Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 424 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reko Darsilo
Abstrak :
Penelitian-penelitian tentang kapasitas reverse link sistem wireless code division multiple access (CDMA) kurang menunjukkan kapasitas yang sebenamya karena hanya memperhitungkan pengaruh ketidak-sempurnaan pengendalian daya oleh shadowing hanya pada homecell (sel sendiri) saja atau pada sel-sel tetangga saja. Pada kenyataannya, shadowing pasti terjadi antara base station (BS) and mobile station (MS). Oleh karena itu tesis ini menganalisa secara matematis kapasitas reverse link sebuah sistem wireless CDMA yang mendukung layanan suara (kelas-1) dan data (kelas-2) secara terpadu dengan memperhatikan pengaruh pengendalian daya karena shadowing pada sistem selular dua-tier. Selain itu, pengaruh aktifitas suara dan variable spreading gain dari user kelas-2 terhadap kapasitas user kelas-1 dan pengaruh sektorisasi terhadap kapasitas kedua layanan tersebut juga dianalisa. Dari pengamatan dan analisa yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas sistem wireless CDMA diantaranya faktor aktifitas user, sektorisasi dan shadowing. Dengan pengendalian daya reverse link, apabila downlink shadowing lebih besar dari pada uplink shadowing, user akan mengirimkan daya lebih besar dari yang dikehendaki BS sehingga menimbulkan interferensi sesama user di BS. Interferensi juga dapat berasal dari user lain yang memiliki bit rate lebih besar (spreading gain kecii) karena bit rate yang besar rnemerlukan daya yang besar. Penurunan kapasitas karena shadowing sampai dengan 4 dB dapat diatasi dengan sektorisasi sel.
The existing researches on the reverse link capacity of a wireless code division multiple access (CDMA) system did not exactly represent its reverse link capacity. These were because they considered that the effect of shadowing was experienced by a home cell or other cells only. In fact, the shadowing absolutely exists between base station (BS) and mobile station (MS). So, this thesis mathematically analyzes the reverse link capacity of a CDMA system which supports integrated services (voice - class-1 and data -- class-2) that considers power control due to shadowing in a two tiers of a cellular system. In addition, the effect of variable spreading gain of class-2 users on class-1 users' capacity and by dividing cells into sectors are also observed. Observations and analyses show that some factors which determine the capacity of a wireless CDMA system such as user activity factor, sectorization and shadowing. In a reverse link power control, if downlink shadowing is higher than uplink shadowing, user will transmit power more than its actually required by the BS, so this power will cause interference to others. On the other hand, interference also comes from users who have a signal with a higher bit rate (has a small spreading gain) because a higher bit rate also requires a higher power. Capacity decaying due to shadowing up to 4 dB can be solved by using a cell sectorization.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T1284
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Hakim
Abstrak :
Komunikasi tanpa kabel pada masa depan akan menuju pada penyatuan beberapa jenis trafik yang berbeda seperti suara, data, gambar dan kompresi video. Untuk mendukung pelayanan ini, jaringan yang tersedia harus memiliki kemampuan dalam meyediakan berbagai macam kebutuhan termasuk rate dan QoS yang berbeda. Berbagai macam cara untuk mengontrol QoS pada sistem CDMA antara lain dengan menentukan nilai daya yang dikirim, processing gain dan jumlah kode yang digunakan. Penggunaan processing gain dan daya yang dikirim memberikan pengaruh yang besar pada unjuk kerja sistem CDMA Optimasi processing gain akan meningkatkan rentang kapasitas dan QoS, termasuk error rate yang rendah, throughput yang besar dan delay yang kecil. Dalam sistem kelas jamak menggunakan kode jamak, user data akan mendapatkan rate yang sama seperti user suara, sehingga level daya yang digunakan kedua jenis user tersebut sama. Hal ini akan mengoptimalkan unjuk kerja sistem. Tesis ini menganalisa perumusan matematis dari kapasitas multiclass CDMA dengan multicode. Dengan penggunaan multicode diharapkan unjuk kerja sistem akan meningkat.
Future services for wireless communication will lead to integrity of several different types of traffics such as voice, data, image and video compressing. To support these services, the available network must have the ability in providing various needs including different rate and QoS. Some ways to control the QoS in the CDMA system are choosing certain value of transmitted power, processing gain and number of codes. The use of processing gain and transmitted power give a great influence to the performance of CDMA system. Optimizing the processing gain will increase the range of capacity and also the QoS, including low error rate, large throughput and small delay. In a multiclass system using multicode, data users will have the same rate as voice users leading to the same level power used by both users. This will optimize the system. This thesis will further discuss mathematics derivation of cellular CDMA capacity for multiclass using multicode scheme. Using multicode, system performance will hopefully increase.
