Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putu Suardana
"Kegiatan produksi minyak bumi selain menghasilkan produk minyak mentah (crude oil), juga menghasilkan limbah minyak burrd. Limbah minyak tersebut masih mengandung kadar hidrokarbon minyak bumi yang relatif tinggi, beberapa senyawa N, 5, 0, logam-logam termasuk unsur logam berat dan unsur lainnya. Apabila limbah tersebut tidak dikelola atau dikelola kurang baik, maka dapat berdampak terhadap lingkungan hidup seperti terjadinya pencemaran tanah, air permukaan, air tanah dangkalfaquifer dan terganggunya kesehatan masyarakat setempat atau kehidupan makhluk hidup lainnya. Upaya perlindungan lingkungan hidup dapat dilakukan dengan cara mengelola limbah tersebut agar lingkungan hidup tidak tercemar dan kelestarian fungsinya dapat terus dipertahankan.
Salah satu alternatif pengolahan limbah minyak tersebut adalah dengan memanfaatkan bioteknologi berupa teknik bioremediasi. Walaupun teknik bioremediasi ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain waktu yang diperlukan untuk menjalankan prosesnya cukup lama, teknik ini dinilai mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan penerapan teknik bioremediasi ini dibandingkan dengan cara fisika dan kimiawi antara lain. adalah biaya pengolahan limbah yang diperlukan lebih murah karena menggunakan teknologi sederhana, menghilangkan kontaminan tanpa merusak materi terkontaminasi, tidak menimbulkan dampak lanjutan/baru dan aman bagi lingkungannya.
Penekanan dari pemanfaatan teknik ini secara konvensional adalah bagaimana mengupayakan kondisi lingkungan mikroorganisme agar mampu mendegradasi limbah minyak bumf seperti temperatur, oksigen, kelembaban tanah, pH, nutrisi dan lainnya.
Selain melakukan upaya tersebut di atas, keefektifan proses biodegradasi senyawa hidrokarbon minyak bumi dapat ditingkatkan dengan caracara lain seperti penggunaan surfaktan yang bersifat biodegradable sebagai agen pemecahan awal senyawa kontaminan tersebut dan menginokulasikan mikroorganisme eksogen untuk menambah jumlah populasi dan mengaktivasi mikroorganisme indigen pendegradasi limbah minyak tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui kecepatan dan efisiensi biodegradasi limbah minyak Duri akibat penambahan surfaktan LAS.
b. Mengetahui pengaruh pemberian EM4 didalam proses biodegradasi limbah minyak Duri.
Hipotesis penelitian adalah penggunaan surfaktan LAS didalam proses biodegradasi limbah minyak bumf akan dapat meningkatkan ketersediaan biologis (bioavailabiiity) limbah tersebut dan lebih banyak lagi limbah minyak bumi yang dapat dilepaskan dari butir-butiran tanah untuk didegradasi oleh mikroorganisme.
Penelitian dilakukan di Minas Strategic Business Unit (SBU) PT CPI dengan memberikan berbagai macam perlakuan terhadap variabel yang diteliti secara Iangsung di lapangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistern kornposit dan pengujian sampel tersebut dilakukan di beberapa laboratorium uji. Berdasarkan hasil pengujian sampel tersebut dapat diambil kesimpulan yang korelasional dengan melihat kecenderungan (trend) dari variabel-variabel yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan kadar minyak (Total Petroleum Hydrocarbon) sesuai fungsi waktu. yang diindikasikan dengan berkurangnya kandungan parafinik, aromatik, jumlah karbon organik (Total Organic Carbon).
Kesimpulan :
1. Hasil biodegradasi limbah minyak bumi dengan cara bioremediasi konvensional adalah sebesar 11,6%. Hasil biodegradasi cara tersebut dapat ditingkatkan menjadi maksimal sebesar 29% dengan penambahan konsentrasi surfaktan LAS 2,25% dan EM4 sebanyak 250 ml dalam waktu 31 hari.
2. Penambahan surfaktan sodium LAS menyebabkan Iuas permukaan antara minyak dengan air semakin besar sehingga mampu meningkatkan ketersediaan biologis kontaminan tersebut untuk keperluan metabolisme mikroorganisme yang diindikasikan dengan adanya penurunan tegangan permukaan minyak bumi dan peningkatan persentase penurunan kadar TPH.
3. Pemberian EM4 mampu meningkatkan jumlah populasi mikroorganisme dan mengaktivasi baik mikroorganisme indigen maupun EM4 pendegradasi limbah minyak Duri, yang diindikasikan dengan adanya peningkatan jumlah populasi mikroorganisme dan peningkatan persentase penurunan kadar TPH sesuai dengan fungsi waktu.
Saran :
1. Proses biodegradasi limbah minyak Duri dengan API Gravity rendah perlu dibantu dengan menggunaan surfaktan yang bersifat biodegradable untuk dapat meningkatkan kecepatan dan efisiensi proses degradasi yang terjadi.
2. Studi lebih lanjut mengenai upaya lebih mengefektifkan kerja mikroorganisme indigen dozninan pendegradasi limbah minyak Duri sebaiknya dilakukan untuk dapat meningkatkan hasil biodegradasi limbah tersebut.
