Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 472 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Fazlur Rahman Ansari
Jakarta: Bumi Aksara, 1998
297.293 MUH it
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Hidayat
Abstrak :
Penelitian etnoekologi dan etnobotani Masyarakat Melayu dilakukan di Dusun Mengkadai Sarolangun, Jambi. Penelitian ini sangat penting dilakukan mengingat lokasi dusun yang dekat dengan ibukota kabupaten sehingga memengaruhi gaya hidup masyarakat. Tujuan penelitian ini ialah untuk memahami hubungan antara masyarakat Dusun Mengkadai dengan lanskap mereka, juga pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan. Penelitian ini mencakup persepsi, pemanfaatan, dan sistem pengelolaan lanskap oleh masyarakat Melayu, juga dinamika lanskap di Dusun Mengkadai. Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan adaptasi lingkungan masyarakat Melayu, dinamika lanskap, pengetahuan tentang tumbuhan, dan valuasi pemanfaatan tumbuhan. Metode penelitian diadaptasi dari Multidisiplinary Landscape Assessment (MLA). Hasil penelitian menunjukkan klasifikasi lokal atas lanskap dan keanekaragaman tumbuhan di dalamnya. Masyarakat mengklasifikasikan lanskap ke dalam 12 satuan lanskap, yaitu dusun/laman (66 spesies), umo, sawah (35 spesies), kebun para (33 spesies), kebun kelapo sawit (35 spesies), kebun tanaman mudo (14 spesies), jerami (49 spesies), beluka (46 spesies), beluka tuo (65 spesies), batang ayik (17 spesies), imbo inum (64 spesies), dan imbo larangan (131 spesies). Dinamika lanskap di Dusun Mengkadai berkaitan dengan aktivitas manusia dalam mengekstraksi spesies-spesies penting dan perluasan perkebunan karet dan kelapa sawit. Terkait dengan pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan, ada 80 spesies penting dari 295 spesies tumbuhan yang ditemukan di Dusun Mengkadai, yang digunakan untuk bahan makanan (LUVI = 6%), bahan konstruksi berat (LUVI = 6,5%), bahan konstruksi ringan (LUVI = 5%), bahan obat- obatan (LUVI = 5,5%), bahan teknologi lokal dan seni (LUVI = 5,5%), tali-temali (LUVI = 3%), bahan hiasan/ritual/adat (LUVI = 5,5% ), sumber penghasilan (LUVI = 8%), bahan pewarna (LUVI = 3%), dan kayu bakar (LUVI = 3,5%). Bagaimanapun, perluasan perkebunan monokultur telah menurunkan keanekaragaman tumbuhan, serta pengetahuan dan pemanfaatannya. ...... Ethnoecology and Ethnobotany of Malay Society are studied in Dusun Mengkadai Sarolangun, Jambi. This study is very important because the easer access to the urban that influence people’s lifestyles. The objectives of this study is to understand the relationship between Dusun Mengkadai society and their landscape, and also their knowledge and utilization of plant. This study covers perception, utilization and management system of landscape by Malay society, also dynamics of landscape in Dusun Mengkadai. This study is expected to describe the environmental adaptation of Malay society, dynamics of landscape, knowledge of plant, and valuation of plant utilization. The methods of this study is adapted from Multidisiplinary Landscape Assessment (MLA). The result of this study showed the local classification of the landscape and plant diversity in Dusun Mengkadai. The society have classified the landscape in twelve units, included dusun/laman (66 species), umo, sawah (35 species), kebun para (33 species), kebun kelapo sawit (35 species), kebun tanaman mudo (14 species), jerami (49 species), beluka (46 species), beluka tuo (65 species), batang ayik (17 species), imbo inum (64 species), and imbo larangan (131 species). Landscape dynamics in Dusun Mengkadai is related to human activities in harvested important