2001
T2261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prawiro Harjono
Abstrak :
Teknologi komunikasi tanpa kabel masa depan dituntut untuk mampu melayani aplikasi multimedia termasuk informasi suara dan data berkecepatan tinggi. CDMA adalah salah satu teknologi yang dapat diaplikasikan dan telah dibuktikan sebagai teknik akses jamak yang mampu untuk menyediakan berbagai macam kebutuhan layanan tersebut. Pada tesis ini akan dibahas analisa throughput dan kapasitas sistem multi sel dan multi kelas CDMA. Sistem multi sel dianalisa sampai dengan dua tier sedangkan sistem multi kelas dibagi menjadi 2 trafik yaitu kelas-1 untuk layanan suara dan kelas-2 untuk layanan data. Kinerja sistem dihasilkan dari perhitungan throughput untuk layanan kelas-2 dan perhitungan BER untuk layanan kelas-1. Analisa kapasitas dan throughput didasarkan pada pengaruh dari variasi kecepatan chip, kecepatan bit dan faktor aktivitas. Hasil analisa menunjukkan, dengan kecepatan chip yang lebih besar dapat memperbaiki BER yang dibutuhkan oleh tiap layanan informasi serta dapat meningkatkan kapasitas dan throughput sistem pada saat kondisi trafik padat. Sebaliknya, kecepatan bit yang lebih besar akan menurunkan kapasitas dan throughput total sistem. Semakin besar faktor aktivitas akan menaikkan throughput namun menurunkan kapasitas total sistem. Pengaruh interferensi pada sistem multi sel dan multi kelas dapat menurunkan throughput dan kapasitas total dari trafik informasi yang ditawarkan.
The future technology of wireless technology of wireless communication system must be able to serve a multimedia application, included voice and high speed data information. DS-CDMA is one of communication technology which can used and have been proved as technique of multiple access that capable to provide this service requirement. In this thesis, analysis of throughput and capacity are proposed for multi cell and multi class CDMA system. System of multi cell analyzed until two tier and system of multi class divided two classes of traffic that are class-1 far voice and class-2 for data services. Performance measurement is obtained in respect of throughput for class-2 traffic and BER for class-1 traffic . Analysis of throughput and capacity according to the effect of variable quality of services, chip rate, bit rate and activity factor. The result show that with larger chip rate can maintain the required BER of each information and achieve the capacity and throughput in high traffic condition. Otherwise, with larger bit rate will decrease total throughput and capacity. With larger activity factor will decrease total capacity but can increase throughput of system. The effect of interference in multi cell and multi class system can decrease throughput and total capacity of offered information traffics.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Sari
Abstrak :
Dalam tesis ini diajukan sistem gabungan multicarrier code-division multiple-access (Multicarrier CDMA) dengan skema Pure Aloha (P-Aloha) dan Slotted Aloha (S-Aloha), yang disebut multicarrier CDMA P-Aloha dan multicarrier CDMA S-Aloha. Analisa terhadap kedua sistem dilakukan terhadap salah satu parameter kinerja sistem yaitu throughput. Dalam sistem multicarrier CDMA P-Aloha dan multicarrier CDMA S-Aloha, data mula-mula dikonversi dari serial menjadi paralel. Data tersebut kemudian dimodulasi dengan direct sequence spread-spectrum (DS-SS) menggunakan kode penyebar yang spesifik pada setiap user, dan semua sinyal DS tersebut ditransmisikan secara paralel pada subcarrier yang berbeda-beda. Setelah dikodekan, data dikirim secara acak untuk sistem multicarrier CDMA P-Aloha, sedangkan pada multicarrier CDMA S-Aloha data dikirim pada permulaan time-slot sesuai mekanisme sistem S-Aloha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua sistem memiliki throughput yang tinggi untuk transmisi sinyal dengan laju tinggi, dan multicarrier CDMA S-Aloha memiliki throughput yang lebih tinggi daripada multicarrier CDMA P-Aloha. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa throughput kedua sistem semakin tinggi dengan meningkatnya jumlah subcarrier dan panjang kode single-carrier yang digunakan, sementara peningkatan panjang subpaket menurunkan throughput kedua sistem. Multicarrier CDMA Aloha memiliki throughput yang lebih baik dari CDMA Aloha.
