Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Efrem Zuba
Abstrak :
Marapu adalah sistem kepercayaan masyarakat Sumba di Nusa Tenggara Timur. Disebut kepercayaan religi karena kegiatan-kegiatan pemujaan kultus dengan segala upacaranya dilakukan menurut suatu sistem yang tertentu. Penganut Marapu meyakini adanya kuasa ldquo;Yang Ilahi rdquo; yang menciptakan dan menguasai alam semesta. Akan tetapi Ia seolah-olah kurang memainkan peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan religi sehari-hari kuasa-kuasa lain yang memainkan peranan adalah kuasa yang lebih rendah, yaitu Marapu. Marapu, artinya di rdquo;-pertuan rdquo; atau di- ldquo;mulia rdquo;kan. Marapu adalah kekuatan supranatural yang tampil dalam berbagai macam bentuk. Marapu adalah para leluhur yang telah selamat. Marapu berstatus mulia dan sakti sehingga harus dihormati dan dipuja. Peran Marapu adalah penghubung dan pengantara antara manusia dengan ldquo;Yang Ilahi rdquo;; mengontrol kehidupan manusia, memberkati atau pun menghukum. Marapu akan senang kalau diperhatikan oleh manusia dengan mempersembahkan sesaji. Konsep keselamatan menurut kepercayaan Marapu adalah terciptanya keseimbangan, keselarasan dan harmoni hidup, kesehatan dan kesejahteraan selama di dunia ini dan tercapainya tujuan hidup dalam persatuan dengan para leluhur/Marapu di ldquo;Kampung Marapu rdquo;. Agar rdquo;keselamatan rdquo; itu terjamin, maka manusia harus tetap berkomunikasi, menjalin hubungan dan harmoni dengan Marapu. Jika terjadi malapetaka karena ulah manusia sehingga terjadi konflik dan merusak hubungan dengan Marapu, maka manusia harus memulihkan dengan cara melakukan berbagai ritual. Bagi manusia dan tanaman padi- jagung yang mati tidak wajar, harus dilaksanakan ritual zaigho. Ritual zaigho adalah ritual pemulihan hubungan dan harmonisasi antara penganut Marapu dengan Marapu. Masalahnya adalah bagaimana proses pemulihan hubungan dan harmonsasi serta pewarisannya? Proses pemulihan hubungan dan harmonisasi terjadi saat pelaksanaan ritual zaigho yang melibatkan Marapu, sarana/media seperti usus halus ayam dan atau hati babi serta kemahiran Rato Marapu bernegosiasi. Pelaksanaan ritual zaigho secara utuh dan lengkap pasti memulihkan hubungan dan harmonisasi antara penganut Marapu dan Marapu. Ketika ritual zaigho dilaksanakan, maka pada saat itu juga terjadi pewarisan ritual zaigho. ......Marapu is a belief system of Sumba people in East Nusa Tenggara. Called belief religion because the activities of worship cults with all ceremonies done according to a system that certain. Marapu believers have the power of the Divine that creates and controls the universe. But he seems to play less important role in human life. In everyday religious life other powers that play a role are lower power, that is Marapu. Marapu, meaning in ktuan or noble right. Marapu is a supernatural power that appears in various forms. Marapu is the surviving ancestor. Marapu is noble and powerful and must be respected and revered. Marapu 39 s role is the link and mediator between man and the Divine Controlling human life, blessing or punishing. Marapu would love to be noticed by human by offering offerings. The concept of salvation according to Marapu 39 s belief is the creation of balance, harmony and harmony of life, health and well being in this world and the achievement of the purpose of life in union with the ancestors Marapu in Kampung Marapu . In order for safety to be assured, man must remain in communication, establish relationships and harmony with Marapu. If there is a catastrophe due to human activities resulting in conflicts and damage relations with Marapu, then humans must recover by performing various rituals. For mere mortals and dead corn beans, an zaigho ritual must be performed. The zaigho ritual is a ritual of restoring relationships and harmonization between Marapu and Marapu. The problem is how the process of relationship recovery and harmony and its inheritance The process of relationship restoration and harmonization occurs during the implementation of the zaigho ritual involving Marapu, mediums such as chicken intestine and pig liver and Rato Marapu 39 s finesse to negotiate. The full and complete implementation of zaigho rituals definitely restores the relationship and harmonization between Marapu and Marapu. When the ritual of zaigho was performed, at that time there was also the inheritance of the zaigho ritual.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T49792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
La Ode Sahidin
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Katingka dan Zikir dalam Tradisi Ritual Meagoliwu pada Masyarakat Koroni di Buton Utara. Hasil: Tradisi Ritual Meagoliwu pada Masyarakat Koroni saat ini masih terdapat di tiga desa: Lasiwa, Laeya, dan Maligano. Bentuk pelaksanaan di masing-masing desa mengandung persamaan dan perbedaan. Di Desa Laeya mengandung unsur kepercayaan Hindu dan di Desa Maligano mengandung unsur kepercayaan Islam. Pelaksanaan ritual meagoliwu di kedua desa tersebut tidak berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh keterlibatan lembaga adat dalam permainan politik dalam desa. Ritual meagoliwu yang ada di Desa Lasiwa menggunakan dua bentuk ritual yang berbeda, yaitu katingka dari unsur kepercayaan Hindu dan zikir dari unsur kepercayaan Islam. Namun unsur perbedaan bentuk dalam pelaksanaan ritual Meagoliwu tidak mengganggu keharmonisan hidup bermasyarakat. Terciptanya keharmonisan tersebut, berkat peran lembaga sara lembaga adat/imam desa dalam menyakinkan kepala desa mengenai pentingnya ritual meagoliwu adalah demi terciptanya ldquo;keamanan rdquo; dalam masyarakat. Kondisi tersebut tercipta berkat komunikasi yang baik antara lembaga sara dengan kepala desa. Kata kunci: Kabupaten Buton Utara, Katingka, Zikir Masyarakat Koroni, Ritual Meagoliwu
This research aimed to study about the Katingka and Zikir in Tradition of Meagoliwu Ritual of Koroni People in North Buton Regency. The result showed that today the tradition of Meagoliwu ritual can be seen in three villages, those are Lasiwa, Laeya and Maligano Villages. In each of these villages, there are differentiations and similarities during the implementation of this ritual. Tradition of Meagoliwu Ritual in Laeya Village has some elements from Hindu faith while in Maligano Village has some elements from Islamic teaching. The implementation of the ritual does not run well due to the involvement of traditional institution in political intrigue within the community. Tradition of Meagoliwu Ritual in Lasiwa Village applies the two kinds of different ritual they are katingka with Hinduism elements and katingka with Islamic elements. Yet, those different elements do not bother the harmony within the society. The institution of Sara traditional institution traditional priest has the role to create the harmony within the society. The institution ensures Kepala Desa that the importance of ritual meagoliwu is for the society lsquo safety rsquo . The good communication between Sara Institution and Head of the Village embodied the safety. Keywords North Buton Regency, Katingka, Zikir of People in Koroni, Meagoliwu Ritual.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
D2041
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library