Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Hidayat
"Selama ini eksplorasi mineral bijih besi dilakukan dengan mencari singkapan batuan mineral bijih besi, pemetaan lapangan, dan pengeboran, untuk mengetahui potensi mineral bijih besi pada suatu daerah. Namun kegiatan ini membutuhkan waktu yang lama dan biaya besar, terutama untuk daerah yang luas, sehingga seringkali sulit untuk dilakukan. Pemetaan sebaran potensi mineral selama ini menggunakan pengembangan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan penginderaan jauh, pada penelitian ini akan dilakukan dengan mengintegrasikan beberapa jenis data spasial, untuk mendapatkan wilayah yang memiliki potensi mineral bijih besi, dimana pada penelitian ini akan menggunakan pendekatan rasio komposit untuk klasifikasi awal dan analisis PCA (Principal Components Analysis) atau "Crosta Technique", dengan sensor Citra Landsat 7 ETM+ yang digunakan untuk interpretasi dan klasifikasi dalam menggambarkan daerah potensi mineral bijih besi dan kemudian diintegrasikan dengan data-data spasial lainnya, seperti; geologi, topografi, data pengamatan lapangan/sampling dan sebagainya dengan menggunakan model Weight of Evidence. Dalam rangka upaya untuk mendapatkan hasil analisa yang akurat.
ABSTRACT
During the exploration for iron ore minerals is done by looking for iron ore mineral outcrop, field mapping, and drilling, to determine the mineral potential of the iron ore in the area. However, this activity takes a long time and huge cost, especially for large area, so it is often difficult to do. Mapping the distribution of mineral potential for the development of applications using Geographic Information Systems (GIS) and remote sensing, in this study will be done by integrating several types of spatial data, to get the areas with high potential iron ore mineral, which in this study will use a composite ratio approach for initial classification and analysis of PCA (Principal Components Analysis) or "Crosta Technique", with sensor Landsat 7 ETM+ were used for interpretation and classification in describing areas of potential mineral ores and then integrated with spatial data, such as; geology, topography , field observation data / sampling and so on by using the model "Weight of Evidence". In an effort to obtain an accurate analysis results."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mataburu, Ilham B.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T39433
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sutikno
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S33720
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muharam Bayu Tri Nugroho
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S33910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rycky Kusmana
"Tanaman Akar wangi (Vetiveria zizaniodes) termasuk famili Gramineae, merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup potensial di Indonesia. Tanaman Akarwangi ini pula hanya terdapat di Kabupaten Garut propinsi Jawa Barat. Hingga saat ini, produktifitas dari tanaman Akarwangi masih perlu ditingkatkan agar dapat bersaing dengan Negara lain dalam penentuan nilai jualnya. Dari hal ini, perlu adanya peningkatan produktifitas yaitu dengan adanya perluasan luasan tanaman Akarwangi. Di dalam penentuan perluasan luasan tanaman Akarwangi maka perlu dilakukan penentuan wilayah kesesuaian, wilayah potensial lalu prioritas pengembangan lahan untuk tanaman Akarwangi. Kecamatan yang merupakan wilayah prioritas pengembangan dengan kriteria tinggi terdapat pada kecamatan Tarogong kaler dengan luas 657 Ha dan Kecamatan Cilawu dengan luas 178 Ha.

Plant Vetiver (Vetiveria zizaniodes) included in the family Gramineae, that's one of the essential oil-producing plants enough potential in Indonesia. This is just a Akarwangi plant in Garut, West Java province. Until now, the productivity of the crop Akarwangi still needs to be improved in order to compete with other countries in the determination of the value of price. From this, it is necessary an increase in productivity, with the expansion of the Akarwangi plants expressing. In the determination of Akarwangi plants expressing the expansion needs to be done then the determination of the suitability of potential priority areas, and the development of land for the plant Akarwangi. Kecamatan development priority area with high criteria contained on sub Tarogong kaler's stars with an area of 657 Ha and Sub Cilawu with an area of 179 Ha."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S57397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Arvianza
"Hutan rakyat tidak hanya memberikan keuntungan ekonomis bagi pemiliknya. Hutan rakyat juga berkontribusi dalam meningkatkan daya fungsi ekologis bagi lingkungan sekitarnya. Salah satu potensi dari hutan rakyat adalah biomassa. Biomassa memiliki peranan dalam perencanaan hutan dan informasi karbon. Hutan rakyat dianggap potensial bagi pengembangan biomassa karena areal dan pemiliknya yang jelas. Kecamatan Cibingbin merupakan wilayah pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Kuningan. Penelitian ini memanfaatkan data survei lapang dan data citra ALOS AVNIR-2, serta menggunakan persamaan allometrik dan uji regresi untuk mengetahui sebaran hutan rakyat dan biomassanya di Kecamatan Cibingbin. Hutan rakyat tersebar di setiap desa di Kecamatan Cibingbin dengan jenis tanaman jati, sengon, dan mahoni dengan lebih dari 60% berumur kurang dari 5 tahun. Biomassa hutan rakyat di Kecamatan Cibingbin memiliki hubungan dengan NDVI dengan nilai R2 sebesar 0,339. Biomassa hutan rakyat berkisar 0-70 ton/ha yang banyak tersebar di bagian utara dan selatan Kecamatan Cibingbin. Ketinggian lokasi tidak berpengaruh besar terhadap nilai biomassa sedangkan semakin terjal lereng menunjukan nilai biomassa yang semakin rendah.

