Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umu Atiyah Dyah Utami
"RSSD harus dapat mengikuti perkembangan dan menghasilkan keuntungan agar kelangsungan hidup rumah sakit dapat dipertahankan dan berkembang. Dari segi pemasaran perlu dilakukan analisa segmentasi agar RSSD dapat lebih fokus dan terarah dalam melakukan kegiatan pelayanannya. Pada penelitian ini dilakukan segmentasi geografis, demorafis dan psikografis terhadap pengguna pelayanan rawat jalan sebagai bahan penetapan pasar sasaran, pemilihan pola pasar sasaran dan penetapan posisi. Penelitian bersifat deskriptif dan analitik dengan melakukan survey terhadap 100 responden menggunakan kuesioner berstruktur. Hasil segmentasi geografis dan demografis menunjukkan bahwa segmen pasar terbesar adalah pelanggan berasal dari Kelurahan Jatijajar, perempuan dengan usia produktif, tingkat pendidikan SMU/MA, bekerja sebagai IRT dan karyawan swasta dengan penghasilan 1-2,5 juta rupiah. Hasil segmentasi psikografis didapat bahwa kebanyakan pelanggan berkemauan sendiri untuk datang berobat dan membayar sendiri biayanya. Memilih berobat ke RSSD karena dekat dengan tempat tinggal dan telah memanfaatkannya lebih dari 3 tahun. Pola pemilihan pasar sasaran dengan spesialisasi selektif pada segmen menengah ke bawah dan karyawan. Pelayanan yang professional, cepat dan terjangkau adalah positioning yang ditujukan kepada pelanggan. Rencana strategi pemasarannya dengan pengembangan produk.

Simpangan Depok hospital must be development and to get profit for sustainable hospital and expansion. On the marketing side need a segmentation analyze for the Simpangan Depok hospital more focus and direct to services activities. Geographic, Demographic and Psycho-graphic segmentation processes were carried out in this study on outpatient services to analyze the facility users and the potential market in order to establish target market and its pattern, and the positioning. The study is descriptive and analytic, using primary data from a survey that involved l00 respondents with structure?s questioner. The Geographic and Demographic segmentation shows that the largest market segment is patients coming from sub~district Jatiiajar, the female with productive of age, high school educated, employees of private companies and wife~house who make between 1-2.5 million rupiahs every month. The Psycho-graphic segmentation reveals that most patients are coming alone for medicine and pay for it. They are coming to hospital because near from their house and make used more than 3 years. These researches also establish concentrations on segment are under middle social economic class and employeses. The professional, rapid and low price are positioning for customers. Marketing strategic is product development."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33268
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ralind Remarla
"Dalam penelitian Computer Aided Diagnose (CAD) Radiografi Paru pasien dewasa dengan metode Fuzzy C Means (FCM), telah dilakukan dalam keadaan tahap awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode clustering FCM dapat digunakan untuk membuat perangkat penolong untuk melihat abnormalitas pada paru-paru dari 200 data citra Radiografi sinar-X. Pembuatan perangkat dilakukan dengan menggunakan GUI pada Matlab.
Perancangan di bagi menjadi dua metode menggunakan metode FCM otomatis dan manual kemudian untuk mengetahui perbedaan nilai piksel digunakan metode ambang rata-rata. Kedua metode ini berdasarkan intensitas derajat keabuan 0-256. Metode FCM digunakan untuk melihat visualisasi abnormalitas secara cepat dan mengetahui garis besar posisi yang abnormal. Kemudian diteruskan dengan segmen kotak dari metode ambang rata-rata untuk mengetahui perbedaan nilai pixel citra abnormalitas dan yang normal.
Hasil penelitian nenujukkan bahwa, Kinerja Metode FCM Akurasi 57,7%, sensitifitas 50,0%, spesifikasi 89,5% , Overal Error 42,3% dan Presisi 95,1%. Sedangkan metode Segmen per kotak Akurasi 56,7%, sensitifitas 51,7%, spesifikasi 88,5% , Overal Error 43,3% dan Presisi 96,7%. berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa Metode FCM dalam paru hanya bisa menunjukkan visual secara cepat dan garis besar namun tidak memberikan akurasi yang cukup memuaskan, hal ini di karenakan data input yang random tidak dapat dijadikan patokan untuk ukuran keberhasilan.

