Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aji Wicaksono
"Sejak diberlakukannya Jaminan Kesehatan nasional (JKN) pada 1 Januari 2014, ketersediaan obat merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama(FKTP). Analisis data trend ketersediaan obat dan vaksin indikator menunjukkan trend mendekati angka 80%. Akan tetapi, manajemen logistik obat belum berjalan dengan optimal di Indonesia sehingga masih terjadi kekosongan obat dari waktu ke waktu di fasilitas pelayanan kesehatan.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross-sectional untuk mengetahui faktor-faktor manajemen logistik obat yaitu perencanaan, pengadaan, distribusi, pembiayaan, manajemen informasi, dan SDM di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mempengaruhi ketersediaan obat dan vaksin indikator di puskesmas. Pemodelan yang dikembangkan pada studi ini adalah regresi logistik model determinan.
Hasil studi menunjukkan bahwa variabel determinan pada studi ini adalah distribusi dan perencanaan dengan SDM sebagai variabel confounding. Variabel distribusi di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap ketersediaan obat dan vaksin indikator di puskesmas. Kata kunci: ketersediaan obat dan vaksin, manajemen logistik obat, regresi logistik, puskesmas

Since the enactment of the National Health Insurance (NHI) on January 1, 2014, the availability of drugs is a very important aspect in health services at the primary health care facilities. Analysis of data trends on availability indicator drugs and vaccines shows a trend close to 80%. However, drug logistics management has not run optimally in Indonesia so there is still a stockout over time in health care facilities.
This research is quantitative with cross-sectional design to determine the factors of drug logistics management, namely planning, procurement, distribution, financing, information management, and human resources at the district /city health office that influence the availability of indicator drugs and vaccines in the public health center. The modeling developed in this study is a determinant logistic regression model.
The results of the study show that the determinant variables in this study are distribution and planning with human resources as a confounding variable. Distribution variables are the variables that most influence the availability of indicator drugs and vaccines at the public health center. Keywords: drug availability, drug logistics management, logistic regression, public health center.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amy Amanda Chitra Pahlawani
"Salah satu upaya dalam menjamin mutu suatu pelayanan kesehatan adalah tersedianya obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif, dan bermutu. Ketidakmampuan merencanakan kebutuhan obat dengan baik di tingkat Puskesmas, akan berpengaruh pada persediaan obat. Puskesmas akan mengalami persediaan obat yang berlebih (over stock) ataupun masalah kekosongan obat (stock out). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan perencanaan dan pengadaan obat di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten Way Kanan. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian non-eksperimental, data primer pada penelitian ini diperoleh berdasarkan pengamatan dan wawancara pada saat penelitian dilaksanakan, sedangkan data sekunder diperoleh dengan menelusuri dokumen-dokumen yang dapat mempertajam evaluasi pengelolaan obat di instalasi farmasi pada tahun 2019. Analisa data menggunakan analisis konten (data primer), serta analisis ABC dan VEN (data sekunder). Hasil wawancara dari para responden menunjukkan banyaknya faktor- faktor yang mempengaruhi dalam merencanakan kebutuhan obat. Tidak hanya sumber daya manusia yang berkaitan langsung dengan keakuratan data serta pengolahnnya, tetapi juga ketersediaan jenis obat oleh pihak penyedia yang terdapat dalam sistem aplikasi e-katalog juga merupakan faktor penting yang harus segera dicari solusinya, terutama oleh pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan hal tersebut, diantaranya pihak penyedia dan Kementerian Kesehatan sendiri.

One of the efforts in warranting the quality of a health service is the availability of complete type of medicines, sufficient amount, guaranteed efficiency, safe, effective, and qualified. The incapability to plan medicine requirement well in Public Health Center, will affect the medicine supply. The public health center will encounter over stock or even stock out the medicine supply. The purpose of this research is to evaluate the implementation of medicine planning and procurement in work territory of department of health of Way Kanan Regency. This research was conducted by non-experimental research arrangement, primary data in this research was obtained based on observation and interview during the research, meanwhile the secondary data was obtained by exploring the documents that can improve the evaluation of medicine management in the pharmacy installation in 2019. The data analysis used content analysis (primary data), and ABC and VEN analysis (secondary data). The interview result of the respondents shows the factors that affect the medicine requirement planning. Not only human resource directly related by the data accuracy and it is processing, but also the availability of the medicine type by the provider party in the e-catalog application system is also an important factor that needs immediate solution, especially by the parties directly related with that matter, such as the provider and the Ministry of Health.