Public forests not only provide economic benefits for the owner. Public forests also contribute in enhancing the ecological function to the surrounding environment. One of the potential of public forests is biomass. Biomass has a role in the planning of forest and carbon information. Public forests are reputed a potential for the development of biomass because it has a clear area and their owners. Kecamatan Cibingbin is a development area of public forests in Kabupaten Kuningan. This study utilizing field survey data and image data ALOS AVNIR-2, and using equations allometrik and regression test to determine the distribution of forests and biomass in the Kecamatan Cibingbin. Public forests are spread in every village in the Kecamatan Cibingbin with plants teak, sengon, and mahogany with more than 60% younger than 5 years. Forest biomass in the Kecamatan Cibingbin have a relationship with NDVI with the value of R2 is 0,339. Forest biomass is about 0-70 tons/ha are widely spread in northern and southern sub Cibingbin. Altitude greatly affects the value of biomass, whereas increasingly the steep slope shows the lower value of biomass."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S348
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jamal H.
Universitas Indonesia, 2009
T39423
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Sunandar
"Terjadinya pertumbuhan penduduk yang tinggi akan membutuhkan prasarana dan sarana yang tinggi, sedangkan kapasitas lahan untuk mendukung penyediaan prasarana dan sarana di Kota Jakarta terbatas, sehingga ruang hijau sebagai sarana untuk menyerap CO2 menjadi sangat terbatas. Karakteristik ruang hijau diidentifikasi melalui survey lapangan pada 158 lokasi. NDVI didapatkan dengan mengolah Citra Aster yang selanjutnya dilakukan analisis Regresi Linier untuk mengetahui keterkaitan antara biomassa hijau, ketebalan tajuk, kerapatan tajuk persentase tutupan tajuk dan persentase tutupan vegetasi bawah dengan nilai NDVI. Hasil perhitungan estimasi daya serap CO2 ruang hijau di DKI Jakarta didapatkan hasil sebesar 61.597,65 Kg. Kebutuhan teoritis ruang hijau yang didapatkan dari hasil perhitungan metode Wisesa didapatkan hasil kebutuhan ruang hijau DKI Jakarta sebesar 2.927.648 Km2 atau sebesar 44,20%. Kemudian dengan menggunakan analisis spasial dilakukan kesetaraan antara nilai kebutuhan teoritis ruang hijau dan luas ruang hijau dengan pendekatan regional dikaitkan dengan hasil intepretasi temperatur permukaan dan pola penggunaan lahan eksisting 2008, sehingga didapatkan tingkat kebutuhan ruang hijau di DKI Jakarta Tahun 2009 memperlihatkan gambaran kebutuhan ruang hijau rendah pada sebagian selatan dan timur wilayah Jakarta, namun semakin menuju pusat DKI Jakarta semakin tinggi tingkat kebutuhan ruang hijaunya, yaitu Kecamatan Gambir, Senen, Johar Baru, Sawah Besar, Taman Sari, Tambora, Palmerah dan Matraman yang berada pada tingkat kebutuhan kritis atau khusus dikarenakan kebutuhan ruang hijau yang sangat tinggi, input CO2 yang tinggi dengan jumlah penduduk serta aktifitasnya yang padat, namun kurangnya luas wilayah yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang hijau.

