987). Variabel lainnya yakni psychological well-being diukur dengan alat ukur self-report yang diadaptasi dari penelitian oleh Putri (2012), yang menggunakan Ryff's Scale of Psychological Well-Being (RPWB) (1989). Penelitian melibatkan 122 partisipan laki-laki dan perempuan dengan proporsi yang sama berusia 11-18 tahun dan berasal dari daerah Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kualitas attachment pada orangtua dan peer dengan psychological well-being dimana jika remaja memiliki kualitas attachment yang tinggi maka ia akan memiliki psychological well-being yang tinggi. Namun, dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel lain yang menjadi karakteristik partisipan seperti jenis kelamin, usia, jumlah teman, jumlah saudara kandung dan urutan kelahiran terhadap kualitas attachment dan psychological well-being. ......The objective of this research is to investigate the correlation between quality of attachment and psychological well-being among adolescent from poor urban family. Attachment divided into two figure groups that closer to adolescent group, parents and peer. Quality of attachment to parents and peer was measured using used The Inventory Parent Peer Attachment (IPPA Revision) which consist of 12 items each in parents's and peer's part which cover communication, trust and alienation's dimension. This measurement is validated and translated by researcher from the original measurement created by Armsden and Greenberg (1987). Psychological well-being was measured using self-report scale which is adopted by Putri (2012) from Ryff's Scale of Psychological Well-Being (RPWB) (1989). The respondents of this research are 122 male and female adolescents with the same proportion from age 11-18 years old and living in Jabodetabek area. The result of the research shows that quality of attachment to parents and peer with psychological well-being are significantly and positively correlated when adolescents's quality of attachment is high they will have a high score on psychological well-being too. Furthermore, this research found there is no correlation among the others variables which are the characteristics of respondents, sex, age, number of peer, number of siblings, and birth order to quality of attachment and psychological well-being.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ezra Ollyn C.
Abstrak :
Keberadaan homoseksual di Indonesia masih belum dapat diterima. Masyarakat masih menganggap homoseksual sebagai sebuah gangguan. Bentuk penolakan ini jika diinternalisasi dapat memberikan dampak negatif bagi harga diri seseorang. Padahal harga diri merupakan komponen esensial bagi kesehatan mental seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan harga diri laki-laki heteroseksual dan homoseksual di Indonesia. Penelitian di Barat menunjukkan bahwa kelompok seksual minoritas (homoseksual) memiliki harga diri yang lebih rendah dibandingkan heteroseksual. Subyek dalam penelitian ini adalah laki-laki heteroseksual dan homoseksual yang berusia antara 20-40 tahun. Harga diri diukur dengan menggunakan Coopersmith Self Esteem Inventory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki homoseksual memiliki harga diri yang lebih rendah dibandingkan laki-laki heteroseksual. ......The presence of homosexuals in Indonesia is still not acceptable. Society still regards homosexuality as a disorder. This form of rejection when internalized can adversely affect a person's self esteem. Whereas self-esteem is an essential component for one's mental health. This study aimed to see differences in self-esteem in heterosexual men and homosexual in Indonesia. Research suggests that sexual minority groups (homosexuals) have a lower self-esteem than heterosexuals. The subjects in this study were heterosexual men and homosexual age 20-40. Self-esteem was measured using the Coopersmith Self Esteem Inventory. The results showed that homosexual men have a lower self-esteem than heterosexual men.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Setiyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu aspek yang penting dari pembangunan pertanian berkelanjutan adalah sumber daya manusianya. Oleh karena itu, regenerasi petani menjadi hal penting untuk dilakukan, terutama dalam menarik pemuda desa yang produktif untuk melanjutkan usaha di sektor pertanian. Akan tetapi, dalam kurun waktu belakangan ini, jumlah tenaga kerja petani yang berusia muda semakin menurun. Pemuda desa lebih memilih untuk migrasi ke kota untuk mencari pekerjaan. Studi-studi sebelumnya menyebutkan bahwa para pemuda memiliki persepsi negatif terhadap sektor pertanian seperti pekerjaan kotor, pekerjaan orang tua, dan pendapatan rendah. Studi-studi lain juga menyebutkan bahwa status sosial ekonomi dan lingkungan turut mempengaruhi pilihan pemuda untuk meninggalkan sektor pertanian di desa. Penelitian ini mengambil studi di Desa Pulosaren Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah yang berfokus pada keluarga petani hortikultura dengan menggunakan metode kualitatif yang didukung pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan observasi. Di Desa Pulosaren, struktur agraria mengalami perubahan yang ditandai dengan fenomena penyewaan lahan kepada perusahaan. Hasil lain dari penelitian ini adalah proses regenerasi petani terjadi karena ketimpangan struktur agraria yang ada di Desa Pulosaren, di mana keluarga yang memiliki akses dan kepemilikan lahan yang lebih dari 2.000 meter persegi memiliki kesempatan untuk meregenerasi keluarganya, baik itu mengelola lahannsendiri atau sebagai petani penggarap di perusahaan.