3. Isolasi mikroorganisme indigen pendegradasi limbah minyak Duri perlu dipertimbangkan untuk dikaji lebih dalam agar dapat lebih mengefektifkan hasil biodegradasi yang ingin dicapai.

The main activity of oil production is producing crude oil. However, it also produces waste that have relatively high oil hydrocarbon content, in the forms of N, S, 0 compounds, metals include heavy metals and other impurities. When the wastes are not managed properly, they may cause impact to the environment such as soil, surface water, shallow water/aquifer contamination and local community healt problems or other living organism. Environmental protection can be conducted by managing the wastes so that the environment is not contaminated and environmental sustainability can be promoted.
One of the alternative of oil waste treatment is by biotechnology process using bioremediation technique. Although bioremediation technique have several disadvantages such as longer time required to run the process when compared to physical and chemical processes, it has some advantages such as cheaper cost for treatment since it uses simpler technology, as well as it removes contaminant without destructing contaminated materials, not causing additional impact and safe for the environment.
The stressing of this conventional technique is how to manage condition of microorganisms environment in order the microorganism can degrade oil waste through adjusting some parameters such as temperature, oxygen, soil moisture, pH, nutrition and others.
In addition to that, the effectiveness of oil waste biodegradation process can be enhanced by other technique such as using biodegradable surfactant as agent to breakdown the contaminant and inoculate exogenous microorganism to add population number and activate indigenous microorganism in order to degrade the contaminant.
The objectives of this research are as follows :
a. To know the acceleration and efficiency of biodegradation of Duri oil waste due to the addition of LAS surfactant.
b. To know the effect of EM4 in biodegradation process of Duri oil waste.
The hypothesis is the usage of LAS Surfactant in the biodegradation process of Duri oil waste that will enhance the contaminant bioavailability and will release more oil contained in the soil to degrade by microorganism.
The research was conducted at Minas Strategic Business Unit (SBU) PT CPI by employing various treatments to the observed variables directly in the field. Sampling was done by a composite system and samples were tested in some laboratories. Based on the result of samples testing, a correlational conclusion is made by looking at the trend of observed variables.
The result of this research shows that the reduction of total petroleum hydrocarbon (TPH) as indicated by the reduction of paraffin, aromatic and total 'organic carbon (TOC).
Conclusion :
1. The biodegradation of Duri oil waste which conducted conventionally was at 11,6%. The result would be increased to be maximum was at 29% with addition of concentration of surfactant at 2,25% and 250 ml EM4 in 31 days.
2. The Addition of sodium LAS surfactant make the surface area of water and oil wider thus able to enhance the contaminant bioavailability to microorganism metabolic process as indicated by the decrease of surface tension of oil waste and the increase of down slope percentage of TPH concentration.
3. The addition of EM4 is able to increase the number of microorganism population and activate both indigenous or EM4 to degrade Duri oil waste as indicated by the increase of the number of microorganism population and the increase of the down slope percentage of TPH concentration in line with time factor.
Recommendation :
1.The biodegradation process of oil waste with low API Gravity need to be added by using biodegradable surfactant to enhance the acceleration and efficiency of biodegradation process.
2. Further study in enhancing the effectiveness of indigenous-dominated microorganism that degrade Duri oil waste is advisable to be conducted in order to increase the result of the biodegradation.
3. Isolation of the indigenous microorganism that degrade the Duri oil waste need to be further studied in order to get the effective result of biodegradation process.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T8121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Ekariyono
"Kegiatan perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi memberikan dampak positif dan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak posititnya antara lain berupa penyediaan sumber energi, penghasil devisa negara, transfer teknologi dan penyerapan tenaga kerja. Sedangkan dampak negatifnya menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan.
Untuk meminimalkan dampak negatif, diperiukan tindakan-tindakan pengelolaan limbah yang dimulai sejak tahap perencanaan, sehingga dapat dipersiapkan langkab-langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positifnya. Selain itu limbah-limbah tertentu merupakan bahan yang masih mempunyai nilai dan tidak seharusnya diperlakukan sebagai barang yang menjijiikan, melainkan harus dimanfaatkan. sebagai bahan mentah atau sebagai bahan yang berguna lainnya.
Saat ini pemanfaatan limbah agar mempunyai nilai ekonomi belum mendapat perhatian, misalnya limbah dapat didaur ulang, digunakan kembali atau dirubah menjadi bentuk lainnya. Pemanfaatan ini juga dapat melibatkan masyarakat, pemerintah daerah atau pihak swasta yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Perusahaan migas tempat penelitian ini telah mempunyai Sistem Kebijakan Pengelolaan Limbah, namun kenyataan di lapangan dalam pelaksanaannya masih belum berjalan sesuai dengan kebijakan tersebut. Masih sering dijumpai bercampur aduknya limbah, penumpukan-penumpukan, dan ceceran-ceceran limbah sering terjadi. Selain itu mahalnya sewa kapal dan jadwal pengangkutan limbah dari anjungan lepas pantai ke TPA di base camp yang sering berubah-ubah dan sexing dikalahkan oleh kepentingan produksi, keadaan cuaca yang tidak dapat diramalkan, hal tersebut menjadikan terjadinya penumpukan limbah pada lokasi kegiatan. Pengelolaan limbah yang terjadi masih merupakan tugas tambahan dan bukan merupakan tugas utama. Banyak limbah non-B3 yang masih dapat dimanfaatkan untuk didaur ulang atau digunakan kembali namun masih belum dimanfaatkan.