In the study Computer Aided Diagnose (CAD) Lung Radiography adult patients with Fuzzy C Means (FCM), has been carried out in a state of infancy. This study aims to determine whether the FCM clustering method can be used to make the device helper to see abnormalities in the lungs of 200 image data of X-ray radiography. Making the device is done by using the GUI in Matlab.
The design is divided into two methods using automated and manual methods FCM then to determine differences in pixel value threshold method is used on average. Both methods are based on the intensity of gray 0-256 degrees. FCM method is used for visualizing abnormalities quickly see and know the outline of an abnormal position. Then forwarded to the segment boxes of the average threshold method to determine differences in pixel values abnormalities and normal image.
That research results, performance FCM method Accuracy 57.7%, 50.0% sensitivity, 89.5% specification, Overal Error 42.3% and 95.1% precision. While the method of segment per box Accuracy 56.7%, 51.7% sensitivity, 88.5% specification, Overal Error 43.3% and 96.7% precision. based study concluded that the method of FCM in the lungs can only show rapid visual and outline but does not give a satisfactory accuracy, it is in because random input data can not be used as a benchmark to measure success.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43858
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurizati
"ABSTRAK
Telah dilakukan pengukuran dosis yang diterima janin pasien radioterapi dengan menggunakan simulasi perhitungan Monte Carlo DOSXYZnrc. Diandaikan pasien kanker payudara dan diberi radioterapi pada daerah dada dengan sinar-x 2 MeV, lapangan tangensial 6 x 16 cm2 dan supraclave 14 x 5.8 cm2 (kategori kecil), tangensial 9 x 15 cm2 dan supraclave 17.7 x 8.6 cm2 (kategori sedang), dan tangensial 8.5 x 19 cm2 dan supraclave 20.4 x 11.4 cm2 (kategori besar), serta lapangan tangensial 6 x 16 cm 2 , 9 x 15 cm2, dan 8.5 x 19 cm2 untuk pasien yang hanya menerima perlakuan tangensial. Jarak antara tepi lapangan radiasi dengan posisi titik pengukuran dibuat bervariasi dengan asumsi letak janin yang berubah sesuai umur kehamilan dan diamati pada tiap trimester kehamilan. Pada setiap jarak tertentu, perhitungan dosis dilakukan pada 3 kedalaman berbeda yaitu 2, 5, dan 10 cm. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dosis janin akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman, berkurangnya luas lapangan, dan maksimum pada saat jarak antara tepi lapangan dengan posisi janin terdekat.

ABSTRACT
The fetal dose that received at radiotherapy patient was measured by using Monte Carlo DOSXYZnrc simulation calculations. Patient was regarded breast cancer patients and given radiotherapy to the chest area with 2 MeV x-ray beam, field tangential 6 x 16 cm2, and 5.8 x 14 cm2 supraclavicula (small categories), field tangential 9 x 15 cm2 and 17.7 x 8.6 cm2 supraclavicula (medium categories) and tangential 8.5 x 19 cm2 and 20.4 x 11.4 cm2 supraclavicula (large category), as well as field tangential 6 x 16 cm2, 9 x 15 cm2, and 8.5 x 19 cm2 for patients who received only tangential treatment. Distance between the radiation field edge to the position of measurement point varies with assumption that the changing according the location fetal gestation and observed at each trimester of pregnancy. At any given distance, the dose calculations performed at 3 different depths of 2, 5, and 10 cm. The calculations show that the fetal dose will decrease with increasing depth, decreasing of the area field, and at the time of maximum distance between the edge of the field with a fetal position nearby."
Lengkap +
2010
T29106
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deinar Fadriahz
"ABSTRAK
Dalam radioterapi selain lapangan simetri dapat pula menggunakan lapangan asimetri untuk terapi pasien dengan kasus kanker payudara, nasopharynx dan lumbal pelvis. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur distribusi dosis pada fantom akrilik untuk lapangan simetri dan asimetri sinar-x 6 MV dengan variasi kedalaman menggunakan PTW 2D Array.
