Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Aqil Irham
"Wacana pemberdayaan komunitas lokal dan civil society tampaknya
sedang aktual di kalangan ilmuan, akademisi dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Hal itu terjadi karena dalam waktu yang cukup lama, negara dan birokrasi
sangat dominan melakukan intervensi dalam seluruh kehidupan masyarakat.
Diantaranya adalah di sektor ekonomi dan politik. Praktek monopoli dan oligopoli
terjadi di semua tingkatan usaha dan komponen komunitas. Industrialisasi di desa-
desa adalah satu contoh kasus yang menghilangkan potensi geografis dan institusi
lokal.
Penelitian ini melihat bagaimana hubungan industri (PT Way Kandis) dan
Komunitas lokal (di sekitar pabrik) di Lampung. PT Way Kandis adalah
perusahaan yang bergerak di bidang usaha pengolahan karet rakyat. Diawali
dengan cara mengungkap apa adanya hubungan-hubungan sosio-ekonomis, sosio-
politik dan sosio-ekologis industri daan komunitas lokal. Posisi industri dan posisi
komunitas lokal dipelajari secara mendalam di Iapangan sehingga diketahui
keseimbangan atau ketimpangan hubungan antar keduanya.
Teori yang dipakai adalah teori kooperatif dan teori konflik dalam
menganalisis hubungan industrial maupun hubungan dengan komunitas pabrik.
Teori ini digunakan setelah diketahui dan dianalisis posisi industri dan posisi
komunitas lokal. Bagaimana kedua posisi tersebut saling berhubungan menjadi
persoalan teoritik yang akan diteliti di lapangan.
Metode penelitian yang digunakan adalah bersifat kualitatif yang dimulai
dengan langkah pengumpulan data yaitu observasi, wawancara mendalam dan
diskusi kelompok. Pengumpulan data diperolah dengan cara menyebar kuisioner,
memilih informan kunci (dengan kriteria tertentu) untuk mendapatkan data dan
informasi yang valid, dan juga dilakukan diskusi bersama dengan buruh dan
komunitas lokal sebagai data tambahan. Data kuantitatif digunakan untuk
melengkapi yaitu dengan cara survey dengan menggunakan daftar pertanyaan dan
data kependudukan terhadap 100 orang komunitas. Pengolahan dan analisa data
dilakukan sejak peneliti berada di lapangan sampai pada proses penulisan.
Hubungan ekonomi industri dan komunitas lokal ditemukan masalah. PT
Way Kandis merupakan industri padat modaldan teknologi yang sedikit menyerap tenaga kerja. Sementara itu sebagian kecil tenaga kerja lokal hanya ditampung
sebagai buruh harian tetap dan lepas. Upah kerja mereka relatif rendah dan
menempati perumahan yang tak terawat dan kumuh. Tenaga kerja borongan,
jumlahnya Iebih banyak yang didatangkan dari luar komunitas.
Hubungan sosial industri daan komunitas Iokal telah menciptakan
Fragmentasi di komunitas. Terdapat dua kelompok yaitu Penduduk lama (pekerja
pabrik dan eks.pekerja pabrik) dan pendatang. Keduanya berbeda pandangan dan
sikap dalam merespon keberadaan ?pabrik?. Dalam waktu yang cukup lama telah
terjadi konflik yang bersifat laten antar komunitas itu sendiri dan antara komunitas
pendatang dengan fihak pabrik.
Hubungan politik industri dan komunitas lokal berkaitan dengan
keterlibatan komunitas dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut
kehidupan warga komunitas secara luas serta aspirasi mereka tentang perlu
tidaknya pabrik karet tersebut. Hasil lapangan diketahui bahwa komunitas tidak
pemah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Padahal komunitas sering
kali melakukan protes secara tertulis untuk meninjau kembali keberadaan pabrik.
Sebagian besar mereka menghendaki pabrik dipindahkan ke Iokasi Kawasan
Industri Lampung (KAIL) di Tanjungbintang-Lampung Selatan atau ditutup dan
diganti dengan sektor usaha yang ramah lingkungan dan padat kaarya."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T3049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janwar
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S8205
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Henry
"Penerapan teknologi modern dalam sistem produksi nelayan seiring pembangunan ekonomi mengimbaskan perubahan struktural. Ketidak sesuaian bentuk teknologi tangkap ikan (fishing gear technology) yang diaplikasikan nelayan ternyata merupakan sebab utama tidak optimalnya tingkat produksi ikan yang dieksplorasi. Selain itu, penempatan nelayan tradisional semata-mata sebagai obyek bantuan dan sasaran pembangunan karena tidak dilibatkan sepenuhnya dalam proses perencanaan pembangunan ditengah lingkup persaingan perebutan sumber daya perikanan yang semakin terbatas potensinya, turut pula sebagai penyumbang dilema terikatnya komunitas nelayan dalam lingkaran kemiskinan dan statusquo.
Pilihan teknologi "bagan boat" yang diterapkan dalam moda penangkapan ikan nelayan Kecamatan Sibolga merupakan suatu bentuk keberdayaan komunitas sosial, dimana sinergi ke-magnitude-an teknologi memiliki efek terhadap dinamika ekonomi dan tingkat kesejahteraan nelayan, dan melahirkan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat pantai.
Pengkajian kerangka pemikiran penelitian didasarkan atas teori moderninasi dan perubahan sosial dari aliran struktural fungsional sebagai kerangka untuk menjelaskan hubungan pilihan teknologi nelayan dengan perubahan struklur sosial ekonomi masyarakat pantai. Metode pengumpulan data utama ditempuh dengan teknik survey dan wawancara semi terbuka. Sedangkan data sekunder ditelaah dari naskah dan dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian.
Hasil analisis data penelitian menawarkan kesimpulan sebagai berikut: pertama pilihan teknologi `bagan boat" oleh nelayan ternyata mampu meningkatkan pengetahuan nelayan tentang prasyarat teknologi yang diaplikasikan, serta merasionalkan nilai dan prilaku kerja nelayan dengan penerapan prinsip manajemen dalam proses produksi, kedua perubahan teknologi memiliki dampak sosial ekonomi diantaranya:
(a) melebarnya rentang kesenjangan ekonomi karena distribusi penghasilan yang timpang antara nelayan pemilik alat produksi dan nelayan non-pemilik,
(b) dominasi kelompok nelayan pemilik dalam relasi kega melemahkan daya tawar (bargaining position) nelayan non-pemilik, karena tidak berfungsinya mekanisme pasar dan aturan bagi basil, serta belum eksisnya peran lembaga sosial ekonomi dalam jaringan pemasaran perikanan laut,
(c) meningkatnya intensitas materialisme budaya dalam hubungan antar lapisan sosial masyarakat pantai,
(d) bertambahnya kausal potensi konflik pada masyarakat pantai karena peningkatan kuantitas pengeksplorasi perairan tradisional berpotensi sebagai penyulut disintegrasi sosial akibat perebutan pangsa (domain) yang terbatas oleh sifat pertumbuhan sumber daya perikanan (aquatic resources) yang bersifat alamiah dan tak terekayasa (unrenewable), dan ketiga implikasi modernisasi alat produksi memperjelas fungsi-fungsi jaringan kelembagaan sosial ekonomi dalam memaksimalkan produktivitas pengadopsi teknologi. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library