This thesis proposes integrated systems consisting of multicarrier code-division multiple-access (Multicarrier CDMA) with Pure Aloha (P-Aloha) and Slotted Aloha (S-Aloha) schemes, named multicarrier CDMA P-Aloha and multicarrier CDMA S-Aloha, respectively. The performance analysis of both systems is stated as throughput, Multicarrier CDMA Aloha is proposed to improve the performance of CDMA Aloha. In multicarrier CDMA P-Aloha and multicarrier COMA S-Aloha the initial data is serial-to-parallel converted to a number of lower rate data streams. Each stream which consists of a part of the initial data called sub-packet will be then direct sequence spread-spectrum modulated using specific spreading code for each user, and all the DS-SS signals are transmitted in parallel on different subcarriers. The coded data is sent randomly in multicarrier CDMA P-Aloha system, whereas in multicarrier CDMA S-Aloha, the data is sent at the beginning of the time-slot according to the mechanism of S-Aloha system. Results show that both systems have high throughput for high bit rate signal transmission, and multicarrier CDMA S-Aloha outperforms multicarrier CDMA P-Aloha. It is also shown that the throughput of both systems improves as the number of subcarriers and the length of single-carrier code increase, while the increase of subpacket length degrades the throughput of both systems. Multicarrier CDMA Aloha has better performance compared to CDMA Aloha.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T8128
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Puji Utami A.
Abstrak :
Pada Tesis ini akan dibahas unjuk kerja modulasi kode trellis 4 state 8 phase-shift keying (TC 8PSK) dengan teknik diversitas rang Maximal Ratio Combining (MRC) pada kanal fading Nakagami serta adanya co-channel interference, (CCI) jamak yang diasumsikan besar dayanya sama. Analisa matematis dilakukan untuk mendapatkan persamaan bit error rate (BER) dari sistem model yang digunakan. Beberapa hasil perhitungan BER ditampilkan. Dari hasil terlihat bahwa unjuk kerja BER TC SPSK dengan teknik diversitas MRC diperburuk dengan kehadiran CCI, walaupun peningkatan jumlah cabang diversitas akan memperbaiki unjuk kerjanya.
This thesis presents the performances of trellis coded moddrlation 4 state 8 phase shift keying (I'C 8PSK) with space diversity maximal ratio combing (MRC) in a Nakagami fading channel in the presence of multiple equal power cochannel interferers. With mathematics analysis we have bit error rate (BER) from model system in used. Some of the result from BER calculation is shown. The result shown that the performances of BER TC 8PSK with MRC diversity more worst in the presence of cochannel interferers although more branch in diversity can repair the performances.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T9554
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Wulandari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisa kinerja integrasi metode akses inhibit and random multiple access (IRMA) dengan code division multiple access (CDMA) dan multi code CDMA yang disebut sebagai CDMA IRMA dan MC-CDMA IRMA, untuk diapalikasikan pada integrasi suara dan data dalam sistem komunikasi wireless. Kinerja yang akan dianalisa dinyatakan sebagai throughput dan outage probability. Pada CDMA IRMA, analisa kinerja dilakukan pada dua kondisi, yaitu : 1). Kanal dengan trafik data dan 2). Kanal dengan multi trafik. Kondisi trafik dimodelkan dan dianalisa dengan menggunakan "Markovian Process". Pada MC-CDMA IRMA, analisa akan dilakukan terhadap user data yang dibagi atas dua kelas dengan dibedakan atas nilai kecepatan transmisi yang diperlukan, yaitu data user kelas I denagan bit rate yang tinggi, dan data user kelas II dengan bit rate yang rendah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa throughput CDMA IRMA semakin tinggi apabila pentransmisian simultan data, kd ; pentransmisian simultan suara, kv ; processing gain data, nd dan processing gain suara, nv semakin besar, sedangkan outage probability akan semakin baik dengan p yang semakin besar. Throughput MC-CDMA IRMA semakin tinggi apabila jumlah kode, F dan processing gain, N semakin besar, sedangkan outage probability semakin baik dengan p yang semakin besar.
