Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salfida Mariani
"Puskesmas merupakan satuan unit terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat ternasuk masyarakat miskin. Dalam era globalisasi ini setiap organisasi dituntut untuk dapat berkompetisi dan mempunyaj daya saing sehingga organisasi tersebut dapat mempertahankan keberadaannya. Pelayanan yang dihasilkan dari organisasi puskesmas merupakan kerjasama antara pimpinan puskesmas dan staf puskesmas, dari basil kerjasama yang baik akan menghasilkan pelayanan yang bennutu. Peran pimpinan puskesmas terhadap kemajuan organisasi sangat utama dan pimpinan harus mampu rnemberikan kepuasan kerja terhadap staf dalam organisasi, kepuasan kerja staf dalam organisasi akan menciptakan suatu pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan hubungan antara kepemimpinan kepala puskesmas dan kepuasan kerja staf puskesmas dalam melaksanakan Program Jaringan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin di Kabupaten Serang Tahun 2007. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif terhadap 144 staf puskesmas dari 38 puskesman di Kabupaten Serang.
Analisis yang digunakan adalah univariat, bivadat dan multivariat dengan uji statistik Chi square dan Regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kepuasan kerja (total) staf puskesmas menggunakan cut of point mean sebesar 50,9o/a, kepuasan kerja tertinggi pada dimensl kepuasan kelja 1erhadap gaji (60,5%) dan terendah pada dimensi kepuasan ketja terhadap pembagian jasa medis (35)1%). Mayoritas kepala puskesmas menampilkan gaya kepemimpinan transaksional (55,3%) dikoinbinasikan dengan gaya kepemimpinan transformasional (52.6%).
Dari hasil uji bivariat diperoleh ada hubungan bermakna antara gaya kepemimpioan transformasional terhadap kepuasan kerja staf puskesmas (P=0,02). Ada hubungan bermakna antara gaya kepemimpinan transaksional terhadap kepuasan kerja staf puskesmas (P= 0 04) Dimensi kepemimpinan yang mempunyai hubungan bermakna terhadap kepuasan keija staf adalah dimensi attributed charismatik (P= 0,001), dimensi idealized influence (P= 0,024), dirnensi intelectual stimulation (P= 0,025), dimensi individualized consideronce (P= 0,008), dimensi Cl)nfingen reward (P= 0,020), dimensi laissez faire (P= 0,038). Foktor konfonding tidak mempunyai hubungan bermakna terhadap kepuasan kerja staf puskesmas.
Hasil uji statistik multivariat didapatkan faktor yang paling dominan mempengaruhi hubungan kepemimpinan kepala puskesmas dan kepuasan kerja staf puskesmas adalah kepemimpinan transfonnasional dengan dinlensinya attributed charismatik. Persepsi gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja staf disarankan kepada kepala puskesmas agar meningkalkan gaya kepemimpinan transformasional terutama dimensi attributed charismatik, perlu memperkenalkan gaya ini kepada para calon kepala puskesmas melalui pelatihan kepemimpinan. Para kepala puskesmas agar lebih memperhatikan pembagian jasa medis kepada stafnya dan disesuaikan dengan beban kerja yang diemban para staf, sehingga kepuasan kerja staf dapat meningkat, tetap menjaga dan meningkatkan hubungan antar staf yang sudah baik.

Central public health as a leading unit which give health care services to the whole society including the impecunious. in globalization era, every organization have to be able to compete and also have the competitive ability so that the organizations are able to maintain the existance. The service that produced by central public health organization a cooperation between heed central public health and staff; the result from this cooperation will produce a service quality. The role of the head puskesmas to organization progress is very important which he gave the work satisfaction to staff and mixed the individual target to be improve a part organization target, therefore work satisfaction of staff on organization will improve the service quality to society.
The aim of this research are to get picture and the relation between head to puskesmas leadership and work satisfaction of puskesmas staff to execute the JPKMM program in Serang district in 2007. This research uses cross sectional desaign with quantitative approach for 144 puskesmas staf from 38 puskesmas in Serang district. Analysis type that used are univariat, bivariate and multivariate with Chi square and double logistics regresi statistic test.
The resu1t of this research indicates that percentage of work satisfaction (totalize} staff puskesmas staf use 50.9% cut off point mean the highest work satisfaction at dimension of work satisfaction to salary (60,5%) and lowest at dimension of work satisfaction to share of medical service fee (35,1%). Majority of head puskesmas presents transactional style leadership (55,3%) combined with transformational style leadership (52,6%).
