Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mega Maharani
Abstrak :
Keberadaan Antimicrobial Resistance (AMR) di lingkungan mengalami peningkatan seiring berjalannya waktu. AMR mulai ditemukan terkandung pada air tanah sebagai salah satu pencemar mikrobiologis. Kota Metro sebagai mayoritas pengguna air tanah dari sumur bor dan gali, yakni mencapai 90% perlu waspada terhadap keberadaan AMR. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi E. coli dan E. coli resistan terhadap cefotaxime serta rasio perbandingannya, menganalisis pengaruh faktor curah hujan, suhu, kelembaban, pH, total padatan terlarut, dan kekeruhan terhadap kadar konsentrasi, serta memberikan rekomendasi tindakan pengelolaan air tanah berdasarkan prevalensi bakteri E. coli dan E. coli resistan di Kota Metro. Penelitian ini dilakukan di 11 lokasi selama bulan November – Februari menggunakan IDEXX Colilert-18 dan Quanti-Tray/2000 untuk mendeteksi konsentrasi E. coli dan E. coli resistan melalui penggunaan antibiotik cefotaxime. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 67% air tanah mengandung E. coli dan sebanyak 27% di antaranya bersifat resistan terhadap cefotaxime. Persentase keberadaan (1) E. coli dan (2) E. coli resistan dengan kategori risiko sangat tinggi (>100 MPN/100 ml) mencapai (1) 24% dan (2) 0%; risiko tinggi (>10 – 100 MPN/100 ml) (1) 13% dan (2) 2%; risiko menengah (1 – 10 MPN/100 ml) (1) 31% dan (2) 16%; dan risiko rendah (<1 MPN/100 ml) (1) 33% dan (2) 82%. Peningkatan konsentrasi E. coli berkorelasi dengan faktor curah hujan, suhu, dan kekeruhan sedangkan peningkatan konsentrasi E. coli resistan berkorelasi dengan faktor curah hujan. Hubungan korelasi didapatkan melalui uji peringkat Spearman berdasarkan signifikansi (p-value) < 0,05. Berdasarkan hasil prevalensi, masyarakat dapat meminimalisasi konsentrasi dengan cara memodifikasi kondisi fisik sumur agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian PUPR dan SNI. Masyarakat juga dapat menggunakan filter sederhana, misalnya filter granular untuk memfiltrasi air sebelum digunakan. Walaupun langkah tersebut dilakukan, perlu diingat bahwa terdapat faktor pengaruh lain yang dapat memengaruhi konsentrasi E. coli dan E. coli resistan, salah satunya adalah kontaminan di sekitar sumur, seperti feses manusia, feses hewan ternak, dan sisa air buangan rumah tangga. Maka, peran pemerintah dalam penyediaan layanan fasilitas air bersih menjadi salah satu langkah untuk mengurangi penggunaan air tanah yang terkontaminasi. ......The prevalence of Antimicrobial Resistance (AMR) in the environment has been increasing over time. AMR has been detected in groundwater as one of the microbiological pollutants. Metro City, where the majority relies on groundwater from boreholes and wells, accounting for 90%, must be vigilant against AMR. This study aims to analyze the concentration of E. coli and cefotaxime-resistant E. coli, along with their ratio, to analyze the influence of rainfall, temperature, humidity, pH, total dissolved solids, and turbidity on concentration levels, and to provide recommendations for groundwater management based on the prevalence of E. coli and cefotaxime-resistant E. coli in Metro City. The research was conducted at 11 locations from November to February using the IDEXX Colilert-18 and Quanti-Tray/2000 to detect the concentration of E. coli and cefotaxime-resistant E. coli through the use of antibiotics. The results showed that 67% of the groundwater contained E. coli, with 27% being resistant to cefotaxime. The percentage of presence of (1) E. coli and (2) cefotaxime-resistant E. coli with very high-risk categories (>100 MPN/100 ml) reached (1) 24% and (2) 0%; high risk (>10 – 100 MPN/100 ml) (1) 13% and (2) 2%; moderate risk (1 – 10 MPN/100 ml) (1) 31% and (2) 16%; and low risk (<1 MPN/100 ml) (1) 33% and (2) 82%. The increase in E. coli concentration correlated with rainfall, temperature, and turbidity, while the increase in cefotaxime-resistant E. coli concentration correlated with rainfall. Correlation relationships were determined through Spearman rank tests based on significance (p- value) < 0.05. Based on the prevalence, the community can minimize concentrations by modifying the physical conditions of wells to meet the standards set by the Ministry of Public Works and SNI. The community can also use simple filters, such as granular filters, to filter water before use. Despite these measures, it should be noted that there are other influencing factors that can affect the concentration of E. coli and cefotaxime-resistant E. coli, such as contaminants around the well, such as human feces, livestock feces and household wastewater. Therefore, the government's role in providing clean water facilities becomes one of the steps to reduce the use of contaminated groundwater.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Felisita Herlina
Abstrak :
