Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Savira Rahmawati Yunaz
"Tenaga kefarmasian terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Dalam menjalankan praktik kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, hanya apoteker yang memiliki surat tanda registrasi yang bisa menjalankan dan menerapkan standar pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan. Hal inilah yang menjadi dasar bagi Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma No. 510, Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional untuk menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi mahasiswa sebagai calon apoteker pada tahun 2020. Selama PKPA, mahasiswa diharapkan mampu memahami peran, tugas, dan tanggung jawab apoteker di apotek, lembaga pemerintahan, dan rumah sakit sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan kesehatan dan pelayanan kefarmasian.

Pharmacy staff consists of pharmacists and pharmaceutical technical staff. In carrying out pharmaceutical practices in pharmaceutical service facilities, only pharmacists who have registration letters can carry out and apply pharmaceutical pharmacy standards in health service facilities. This is the basis of Universitas Indonesia’s Faculty of Pharmacy Professional Degree of Apothecary collaboration with Apotek Kimia Farma No. 510, Badan Pengawas Obat dan Makanan, and Rumah Sakit Pusat Otak Nasional to organize internships during February-July 2020 period for students as prospective pharmacists. During the internship, students are expected to be able to understand the roles, duties, and responsibilities of pharmacists in accordance with the provision and ethics of health services and pharmaceutical services."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Hidayat
"Latar Belakang: Fraktur distal radius merupakan salah satu fraktur yang paling sering terjadi pada berbagai kelompok usia. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi luaran fraktur distal radius. Studi mengenai epidemiologi dan faktor-faktor yang mempengaruhi luaran fraktur distal radius pada populasi Asia, terutama Indonesia, masih sangat minim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi luaran klinis dan radiologis fraktur distal radius.
Metode: Dilakukan studi potong lintang pada 84 subjek yang mengalami fraktur distal radius dan menjalani tindakan di RSCM pada Januari 2014-Desember 2018. Dilakukan pengumpulan profil usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, mekanisme cedera, keterlibatan sendi, klasifikasi fernandez, jenis fiksasi, presensi fisioterapi. Hasil kemudian dihubungkan dengan luaran radiologis (radial height, radial inclination, ulnar variance, palmar tilt), luaran klinis objektif (ROM), dan subjektif (PRWE).
Hasil: Dari 84 subjek (40 laki-laki dan 44 perempuan) didapat median usia 55,5 tahun (rentang 19 - 88 tahun), yang menjalani tindakan cast sebanyak 71 subjek (84,5%) dan plate and screw sebanyak 13 subjek (15,5%). Berdasarkan analisis bivariat, terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan luaran radiologis radial height dan ulnar variance, serta mekanisme cedera dengan palmar tilt. Terdapat pula hubungan tingkat pendidikan dan keterlibatan sendi dengan luaran objektif ROM supination, jenis fiksasi dengan ROM extension, dan presensi fisioterapi dengan ROM ulnar deviation. Terdapat korelasi antara luaran radiologis ulnar variance dengan luaran objektif ROM radial deviation, serta antara radial height dengan luaran subjektif skor PRWE. Dilakukan analisis multivariat, didapatkan korelasi antara luaran objektif ROM wrist flexion dan radial deviation dengan luaran subjektif PRWE.
Diskusi: Jenis kelamin dan mekanisme cedera mempengaruhi luaran radiologis, sedangkan tingkat pendidikan, keterlibatan sendi, jenis fiksasi dan presensi fisioterapi mempengaruhi luaran objektif berupa ROM. Terdapat korelasi antara luaran radiologis dengan luaran objektif dan subjektif. Terdapat pula kolerasi antara luaran objektif dan luaran subjektif (PRWE).

Background: Distal radius fracture is one of the most common fracture among various age groups. Several factors affect the functional outcome of distal radius fracture. Studies regarding the epidemiology and factors affecting the outcome of distal radius fracture on Asian population, especially Indonesia, are still very limited. This study aims to find out factors related with clinical and radiological outcome of distal radius fracture.
Methods: A cross sectional study was done on 86 subjects who had distal radius fracture and underwent surgical or non-surgical treatment at RSCM during January 2014-December 2018. Demographic (age, gender, and education) and clinical profiles (mechanism of trauma, joint involvement, fernandez classification, fixation type, presence of physiotherapy) was collected. The results were than compared with the radiological outcome (radial height, radial inclination, ulnar variance, palmar tilt) objective clinical outcome (ROM) and subjective outcome (PRWE).