The result from bivariate test obtained that there is significant relationship between transformational style leadership to work satisfaction of puskesmas staff (P= 0,02). Significant relationship also found has a transaktional leadership style to work satisfaction of puskesmas (P= 0,04) Leadership dimension which have significant relationship to work satisfaction of puskesmas staff is attributed charismatik dimension (P= 0,001), idealized influence dimension (P= 0,024), intellectual stimulation dimension (P= 0,025), individualized considerance dimension (P= 0,008), contingen reward dimension (P= 0,020), laissez faire dimension (P= 0,038). Confounding factor has no significant relationship to work satisfaction ] puskesmas of staff.
The result from multivariate statistic test obtained that the most dominant factor influence the relation between head puskesmas leadership and work satisfaction of puskesmas staff is transformational leadership with its attributed cbarismatik dimension. Leadership styles Perception have influence to work satisfaction of puskesmas staff, it is suggested to head puskesmas to improve transformational styles leadership especially attributed charismatic dimension, this leadership styles must introduced was to head puskesmas candidate through a leadership training. Heads puskesmas have to concerned more to share of about medical service fee to its staff raised up and also have to maintain and improve the relation among that has been good.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T11538
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febie Karmani Putra
"ABSTRAK
Fenomena bertambah jumlahnya penduduk, diikuti dengan tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Banyaknya pedagang kaki lima (PKL) penjaja makanan merupakan dampak yang dihasilkan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukan bahwa pada tahun 2015, angka tingginya kasus keracunan makanan dari makanan PKL sangat tinggi yaitu 24 insidens dengan 1725 korban. Hal ini terkait dengan lemahnya dan kurangnya pengawasan serta pengetahuan masyarakat yang membentuk perilaku membeli makanan di Pedagang Kaki Lima (PKL) disembaran tempat. Persepsi sebagai salah satu faktor pembentuk perilaku mempunyai peran penting terhadap Keamanan Pangan. Sehingga dilakukan penelitian dengan tujuan mendeskripsikan gambaran persepsi terhadap kemana pangan di Pasar Anyar Kota Tangerang tahun 2016. Metode yang digunakan adalah kuantitaif dan kualitatif yang bersiat deskriptif dan observasional dengan pendekatan cross sectional melalui penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukan Karakteristik Responden terbesar yaitu berusia 26-35 tahun (dewasa awal), wanita, berpendidikan menengah (SMA), tidak bekerja serta berfrekuensi 2-3x perminggu berkunjung ke pasar. Persepsi Baik terdapat pada variabel Pengetahuan Kandungan Makanan (74,2%), Peraturan Daerah (83,35) serta Keadaan Tempat berdagang (56,5%) , sedangkan Persepsi tidak baik terdapat pada variabel Pengetahuan Proses Pengolahan dan Penyajian Makanan (50,5%), Pengetahuan Gangguan Kesehatan (55,5%).

ABSTRACT
The phenomenon of increasing numbers of the population, followed by the high level of consumption. The number of street vendors (PKL) hawkers are resulting the impact. Food and Drug Monitoring Agency Republic of Indoneisa (BPOM RI) showed that in 2015, the high number of cases of food poisoning from the food vendors incidence is as high as 24 to 1725 victims. It is associated with the weakness and lack of supervision and knowledge society that shape the behavior of buying food at street vendors (PKL). Perception as one of the determining factors of behavior has an important role to the Food Safety. This research has the aim of describing the overview of perceptions of street vendors (PKL) food in Pasar Anyar Tangerang City in 2016. The method used quantitative and qualitative descriptive and observational with cross sectional approach through questionnaires, interviews and field observations. The results showed that the largest Respondent Characteristics aged 26-35 years (young adult), female, secondary education (high school), un-employement as well as the frequency 2-3x per week outlets. Good perceptions achieved by Knowledge content of Food Sciences variabel (74.2%), Regulation variabel (83.35) and implemnting of food safety‟ regulation varaibel 56.5%), while the bad perception is not well contained in Knowledge Process Food Processing and Presentation variabel (50.5 %), Knowledge of Health Problems varaibel (55.5%)."