species and expansion of rubber and palm oil plantations. Related to the knowledge and utilization of plant, there are 80 significant species from 295 species of plants acquired in Dusun Mengkadai, which are used for foods (LUVI= 6%), heavy construction (LUVI= 6.5%), lightweight construction (LUVI= 5%), medicinal plant (LUVI= 5.5%), local technology and art (LUVI= 5.5%), rigging (LUVI= 3%), ornament/ritual/tradition (LUVI= 5.5%), revenue (LUVI= 8%), dyes (LUVI= 3%), and firewood (LUVI= 3.5%). After all, expansion of monoculture plantation has reduced plant diversity and also plant knowledge and utilization.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T34593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifa Hasymi Mahmudah
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian dilakukan di Dusun Mengkadai Desa Temenggung Kecamatan Limun Kabupaten Sarolangun, Jambi. Penelitian bertujuan untuk mengungkap pemanfaatan tumbuhan berguna di Hutan Adat Imbo Mengkadai (HAIM) dalam kehidupan sehari-hari menurut perspektif lokal. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober -- Desember 2012. Metode yang digunakan ialah PEA (Participatory Ethnobotanical Appraisal) yang terdiri dari wawancara semi terstruktur, observasi partisipatif dan FGD (Focus Group Discussion). Untuk mengetahui nilai kepentingan spesies tumbuhan setiap kategori pemanfaatan berdasarkan perspektif masyarakat dilakukan analisis LUVI sementara itu untuk mengetahui sistem budaya masyarakat lokal terkait dengan pemanfaatan spesies tumbuhan dianalisis dengan ICS. Hasil penelitian mencatat, tumbuhan berguna di HAIM yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan nilai LUVI-nya ialah untuk konstruksi berat 69 spesies (LUVI = 0,22), bahan makanan 32 spesies (LUVI =0,11), bahan obat-obatan 29 spesies (LUVI = 0,10), bahan konstruksi ringan 61 spesies (LUVI = 0,10), bahan teknologi lokal dan seni 43 spesies (LUVI = 0,9), bahan hiasan/adat/ritual 12 spesies (LUVI = 0,09), bahan tali temali 11 spesies (LUVI = 0,9), bahan kayu bakar 17 spesies (LUVI = 0,08),sumber penghasilan 3 spesies (LUVI =0,07) dan bahan pewarna 1 spesies (LUVI =0,05). Artocarpus elasticus mendapat nilai ICS tertinggi yaitu 56, yang dimanfaatkan untuk bahan makanan, bahan konstruksi ringan, bahan teknologi lokal dan seni, serta bahan tali-temali.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35212
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pujisriyani
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Terapi intravena (IV) sangat penting bagi pasien yang tidak mampu atau dibatasi penggunaan saluran cernanya untuk dapat memasukkan cairan, nutrisi dan obat-obatan. Meskipun terapi IV rutin dilakukan, risiko tindakan tetap ada, misalnya terjadi hematoma, infeksi, plebitis, dan ekstravasasi. Tujuan studi ini adalah mengetahui efek dari cairan saline terhadap kasus ektravasasi natrium bikarbonat. Metoda: Studi ini mencari hubungan korelasi antara pengunaan cairan saline terhadap kasus ekstravasasi natrium bikarbonat pada tikus. Dengan memakai 2 kelompok, kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 7 tikus. Hasil : Hubungan antara cairan saline dan kematian kulit adalah bermakna (sig. 0.021). Semakin banyak cairan saline yang digunakan akan mengurangi luas kematian kulit pada kasus ekstravasasi. Kesimpulan: Dengan memakai cairan saline sebagai cairan yang dapat mendilusi efek basa pada ekstravasasi natrium bikarbonat dapat menjadi pilihan tatalaksana kasus ekstravasasi. Studi ini masih dalam tahap hewan coba sehingga diperlukan studi lanjutan untuk menganalisis peran cairan saline pada ekstravasasi yang terjadi di pasien.