In this paper the performance of integration between inhibit and random multiple access (IRMA) with code division multiple access (CDMA) and multi code CDMA called as CDMA IRMA and MC-CDMA IRMA will be evaluated and analyzed. The performances are characterized as throughput and outage probability. CDMA IRMA and MC-CDMA IRMA use on voice and data integration, for CDMA IRMA, performance analysis is done for two conditions, namely : 1). Channel containing data traffic and 2). Channel containing multi traffic. Both channel conditions are modeled and analyzed using "Markovian Process". For MC-CDMA IRMA, the user data being analyzed is divided into two classes based on transmission rate needed, users of class I require transmission at a higher bit rate than those of class II. The research results that the throughput of CDMA IRMA increase as the value of number of simultaneous transmission data, kd; number of simultaneous transmission voice, kv ; data processing gain, nd and voice processing gain, nv, increase, while outage probability improves as the value of p increases. The throughput of MC-CDMA IRMA increases as the values of number of code, F and number of processing gain, N increases while the outage probability improves as the value of p increases.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T9958
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gatot Wahyudianto
Abstrak :
Penelitian ini membahas analisa kapasitas reverse link sistem makro/mikroselular CDMA dengan menggunakan pengaturan perbandingan daya yang diterima pada base station (BS) makrosel/mikrosel dan pemiringan sudut antena mikrosel (tilted antenna). Pada sistem model yang diusulkan ditempatkan masing-masing sebuah mikrosel pada setiap makrosel. Pada sistem tersebut makrosel dan mikrosel bekerja pada band frekuensi yang sama, tetapi level dayanya diatur berbeda untuk mendapatkan perbandingan yang optimum. Penggunaan band frekuensi yang sama oleh makrosel dan mikrosel menyebabkan terjadinya interferensi sehingga mempengaruhi kapasitas sistem. Pada sistem makro/mikroselular CDMA terdapat empat jenis interferensi, yaitu interferensi dari makrosel-mikrosel, interferensi dari mikrosel-makrosel, interferensi dari makroselmakrosel dan interferensi dari mikrosel-mikrosel. Dari hasil yang diperoleh penggunaan teknik pengaturan perbandingan daya (power ratio control) yang optimum menghasilkan kapasitas user makrosel lebih besar dibandingkan dengan teknik penyamaan daya yang diterima sama (equal power received) pada BS makrosel/mikrosel. Penggunaan pemiringan sudut antena mikrosel pada teknik pengaturan perbandingan daya dapat meningkatkan kapasitas sistem.
The reverse link capacity of macro/microcellular code-division multiple-access (CDMA) is obtained analytically in this research, which is using power ratio control technique and tilted microcell antenna. In the proposed system model, we placed a microcell at every macrocell. The macrocell and microcell are operating in the same frequency band. The different power received of both macrocell and microcell base stations are controlled to obtain the optimum power ratio. The use of the same frequency band of both macrocell and microcell causing the interference which is decreasing capacity of the system. In macro/microcellular CDMA systems, there exist four kinds of other cell interference. For example, the macrocell-tomicrocell interference, the microcell-to-macrocell interference, the macrocell-tomacrocell interference and the microcell-to-microcell interference. It is shown that the system capacity with power ratio control increase remarkably than the system with equal power receive of BS macrocell/microcell. Also, the optimum tilt angle of microcell antenna adds more capacity.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T10047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Fahmi Tadjuddin
Abstrak :
FWA atau fixed wireless access adalah suatu penyelenggaraan jaringan lokal tetap tanpa kabel dengan mobilitas yang terbatas. Dimana mobilitas yang terbatas adalah mobilitas jaringan akses pelanggan tetap lokal tanpa kabel yang dibatasi pada satu daerah operasi tertentu dengan satu kode area layanan jaringan tetap lokal. PT. Telkom sebagai operator jaringan FWA cdma2000-1X di Cirebon selalu berupaya memberikan kinerja jaringan yang baik. tingginya angka drop call jaringan FWA di Cirebon yang mencapai rata-rata 4,37 %, membuat PT. TELKOM mengusulkan optimasi guna memperbaiki kinerja jaringan FWA di Cirebon dengan dengan merujuk pada sebelas indikator dengan nilai standar tertentu yang disebut Key Performance Indikator (KPI). Optimasi dilakukan sebagai usaha untuk mencapai kondisi kinerja jaringan yang lebih baik. Karena berdasarkan data drive test, kinerja jaringan FWA di Cirebon belum memenuhi standar KPI. Melalui analisa data, rekomendasi dan implementasi perubahan parameter untuk memecahkan masaiah yang berasal dari sistem internal jaringan, diperoleh suatu kinerja jaringan yang secara umum lebih baik dari kondisi sebelumnya, meskipun belum semua indikator yang ada memenuhi standar KPI. Hal ini disebabkan karena selain faktor dalam jaringan sendiri, ada juga faktor luar yang tidak dapat dihilangkan seketika sehingga menyebabkan kinerja jaringan tidak dapat memenuhi seluruh standar nilai dalam KPI. Setelah pelaksanaan optimasi, secara keseluruhan kinerja jaringan menjadi lebih baik dengan luas cakupan area yang lebih baik dari sebelumnya dan drop call berhasil ditekan hingga mencapai rata-rata 2,27%.