Lengkap +
2016
S63308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Widiastari
"ABSTRAK
Nama : Irma WidiastariProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Kesiapsiagaan Masyarakat Perkotaan dan Pedesaandalam Menghadapi Darurat Kesehatan Masyarakat Studi pada Masyarakat Wilayah KelurahanMakasar-Kota Jakarta Timur dan Desa Campaka-Kabupaten Cianjur Tahun 2016 Wilayah Indonesia secara geografis merupakan area yang rawan bencana. Jikaterjadi bencana biasanya akan ada penyakit-penyakit menular tertentu yang timbuldan mengalami peningkatan melebihi batas normalnya di masyarakat yangterdampak oleh bencana tersebut. Pada akhirnya hal tersebut dapat dikategorikansebagai darurat kesehatan masyarakat. Masyarakat adalah pihak pertama yanglangsung berhadapan dengan ancaman dan bencana karena itu kesiapanmasyarakat menentukan besar kecilnya dampak bencana di masyarakat. Indonesiasebagai negara berkembang tentunya memiliki wilayah perkotaan dan pedesaanyang berbeda dari aspek pembangunan, pemerintahan serta kondisi geografisnya.Perbedaan potensi aspek tersebut tentunya berpengaruh terhadap kemungkinanadanya perbedaan juga dari sisi kesiapsiagaan masyarakatnya dalam menghadapikondisi darurat kesehatan masyarakat dan kebencanaan. Tujuan dari penelitian iniadalah untuk mengetahui seperti apa gambaran kesiapsiagaan masyarakatperkotaan dan pedesaan di Indonesia yang dalam penelitian ini mengambil contohdi wilayah Kampung Makasar-Jakarta Timur dan Desa Campaka-Cianjur yangdipilih berdasarkan pertimbangan bahwa kedua wilayah tersebut berpontensi akanadanya masalah darurat kesehatan masyarakat baik dari segi bencana maupunpeningkatan kasus penyakit. Penelitian ini menggunakan gabungan dari metodekuantitatif data analisis deskriptif berdasarkan penilaian kesiapsiagaan masyarakatyang mengkombinasikan dari unsur Desa Siaga Aktif dan Desa Tangguh Bencanadan kualitatif wawancara mendalam, telaah dokumen . Hasil dari penelitian inimengungkap bahwa ada perbedaan nilai kesiapsiagaan di masyarakat pedesaaandan perkotaan. Pada wilayah perkotaan, hasil persentase kesiapsiagaan yangdidapat adalah sebesar 62.3 sedangkan untuk wilayah pedesaan sebesar 41.3 .Dari 20 indikator hampir memenuhi dalam hal keberadaan dan juga bervariasiantara daerah pedesaan dan perkotaan. Poin yang masih kurang adalahpelaksanaan indikator dan kinerja belum seperti yang diharapkan sebagaimanamestinya. Penyebab perbedaan yang paling mencolok hasil antara pedesaan danperkotaan perbedaan struktural, aksesibilitas, pendanaan dan pengetahuanmasyarakat. Untuk itu diperlukan pengawasan pihak stakeholder dalampenelitian ini adalah Puskesmas, pemerintah di pedesaan dan perkotaan Kata kunci : kesiapsiagaan masyarakat, darurat kesehatan masyarakat, pedesaan,perkotaan

ABSTRACT
Name Irma WidiastariStudy Program Public HealthTitle Urban and Rural Community Preparedness in PublicHealth Emergency Study on the Community fromKelurahan Makasar East Jakarta and CampakaVillage Cianjur District in Year 2016 Indonesia teritory geographically is a disaster prone area. In the event of a disasterthere will usually be certain infectious diseases that arise and have increasedbeyond normal limits in communities affected by the disaster. In the end it can becategorized as a public health emergency. Community is the first to directly dealwith the threat and disaster. Preparedness in community will determines the sizeof the impact of disasters on communities. Indonesia as a developing country haveurban and rural areas that different from the aspect of development, governmentand geography. The potential difference aspects certainly affect the possibility ofdifferences also in terms of community preparedness in the face of public healthemergencies and disasters. The purpose of this study was to determine aboutcommunity preparedness in urban and rural communities in Indonesia, which inthis study took a sample in Kampung Makasar East Jakarta and Desa Campaka Cianjur that were selected based on the consideration that the two regions areequally harmful for any problems public health emergencies both in terms ofdisaster as well as an increase in cases of the disease. This study uses acombination of quantitative methods descriptive analysis data based on anassessment of the preparedness of community that combines elements of DesaSiaga Aktif and Desa Tangguh Bencana and qualitative methods in depthinterviews, review of documents . The results of this study reveal that there areany differences in preparedness in rural and urban communities. In urban areas,the percentage of community preparedness is 62.3 , while in rural areas is 41.3 .Almost all of 20 indicators meet in existence and also vary between rural andurban areas. Points are still lacking is the implementation and performanceindicators were not as expected as it should be. The cause of the most strikingdifference between the results of the structural differences in rural and urbanareas, accessibility, funding and knowledge society. It is necessary for thesupervise of the stakeholders in this research are health centers, the governmentin rural and urban Keywords community preparedness, public health emergency, rural, urban."