ABSTRACT
One of the important aspects of sustainable farming development is its human resources. Therefore, the regeneration of farmers becomes an important thing to do, especially in attracting the productive village youth to continue their efforts in the agriculture sector. However, over the recent period, the number of young farmers workforce is declining. The village youth prefer to migrate to the city to find work. Previous studies have mentioned that young people have a negative perception of agriculture sectors such as dirty work, parental work, and low income. Other studies have also mentioned that socio-economic and environmental status have influenced young peoples choices to abandon the farming sector in the village. This study took a study in Pulosaren village in Wonosobo Central Java that focuses on the family of horticultural farmers using qualitative methods supported data collection in the form of in-depth interviews and observations. In Pulosaren Village, the agrarian structure has undergone changes marked by the land rental phenomenon to the company. Another result of this research is the process of regeneration of farmers occurs because of the inequality of agrarian structures existing in the village Pulosaren, where families who have access and land ownership of more than 2,000 square meters have the opportunity to Regenerate their families, whether they manage their own land or as a farmer in the company.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsya Larasati
Abstrak :
Hingga saat ini stigma negatif dari masyarakat masih melekat pada kaum homoseksual. Faktor sosial ini bisa berdampak pada timbulnya depresi pada homoseksual. Di sisi lain, dukungan sosial dari orang-orang di lingkungannya dapat berperan dalam menurunkan resiko mengalami depresi bagi homoseksual. Untuk mengetahui apakah memang seorang homoseksual dengan tingkat gejala depresi yang rendah memiliki dukungan sosial yang tinggi, peneliti mengangkat permasalahan tersebut di dalam penelitian ini. Pengukuran persepsi terhadap dukungan sosial menggunakan alat ukur social provision scale (Cutrona & Russell, 1975) dan pengukuran depresi menggunakan alat ukur Beck depression inventory (Beck dkk., 1971). Partisipan penelitian berjumlah 125 homoseksual yang berusia 20 ? 40 tahun dan berdomisili di kota-kota di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap dukungan sosial dan depresi pada homoseksual (r = - 0.502; p < 0.01). Artinya, semakin tinggi persepsi terhadap dukungan sosial seseorang, maka semakin rendah gejala depresi yang dialaminya. Selain itu, didapatkan hasil perbedaan mean persepsi terhadap dukungan sosial dan depresi yang signifikan yang dikaitkan dengan orientasi homoseksual dan status hubungan romantis. Dengan kata lain, kelompok partisipan lesbian dan partisipan yang berpacaran memiliki nilai mean persepsi terhadap dukungan sosial yang lebih tinggi secara signifikan, sedangkan partisipan gay dan partisipan yang tidak berpacaran memiliki nilai mean depresi yang lebih tinggi secara signifikan. Namun, tidak terdapat perbedaan mean persepsi terhadap dukungan sosial dan depresi yang signifikan yang dikaitkan dengan keikutsertaan dalam komunitas LGBT. Untuk penelitian selanjutnya yang serupa disarankan menggunakan dimensi-dimensi persepsi terhadap dukungan sosial agar dapat diketahui secara spesifik dimensi mana yang paling dibutuhkan partisipan. ......Nowadays, the negative community stigmas are still inherent to homosexuals. These social factors can have an impact on the incidence of depression in a homosexual. On the other hand, social support of people in their environment can play a role in lowering the risk of experiencing depression for homosexuals. To find out if indeed a homosexual with a low level of depression symptoms has high socials support, researchers raised these problems in this research. This Perceived social support measurement using gauge Social Provision Scale (Cutrona & Russell, 1975) and depression measurement using gauge Beck Depression Inventory (Beck et al., 1971). Research participants totaled 125 homosexuals aged 20-40 years and domiciled in cities in Java and outside Java. The results of this research show there are significant negative relationship between perceived social support and depression in homosexuals (r =-0.502; p < 0.01). This means the higher of perceived social support, the lower the symptoms of depression of homosexuals. In addition, the obtained results mean difference of perception of social support and depression are significantly associated with homosexual orientation and romantic relationship status. In other words, the lesbian participants and participants who are dating have a mean value of the perception of social support was significantly higher, whereas participants who are not gay and dating participants had a mean depression is significantly higher. However, there are no mean differences in perceptions of social support and depression are significantly associated with participation in the LGBT community. For further research are advised to use the similar dimensions to perceptions of social support in order to be known specifically where the dimension is most needed participants.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vicha