Metode yang digunakan adalah mengukur data untuk PDD lapangan simetri-asimetri (16x16 dan 20x20) cm pada variasi kedalaman 0.5, 1.5, 1.8, 3.0, 5.0, and 10.0 cm. serta mengukur dosis pada daerah tepi lapangan sampai tengah lapangan untuk kedalaman 1.8, 3.0, 5.0, and 10 cm.
Hasil PDD dibandingkan antara data TPS dengan data PTW 2D Array. setelah kedalaman maksimum nilai PDD untuk lapangan simetri-asimetri menunjukan kecocokan dengan kalkulasi TPS dengan pernabdingan perbedaan hanya sampai 3% untuk lapangan simetri dan sampai 5% untuk lapangan asimetri. Untuk lapangan asimetri rasio antara daerah tepi lapangan dengan tengah lapangan kurang dari 1.0 % dengan rata-rata 0.86  0.01. Profil untuk lapangan asimetri menyerupai lapangan yang menggunakan wedge sempit dari tepi lapangan sampai dengan titik pengukuran 7 cm. Biasanya 2 lapangan asimetri digunakan untuk melindungi organ/jaringan sehat disekitar kanker dari dosis radiasi yang berlebihan. Perbandingan tepi lapangan dengan tengah lapangan sekitar 86%. Pada jarak 3 cm dari tepi lapangan dosis meningkat sekitar 90%. Oleh karena itu maka lapangan asimetri ini dapat digunakan untuk PTV pada jarak 3 cm dari tepi lapangan asimetri. Nilai PDD untuk lapangan simetri dapat pula digunakan untuk lapangan asimetri. Tidak ada perbedaan antara nilai PDD untuk lapangan simetri-asimetri dari eksperimen dengan kalkulasi TPS.

ABSTRAK
In radiotherapy besides symmetrical fields, it is common also to use asymmetrical fields such as for treatment of patients with cancer of breast, nasopharynx, and lumbal pelvis. In this work dose distribution in acrylic phantom from symmetrical and asymmetrical fields of 6 MV X ray beams were measured at various depth using PTW 2D array ion chambers.
Methods: Data for PDD (percentage depth dose) for symmetrical and asymmetrical fields of 6 MV X ray beams with the size of 16 x 16 cm and 20 x 20 cm were collected from measurements at the depth of 0.5, 1.5, 1.8, 3.0, 5.0, and 10.0 cm. At 1.8, 3.0, 5.0, and 10 cm depth, dose at several points close to edge-blocked area was also investigated.
Results: After maximum depth, PDD for symmetrical and asymmetrical fields indicated good match with those TPS calculations, with difference up to 3% and 5% for symmetrical and asymmetrical field. For asymmetrical field ratio between dose at edge blocked point with that at center field point was always less than 1.0, at the average of 0.86  0.01, for those two fields and at all measured depths, however it is still higher than that occurred at other edge. However profile at asymmetrical side tend to simulate wedged field with small inclination from edge block point up to about 7 cm distance.
Discussions : Usually two opposing asymmetrical fields are used to protect specific organ from divergent beams such as dose to lung from radiation treatment of breast cancer. At the asymmetrical edge the dose was about 86% of the dose at the field center. At 3 cm distance from this edge the dose raises to about 90%. Therefore in clinical practice this asymmetrical field is suitable for treating PTV that is located at about 2 cm from the asymmetrical edge. The PDD values for symmetrical fields can be used for asymmetrical field.
Conclusions : There is no different between PDD values from symmetrical and asymmetrical fields, and from measured and TPS calculation."