Lengkap +
2016
T47274
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Handayani
"Kondisi negara Indonesia memiliki banyak potensi bencana, baik bencana alam dan non-alam. Kesiapsiagaan organisasi dan masyarakat dalam menghadapi darurat kesehatan masyarakat menjadi salah satu isu yang penting dalam usaha pengurangan resiko bencana. Darurat kesehatan masyarakat Intervensi kesiapsiagaan KLB merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan organisasi dalam menghadapi wabah dan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang merupakan manifestasi dari
darurat kesehatan masyarakat. Studi ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan organisasi dan masyarakat pada wilayah intervensi dalam menghadapi darurat kesehatan masyarakat. Studi ini merupakan descriptive study menggunakan metode kuantitatif yang diperkuat juga dengan metode kualitatif untuk
mengetahui dinamika proses kesiapsiagaan. Penilaian tingkat kesiapsiagaan organisasi diukur dengan menggunakan sembilan tahap pada undang-undang penanganan bencana. Penilaian kesiagsiagaan masyarakat diukur dengan memadukan indikator desa siaga aktif dan desa tangguh bencana. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesiapsiagaan dari BPBD dan PMI di Kabupaten Cianjur dan Kotamadaya Jakarta Pusat masuk dalam kategori belum siap karena belum dapat memenuhi semua tahap kesiapsiagaan darurat kesehatan masyarakat, sedangkan Dinas Kesehatan masuk dalam kategori siap dalam menghadapi darurat kesehatan masyarakat. Hasil penilaian kesiapsiagaan masyarakat di tiga desa intervensi di Kabupaten Cianjur menunjukkan level sedang atau hampir siap, sedangkan dua kelurahan di Kotamadya
Jakarta Pusat masuk dalam kategori siap menghadapi darurat kesehatan masyarakat. Ada perbedaan tingkat kesiapsiagaan menghadapi darurat kesehatan masyarakat antara wilayah pedesaan dan perkotaan. Hal ini disebabkan karena prioritas dan strategi pembangunan yang cukup berbeda pula di kedua wilayah tersebut

Under condition of Indonesia which has a lot of potential disaster,both natural ond non-natural disasters, community preparednes in public health emergency become the most important issue of disaster risk
reduction. Emergency response are often being a triggers of public health emergency. Major trigger of
public health emergencies is disease outbreak which cause the damage of public health system. Epidemic
Preparedness project is a program which aims to improve organization and community preparedness to deal
with outbreak and epidemic as public health emergency. This study aimed to analyze the organization and
community preparedness as result of epidemic preparedness project. The study used the method of
qualitative analysis and descriptive statistical analysis which refer to existing indicators of resilient both
health and disaster. The study shows the role and responsibilities of Health District Office in term of public
health emergency categorized ready while BPBD and PMI have not been ready yet. BPBD, District Health
Office and PMI in the two intervention project areas (Cianjur District, Central Jakarta District) have a good
coordination mechanis, otherwise the leading sector for handling public health emergencies is still
dominated by the Health Sector. Analysis of community preparedness in Cianjur district showed at
moderate level while Centre Jakarta showed advance level.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Rosa Arlina
"Halusinasi menjadi salah satu gejala yang paling sering muncul dari gangguan jiwa skizofrenia. Gejala ini memberikan stimulus tidak nyata yang mampu merubah persepsi panca indra dan berdampak pada kesehatan jiwa klien. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberhasilan penerapan aktivitas terjadwal yang berfokus pada terapi psikoreligious dzikir terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran dan penglihatan pada Ny.I. Karya ilmiah ini menggunakan instrumen tanda dan gejala halusinasi yang telah dikembangkan mahasiswa residen FIK UI 2018 dan AVHRS-Q. Proses pemberian asuhan keperawatan generalis dilakukan sebanyak 12 pertemuan pada 18 hingga 27 April 2022, 6 pertemuan berfokus pada aktivitas terjadwal dengan dzikir. Hasil yang didapatkan dari intervensi ini yaitu adanya penurunan tanda dan gejala halusinasi dari skor 18 menjadi 2 dan penurunan halusinasi pendengaran dari skor 10 menjadi 2. Intervensi ini terbukti efektif untuk menurunkan tanda dan gejala halusinasi pendengaran, tetapi kurang efektif pada halusinasi penglihatan. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengidentifikasi intervensi yang lebih efektif dalam mengatasi halusinasi penglihatan.

