Tugas akhir ini ditulis dengan tujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan penulis yang telah didapat selama masa pembelajaran di Arsitektur. Pembelajaran akan kondisi arsitektur vernakular di Indonesia terasa penting untuk diketahui oleh mahasiswa arsitektur. Arsitektur Vernakular merupakan sebuah arsitektur yang berkembang dari kondisi etnik and tradisi, yang dimana dibuat oleh tukang yang berpengalaman dengan menggunakan teknik dan material yang berada di sekitaran dan lingkungan bangunan arsitektural tersebut berasal yang kian menemui proses transformasi. Di beberapa tempat di Indonesia,bangunan vernakular mendekati kepunahan, beberapa terjadi akibat dampak dari bencana alam, transformasi, atau adanya kehadiran keinginan untuk mengembangkan hal-hal yang lain. Isu-isu tersebut menurut penulis terasa sangat menarik untuk di analisa lebih lanjut, berawal dari bagaimana Arsitektur Vernakular tersebut berkembang hingga saat ini dan berbagai penanganan untuk mempertahankannya. Dokumentasi adalah salah satu cara untuk mencegah kepunahan dari Arsitektur Vernakular dan sudah digunakan sejak masa lalu.
This final report is written for the purpose of describing the writer knowledge in which have obtained during this Thesis period. This knowledge is important for students to know the condition of vernacular architecture in Indonesia. Vernacular Architecture is architecture that grew and evolved from folk architecture born of ethnic and community rooted in ethnic traditions, as well as built by builders based on experience, using techniques and materials local as well as is the answer to the environmental setting of the building is and always open to the onset of transformation. In several places in Indonesia, vernacular buildings are nearly extinct, due to natural disasters, transformation, or the presence of other interests. This are the issues which in the writer opinion is quite interesting to analyze, how an original vernacular developed until today and how to preserve its existence. Documentation is one way to preserve the extinction of vernacular architecture and has been developing since ancient.
Arsitek modernis menganggap ornamen harus dihapuskan dari karya arsitektur karena ornamen nihil dari sisi fungsional. Postmodernisme datang mengkritik Modernisme dengan mengangkat kembali ornamen dari masa lampau. Arsitek kontemporer yang juga mencoba memunculkan ornamen cenderung menghapuskan aspek politik dalam produksi ornamen, dengan tujuan lebih mampu menggapai pengguna ruang kota yang lebih luas karena latar belakang masyarakat kota cenderung semakin heterogen dan beragam yang tidak menjadi pertimbangan arsitek postmodernis. Masyarakat Indonesia yang masih mengagumi simbolisme dan figurisme menjadikan ornamen arsitektural memiliki posisi strategis dalam perkembangan arsitektur di Indonesia terutama dalam aspek politik. Karena itu skripsi ini bertujuan membahas politik ornamen yang terjadi dalam perkembangan sejarah arsitektur di Indonesia pasca kemerdekaan dan melihat relevansinya di masa sekarang.
Modernist architects stated that ornament must be omitted from the architectural work because of its absence of functionality. Postmodernism came to criticize Modernism by resurrecting ornament from the past. Contemporary architects who also try to bring back ornament tend to erase political aspect in the production of ornament, aiming to reach wider users in an urban space where its citizen tend to diverse in background and become more heterogeneous which is not a consideration by postmodernist architects. The people of Indonesia who are still admiring simbolism and figurism make architectural ornament have strategic position in the development of architecture in the country especially in political aspect. Hence, this undergraduate thesis aims to explain how politic of ornament occured during the development of architecture in Indonesia after independence and sees its relevance with today’s context.
Dualisme sebagai elemen penting dalam kehidupan manusia (Caan, 2011) pada konteks kota diwujudkan dengan adanya perbedaan antara publik dan privat. Dalam konteks publik, dualisme kembali memecah komunitas—sekelompok manusia yang berinteraksi dalam suatu lokasi terus menerus (KBBI daring, 2020)—menjadi inside dan outside. Adanya lokasi yang digunakan membentuk attachment komunitas sehingga place tersebut berubah menjadi territory yang dilengkapi oleh physical and spatial boundaries. Perbedaan ini menimbulkan pertentangan antar-komunitas sehingga bagaimana manusia memersepsikan ruang terpengaruh dengan boundaries sesuai dengan posisi mereka dalam masyarakat. Akan dilakukan pembahasan mengenai persepsi dan dampak pertentangan dan boundaries dengan menggunakan studi kasus karya fiksi The Hunchback of Notre-Dame (1831) karya Victor Hugo yang memiliki banyak outside dengan latar belakang yang berbeda satu sama lain yang selanjutnya akan dipersepsikan menggunakan The Body and the City (Steve Pile, 1996), The Image of the City (Kevin Lynch, 1960) dan The Poetics of Space (Gaston Bachelard, 1994). Pada studi ini, pembedaan inside-outside didasari oleh kondisi sosio-spasial kota. Didapatkan bahwa perilaku dan boundaries yang dibentuk inside sangat berpengaruh pada reaksi yang diberikan oleh outside. Faktor ini dengan mudah mendorong outside keluar baik dari place atau territory inside maupun tempat publik. Hal ini selanjutnya mempengaruhi bagaimana outside berinteraksi dengan ruang privat atau place personalnya. Boundaries dimunculkan baik sebagai pelindung atau pembatas outside yang secara dominan memunculkan disconnectedness diwujudkan dengan jarak yang bersifat vertikal (adanya perbedaan ketinggian). Hal ini mempengaruhi bagaimana outside berinteraksi dengan place privat atau personal mereka.
Dualism as an important aspect in human life (Caan, 2011) on a city scale is realized with a differentiation between public and private. In the public context, dualism then divides community—a group of people interacting on a certain location for a prolonged period (online KBBI, 2020)—into inside and outside. This location forms communities’ attachment, hence said location turned into their territory with its own physical and spatial boundaries. This differentiation causes conflict between communities and in turn affects how people perceive space is influenced by boundaries corresponding to their position in society. Discussion on how this conflict and boundaries affects perception will use a literary study case The Hunchback of Notre-Dame (1831) by Victor Hugo in which many of its characters acts as an outside with various background using The Body and the City (Steve Pile, 1996), The Image of the City (Kevin Lynch, 1960) and The Poetics of Space (Gaston Bachelard, 1994). On this study, inside-outside differentiation is based on a city’s existing socio-spatial condition. It is noted that behaviour and boundaries established by inside impacts heavily on the outside’s reaction. This factor easily pushes outside out from both inside’s territory and public space. Boundaries could be established to protect or alienate the outside that dominantly manifested by a vertical distance (distinction on height). This impacts how outside interacts with their private/ personal place.