Lengkap +
2010
T29009
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Samsun
"Perkiraan nilai dosis yang diterima pasien ( CTDI ) yang langsung ditampilkan pada monitor CT setiap selesai pemeriksaan akan diketahui ketepatan nilainya dengan pengukuran langsung menggunakan pencil ion chamber dan pengukuran tidak langsung menggunakan TLD (Thermolumescence Dosimeter ) yang ditempatkan pada objek phantom dan dibandingkan dengan nilai dosis referensi yang telah ditetapkan, sehingga diharapkan mendapatkan informasi nilai dosis yang sebenarnya.
Analisis variasi parameter kV, mAs, dan pitch untuk menentukan berapa rentang nilai parameter optimum untuk mendapatkan nilai dosis pasien (CTDI/mAs) yang minimum namun tidak mengesampingkan kualitas pencitraan hasil CT. Scan yang baik guna menunjang diagnosa, pengukuran langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan fantom kepala dan perut.
Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan TLD (Thermolumescence Dosimeter ) pada menunjukan hasil yang tidak jauh berbeda dengan pengukuran langsung dengan menggunakan pencil ion chamber, dapat ditunjukkan dengan hubungan sifat kelinearan antara pitch dan dosis (CTDI/mAs).

An estimation dose (CTDI) received by the patient which is directly displayed on the CT monitor on every examination will be able to known it?s precisien by direct measurement using pencil ion chamber and the indirect measurement using TLD placed on the object (phantom) and compared with the value of dose reference, so the real dose rate will be known.
The variant analysis of kV, mAs and pitch parameters to justify the range of optimal parameter value, it is used to get the minimum patient dose rate (CTDI/mAs) while the image quality for supporting the diagnose still on the right value, directly or not directly using head and abdomen phantom.
Indirect measurement using TLD show unsignificant result if compared with the ion chamber. This value is shown by a relative variant parameter using stright pitch and dose ( CTDI/mAs).
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21548
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Nuraeni
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T39884
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Juni Sinarinta
"ABSTRAK
Tesis ini membahas dosis transmisi pada lapangan yang diblok dengan cerrobend untuk berkas sinar- X 6 MV, pesawat linear accelerator Siemens Primus 2D Plus dengan lapangan dasar 20 cm x 20 cm. Pengukuran dilakukan dengan ionisasi chamber PTW 2D Array seven29 pada titik dalam phantom akrilik untuk lapangan yang diblok dan lapangan yang tidak dilindungi blok dengan tiga bentuk blok yang divariasikan. Blok pertama panjang 10 cm dengan lebar variasi 1, 2, 3 cm dengan kedalaman pengukuran 2.0, 2.5, 3.0, 3.5, 4.0 cm, blok kedua 10 cm x 8 cm dengan kedalaman 5, 8, 10, 12, 15 cm dan blok ketiga diasumsikan untuk pengobatan kanker serviks, 4 buah blok segitiga sama sisi dengan sisi 10 cm dengan kedalaman 5, 8, 10, 12, 15 cm. dari hasil pengukuran diperoleh nilai transmisi dosis 5.9 % - 19.93%, transmisi dosis akan semakin menurun dengan kenaikan lebar blok cerrobend dan sedikit meningkat dengan kenaikan kedalaman. Hasil pengukuran dibandingkan dengan hasil TPS.

ABSTRACT
The focus of this study is determined the transmission dose in phantom medium from 6 MV X ray with Siemens Primus linear accelerator 2D Plus with basic field 20 cm x 20 cm. Measurements were taken with the ionization chamber PTW seven29 2D array at a point in the acrylic phantom, for blocked and unblok fields. Three irregular fields were selected, first field (I) simulated to treatment beam for supraclavicular region, 20 x 20 cm2 field size with a cerrobend block to protect throat region. The size of the block was 7 cm thickness, 10 cm length, with various widths of 1, 2, and 3 cm. Measurements were carried out at the depth of 2.0, 2.5, 3.0, 3.5, and 4.0 cm. The second field (II) was also 20 x 20 cm, blocked field at right-upper corner to cover surface area of 10 x 8 cm2. Data were collected at the depth of 5, 8, 10, 12, and 15 cm . The third field (III) assumed for cervix cancer treatment, field size was also 20 x 20 cm2 with four corner area was blocked by 10cm x 10cm triangles. Measurement was done at the depth of 5, 8, 10, 12, and 15 cm. measured transmission dose values ranged from 5.9% - 19.93%, dose transmission at the center a blocked area refer to the dose at unblocked area decrease with increasing block width and a little increase with the depth. The measurement results compared with TPS.