Hallucinations consider as one of the most common symptoms of schizophrenia. This symptom provides an unreal stimulus that can change the perception of the five senses and have an impact on the client's mental health. The aim of this paper is to identify the successful application of scheduled activities that focus on psycho religious dhikr therapy on reducing signs and symptoms of auditory and visual hallucinations in Ny.I. This paper using the instrument of signs and symptoms of hallucinations have been developed by resident students of FIK UI 2018 and AVHRS-Q. The process of providing generalist nursing care was carried out in 12 meetings from 18 to 27 April 2022, with 6 meetings focused on scheduled activities with dhikr. The results obtained from this intervention are a decrease in signs and symptoms of hallucinations from a score of 18 to 2 and a decrease in auditory hallucinations from a score of 10 to 2. This intervention is effective in reducing signs and symptoms of auditory hallucinations, but less effective in visual hallucinations. Further research is needed to identify interventions that are more effective in treating visual hallucinations."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Leawaty
"Grup Rumah Sakit Pondok Indah telah memiliki Panduan Pengurangan Risiko Cidera Pada Pasien Akibat Jatuh namun hingga saat ini insiden pasien jatuh masih terjadi dan masih ada pasien yang cidera akibat jatuh. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa terhadap implementasi Panduan Pengurangan Risiko Cidera Pada Pasien Akibat Jatuh di unit rawat inap pada Grup Rumah Sakit Pondok Indah selama tahun 2015-2017 dengan metode cross sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui telaah dokumen dan rekam medis, serta wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 39 kejadian pasien jatuh terdapat 18 pasien tidak mengalami cidera dan 21 pasien mengalami cidera, kepatuhan dan kelengkapan perawat dalam melakukan pengkajian adalah 66,7%, kepatuhan perawat dan kelengkapan dalam memberikan penandaan risiko jatuh adalah 89,7%, kepatuhan dan kelengkapan perawat dalam melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga adalah 46,2%, kepatuhan perawat dan kelengkapan dalam melakukan monitoring intervensi adalah 56,4% dan kepatuhan dan kelengkapan perawat dalam melakukan handover antar shift adalah 56,4%. Dari kelima variabel tersebut hanya pemberian edukasi risiko jatuh yang secara bermakna mempengaruhi terjadinya cidera pada pasien akibat jatuh. Rekomendasi perbaikan implementasi Panduan Pengurangan Risiko Cidera Pada Pasien Akibat Jatuh yang diusulkan mengacu kepada teori Malcolm Baldrige yang disusun berdasarkan tujuan aspek penilaian yaitu kepemimpinan, rencana strategi, pelanggan,manajemen pengukuran, analisis dan pengetahuan (perbaikan mutu), tenaga kerja (sumber daya manusia), sistem informasi/proses kerja dan hasil.

The Group of Pondok Indah Hospital has a Guideline to Reducing the Risk of Patient Injuries Resulting From Fall but until now the incidences of patient fall still occurs and there are still patients who are injured due to fall. This study aims to analyze the implementation of the Guidelines for Reducing the Risk of Patient Injuries Resulting From Fall in inpatient unit of the Group of Pondok Indah Hospital during 2015-2017 with the cross sectional method. Data collection is done through a review of documents and medical records, and continued with in-depth interviews. The results showed that there were 39 incidents of patients falling there were 18 patients who were not injured and 21 patients were injured, compliance and completeness of nurses in conducting the assessment of fall risk was 66.7% compliance and completeness of nurse in providing the mark of fall risk was 89.7%, compliance and completeness of nurse in conduct the education of patients and families was 46.2%, compliance and completeness of nurse in conducting intervention monitoring was 56.4% and compliance and completeness of nurse in handover between shifts was 56.4%. Of these five variables only fall risk education was given to significantly affect the occurrence of injury to patients due to falls. Recommendations for improving the implementation of the Guideline for Reducing Risk of Patient Injuries Resulting from Fall proposed refers to the theory of Malcolm Baldrige which is compiled based on seven aspects of assessment, leadership, strategic planning, customer management, measurement, analysis and knowledge (quality improvement), labor (human resources), information systems/work processes and results."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armyn Trimulia Atmadja Tunggawidjaja
"Latar belakang. Belum diketahui apakah ada hubungan antara usia penerbang, obesitas sentral, kebiasaan merokok, riwayat penyakit metabolik, dan jam terbang total dengan kejadian sindroma metabolik pada penerbang sipil pesawat sayap tetap.