Kegiatan migas lepas pantai ini menghasilkan timbah cair, gas dan padat. Dalam penelitian ini dibatasi pada pengelolaan limbah padat, sehingga skenario yang diusulkan dalam penelitian ini membutuhkan usaha penanganan limbah mulai dari awal hingga akhir produksi. Pendekatan ini juga memerlukan penetapan instrumen lingkungan, ekonomi dan sosial melalui peningkatan kapabilitas kelembagaan yang mengelola limbah.
Untuk mengoptimasi sistem kebijakan pengelolaan limbah pada perusahaan tersebut, diperlukan analisis kebijakan yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengelolaan limbah di perusahaan migas lepas pantai, dan mencari alternative pengelolaan limbah di perusahaan migas lepas pantai melalui pendekatan pelaku pengelolaan.
Analisis kebijakan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Proses Hirarki Analitik (PHA) dengan menggunakan alat bantu Expert Choice 9.0, untuk mengetahui secara pasti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan limbah oleh perusahaan migas lepas pantai tersebut dengan pendekatan yang memperhatikan pada aspek-aspek lingkungan, ekonomi dan sosial.
Dalam penelitian ini ada 3 (tiga) skenario yang diajukan sebagai dasar untuk manual altematif pelaku pengelolaan limbah pada perusahaan tersebut, yaitu:
a. Skenario I Menggunakan Sistem kebijakan pengelolaan limbah yang sudah ada di perusahaan yang bersangkutan,
b. Skenario II Masyarakat setempat sebagai pengelola limbah,
c. Skenario III Pihak Swasta profesional sebagai pengelola limbah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengelolaan limbah di perusahaan migas lepas pantai tersebut, adalah Faktor Perlindungan Lingkungan (0,400) dan Faktor Sosial (0,400). Kemudian alternatif pelaku untuk pengelolaan limbah pada perusahaan migas tersebut adalah mengkombinasikan Skenario 1 (Menggunakan Sistem kebijakan pengelolaan limbah yang sudah ada di perusahaan yang bersangkutan = 0,431) dengan Skenario 2 (Swadaya Masyarakat setempat sebagai pengelola limbah = 0,415).

Optimalization of the Waste Management Policy System in the Oil and Gas Industry: a Case Study One of the Oil and Gas Companies which operates in the Natuna Sea, Riau Province Operations of oil and gas exploration and production companies create positive and negative environmental impacts. The positive impacts, among others, are the production of energy sources, state foreign exchange, technology transfer, and the labor recruitment, whereas the negative impact is the production of wastes which pollute the environment.
To minimize the negative impacts, waste management actions must be implemented since the planning stage. More over, wastes may contain materials which may be of some value and can be used as raw materials for other processes.
Presently no attention to utilize wastes for obtaining economic values by recycling, reusing or transferring to other forms. This utilization may involve the communities, local government or private sectors for the improvement of the society life quality.
The oil & gas company, where the present research was done, has had a Waste Management Policy System. The implementation, however, was not done according the policy system. Mixing of waste with non-waste, piling up of wastes, and waste spillages were found frequently. The high price of transport vessel rent, the frequent changes of waste transport schedule, unpredictable weather, the prioritizing of production over environment, had piled up wastes at production sites. Waste management was still an additional task, not a main task. Many usable non-hazardous wastes were not utilized.
Although the oil and gas operations in this study produced liquid, gas and solid wastes, the present study focused only in the solid waste management. Therefore the scenarios proposed in the study were from the beginning to end of production processes. The approach also required environment, economic and social instruments by improving the capability of waste-management institutions.
To optimize the waste management policy system at the company, policy analyses would be needed as considerations in implementation.
The present study aims to identify factors in waste management of an offshore oil and gas company, and to find alternatives of waste management of an offshore oil company by understanding the management actors.
Policy analyses was done by implementing the Analytical Hierarchical Process (Al-IP) using Expert Choice 9.0 to identify waste management factors in the oil and gas company with the approach considering the environmental, economic and social aspects.
In the present research, 3 (three) scenarios were used the base in finding the alternative actors in waste management at the company, namely:
a. Scenario I using the existing waste management policy system at the company;
b. Scenario II, the local community as the waste management implementer, and
c. Scenario Ill, professional private company as the waste management implementer.
The study resulted in the following factors in the waste management at the oil and gas company, the Environmental Protection Factor (0.400) and Social Factor (0.400). The alternative implementers in the waste management were the combination of Scenario I (Waste management by the oil and gas company = 0.1431) and Scenario II (focal community as the waste management implementer = 0.415)
Number of References: 35 (1977 - 2003)"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library