"
Lengkap +
2010
T28846
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Neng Nenden Mulyaningsih
"ABSTRAK
Telah dilakukan pengukuran dosis pada fantom pasien kanker payudara yang sedang hamil dengan sinar x 6 MV keluaran pesawat linac Varian model CLINAC 2100C milik Radioterapi Rumah Sakit Umum Persahabatan Jakarta. Penyinaran dilakukan dengan menggunakan empat lapangan radiasi, yaitu lapangan tangensial medio lateral, lapangan tangensial latero medial, lapangan supraclave dan lapangan axilla.
Simulasi pasien penggunakan fantom air untuk bagian abdomennya, fantom cirs untuk bagian dadanya dan fantom lilin untuk bagian payudaranya. Dosis diukur dengan menggunakan TLD (Thermoluminescence Dosimeter) yang diletakkan di dalam fantom air, sehingga dosis yang terukur oleh TLD merupakan dosis hambur karena berasal dari sumber radiasi sekunder. TLD diletakkan pada sembilan titik umur kandungan 12, 16, 20, 22, 24, 26, 28, 36, dan 40 minggu, masingmasing dengan tiga posisi kedalaman 2 cm, 5 cm dan 10 cm, yang diukur pada kondisi fantom air konstan dengan tebal 20 cm dan pada kondisi fantom air berubah sesuai dengan umur kandungan yang sebenarnya. Umur kandungan dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kandungan berumur 0 ? 12 minggu disebut trimester 1 dengan fantom air 20 cm, 13 ? 24 minggu disebut trimester 2 dengan fantom air 22 cm, dan 25 - 40 minggu disebut trimester 3 dengan fantom air 23 cm.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa persentase dosis fetus menurun secara eksponensial terhadap jarak fetus sebagai akibat faktor atenuasi terhadap jaringan yang dilewatinya. Persentase dosis fetus maksimum terhadap dosis target untuk kedalaman 2, 5, dan 10 cm berturut-turut 4,40%, 2,83% dan 1,85% pada trimester satu, 8,84%, 5,25% dan 3,65% pada trimester dua, dan 9,74 %, 5,69 % dan 3,97% pada trimester tiga. Dosis total sebesar 6000 cGy pada target menyebabkan dosis fetus lebih dari 50 cGy. Efek radiasi yang mungkin terjadi pada fetus yaitu kematian prenatal, atau jika fetus tetap bertahan hidup, setelah bayi dilahirkan bisa terjadi retardasi mental, pertumbuhannya kerdil ataupun kanker dikemudian harinya.

ABSTRACT
Dose measurements have been carried out on phantom breast cancer patients who are pregnant with 6 MV x-ray output Varian CLINAC 2100C linac's Persahabatan Hospital Jakarta. Irradiation was conducted using four radiation field, namely the tangential medio lateral, tangential latero medial, supraclave and axilla.
Simulated patients for the use of water phantom abdomen, phantom cirs to the chest and candles for the breast phantom. Doses measured using TLD (Thermoluminescence Dosimeters) are placed inside the water phantom, so that the dose measured by TLD is scattered dose of radiation because it comes from secondary sources. TLD placed on the content of the age of nine points 12, 16, 20, 22, 24, 26, 28, 36, and 40 weeks, each with three position depth of 2 cm, 5 cm and 10 cm, measured in constant conditions of water phantom with a thickness of 20 cm and the phantom water conditions change according to the age of the actual content. Age contents are grouped into three age groups, which contain 0-12 weeks called first trimester with the water phantom 20 cm, 13-24 weeks is called second trimester with the water phantom 22 cm, and 25-40 weeks called third trimester with a 23 cm water phantom.