Metode. Penelitian ini merupakan studi kasus kontrol, yang dilakukan pada bulan Desember 2022. Penerbang sipil laki-laki pesawat sayap tetap yang menjalani pemeriksaan kesehatan di Balai Kesehatan Penerbangan pada periode Juni – November 2022 diinklusi dalam studi. Variabel bebas yang diteliti adalah jam terbang, usia, status obesitas, merokok, dan riwayat DM tipe II keluarga.
Hasil. Terdapat dua ratus enam puluh dua penerbang sipil pesawat sayap tetap yang diinklusi dalam studi ini, dengan 131 (50%) penerbang dengan sindrom metabolik dan 131 (50%) lainnya tidak memiliki sindrom metabolik. Rerata usia pasien dalam penelitian adalah 38,70 ± 10,54 tahun, dengan 57,6% penerbang berusia ≤ 40 tahun. 59,2% subjek memiliki jam terbang ≥ 5000 jam, dengan median jam terbang keseluruhan subjek adalah sebesar 5600 (45¬27700) jam. Sebagian besar subjek (64,5%) memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang termasuk dalam kategori obesitas. Hanya usia > 40 tahun dan IMT ≥ 25 kg/m2 yang ditemukan berhubungan dengan sindrom metabolik (p < 0,001), dengan rasio odds masing-masing sebesar 5,90 (IK 95%, 2,79–12,45) dan 6,24 (IK 95%, 3,25–12,00). Setelah menghilangkan faktor usia, jam terbang ≥ 5000 jam memiliki risiko 3,33 (IK 95%, 1,87–5,94) kali lebih tinggi untuk mengalami sindrom metabolik.
Simpulan. Usia ≥ 40 tahun dan status obesitas berhubungan dengan peningkatan risiko sindrom metabolik di kalangan penerbang sipil pesawat sayap tetap laki-laki.

Background. It is not yet known whether there is a relationship between pilot age, central obesity, smoking habits, history of metabolic disease, and total flight hours with the incidence of metabolic syndrome in civil fixed-wing aircraft pilots.
Methods. This research is a case control study, which was conducted in December 2022. Male civil pilots of fixed wing aircraft who underwent medical examinations at the Balai Kesehatan Penerbangan in the period June – November 2022 were included in the study. The independent variables studied were flight hours, age, obesity status, smoking, and family history of type II DM.
Results. Two hundred and sixty-two fixed-wing civil aviation pilots were included in this study, of which 131 (50%) pilots had the metabolic syndrome and 131 (50%) did not have the metabolic syndrome. The mean age of the patients in the study was 38.70 ± 10.54 years, with 57.6% of the pilots aged ≤ 40 years. 59.2% of the subjects had flight hours ≥ 5000 hours, with the median flight hours of all subjects being 5600 (45¬27700) hours. Most of the subjects (64.5%) had a body mass index (BMI) which was included in the obesity category. Only age > 40 years and BMI ≥ 25 kg/m2 were found to be associated with the metabolic syndrome (p < 0.001), with odds ratios of 5.90 (95% CI, 2.79–12.45) and 6, respectively. 24 (95% CI, 3.25–12.00). After removing the age factor, flying hours ≥ 5000 hours had a 3.33 (95% CI, 1.87–5.94) times higher risk of experiencing metabolic syndrome.