ABSTRACT
Background: Intravascular (IV) therapy is essential for the administration of nutrition and medications to patients because they are unable to maintain fluid and electrolyte balance. Although routine and common, peripheral IV therapy carries risks including hematoma formation, infection, phlebitis, infiltration, and extravasation. The aim of this studi is providing information of the effect of normal saline as dilution agents using the flush-out technique in extravasation cases. Methods: In order to analyze the correlation between the usage of normal saline to sodium bicarbonate extravasation in rats, this study was using the two groups, the control group and the treatment group, each group has 7 rats. Results: The correlation between normal saline and necrotic skin was significant (sig. 0021). The more saline that is used will reduce the area of the necrotic skin of extravasation. Conclusion: By using saline as the fluid that can dilute alkaline effect on the extravasation of sodium bicarbonate, this might be an option for managing cases of extravasation. This study is still in the stage of experimental animals that needed further study to analyze the role of normal saline in the extravasation occurred in patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afriyanti Sandhi
Abstrak :
[ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Erythropoetin (EPO) sebagai hematopoietic growth factor, menarik perhatian para peneliti akibat efeknya dalam melindungi jaringan. EPO berinteraksi dengan vascular endothelial growth factor (VEGF) dan menstimulasi mitosis dan motilitas sel endotel dalam proses neo-angiogenesis; dan hal ini penting dalam fenomena kompleks penyembuhan luka, Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki efek pemberian EPO pada penyembuhan luka bakar eksperimental di hewan coba. METODE: Lima belas ekor tikus Sprague-Dawley, strain dari Rattus Novergicus dengan berat antara 300-350 gram yang merupakan subjek hewan coba pada penelitian ini dibuat perlakuan eksperimental luka bakar grade 2B (dermis dalam). Lalu hewan coba akan dibagi ke dalam tiga grup secara acak dan mendapatkan terapi injeksi EPO dosis rendah (600 IU/mL), injeksi EPO dosis tinggi (3000 IU/mL) dan tidak mendapatkan perlakuan terapi apapun (grup kontrol). Setelah 14 hari observasi, dilakukan penilaian secara kuantitatif dari proses penyembuhan luka dengan menghitung persentasi epitelialisasi menggunakan perangkat lunak Analyzing Digital Images®. Dilakukan pula penilaian secara kualitatif dengan menghitung skor perubahan histopatologis pada penyembuhan luka. HASIL: Ukuran luka dan percepatan epitelialisasi dihitung pada hari ke-0, hari ke-5, hari ke-10 dan hari ke-14. Didapatkan bahwa hasil rerata ukuran raw surface (p value: 0.012 pada hari ke-5; 0.009 pada hari ke-10 and 0.000 pada hari ke-14) dan persentase penyembuhan luka (p value: 0.011 pada hari ke-5; 0.016 pada hari ke-10 and 0.010 pada hari ke-14), nilai terbaik dicapai oleh grup injeksi EPO dosis rendah. Evaluasi histopatologis menunjukkan bahwa skor tertinggi untuk re-epitelialisasi, jaringan granulasi dan neo-angiogenesis juga didapatkan pada grup injeksi EPO dosis rendah. SIMPULAN: Pada studi hewan coba menggunakan tikus Sprague-Dawley ini, didapatkan bahwa injeksi Recombinant Human EPO (rHuEPO) dapat mempercepat proses re-epitelialisasi dan penyembuhan luka yang disebabkan oleh luka bakar grade 2B (dermis dalam). Temuan ini diharapkan akan membuka pengetahuan baru dalam peningkatan kualitas terapi pada penyembuhan luka bakar.