Keywords: Medicine Requirement Plan, Public Medicine, Department of Health, Public Health Center

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiskus Randy
"Bromelain merupakan enzim yang tergolong jenis protease sistein. Bromelain diketahui memiliki efek penyembuhan inflamasi untuk penggunaan topikal. Bromelain memiliki ukuran 30-50 kDa. Ukuran ini membuat bromelain sulit untuk menembus lapisan kulit manusia. Nanoemulsi Bromelain (NEB) dipercaya dapat menyelesaikan permasalahan ini dan juga meningkatkan kestabilannya. Pada penelitian ini bertujuan mengoptimasi tiga formulasi (F) nanoemulsi menggunakan Tween 80 dan Span 60 sebagai surfaktan, asam oleat sebagai kosurfaktan, dan virgin coconut oil (VCO) dan minyak kelapa sawit sebagai fasa minyak. NEB dibuat dengan metode emulsifikasi energi tinggi menggunakan homogenizer dan sonikator. Sifat kestabilan nanoemulsi yang dievaluasi termasuk organoleptis, pH, viskositas, bobot jenis, indeks polidispersitas, dan ukuran droplet. Pada penelitian ini juga bertujuan untuk mengisolasi bromelain dari bonggol nanas (Ananas comusus [L.] Merr) yang dimurnikan dengan fraksinasi amonium sulfat dan lalu diikuti dengan dialisis. Setelah 30 hari penyimpanan, nanoemulsi F(2) ditemukan sebagai formula terbaik untuk mengenkapsulasi bromelain dengan sifat fisik dan kestabilan kimia yang baik. Formula ini menunjukkan penampilan fisik transparan yang memiliki diameter globul sebesar 37,42 nm dengan indeks polidispersitas 0,397. Hasil penilitian ini juga menunjukkan bahwa fraksi bromelain yang dihasilkan dari tiap tahap pemunian menunjukan peningkatan aktivitas spesifik. Aktivitas spesifik protease tertinggi didapatkan pada fraksi ammonium sulfat dengan konsentrasi 20-50% yaitu 152,045 U/mg dengan tingkat kemurnian 2,3 kali dibandingkan enzim kasar. Pemurnian lebih lanjut yaitu dengan dialisis dengan prinsip osmosis yang menghasilkan aktivitas spesifik bromelain sebesar 266,576 U/mg dengan tingkat kemurnian 4,0 kali dibandingkan enzim kasar. Berikutnya, fraksi bromelain yang paling murni dimasukkan ke dalam sediaan nanoemulsi F(2) secara post loading dengan pengadukan dan sonikasi selama 1 jam. Aktivitas anti inflamasi fraksi bromelain diuji secara in vitro berdasarkan metode stabilisasi membran HRBC dengan menggunakan sel darah merah, aspirin sebagai kontrol positif dan akuademin sebagai kontrol negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa bromelain fraksi dialisis memiliki kemampuan sebagai agen anti inflamasi dengan hasil persentase stabilitas sebesar 79,76%.