The results showed that the percentage of fetal dose decreases exponentially with distance attenuation factor of fetuses as a result of the network passed. The percentage of the maximum fetal dose to the target dose to a depth of 2, 5, and 10 cm respectively 4.40%, 2.83% and 1.85% in first trimester, 8.84%, 5.25% and 3.65 % in the second trimester, and 9.74%, 5.69% and 3.97% in the third trimester. Total dose of 6000 cGy dose to the target causes the fetus more than 50 cGy. Radiation effects that may occur in the fetus are prenatal death, or if the fetus survived, after the baby is born can occur mental retardation, stunted growth or cancer in later day.
"
Lengkap +
2010
T29001
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Arianty
"Tujuan dari teknik IMRT adalah untuk meningkatkan rasio terapi sehingga mengurangi dosis ke organ beresiko di sekitarnya. Kualitas perencanaan IMRT tergantung pada jumlah dan arah lapangan radiasi yang ditentukan di TPS dengan mengkompromikan waktu proses pembuatan di TPS, waktu penyinaran, dan distribusi dosis yang dihasilkan. Dalam penelitian ini jumlah lapangan perencanaan IMRT untuk kanker prostat, nasofaring, hipofise, dan tiroid ditentukan untuk mencapai optimasi. Perencanaan IMRT untuk pasien kanker prostat, nasofaring, hipofise dan tiroid dilakukan menggunakan TPS PrecisePlan. Tiga set jumlah lapangan dilakukan untuk setiap pasien dengan 3, 5, dan 7 lapangan untuk kanker prostat dan tiroid, serta 5, 7, dan 9 lapangan untuk kanker nasofaring dan hipofise. Berkas radiasi yang digunakan adalah foton 6 MV dan 10 MV. Dari DVH dianalisis conformity index, homogeneity index, dan dosis pada organ beresiko.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa nilai conformity index semakin baik dengan penambahan jumlah lapangan radiasi dalam semua kasus. Kecenderungan yang sama terjadi juga untuk homogeneity index. Untuk kanker prostat, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam dosis di buli-buli antara ke-3 set jumlah lapangan. Di sisi lain dosis pada rektum dengan 90%, 75%, dan 50% relatif terhadap dosis preskripsi, volume persentase minimum selalu terjadi pada perencanaan dengan 5 lapangan dibandingkan jumlah lapangan lainnya. Untuk kanker nasofaring ditemukan bahwa dosis pada medullaspinalis semakin baik dengan meningkatnya jumlah lapangan. Tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara dosis di medullaspinalis pada perencanaan dengan 7 dan 9 bidang. Dan didapatkan pula tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam dosis pada batang otak dan kelenjar parotis.
Untuk tumor hipofise, dosis di batang otak, mata dan lensa mata didapatkan hasil yang masih dalam batas toleransi pada perencanaan dengan 7 dan 9 lapangan. Untuk kanker tiroid ditemukan bahwa dosis terendah di medullaspinalis terjadi pada perencanaan dengan 5 lapangan. Jumlah lapangan radiasi yang optimal dalam perencanaan IMRT adalah 5 lapangan untuk kanker prostat dan tiroid, dan 7 lapangan untuk kanker nasofaring dan hipofise. Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan untuk kasus kanker lainnya.

The purpose of IMRT technique is to increase the therapeutic ratio therefore minimizing the dose to surrounding organs at risk. The plan quality depends on the number and direction of the radiation fields that are selected in compromise with TPS processing time, treatment time, and the resulting dose distribution. In this study the number of fields in IMRT plan for prostate, nasopharyngeal, pituitary, and thyroid cancer were determined in order to reach optimization. IMRT planning for prostate, nasopharyngeal, pituitary and thyroid cancer patients were created using PrecisePlan TPS. Three sets number of fields was performed for each patient with 3, 5 7 fields for prostate and thyroid and 5, 7, 9 fields for nasopharyngeal and pituitary. The treatments used 6 and 10 MV X-rays. From DVH values target dose conformity, homogeneity, and dose at organs at risk were analyzed.