Conclusion. Age ≥ 40 years and obesity status are associated with an increased risk of metabolic syndrome among male civil fixed-wing aircraft pilots.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Rahayu
"Mutu Pelayanan Kesehatan merupakan standar layanan kesehatan untuk individu dan masyarakat yang dapat meningkatkan luaran kesehatan yang optimal. Indikator Nasional Mutu digunakan sebagai tolak ukur dalam mengukur mutu pelayanan kesehatan. Harapan pasien untuk mendapatkan mutu pelayanan yang baik dapat diberikan oleh dokter yang bertugas ketika melayani pasien yang mampu menerapkan kepemimpinan klinis dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan domain-domain kepemimpinan klinis dokter terhadap mutu layanan kesehatan di rumah sakit. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan pada 42 orang dokter umum dan spesialis dengan kuesioner kepemimpinan klinis dokter. Sedangkan mutu layanan kesehatan di Rumah Sakit Izza dilihat pada capaian indikator nasional mutu rumah sakit. Terdapat 5 domain dengan masing-masing 8 dimensi pada kepemimpinan klinis dan 12 indikator nasional mutu yang dianalisis dari 13 total indikator nasional mutu. Pada penelitian ini didapatkan 2 domain kepemimpinan klinis yang berhubungan dengan mutu layanan kesehatan di rumah sakit, yaitu domain kualitas personal dan peningkatan pelayanan. Tiga domain lainnya, yaitu Kerja sama dengan sejawat dan interprofesi, pengelolaan pelayanan, dan penentuan arah pelayanan tidak berhubungan terhadap mutu layanan kesehatan di rumah sakit

Quality of Health Services is a standard of health services for individuals and communities that can improve optimal health outcomes. National quality indicators are used as benchmark in measuring the quality of health services. Patient expectations for good quality of service can be provided by the doctor on duty when serving patients who are able to apply clinical leadership well. This study aims to determine the relationship of physician clinical leadership domains to the quality of health services in hospitals. This study was conducted using a survey method with a quantitative approach. The study was conducted on 42 general practitioners and specialists with a physician clinical leadership questionnaire. While the quality of health services at Izza Hospital is seen in the achievement of national indicators of hospital quality. There are 5 domains with 8 dimensions each in clinical leadership and 12 national quality indicators analyzed from 13 total national quality indicators. In this study, 2 domains of clinical leadership were found to be related to the quality of health services in the hospital, namely the domains of personal quality and service change. The other three domains, namely Collaboration with peers and interprofessionals, managing service, and setting direction are not related to the quality of health services in hospitals.

 

 

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andyka Banyu Sutrisno
"Risiko depresi atau depresi subklinis merupakan kondisi paling awal sebelum terjadinya depresi. Risiko depresi dapat meningkat pada individu yang bekerja dengan stresor yang tinggi seperti awak kabin dan dapat menyebabkan inkapasitasi pada dikarenakan gejalanya yang dapat mengganggu performa saat bertugas. Pandemi COVID-19 meningkatkan terjadinya risiko depresi pada awak kabin terkait dengan adanya regulasi dalam mencegah penyebaran COVID-19. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi serta hubungan antara jam terbang dan faktor-faktor lainnya terhadap risiko depresi pada awak kabin penerbangan sipil di Indonesia pada masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada tanggal 17 Mei-8 Juni 2022. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 22. Dari 159 sampel, 80 awak kabin (50,3%) memiliki risiko depresi. Jam terbang tidak berhubungan dengan risiko depresi (p = 0.579). Ketakutan berlebih terhadap COVID-19 dan gangguan tidur dapat meningkatkan kemungkinan awak kabin mengalami risiko depresi sebesar 3.21 (95% IK 1,68-6,14); p < 0.001 dan 2.48 (95% IK 1.30-4.72); p = 0.005 kali secara berurutan. Prevalensi risiko depresi pada awak kabin penerbangan sipil di Indonesia pada masa pandemi COVID-19 cukup tinggi. Dari semua faktor yang dianalisis pada penelitian ini, hanya ketakutan berlebih terhadap COVID-19 dan gangguan tidur yang berhubungan dengan risiko depresi.

The risk of depression or subclinical depression is the earliest stage of depression. The risk of depression can increase in individuals who work in high stressors environments such as cabin crew and can cause incapacitation due to symptoms that can interfere with their flight performance. The COVID-19 pandemic increases the risk of depression in cabin crew related to regulations in preventing the spread of COVID-19. The purpose of this study is to determine the prevalence and the relationship between flight hours and other factors on the risk of depression in civil aviation cabin crew in Indonesia during the COVID-19 pandemic. This was a cross-sectional study conducted from 17 May – 8 June 2022. Data were collected using a questionnaire and analyzed using SPSS version 22. Among 159 samples, 80 cabin crews (50,3%) had a risk of depression. Flight hours were not associated with the risk of depression (p = 0.579). Excessive fear of COVID-19 and sleep disturbances can increase the odds of cabin crews of having the risk of depression 3.21 (95% CI 1.68-6.14); p < 0.001) and 2.48 (95% CI 1.30-4.72); p = 0.005) times, respectively. The prevalence risk of depression in civil aviation cabin crew in Indonesia during the COVID-19 pandemic was relatively high. Among all the factors analyzed in this study, only excessive fear of COVID-19 and sleep disturbances were associated with the risk of depression in cabin crew."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Irawan