Occurrence of high population growth will require the infrastructure and facilities is high, while the capacity of land to support the provision of infrastructure and facilities in the city of Jakarta is limited, so the green space as a means to absorb CO2 becomes very limited. Characteristics of green space are identified through field surveys in 158 location. NDVI obtained by processing Aster images the next conducted Linear regression analysis to determine the link between green biomass, thickness of the canopy, canopy density and percentage canopy cover percentage of vegetation cover under with the NDVI values. The calculated estimate of CO2 absorption of green spaces in Jakarta to get the results of 61,597.65 kg. Theoretical needs green space obtained from the results of the calculation method obtained results Wisesa green space requirement for DKI Jakarta 2,927,648 km2, or by 44.20%. Then by using spatial analysis is equality between the value of the theoretical requirement of green space and green space area with a regional approach to interpret the results associated with the surface temperature and the existing land use pattern in 2008, so get the green space requirements in Jakarta in 2009 shows the image of a green space requirement low in some southern and eastern areas of Jakarta, but more toward the center of Jakarta higher the rate of green space requirement, namely Gambir, Senen, Johar Baru, Sawah Besar, Taman Sari, Tambora, Palmerah and Matraman District which is at the level of critical or special needs due to green space requirements are very high, high CO2 input to the population and its activities are solid, but the lack of an area that can be used as green space."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T39438
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sila Sakti
"Bogor (Kabupaten dan Kota Bogor) dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi akan berdampak pada semakin berkembangnya lahan terbangun dan semakin berkurangnya tutupan vegetasi. Berkurangnya tutupan vegetasi akan berdampak secara langsung pada suhu permukaan daratan yang semakin panas karena semakin banyak panas matahari yang diserap oleh permukaan. Suhu permukaan daratan yang semakin tinggi menyebabkan ketidaknyamanan bagi masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat fenomena perubahan suhu permukaan daratan di Bogor serta kaitannya dengan perubahan kerapatan vegetasi. Data suhu permukaan diperoleh dari pengolahan citra landsat TM. Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan (spasial) untuk menganalisis perubahan suhu permukaan daratan dan pendekatan ekologi untuk menganalisis hubungan suhu permukaan daratan dengan kerapatan vegetasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan suhu permukaan daratan di Bogor memiliki pola menyebar dengan pusat di Kota Bogor. Perubahan suhu permukaan daratan sejalan dengan perubahan tutupan vegetasi. Semakin rendah kerapatan tutupan vegetasi semakin tinggi suhu permukaan daratan. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi kerapatan tutupan vegetasi semakin rendah suhu permukaan daratan.

Bogor (Bogor Regency and City) with high population growth will have an impact on the development of land up and the reduction in vegetation cover. Reduced vegetation cover will have a direct impact on land surface temperature getting hotter as more and more solar heat is absorbed by the surface. High land surface temperatures cause inconvenience to the public.
This study aims to look at the phenomenon of the land surface temperature changes in Bogor and its relation to changes in vegetation density. Surface temperature data derived from Landsat TM imagery processing. This study uses a spatial approach (spatial) to analyze changes in land surface temperatures and ecological approach to analyze the relationship between land surface temperature with vegetation density.
Results of this study indicate that changes in land surface temperatures in Bogor has a diffuse pattern in the center of the city of Bogor. Land surface temperature changes in line with changes in vegetation cover. The lower the density of vegetation cover higher land surface temperature. The higher the density the lower the vegetation cover land surface temperature.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52415
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lady Hafidaty Rahma Kautsar
"Pembangunan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) ditahun 1970-an meningkat dratis karena didukung pemerintah melalui Nota Dinas Gubernur DKI Jaya (DKI Jakarta), sehingga banyak taman (ruang terbuka hijau atau RTH) dialihfungsikan menjadi SPBU. Kini untuk memenuhi target RTH (13,94% RTH berdasarkan RTRW DKI Jakarta 2010), kebijakan tersebut berubah melalui Keputusan Gubernur Nomor 728 tahun 2009 dan Instruksi Gubernur Nomor 75 tahun 2009. Tercatat 27 unit SPBU harus dikembalikan fungsi lahannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian alihfungsi SPBU-Taman menjadi RTH berdasarkan pendekatan site and situation. Penelitian dibatasi pada SPBU-SPBU yang belum sepenuhnya menjadi RTH. Metode yang digunakan adalah kombinasi metode AHP dan metode rangking. Site untuk variabel rawan banjir, luas dan status SPBU, status tanah. Situation untuk variabel ruang publik lain, ketersediaan SPBU lain, pelayanan SPBU, segmen jalan, dan proporsi ruang terbangun. Analisa penelitian menggunakan analisa deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan tiga dari lima SPBU sesuai dialihfungsikan menjadi taman (RTH).

The construction of public refueling stations (gasoline stations) in 1970 increased drastically due to the government support through a Memorandum Office of the Governor of DKI Jaya (DKI Jakarta), which lead to a number of the park (green open space or RTH) converted into a gasoline station. Now, to meet the target of RTH (13.94% RTH based RTRW DKI Jakarta 2010), the policy was replaced by Decree No. 728 of 2009 and Governor Instruction No. 75 of 2009. It was recorded that land function of 27 gasoline stations unit must be returned.
The aim of this study is to determine the suitability of change of function of gasoline stations-Park with green open space using site and situation based approach. The method used is a combination of AHP and ranking method. Site for flood-prone variable, space of the gasoline station, the status of the land. Situation for variables of other public space, the availability of other gasoline stations, service gasoline stations, road segments, and the proportions of the room built. Analysis of the research used quantitative descriptive analysis. The results showed that three of the five gasoline stations were suitably to be converted into a green open space (RTH).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>