It was found that the conformity index was better with increasing the number of fields in all cases. The same trend happened for the homogeneity index. For prostate cancer, there was no significant difference in the dose to bladder among the 3 sets of fields. On the other hand the dose at rectum with 90%, 75%, and 50% was always occurred at minimum percentage volume for 5 fields relative to the other sets fields. For nasopharyngeal cancer it was found that the dose at spinal cord better with the increasing number of field. But there was no significant difference between the dose at spinal cord on the plan with 7 and 9 fields. And there was also no significant difference in the dose at brainstem and parotid gland.
For pituitary tumor it was found that the dose at organ at risk in the limited tolerance for 7 and 9 fields. And for thyroid cancer it was found that the lowest dose at spinal cord happened in the plan with 5 fields. The optimal number of fields in IMRT planning was 5 fields for prostate and thyroid cancer , and 7 fields for nasopharyngeal and pituitary cancer. This work should be continued for other cases of cancer.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29006
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Nugroho Oktavianto
"Telah dilakukan pengukuran relatif untuk mengetahui perubahan parameter dosimetri berkas sinar X 6 MV pada sumbu vertikal/sumbu normal terhadap permukaan dengan variasi sudut gantry 0º, 15º, 30º, 45º, dan 60º dari pesawat Linac Electa Precise 5991 milik Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dengan luas lapangan 10x10 cm2, 15x15cm2 , dan 20x20 cm2. Rekonstruksi TPS dan simulasi Monte Carlo menggunakan parameter yang sama dengan pengukuran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan kedalaman maksimum yang dipengaruhi kenaikan luas lapangan dan sudut gantri dengan deviasi terbesar -33,3% pada luas lapangan 20x20 cm2 dan sudut gantri 600 terhadap luas lapangan 10x10 cm2 dan sudut gantri 00. Terjadi titik belok pada sumbu vertikal yang disebabkan karena adanya kemiringan permukaan, yang menurun dengan kenaikan sudut gantri. Hasil rekonstruksi TPS menunjukkan kesesuaian terhadap hasil pengukuran pada titik PDD maksimum, kedalaman 5 cm dan 10 cm, berbeda dengan hasil perhitungan Monte Carlo yang relatif lebih tinggi. Demikian pula untuk titik-titik di luar sumbu vertikal/sumbu normal.
Rekonstruksi TPS mempunyai deviasi < 2%, sedangkan perhitungan Monte Carlo mempunyai deviasi < 2% hanya pada daerah kuadran (+). Pengamatan titik-titik pada sumbu utama berkas hanya dilakukan dengan rekonstruksi TPS karena keterbatasan kemampuan alat, hasil penelitian menunjukkan bahwa PDD pada kedalaman dmax, 5 cm, dan 10 cm pada sumbu utama untuk sudut gantri 150 sampai dengan 600 cenderung menurun untuk ukuran lapangan yang sama demikian juga pada daerah kuadran (+).

Relative meauserement for change of dosimetry parameters X ray beam 6 MV Linac Electa Precise 5991 property of Hasan Sadikin Bandung?s hospital at the vertical central line from surface with incident obliquity 0º, 15º, 30º, 45º, 60º and 10x10 cm2, 15x15cm2, 20x20 cm2 field has been done. As in Reconstruction of TPS and Monte Carlo simuation with the same parameters measurement have been conducted.
The result of the experiment showed the change of maximum depth because of the increase in the filed dan angle of gantri with deviation -33% at the 20x20 cm2 field and 600 angle of gantry to 10x10 cm2 field and 00 angle of gantry . To happened point of to drop at the vertical central line because change sloping field to surface and drop on with increase of angle?s gantry.
The result of reconstruction of TPS to show not different with meaurement at point máximum PDD, 5 cm depth, 10 cm depth, point at off verical line, Monte Carlo calculation is higher. In all oint of reconstruction?s TPS has deviation < 2%, but calculation Monte Carlo just happen at the kuadran (+) area. Observation at the point in the central beam just done with reconstruction of TPS because the equipment capability limitation in the measurement, PDD at the depth of dmax, 5 cm, 10 cm, 150 to 600 angle of gantry in the central beam tilted decrease for the same field and kuadran (+) area too.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29077
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>