"Research through a metabolomics approach is carried out withoutisolating a single active compound responsible for an activity. Empirically the root, stem, and leaf preparations of Rhinachantus nasutus (L.) Kurz have long been used in traditional medicine such as the treatment of diabetes, eczema, pulmonary tuberculosis, herpes, hepatitis, and hypertension. This dissertation aims to evaluate compounds that have antioxidant and antidiabetic activity through inhibition of alpha-glucosidase activity of plant R. Nasutus metabolomics and molecular tethering based liquid chromatography very high performance mass spectrometry/mass spectrometry (KCKST SM/SM). The stages of research carried out include: (1) Extraction of leaves, flowers, and bark using 70% ethanol with ultrasonic wave-assisted extraction method. (2) Fractionation of selected extracts using centrifugation partition chromatography (PPP). (3) Testing of antidiabetic activity through the mechanism of alpha-glucosidase inhibition of selected extracts and their PPP fractions in vitro. (4) Testing of antioxidant activity by 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) method; ferric reducing antioxidant power (FRAP); cupric ion reducing antioxidant capacity (CUPRAC) in vitro against extracts and PPP fractions whose alpha-glucosidase inhibitory activity is very active and/or active. (5) Determination of metabolite profiles using KCKST SM/SM Q-Orbitrap on PPP fractions whose alpha-glucosidase inhibitory activity is very active and/or active. (6) Chemometric analysis with multivariate data analysis using SIMCA software against metabolite area area data and bioactivity data. (7) Verification of compounds that contribute significantly as inhibitors of alpha-glucosidase activity resulting from metabolomics by molecular tethering. This study obtained 10 active compounds in the inhibition of alpha-glucosidase in the KPS fraction of R. nasutus, namely compounds (5) bis(2-ethylhexyl) amines, (6) choline, (7) leu gly, (8) N-methyltanolamine phosphate, (11) N-methyldioctylamine, (14) dodesiltrimethethlammonium, (15) austalida J, (17) DL-β-leucine, (22) cemilicoisoflavone B, and (26) licoflavone B. In addition, 6 compounds (compounds 5, 8, 11, 14, 15, and 22) contributed significantly as alpha-glucosidase inhibitors as well as very strong antioxidants with the FRAP method and 3 compounds (compounds 5, 11, and 15) with the CRAPC method.

In the metabolomics approach, research is done without isolating any active compounds that cause activity. Empirically, preparations of the roots, stems, and leaves of Rhinachantus nasutus (L.) Kurz have long been used in traditional medicine for such purposes as the treatment of diabetes, eczema, pulmonary tuberculosis, herpes, hepatitis, and hypertension. This dissertation aims to evaluate compounds with antioxidant and anti-diabetic activity by inhibiting the alpha-glucosidase activity of the plant R. nasutus using a metabolomics approach and molecular docking based on ultra-high performance liquid chromatography mass spectrometry/mass spectrometry (UHPL MS/MS). The stages of the research included: (1) extraction of leaves, flowers, and stem bark using 70% ethanol using an ultrasound-assisted extraction (UAE) method. (2) Fractionation of selected extracts using centrifugation partition chromatography (CPC). (3) In vitro testing of antidiabetic activity through the mechanism of alpha-glucosidase inhibition of selected extracts and their CPC fractions. (4) Testing the antioxidant activity with the 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) method, ferric reducing antioxidant power (FRAP), and cupric ion reducing antioxidant capacity (CUPRAC) in vitro against extracts and CPC fractions with highly active, active, or slightly active alpha-glucosidase inhibitory activity. (5) Determination of metabolite profiles using KCKST SM/SM Q-Orbitrap on CPC fractions with highly active or slightly active alpha-glucosidase inhibitory activity. (6) Chemometric analysis in the form of multivariate data analysis using SIMCA software on metabolite area data and bioactivity data. (7) Verification of compounds that contribute significantly as inhibitors of alpha-glucosidase activity in metabolomics by molecular docking.This study obtained 10 active compounds in alpha-glucosidase inhibition in the R. nasutus CPC fraction, namely compounds (5) bis(2-ethylhexyl) amine, (6) choline, (7) leugly, (8) N-methylethanolamine phosphate, (11) N-methyldioctylamine, (14) dodecyltrimethylammonium, (15) austalide J, (17) DL-β-Leucine, (22) semilicoisoflavone B, and (26) licoflavone B. In addition, it was also found that six compounds (compounds 5, 8, 11, 14, 15, and 22) significantly contributed as alpha-glucosidase inhibitors as well as very strong antioxidants with the FRAP method and three compounds (compounds 5, 11, and 15) with the CUPRAC method."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library