Results: 84 subjects (40 male and 44 female) with median age 55,5 (range 19-88 years old), underwent cast about 71 subject (84,5%) and plate and screw 13 subject (15,5%). Based on bivariate analysis, there was association between gender and radial height with radiological outcome ulnar variance, also between mechanism of injury with palmar tilt. There was association between level of education and articular involvement with objective outcome (ROM) supination, fixation type with ROM extension and presence of physiotherapy with ROM ulnar deviation. There was a correlation between ulnar variance with ROM radial deviation, and radial height with PRWE. Based on multivariate analysis, there was correlation between ROM wrist flexion and radial deviation with PRWE score.
Discussion: Gender and mechanism of injury affect the radiological outcome of distal radius fracture. Level of education, articular involvement, fixation type and presence of physiotherapy affect the objective clinical outcome (ROM). There was correlation between radiological outcome, ROM and PRWE score.
"
[Jakarta, Depok]: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Avishena Prananda
"Formasi Kais adalah reservoir hidrokarbon yang berproduksi di Cekungan Salawati. Namun, keberhasilan dalam pengeboran Cekungan Salawati telah berkurang, sehingga diperlukan konsep eksplorasi baru. Secara keseluruhan, batuan karbonat memiliki karakteristik fisik yang lebih kompleks dan heterogen, dibandingkan dengan batuan sedimen silisiklastik. Salah satu parameter, yang membedakan batuan karbonat dan silisiklastik adalah geometri pori/tipe pori. Heterogenitas dan kompleksitas tipe pori reservoir karbonat dipengaruhi oleh proses sedimentasi, tektonik, dan proses diagenesis. Klasifikasi tipe pori dibagi menjadi tiga: interparticle, stiff, dan crack. Oleh karena itu, penentuan tipe pori karbonat menjadi penting untuk meningkatkan keberhasilan penemuan cadangan hidrokarbon. Tesis ini menjelaskan prediksi tipe pori, porositas, dan impedansi akustik pada reservoir karbonat. Metode Differential Effective Medium (DEM) digunakan untuk menganalisis tipe pori reservoir karbonat. Metode DEM menghasilkan parameter modulus bulk dan geser untuk membuat model karbonat Vp dan Vs berdasarkan tipe pori. Distribusi impedansi akustik, porositas, dan tipe pori juga dilakukan dengan membuat inversi seismik 3D. Setelah itu, 3D model porositas dan rasio tipe pori dibuat dengan menggunakan metode geostatistik untuk memberikan hasil yang lebih baik. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa nilai impedansi rendah (25000-35000 (ft/s).(g/cc)) berkorelasi dengan nilai porositas tinggi (22.5-30%) dan peningkatan nilai porositas berkorelasi dengan (70-80%) tipe pori crack+interparticle pada lapangan P, Cekungan Salawati

The Kais Formation is a hydrocarbon reservoir that produces in the Salawati Basin. However, the success in drilling has diminished, so a new exploration concept is needed. Overall, carbonate rock has complex and more heterogeneous physical characteristic, compared to siliciclastic sedimentary rock. One parameter, which distinguishes carbonate rock and silisiclastic is pore geometry/pore type. Heterogeneity and complexity of carbonate reservoir pore type are affected by sedimentation process, tectonic setting, and diagenesis process. Pore type classification is divided into three: interparticle, stiff, and crack. Therefore, carbonate pore type determination becomes important to enhance successful discovery of hydrocarbon reserves. This thesis explains pore types prediction, porosity, and acoustic impedance on carbonate reservoir. The Differential Effective Medium (DEM) method to analyse carbonate reservoir pore type has been applied. DEM method generates bulk and shear modulus parameters to create carbonate Vp and Vs model based on pore type. Acoustic impedance, porosity, and pore type distribution are carried out by making 3D seismic inversion. Afterwards, 3D porosity models and pore type ratios were made using the geostatistical method to provide best results. Moreover, this study shows low impedance value (25000-35000 (ft/s).(g/cc)) correlates with high porosity value (22.5-30%) and enhancement of porosity value correlates with (70-80%) crack+interparticle pore type on P field, Salawati Basin"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Ridho Nur Hidayah