Bromelain is an enzyme belonging to the cysteine protease. It is known for topical use as debriment for inflammation treatment. Bromelain has the size of 30-50 kDa. This size making it difficult to penetrate the human skin layer. Nanoemulsion of bromelain (NEB) is promising to solve this problem and also increase its stability. The present study was conducted to optimate three formulation (F) of nanoemulsion by using Tween 80 and Span 60 as surfactant, oleic acid as a cosurfactant, and crude palm oil and virgin coconut oil as oil phase. NEB was made by high emulsification method with homogenizer and sonicator. Nanoemulsions stability properties was evaluated including organoleptic, pH, viscosity, density, polydispercity index and droplet size. In this study also aim to isolate bromelain from pineapple core (Ananas comosus [L.] Merr) which was purified by fractionation using ammonium sulfate and then followed by dialysis. After 30 days of storage, nanoemulsion F(2) was found to be the most appropriate formula to encapsulate bromelain with good physical and chemical stabilities. This formula showes clear visual appearance with globule diameter of 37,42 nm with polidispersity index of 0,397. The results showed that the fraction of bromelain obtained from each purification step showed an increase in specific activity. The highest specific activity of protease was found in 20-50% ammonium sulphate fraction of 152,045 U/mg with a purity level of 2,3 fold compared to crude enzyme. Further purification by dialysis with osmosis principle, the fraction of bromelain showed increasing of specific activity to 266,576 U/mg with a purity level of 4,0 fold compared to crude enzyme. Further, the most purified of fraction bromelain was encapsulated into nanoemulsion F(2) by post loading method. NEB was treated by stirring and sonicating for 1 hour. The anti inflammatory acitivity of bromelain fraction was tested as in vitro based on HRBC membrane stabilitation method by using red blood cell, aspirine as a positive control and aquademin as a negative control. These results showed that dialysis fraction of bromelain exhibits ability as anti inflammatory agent with percentage of stability 79,76%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Maghribul Falah
"Elektroforesis kapiler merupakan suatu metode pemisahan senyawa-senyawa berdasarkan perbedaan kecepatan mobilitas ion karena adanya perbedaaan tegangan tinggi yang diberikan. Pendeteksian yang digunakan adalah secara elektrokimia dengan menggunakan elektroda kerja yaitu Boron Doped Diamond (BDD) dengan terminasi Hidrogen yaitu Hydrogenated Boron Doped Diamond (H-BDD) dan sebagai pembanding, digunakan juga elektroda kerja Oxidized Boron Doped Diamond (O-BDD). Elektoda H-BDD digunakan sebagai elektroda kerja karena dapat lebih baik mengukur puncak arus senyawa Adenosin Fosfat yaitu AMP, ADP, dan ATP dibandingkan elektroda O-BDD. Diukur pula Adenin dan Adenosin sebagai data tambahan. Puncak arus ketiga senyawa adenosine fosfat sama yaitu 1,5 Volt sehingga diperlukan metode elektroforesis untuk dapat memisahkannya. Puncak arus tertinggi didapatkan pada kodisi pH 4 dalam larutan penyangga PBS (Phosphate Buffer Saline) dengan menggunakan elektroda H-BDD sedangkan pH 2 dengan menggunakan elektroda O-BDD. Kapiler yang digunakan berupa fused silica dengan diameter dalam yaitu 50 μm dan diameter luar yaitu 150 μm. Tegangan tinggi yang digunakan sebesar 10 kV dengan menggunakan power suplai tegangan tinggi. Perlu dilakukan perbaikan rancangan elektroforesis dan beberapa kendala lain untuk menghasilkan pengukuran yang baik.