ABSTRACT
BACKGROUNDS: The hematopoietic growth factor erythropoietin (EPO) attracts attention due to its all-tissue-protective pleiotropic properties. EPO interacts with vascular endothelial growth factor (VEGF) and stimulates endothelial cell mitosis and motility in neo-angiogenesis; thus it may of importance in the complex phenomenon of wound healing. The purpose of this study is to investigate the effect of EPO in experimental burn wounds healing. METHODS: Fifteen healthy Sprague-Dawley, strain of Rattus Novergicus weighing 300-350 grams, were prepared to achieve deep dermal burns. Animals were randomized to receive either low-dose EPO injection (600 IU/mL), high-dose EPO injection (3000 IU/mL) or nothing (control group). After 14 days of observations, a quantitative assessment of wound healing was determined by percentage of wound closure and epithelialization using Analyzing Digital Images® Software. And qualitative assessment was done to evaluate the score of histopathological changes in wound healing. RESULTS: The size of the wound area and re-epithelialization rate percentage was determined on Day-0, Day-5, Day-10 and Day-14. The average of raw surface areas measurement (p value: 0.012 in day-5; 0.009 in day-10 and 0.000 in day-14) and healing percentage of the lesions (p value: 0.011 in day-5; 0.016 in day-10 and 0.010 in day-14) were significantly best in the low- dose EPO group compared to the control group and high-dose EPO group. The histopathology evaluation revealed that the highest score for re-epithelialization, granulation tissue and neo- angiogenesis were achieved by the low-dose EPO injection group than in both control and high- dose EPO injection groups. CONCLUSIONS: In this animal study using Sprague-Dawley rats, Recombinant Human EPO (rHuEPO) injection administration prompted the evidences of improved re-epithelialization and wound healing process of the skin caused by deep dermal burns. These findings may lead to a new therapeutic approach to improve the clinical outcomes for the management of burns wound healing., BACKGROUNDS: The hematopoietic growth factor erythropoietin (EPO) attracts attention due to its all-tissue-protective pleiotropic properties. EPO interacts with vascular endothelial growth factor (VEGF) and stimulates endothelial cell mitosis and motility in neo-angiogenesis; thus it may of importance in the complex phenomenon of wound healing. The purpose of this study is to investigate the effect of EPO in experimental burn wounds healing. METHODS: Fifteen healthy Sprague-Dawley, strain of Rattus Novergicus weighing 300-350 grams, were prepared to achieve deep dermal burns. Animals were randomized to receive either low-dose EPO injection (600 IU/mL), high-dose EPO injection (3000 IU/mL) or nothing (control group). After 14 days of observations, a quantitative assessment of wound healing was determined by percentage of wound closure and epithelialization using Analyzing Digital Images® Software. And qualitative assessment was done to evaluate the score of histopathological changes in wound healing. RESULTS: The size of the wound area and re-epithelialization rate percentage was determined on Day-0, Day-5, Day-10 and Day-14. The average of raw surface areas measurement (p value: 0.012 in day-5; 0.009 in day-10 and 0.000 in day-14) and healing percentage of the lesions (p value: 0.011 in day-5; 0.016 in day-10 and 0.010 in day-14) were significantly best in the low- dose EPO group compared to the control group and high-dose EPO group. The histopathology evaluation revealed that the highest score for re-epithelialization, granulation tissue and neo- angiogenesis were achieved by the low-dose EPO injection group than in both control and high- dose EPO injection groups. CONCLUSIONS: In this animal study using Sprague-Dawley rats, Recombinant Human EPO (rHuEPO) injection administration prompted the evidences of improved re-epithelialization and wound healing process of the skin caused by deep dermal burns. These findings may lead to a new therapeutic approach to improve the clinical outcomes for the management of burns wound healing.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anwar Lewa
Abstrak :
Latar belakang: Pada tahun 2018, diperkirakan tercatat 265.00 kematian yang disebabkan oleh luka bakar. Sekitar 96% kasus kematian terjadi di negara berkembang, dimana dua per tiga-nya terjadi di Afrika dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Metode:Subjek dibagi ke dalam dua grup yang diidentifikasi secara retrospektif dari rekam medis, dan dibandingkan secara prospektif. Studi ini membandingkan mortalitas, insiden sepsis, dan lama rawat inap pada pasien yang menjalani eksisi tangensial dini (n=23) yang dibandingkan dengan pasien yang menjalani eksisi tangensial tertunda (n=23). Data dianalisa dengan Fisher Exact Test dan Mann-Whitney. Hasil: Dari Januari 2016 sampai Agustus 2018, terkumpul 46 pasien yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Kejadian sepsis pada pasien yang menjalani eksisi tangensial dini berbeda secara bermakna (p<0.001) dengan