"ABSTRAK
Pendahuluan: Terbentuknya jaringan fibrosis pada saraf perifer masih menjadi suatu tantangan di bidang orthopaedi terutama dengan eksplorasi saraf. Penggunaan metylprednisolon telah banyak digunakan untuk mengurangi risiko edema jaringan lunak pasca operasi. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian irigasi metylprednisolon asetate terhadap pencegahan perlengketan saraf pada jaringan sekitarnya dan pembentukan jaringan parut epineuralMetode: Dua puluh tikus putih Sprague Dawley jantan yang memenuhi kriteria sampel dibagi ke dalam dua kelompok. Pada seluruh sampel dilakukan perangsangan pembentukan jaringan parut pada saraf skiatika paha kanan menggunakan nylon brush. Kelompok perlakuan diberikan irigasi metylprednisolon asetat 0.1cc; Depomedrol , dan sisanya kontrol. Setelah 4 minggu, tikus dikorbankan, dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis untuk melakukan perhitungan luas area fibrosis dengan software ImageJ intensifier dan angka Index Fibrotik dengan alat pengukur mikrometer setelah sebelumnya dilakukan pembuatan sedian histologi dengan pewarnaan Haematoksilin Eosin dan Masson rsquo;s Trichrome.Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol pada skor Petersen p.

ABSTRACT
Introduction The formation of fibrotic tissue in peripheral nerves is remains a challenge. Methylprednisolone was believed to inhibit fibrotic formation, although its still controversial. This research is intended to prove that the irrigation of methylprednisolone acetate can prevent nerve adhesion on surrounding tissues and the formation of epineural scar.Methods Twenty male Sprague Dawley rats were divided into two groups. Treatment group was irrigated intralesionally with methylprednisolone 0.1cc Depomedrol , and the rest as control. In all samples we performed abrasion injury to stimulate fibrotic formation using nylon brush. The samples were sacrificed after 4 weeks, Peterson score was used to assess macroscopically, and area of fibrotic was measured microscopically. Area of fibrosis was calculated using ImageJ intensifier and fibrotic index number with the micrometer measurement tool after histologic preparation with Haematoxylin Eosin and Masson 39 s Trichrome.Result There was a significant difference between treatment and control group on Petersen score p "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Martinus
"Latar belakang: Cidera saraf perifer sebagai keluaran dari post operatif hingga saat ini belum ditangani dengan maksimal. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan potensi dari sekretom pada regenerasi cidera saraf perifer.
Metode: Cidera saraf perifer buatan dilakukan pada tikus dengan melakukan diseksi pada saraf sciatic. Evaluasi perbaikan motorik dilakukan mengunakan Sciatic Functional Index (SFI) pada minggu ke enam (SFI 1), minggu ke sembilan (SFI 2), dan minggu ke dua belas (SFI 3). Rasio berat basah antara otot gastrocnemius kanan dan kiri dibandingkan serta dilakukan histomorphometry saraf sciatic pada tiap kelompok.
Hasil: Kelompok III menunjukan SFI 1 yang lebih baik dibandingkan kelompok I (p=0.017). Kelompok I dan III menunjukan perbedaan SF2 yang signifikan dibandingkan dengan kelompok II dan IV (p<0.001). Rasio tertinggi dari otot gastrocnemius ditemukan pada kelompok I dan III, yang bernilai 0.65 ± 0.059 dan 0.67 ± 0.179 (p<0.001). Pada histomorphometry, akson termyelinisasi paling banyak ditemukan pada kelompok I dan III, yang bernilai p<0.001.
Kesimpulan: Sekretom sel punca mesenkimal korda umbilikalis dapat digunakan sebagai terapi baru untuk menggantikan autograf pada penanganan kerusakan saraf perifer.

Background: Currently, the post-surgical outcome of peripheral nerve injury has not been optimal. The purpose of this research is to determine the potency of secretome in peripheral nerve injury regeneration.
Method: The mice had artificially-induced peripheral nerve injury, which was created by dissecting the sciatic nerve. Sciatic Functional Index (SFI) was used to evaluate the motoric recovery on week six (SFI 1), week nine (SFI 2), and week twelve (SFI 3). The mice was sacrificed on week twelve. The wet mass ratios of the right and left gastrocnemius muscle were compared, then the sciatic nerve histomorphometry evaluation was performed on each group.