Jalur transmisi bakteri Salmonella spp. salah satunya berasal dari feses hewan ternak yang merupakan hasil samping dari aktivitas beternak, serta berpotensi menyebabkan kontaminasi Salmonella spp. pada aspek lingkungan, seperti tanah dan air. Akibatnya, seluruh pekerja yang terlibat dalam aktivitas beternak rentan terkena paparan Salmonella spp., baik melalui kontak fisik secara langsung dengan feses hewan ternak maupun melalui interaksi dengan lingkungan yang tercemar. Studi ini dilakukan sebagai upaya mengurangi risiko paparan Salmonella spp, terhadap para peternak dengan memperoleh taksiran jumlah Salmonella spp. di peternakan area studi, menganalisis potensi nilai paparan dan beban penyakit yang timbul, serta merancang skenario penanganan yang sesuai. Penelitian dilakukan dengan metode Multitube Fermentation untuk mengetahui konsentrasi Salmonella spp. dalam satuan Most Probable Number (MPN) dan dengan metode Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA) untuk menganalisis risiko paparan Salmonella spp. terhadap kesehatan para pekerja peternakan. Kuantifikasi dan pengujian biokimia Salmonella spp. menunjukkan bahwa 7 dari 16 sampel mengandung Salmonella spp. terkonfirmasi. Dari 7 sampel tersebut, sampel yang mengandung Salmonella spp. dengan konsentrasi tertinggi adalah feses kambing berumur >2 tahun (120 MPN/g), sedangkan yang terendah adalah pada sampel air selokan (7,4 MPN/mL). Hasil perhitungan analisis QMRA dengan simulasi Monte-Carlo menunjukkan bahwa nilai median beban penyakit (disease burden atau DB) terbesar berasal dari air irigasi, yakni sebesar 8,85 x 10-4 DALY/orang/tahun, sedangkan yang terkecil berasal dari pupuk kandang, yakni sebesar 4,42 x 10-8 DALY/orang/tahun. Dari seluruh nilai DB yang diperoleh, hanya nilai DB pupuk kandang yang memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh WHO terkait paparan bakteri patogen di negara berkembang, yakni sebesar 10-4 DALY/orang/tahun. Oleh karena itu, disusunlah skenario intervensi kualitatif yang dapat diaplikasikan untuk meminimalisir risiko kesehatan yang timbul terhadap para peternak akibat paparan Salmonella spp. Skenario-skenario intervensi yang diajukan melalui penelitian ini terdiri dari skenario penerapan jangka panjang dan jangka pendek. Skenario jangka pendek, yakni dengan vermicomposting untuk menyisihkan feses kambing dan penutupan saluran drainase di sekitar kandang kambing. Sedangkan skenario jangka panjang dapat dilakukan dengan penyemprotan larutan bacteriophage untuk mengurangi biofilm Salmonella spp., serta penerapan teknologi pengolahan air sederhana untuk air selokan di dekat kandang sebelum dilepaskan ke lingkungan dan untuk air irigasi yang akan digunakan untuk keperluan kandang. ......The most fundamental transmission pathway of Salmonella spp. is through livestock stool which is a by-product of livestock farming activities, and has the potential to cause contamination of Salmonella spp. on environmental aspects, such as land and water. As a result, all workers involved in livestock activities are susceptible to exposure to Salmonella spp., either through direct physical contact with livestock feces or through interaction with the contaminated environment. This study was conducted to reduce the risk of exposure to Salmonella spp. towards livestock farmers by obtaining estimates of the number of Salmonella spp. on the study area farm, analyzing the potential exposure values ​​and disease burden that arise, and designing appropriate intervention scenarios. The research was carried out using the Multitube Fermentation method to determine the concentration of Salmonella spp. in Most Probable Number (MPN) units and using the Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA) method to analyze the risk of exposure to Salmonella spp. towards the health of the livestock farm workers. Quantification and biochemical testing of Salmonella spp. showed that 7 out of 16 samples contained confirmed Salmonella spp. Of these 7 samples, samples containing Salmonella spp. with the highest concentration was from >2 years-old goats’ stool sample (120 MPN/g), while the lowest was from ditch water sample (7.4 MPN/mL). The results of QMRA analysis calculations using Monte-Carlo simulations show that the largest median of disease burden (DB) value comes from irrigation water, i.e. 8.85 x 10-4 DALY/person/year, while the smallest comes from manure, i.e. 4.42 x 10-8 DALY.pppy-1. Of all the DB values ​​obtained, only the DB value of manure meets the quality standards set by WHO regarding exposure to pathogenic bacteria in developing countries, i.e. 10-4 DALY.pppy-1. Therefore, this study proposes intervention scenarios that can be applied to minimize the health risks that arise towards livestock farmers due to exposure to Salmonella spp. The intervention scenarios proposed through this research consist of long-term and short-term implementation. Short-term scenario, i.e. vermicomposting to eliminate goat feces and closing drainage channels around the goat closed house. Meanwhile, long-term scenarios can be carried out by spraying bacteriophage solutions to reduce Salmonella spp. biofilms, as well as implementing simple water treatment technology for sewer water near the closed house before it is released into the environment and for irrigation water that will be used for livestock care purposes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library