FWA or fixed wireless access is an implementation of fixed wireless local network with limited mobility. Limited mobility means limited accessibility at only one operation area or one area code of fixed local network service. PT, Telkom as Fixed Wireless Access (FWA) cdma2000-1X network operator in Cirebon try to achieve a good network performance. High drop call rate in Cirebon's FWA network with average 4.37% makes PT.TELKOM give optimization solution to improve network performance based on eleven indicators with definite standardized value that called Key Performance Indicator (KPI). Optimization is implemented as en effort to achieve a better network performance, because based on drive test data, FWA's network performance in Cirebon has not met KPI's standard. By data analyzing, recommendation and implementation of hardware parameter changing to solve internal system problem, generally, better network performance has achieved after optimization has done, even though not all of indicators meet KPI standards. This is caused by the existence of some internal and external problems that could not eliminated at once, so that cause network performance could not meet all of standard value in KPI. At least after optimization has done, overall, FWA network performance in Cirebon improve better with wider coverage and drop call rate success to be pressed to average value 227%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linna Oktaviana Sari
Abstrak :
Sistem komunikasi berbasis code division multiple access (CDMA) dewasa ini berkembang sangat pesat. Untuk mendukung teknologi generasi ketiga atau third-generation (3G), CDMA diharapkan mampu memenuhi kebutuhan layanan audio, data, maupun video dengan kapasitas sistem yang besar. Layanan audio, data maupun video yang terdapat dalam suatu sistem CDMA dapat dipandang sebagai sistem multiclass CDMA. Pada kenyataannya, kapasitas CDMA dibatasi oleh interferensi, sehingga untuk meningkatkan kapasitas dilakukan dengan mengurangi interferensi. Salah satu metode untuk mengurangi interferensi adatah sektorisasi dan pengendalian daya. Pada penelitian akan dianalisa pengaruh pengendalian daya tak sempurna (imperfect power control) dan sektorisasi tak sempurna (imperfect sectorization) pada kapasitas user dari sistem CDMA arah reverse-link berdasarkan signal to interference ratio (SIR) dengan menggunakan beamforming pada pengirim mobile station (MS) dan penerima base station (BS). Kapasitas user dipengaruhi oleh jumlah elemen antena beamforming, jumlah sektor, besar sudut overlap akibat sektorisasi tidak sempurna., dan pengendalian daya tidak sempurna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas sistem multiclass CDMA menurun akibat pengendalian daya dan sektorisasi tak sempurna. Sektorisasi dengan antena beamforming menghasilkan kapasitas sistem multiclass yang lebih besar dibandingkan penggunaan antena beamforming tanpa sektorisasi. Peningkatan total jumlah elemen antena beamforming pada penerima BS dan pengirim CIS tidak selalu menghasilkan kapasitas sistem multiclass yang lebih besar, akan tetapi tergantung dari pendistribusian jumlah elemen antena beamforming pada penerima BS dan pengirim MS. Sektorisasi dengan antena beamforming menghasilkan kapasitas sistem multiclass lebih besar dibandingkan dengan sektorisasi tanpa antena beamforming. Kapasitas sistem multiclass optimum dicapai bila jumlah elemen antena penerima beamforming genap.