Capillary electrophoresis is a method of separating compounds by ion mobility speed difference because of the different high voltage supplied. Detection used is electrochemically by using the working electrode is doped Boron Diamond (BDD) with Hydrogen termination, It is Hydrogenated Boron doped Diamond (H-BDD) and as a comparison, the working electrode is used also Oxidized Boron doped Diamond (O-BDD). H-BDD electrode is used as the working electrode as it can better measure the peak flow Adenosine Phosphate compounds are AMP, ADP, and ATP than O-BDD electrode. Adenine and adenosine is measured as well as additional data. The third current peak adenosine phosphate compounds are 1.5 Volt so that the necessary methods of electrophoresis to separate them. Highest peak currents obtained at pH 4 Events in PBS buffer solution (Phosphate Buffer Saline) using H-BDD electrodes while pH 2 using electrodes O-BDD. Capillaries are used in the form of fused silica with a diameter of 50 μm and the outer diameter of 150 μm. High voltage is used at 10 kV using a high voltage power supply. The need to restore the draft electrophoresis and several other obstacles to produce a good measurement.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia, 2015
S60933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Juniar
"ABSTRAK
Kriptan adalah ligan makrosiklik yang mampu membentuk kompleks dengan ion logam secara selektif berdasarkan kesesuaian ukuran jari-jari kation dengan ukuran rongga kriptan. Sifat kriptan ini dimanfaatkan untuk pemisahan logam-logam lantanida baik sebagai kelompok maupun individu.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan mekanisme dan kestabilan kompleks Sm(III) dan Yb(III) dengan menggunakan kriptan[2.1.1 ] dan kriptan[2.2.2B] pada ekstraksi pelarut. Untuk itu dipelajari pengaruh pH fasa air terhadap ekstraksi kedua ion logam dengan kriptan[2.1.1] dalam kloroform dan kriptan[2.2.2B] dalam toluen dengan pasangan ion klorida, pikrat dan asetat. Untuk mengetahui mekanisme ekstraksi, kestabilan kompleks kriptat yang terbentuk dan spesi yang terekstrak , dipelajari pengaruh pasangan ion asetat dan plcrat melalui efisiensi ekstraksi. Pengaruh variasi komposisi/kepolaran pelarut dipelajari dengan menggunakan pasangan ion klorida yang mempunyai selektivitas pemisahan yang paling besar.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pH berpengaruh pata pembentukan kompleks Sm(III) dan Yb(III)-kriptat[2.1.1] dan [2.2.2B] untuk pasangan ion klorida, pikrat dan asetat. Hasil pengukuran dengan spektrofotometer uv-vis menunjukkan stoikiometri M : L adalah 1 : 1. Spesi kriptan dominan yang berada dalam fasa air adalah LH+. Mekanisme ekstraksi adalah melalui pembentukan kompleks pasangan ion. Asetat dan pikrat dapat menggantikan sebagian klorida yang membentuk pasangan ion pada kompleks Sm dan Yb-kriptat[2.1.1] dan [2.2.2B]. Selain itu juga ditentukan secara kwalitatif kestabilan kompleks dengan berbagai pasangan ion. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kestabilan kompleks Sm(III) dan Yb(III)-kriptat path pH 5,0 meningkat dengan urutan asetat > pikrat > klorida, baik untuk kriptan[2.1.1 ] maupun untuk kriptan[2.2.2B]. Penambahan n-heksana pada ekstraksi Sm(III) dan Yb(III)kriptat klorida pada pH 5,0 dapat meningkatkan selektivitas ekstraksi dengan kriptan[2.1.1]. Sebaliknya, selektivitas menurun pada ekstraksi Sm(III) dan Yb(III) kriptat[2.2.2B]klorida dengan penambahan kloroform pada pelarut toluen.
Daftar Pustaka 28 (1964 - 1997 ).
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Raharto
"ABSTRAK
Modifikasi boron-doped diamond (BDD) dengan emas nanopartikel (AuNPs) telah dikembangkan untuk sensor elektrokimia (yaitu deteksi arsenik). Nanopartikel emas (AuNPs) disintesis dengan ekstrak bawang putih bertindak baik sebagai reduktor dan zat penstabil. Dengan kondisi optimum 1.602 mmol Au dari HAuCl4 dalam perbandingan dengan 1 gr ekstrak bawang putih pada pH=5 di bawah radiasi UV. Karakterisasi dari AuNPs menggunakan peralatan UV-Vis Spectrofotometer yang dikonfirmasi pada panjang gelombang 520 nm, dan Transmission Electron Microscope (TEM)  didapati ukuran partikel sebesar 3.420 +/- 1.740 nm.  AuNPs yang telah disintesis dimodifikasi pada permukaan BDD dengan teknik perendaman di bawah iradiasi UV pada panjang gelombang 254 nm. SEM EDX menunjukkan bahwa BDD dimodifikasi AuNPs dengan rasio Au: C = 36.59 : 62.53 (wt%)  dapat berhasil disiapkan.  Aplikasi BDD yang sudah dimodifikasi dengan nanopartikel emas juga sukses digunakan untuk mengukur kadar arsen secara random pada danau UI, dengan hasil negatip, tidak ada kandungan Arsen (As3+)  pada danau UI.  

 

Kata kunci   : Nanopartikel,  Emas, Green Synthesis, Ekstrak, Bawang putih, Boron Doped Diamond, Sensor, Arsen.


Modifications of boron-doped diamond (BDD) with gold nanoparticles (AuNPs) have been developed for electrochemical sensors (i.e. arsenic detection). Gold nanoparticles (AuNPs) synthesized with garlic extract act as both reducing agents and stabilizers. Under optimum conditions 1,602 mmol Au from HAuCl4 in comparison with 1 gr of garlic extract at pH = 5 under UV radiation. The characterization of AuNPs using a UV-Vis spectrophotometer was confirmed at a wavelength of 520 nm, and the Transmission Electron Microscope (TEM) found particle size of 3,420 +/- 1,740 nm. The synthesized AuNPs were modified on the BDD surface by immersion techniques under UV irradiation at 254 nm wavelength. SEM EDX showed that AuNPs were modified by BDD with Au: C = 36.59: 62.53 (wt%) ratio can be successfully prepared. The BDD application that has been modified with gold nanoparticles was also successfully used to measure arsenic levels randomly on UI lakes, with negative results, no Arsenic content (As3+) on UI lakes.

Keywords  :  Nanoparticles, Gold, Green Synthesis, Extracts, Garlic, Boron Doped Diamond, Sensors, Arsenic

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T52389
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library