Abstrak :
Seorang apoteker memegang peranan penting di apotek. Apoteker harus memenuhi standar kompetensi sebagai persyaratan untuk memasuki dunia kerja dan menjalani praktik profesi. Standar kompetensi Apoteker Indonesia terdiri dari sepuluh (10) standar kompetensi sebagai kemampuan yang diharapkan oleh Apoteker pada saat lulus dan masuk ke tempat praktik kerja profesi. Sebagai bekal dan pengalaman calon apoteker untuk dapat memahami peran apoteker dan meningkatkan kompetensi, maka dilaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 345 Tebet selama periode bulan Maret Tahun 2019. Selama PKPA, diharapkan calon Apoteker dapat memperluas wawasan, pemahaman, dan pengalaman untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di tempat praktik kerja profesi. ......A pharmacist has an important role in the pharmacies. Pharmacists must have competency standards as a requirement for entering the workforce and undergoing professional practice. Indonesian Pharmacist competency standards consist of ten (10) competency standards as abilities expected by Pharmacists upon graduation and entry into professional work practices. As stock and experience of prospective pharmacists to be able to understand the role of pharmacists and improve competence, the Pharmacists' Professional Work Practices are implemented at Apotek Kimia Farma 345 Tebet during the period March 2019. During PKPA, it is expected that Pharmacist candidates can broaden their horizons, understandings and experiences to do pharmaceutical work in professional workplaces.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Larissa Letitia Hervine
Abstrak :
ABSTRAK
Artikel ini fokus membahas mengenai perubahan sosial komunitas pesisir Jakarta akibat kerusakan ekologi di teluk Jakarta. Bentuk perubahan sosial tersebut adalah pergeseran mata pencaharian keluarga, pergeseran relasi dalam keluarga, strategi bandar kerang, dan pergeseran relasi antar keluarga akibat reklamasi. Berbagai studi sebelumnya menemukan bahwa pencemaran lingkungan laut bukan hanya disebabkan oleh perubahan lingkungan alami, namun juga disebabkan oleh manusia dan teknologi, sehingga menghasilkan perubahan sosial karena terganggunya penghidupan masyarakat pesisir khususnya pada nelayan tradisional. Namun studi-studi sebelumnya yang membahas dampak kerusakan ekologi laut lebih didominasi oleh perubahan sosial makro dan meso seperti perubahan kebijakan politik di bidang lingkungan dan perubahan ekonomi.. Argumen dari penelitian ini adalah kerusakan ekologi yang terjadi akibat masifnya pembangunan industri dan properti dalam kurun waktu 2010 ndash; 2017, menyebabkan perubahan sosial bukan hanya tingkat makro namun sampai di tingkat mikro yaitu pada kehidupan masyarakat pesisir khususnya untuk komunitas nelayan di teluk Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan wawancara mendalam kepada masyarakat pesisir wilayah Marunda dan Muara Angke Jakarta Utara seperti nelayan tradisional, keluarga nelayan, serta tokoh masyarakat lokal.
ABSTRACT
This article discuss about the social change of coastal communities in Jakarta as a result of ecological damaged in Jakarta bay. The forms of social change including the change of family 39 s livelihood, change of family relation, strategy of dealer shells, and the change of family relation as a result of reclamation. The previous studies explained that sea ecosystem 39 s pollution is caused not only by natural environment 39 s change, but also by human and technology. As a result, there is a social change because of the distruption of coastal communities especially the life of traditional fishermen. Unfortunately, the social change in macro and meso level still dominated the previous studies about the effect of sea ecosystem 39 s damaged including political policy change and economic change. However, this thesis argue that the ecological damage as a result of massive industrial and property development during 2010 2017 has caused social change not only in macro level but also micro level in the coastal communities especially in the life of fishermen 39 s communities in Jakarta bay. This research used qualitative method with in depth interview to coastal communities in Marunda and Muara Angke, North Jakarta such as traditional fishermen, fishermen 39 s family, and local actors in the communities.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>