Communications systems based on code division multiple access (CDMA) are growing fast this day. To support third generation technology (3G), CDMA has been expected to fulfill requirements of audio, data, and video services with higher system capacity. Audio, data and video services in CDMA systems can be viewed as multiclass CDMA system. In practice, capacity of CDMA is limited by interferences, so that any reduction of the interference will directly cause capacity increases. Methods, such as sectorization and power control could reduce the interference. In this research, the impact of imperfect power control and imperfect sectorization to reverse-link user capacity of CDMA system based on signal to interference ratio (SIR) by using beamforming at mobile station (MS) transmitter and base station (BS) receiver will he analyzed. User capacities are influenced by number of antenna beamforming elements, number of sectors, overlap angle due to imperfect sectorization, and imperfect power control. Results of this research indicate that capacity of multiclass CDMA system decreases caused by the imperfect power control and imperfect sectorization. The system with sectorization using beamforming has large capacity of multiclass system than the system using beamforming without sectorization, The total addition of antenna beamforming elements at SS receiver and MS transmitter not always has large capacity of multiclass system, however depend on distribution of antenna beamforming elements at BS receiver and MS transmitter. The system with sectorization using beamforming has large capacity of multiclass system than the system with sectorization without beamforming. Optimum capacity of multiclass system achieved, when beamforming has even number of receive antenna elements.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Gerson
Abstrak :
Frekuensi Radio merupakan salah satu media transmisi yang penggunaannya sangat meningkat belakangan ini. Layanan-layanan yang dapat disajikan oleh Penyelenggara Telekomunikasi yang menggunakan Frekuensi Radio juga semakin beragam dari Narrow Band sampai Broad Band. Disisi lain spektrum frekuensi merupakan sumber daya alam yang terbatas sehingga harus dikelola secara efisien dan efektif. International Telecommunication Union telah menetapkan Peraturan Radio sebagai dasar kebijakan setiap Regulator dalam pengaturan frekuensi radio. Dalam Radio Regulation penggunaan frekuensi radio telah dibagi menjadi alokasi frekuensi-alokasi frekuensi tertentu seperti untuk layanan-layanan: FIX, MOBILE, AMATIR, SATELITE, dan sebagainya. Dengan layanan-layanan yang berbeda tersebut ITU juga menetapkan melalui Rekomendasi ITU khususnya untuk sejumlah layanan yang dapat menggunakan pita frekeunsi radio secara bersama (sharing). Dalam hal ini pembagian penggunaan bersama ini dapat melalui pola: lokasi yang sama, pita frekuensi yang sama dan pola pembagian waktu operasi. Pada penelitian ini akan dibahas tentang evaluasi penataan spektrum frekuensi radio pada pita 3.5 GHz sehingga pola-pola penggunaan bersama spektrum frekuensi dapat diterapkan dan tidak saling mengganggu antar pengguna. Evaluasi ini difokuskan terhadap optimalisasi penggunaan transponder satelit Extended C band dan optimalisasi penggunaan pita frekuensi pengguna BWA dikaitkan dengan kontribusi PNBP BHP frekuensi. Dari hasil evaluasi kontribusi PNBP frekuensi ini akan didapatkan gambaran yang jelas arah kebijakan sharing penggunaan pita frekuensi. Hasil evaluasi penggunaan transponder yang tidak optimal akan dapat dijadikan salah satu alternatif pemanfaatan spektrum frekuensi untuk layanan BWA/WiMAX pada frekuensi 3.5 GHz. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan evaluasi data-data pengguna BWA eksisting, ternyata ada sejumlah kanal yang digunakan diluar 5 kanal sharing. Dengan demikian kanal-kanal frekuensi tersebut dapat direncanakan sebagai kanal peruntukan BWA berbasis WiMAX 3.5 GHz. Akhirnya dengan didapatkan pola penggunaan bersama pita frekuensi 3.5 GHz, kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan tetapi tidak mematikan bisnis penyelenggara telekomunikasi yang lain.
Radio frequency is a telecommunications transmission media is increasingly in using recently. The operator could deliver varieties of telecommunications services. One of the services is Broadband Wireless Access (BWA). International Telecommunications Union (ITU) has been established Radio Regulation as a basic law in telecommunications for each ITU state member. ITU has also recommendations. One of the recommendations is frequency sharing between one service with other service, such as Fixed Satellite Service (FSS) sharing with Fixed Service (FS). Frequency sharing method could be as location sharing, band sharing, and time-sharing. Directorate General of Posts and Telecommunications had published The Directorate decree number 199 year 2000 regarding Frequency sharing on 3.4 - 3.7 GHz band used by FSS and FS. Factual condition, frequency sharing was difficult be implemented as a step-by-step procedural as mentioned in the decree. Some harmful (interference from FS to the FSS user also reported by satellite operator. This thesis would be studied about radio frequency evaluation used 3.5 GHz band, and also studied another frequency sharing method that could be applicable, and the important think is harm full interference between different services could be minimized. This evaluation also concern about frequency utilize and revenue non-tax contribution. By this evaluation, an alternative policy regarding frequency sharing on 3.5 GHz band would be get, and new technology such as WiMAX could be implemented as co-existence with other services. According to the result of the research had be done base on the existing user data of BWA 3.5 GHz, there are some channeling frequency could be planned for WiMAX system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>