Results: Group III showed a better SFI 1 result than Group I (p=0.017). Group I and III showed significantly better SFI 2 than group II and IV (p<0.001). The highest ratio of gastrocnemius muscle was found in group I and III, which were 0.65 ± 0.059 and 0.67 ± 0.179 (p<0.001). On histomorphometry, the highest number of myelinated axons were found in group I and III, which were p<0.001.
Conclusion: Umbilical cord mesenchymal stem cell secretome can be used as a new therapy to replace the autograft in peripheral nerve defect management.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizqi Adhi Primaputra
"Pendahuluan: Cedera pleksus brachialis traumatik merupakan cedera pada ekstremitas atas yang menimbulkan disabilitas motorik dan sensorik yang berakhir pada penurunan kualitas hidup. Prosedur pembedahan saraf atau otot masih menjadi terapi pilihan untuk menangani cedera pleksus brachialis, akan tetapi belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Penelitian mengenai luaran pasien dengan cedera pleksus brachialis traumatik pasca prosedur pembedahan, khususnya di Indonesia, belum pernah dilakukan. Prosedur pembedahan cedera pleksus brachialis di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo sudah berlangsung sejak tahun 2010, namun belum ada hasil luaran yang terdokumentasikan dengan baik. Studi ini diharapkan menjadi gambaran awal mengenai hasil luaran klinis dan fungsional pasien cedera pleksus brachialis setelah dilakukan tindakan pembedahan.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan metode potong lintang. Data pasien diambil minimum follow up 6 bulan pasca pembedahan. Luaran klinis dinilai dengan mengukur kekuatan motorik (Medical Research Council Scale) dan ruang lingkup gerak dari sendi abduksi bahu dan fleksi siku. Luaran fungsional dinilai melalui sistem skoring Disabilities of the Arm, Shoulder, and Hand (DASH). Analisis bivariat dan multivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara berbagai faktor (usia, jenis kelamin, penyebab cedera, awitan cedera, tipe cedera, tindakan pembedahan, rehabilitasi) dengan luaran klinis dan fungsional (skor DASH dan perubahan skor DASH).
Hasil Penelitian: Sebanyak 67 dari 139 pasien cedera pleksus brachialis traumatik yang menjalani pembedahan di RSUPN Cipto Mangunkusumo periode 2010-2017 dimasukkan ke dalam penelitian dengan rerata waktu follow up 28 bulan pasca pembedahan. Laki-laki (82,2%) dengan nilai rerata usia 26 tahun dengan penyebab cedera tumpul karena kecelakaan lalu lintas. Tipe cedera terbanyak adalah postganglionik tipe total (56,7%). Sebagian besar subjek (65,7%) menjalani rehabilitasi. Rerata skor DASH 71,7 dengan perubahan skor DASH sebesar 17,5.
Diskusi: Luaran klinis dan fungsional pada pasien cedera pleksus brachialis traumatik baik dipengaruhi oleh awitan cedera, tipe cedera, jenis tindakan pembedahan, dan rehabilitasi pasca pembedahan. Analisis multivariat menunjukkan bahwa rehabilitasi menjadi faktor prediktor terhadap seluruh luaran klinis, sementara rehabilitasi dan tipe cedera dapat digunakan untuk memprediksi skor DASH.

Introduction: Traumatic brachial plexus injury (TBPI) is a disease that cause disability in motoric and sensory upper extremity that leads to decrease in quality of life. Nerve or muscle surgeries are still the treatment of choice for treating brachial plexus injury, despite the result is still not satisfying. Study on the outcomes of brachial plexus injury after surgical procedures, especially in Indonesia, has not been conducted. Surgical procedure for brachial plexus injury in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo has been performed since 2010, but no study had recorded outcome result yet. This study aim to give a brief clinical and functional outcome of patient with brachial plexus injury after surgical procedure.
Methods: We performed an observational analytic study using cross-sectional method. Data was taken with minumum follow up 6 months after surgery. Clinical outcome was measured with motoric strengh using Medical Research Council Scale and range of motion shoulder abduction and elbow flexion. Functional outcome was assessed through DASH scoring. Bivariate and multivariate analysis was performed to find relationships between various factors (age, sex, injury onset, type of injury, type of surgery, rehabilitation) and clinical and functional outcomes (DASH score and change in DASH score).