kejadian sepsis pada pasien yang menjalani eksisi tangensial tertunda dengan risiko relatif 0.233 (CI 95% 0.122-0.446). Tidak ada perbedaan yang bermakna pada mortalitas dan lama rawat inap pada kedua grup tersebut (p>0.05). Kesimpulan: Eksisi tangensial dini bermanfaat untuk mencegah kejadian sepsis pada pasien luka bakar deep dermal dan luka bakar full thickness. Namun begitu, penilaian kedalaman luka bakar bersifat subjektif terhadap pengalaman klinis seorang dokter bedah. Eksisi tangensial dini harus dilakukan tidak lebih dari 96 jam setelah kejadian luka bakar. ......Background: In the year 2018, it is estimated that 265.000 deaths are associated with burn injury annually. Approximately 96% of these cases occur in developing countries, out of which two-thirds are in the Africa and Southeast Asia regions, including Indonesia Methods: There were two groups which are retrospectively identified from the medical records, and then prospectively compared. We compare mortality, sepsis incidence and hospital length of stay in patients underwent early tangential excision (n=23) to those who underwent delayed tangential excision (n=23) using Fisher Exact Test and Mann-Whitney. Result: From January 2016 to August 2018, 46 patients met the inclusion criteria of this study. The incidence of sepsis was statistically significant with all sepsis incidence occurs only delayed tangential excision group (p<0.001) with relative risk 0.233 (CI 95% 0.122-0.446). There were no differences on the mortality as well as hospital length of stay between early and delayed tangential excision groups (p>0.05). Conclusion: Early tangential excision is beneficial to prevent sepsis in patients with deep dermal and full thickness burn. Although burn depth assessment can be subjective to surgeon's clinical experience. Early tangential excision should be done no longer than 96 hours after burn injury.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sardy S.
Abstrak :
Dalam disertasi ini, diusulkan suatu metoda pendekatan statistik untuk transformasi tekstur, berdasarkan penggunaan gabungan antara penguatan tingkat keabuan atau "greylevel" secara linier oleh kejadian-gandeng atau "co-occurence", dan filter spatial rata-rata dalam sebuah jendela bergerak atau "moving window" yang berukuran tertentu. Dua parameter yakni tingkat keserupaan atau " range of similarity" dan jarak spatial, dapat dipilih dalam mengverifikasikan model dari metoda ini untuk menghasilkan beberapa citra transformasi baru yang dipakai pada pengsegmentasian tekstur. Citra transformasi yang dihasilkan itu, tidak bergantung kepada orientasi pola masukan, dan unjuk-kerja separabilitas, telah dipakai sebagai kriteria gemilihan untuk klassifikasi per-titik. Untuk menguji-coba metoda ini, telah dipakai suatu "testchart" citra sederhana yang terdiri dari beberapa pola tekstur dan disusun dalam pelbagai orientasi dan hasilnya ternyata cukup baik untuk pcngklasifikasian dan mendeteksi batas antar kelas tekstur.Kemudian metoda tersebut diterapkan pula pada bebcrapa citra praktis antara lain citra-citra : Sonar, Pemotretan udara, Shuttle Imaging Radar (SIR-B), dan Satelit SPOT untuk menyelidiki parameter-parameter yang dominan dari citra yang bersangkutan.
In this dissertation, it is proposed a method of statistical approach for texture transformation. The basic operational principle of this method is image transformation, based on the combined operations of greylevel contrast enhancement by the use of the number of co-occurence, and of calculating the mean by using a local filter operator within a certain moving window. The changes in texture can be detected by selecting an appropriate input parameters, i.e. the range of similarity and the spatial distance, those are related to the input textural patterns, and will also produce the output greylevel changes. The transformed images are not depend on the orientation of input images, and the separability performance was used as a criteria for image selection in the per-point classification. A simple typical testchart textural image was selected to test the capability of this method for the image classification and boundary detection. The experimental results indicated that it provided more than 95% of the classification accuracy, and the boundaries between each textural class can also be provided. This method have applied to some practical imageries, such as the Sonar image, the Aerial-photographic image, the SIR-B image, the SPOT-satellite image, for investigating the dominant parameters from the corresponding images.
Depok: Universitas Indonesia, 1989
D1007
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soepono Indrohadikoesoemo
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1980
S16493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza A. Dachlan Sumarsono
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1982
S16702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kambey-Wowor, Susana H.M.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1982
S16748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>