Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dedi Irawan
Abstrak :
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni 2015 di Desa Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat dan di Laboratorium Kimia, Universitas Indonesia dan bertujuan : Untuk mengetahui kandungan Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) pada Ikan Bandeng dan Sedimen di Pertambakan Bermangrove. Sampel berupa ikan bandeng dan sedimen diambil dari pertambakan bermangrove yang dibagi ke dalam enam stasiun. Masing-masing stasiun diteliti kandungan logam berat Kadmium (Cd) dan Kromium (Cr) di ikan bandeng dan Sedimen. Kandungan logam Cr yang ditemukan di ikan bandeng memenuhi kisaran 0.03-0.029 mg/kg. Ambang batas logam Cr di biota menurut Keputusaan Menteri Lingkungan Hidup tahun 2001 sebesar 0.005 ppm, artinya seluruh stasiun telah melampaui ambang batas. Untuk kandungan logam Cr di sedimen di kisaran 0.021-0.636 mg/kg. ambang batas logam Cr di sedimen menurut Swedish Enviromental Protection Agency (<40 mg/kg), mengacu pada standard tersebut maka logam Cr di sedimen belum melebihi ambang batas. ......The research was conducted in June 2015 Blanakan Village, Subang, West Java and Chemistry Laboratory, University of Indonesia and aims: To determine the content of Cadmium (Cd) and Chromium (Cr) in the Milkfish and Sediment in aquaculture. Samples of fish and sediment taken from aquaculture divided into six stations. Each station studied heavy metal content of Cadmium (Cd) and Chromium (Cr) in fish and sediments. Cr metal content found in fish meet the range of 0.03-0.029 mg/kg. Cr threshold in biota desperation by the Minister of Environment in 2001 amounted to 0.005 ppm, meaning the whole station has exceeded the threshold. Cr for the metal content in the sediment in the range of 0.021-0.636 mg/kg. Threshold of Cr in sediments according to the Swedish Environmental Protection Agency (< 40 mg/kg), refers to these standards, the Cr in sediments has not exceeded the threshold.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Kurniawan
Abstrak :
Schistosomiasis Japonicum merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh infeksi cacing Schistosoma, terdapat pada host siput Oncomelania Hupensis Linduensis. Penyakit Schistosomiasis atau demam keong di Indonesia bersifat endemik, untuk menghilangkan Schistosomiasis, mengendalikan populasi siput dianggap sebagai salah satu langkah pengendalian terpadu dalam mengendalikan penyakit Schistosomiasis. Telah diketahui dengan baik bahwa transmisi Schistosomiasis japonicum terkait erat dengan distribusi host perantara siput, yang bergantung pada karakteristik geografis dan faktor lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk membangun model analisis spasial penyebaran habitat siput dengan menggunakan data pengindraan jauh untuk mengekstraksi informasi indeks vegetasi NDVI , indeks kelembaban lahan TVDI , tutupan lahan, dengan data dukung kemiringan lahan, ketinggian, jarak dari sungai, jarak dari danau, temperature permukaan tanah, dan curah hujan. Penelitian yang dilakukan di Dataran Lindu dianalisis dengan stepwise regretion untuk mengidentifikasi faktor penentu ekologi kehidupan Oncomelania Hupensis Lindoensis. Hasilnya menunjukan bahwa TVDI, tutupan lahan, NDVI, dan LST merupakan variable yang paling signifikan dengan korelasi 85,9 dan tingkat keakurasian 87,03 . Dari analisis permodelan diketahui bahwa distribusi habitat Oncomelania hupensis menunjukan pola acak. Dengan mengetahui karakterisrtik sebaran habitat Oncomelania hupensis melalui analisis penginderaan jauh, diharapkan dapat dilakukan monitoring pergerakan habitat, sehingga langkah tersebut dapat digunakan untuk membantu pengendalian habitat dimaksud sebagai host penyakit schistosomiasis di Indonesia. ...... Schistosomiasis Japonicum is a parasitic disease caused by a worm infection of Schistosoma, found on the host Snail Oncomelania Hupensis Linduensis. Schistosomiasis or snail fever in Indonesia is endemic, to eliminate Schistosomiasis, controlling snail populations is considered as one of the integrated control measures in controlling Schistosomiasis disease. It is well known that the Schistosomiasis japonicum transmission is closely related to the distribution of hosted slug intermediaries, which depend on geographic characteristics and environmental factors. This research was conducted to build spatial analysis model of spreading of snail habitat by using remote sensing data to extract vegetation index information NDVI , land humidity index TVDI , land cover, with data of land inclination, altitude, distance from river, distance from lake , ground surface temperature, and rainfall. Research conducted in the Lindu Plains was analyzed by stepwise regretion to identify the ecological determinants of Oncomelania Hupensis Lindoensis life. The results show that TVDI, land cover, NDVI, and LST are the most significant variables with 85,9 correlation and 87,03 accuracy. From the modeling analysis it is known that Oncomelania hupensis habitat distribution shows random pattern. By knowing the characteristic of Oncomelania hupensis habitat distribution through remote sensing analysis, it is expected to monitor the movement of habitat, so that the step can be used to help control the habitat referred to as host of schistosomiasis disease in Indonesia.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library