Results: A total of 67 from 139 traumatic brachial plexus injury patients had surgery at Cipto Mangunkusumo General Hospital from 2010-2017 with mean of follow up for 28 months. Male contributed major patient (82.2%) and had median age of 26 years. The most common type of brachial plexus injury was postganglionic total type (56.7%). Most subjects (65.7%) underwent rehabilitation. Mean DASH score was 71,7 with DASH score changed 17,5.
Discussion: Clinical and functional outcomes in TBPI patients who underwent surgery were influence with onset, type of TBPI, choice of surgery performed, and rehabilitation after surgery. Multivariat analysis showed rehabilitation is the main predictor factor in determine clinical outcome. Rehabilitation and type of injury can be predicted for DASH score. Multivariate analysis showed that rehabilitation was predictive of shoulder abduction ROM and motoric function, and also elbow flexion ROM and motoric function. Rehabilitation and type of injury can be used to predict DASH scores.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Walid Kuncoro
"Jabatan yang diemban notaris merupakan jabatan kepercayaan, untuk itulah seorang notaris harus bertanggung jawab bukan hanya kepada diri notaris tapi juga kepada masyarakat. Bertanggung jawab kepada diri sendiri dapat ditunjukkan dengan notaris bekerja untuk melaksanakan kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan tidak berpihak sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf A UUJN. Salah satu contoh dari akta notaris adalah akta pengakuan utang yang merupakan akta partij, jenis akta ini merupakan penyesuaian kehendak antara kedua belah pihak, tentu sepanjang memenuhi syarat sah perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Kasus dalam Putusan MPWN Provinsi DKI Jakarta Nomor:12/Pts/Mj.PWN.Prov.DKIJakarta/IX/2021 menunjukkan adanya keberpihakan notaris dalam pembuatan akta pengakuan utang. Adapun rumusan masalah dalam tesis adalah akibat hukum dari akta pengakuan utang yang dibuat di luar kehendak.dan tanggung jawab notaris yang berpihak. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis-normatif dengan tipe penelitian kualitatif. Hasil dari penelitian adalah dikarenakan akta pengakuan utang dibuat di luar kehendak salah satu pihak maka melanggar syarat subjektif yaitu kesepakatan dan menyebabkan akta dapat dibatalkan. Selanjutnya akta pengakuan utang berisikan perjanjian utang-piutang berserta jaminan sehingga melanggar syarat objektif maka batal demi hukum. Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) huruf A UUJN, notaris berkewajiban untuk tidak berpihak, apabila hal tersebut dilanggar maka berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UUJN, notaris dapat diberhentikan sementara dari jabatannya. Pengaduan kepada Majelis Pengawas Notaris dan pemberian sanksi kepada notaris tetap tidak membatalkan akta, sehingga apabila ada pihak yang merasa dirugikan dengan terbitnya suatu akta autentik maka dapat melakukan gugatan perdata kepada pengadilan negeri setempat.

Position of a notary is a position of trust, a notary must be responsible not only to themselves but also to the community. Being responsible can be shown carrying out the trust given to the with impartially as regulated in Article 16 paragraph (1) letter A of UUJN. Example of a notarial deed is a debt acknowledgment deed which is a partij deed, this type of deed is an adjustment will between the two parties, as long as it fulfills the Article 1320 of the Civil Code. The case in the Decision of the MPWN of DKI Jakarta Province Number: 12/Pts/Mj.PWN.Prov.DKIJakarta/IX/2021 shows the notary's partiality in making debt acknowledgment deed. The research questions are the legal consequences of the debt acknowledgment deed made against the will and responsibility of notary’s impartiality. The research method is juridical-normative with qualitative research. The result is the debt acknowledgment deed has violated the subjective conditions and causes the deed to be voidable. The debt acknowledgment deed contains a debt agreement along with collateral so that it violates the objective conditions which can be null and void. Based on Article 16 paragraph (1) letter A UUJN, notary is obliged to not take sides, if it is violated then based on Article 9 paragraph (1) UUJN, the notary can be temporarily suspended. Complaints to the Notary Supervisory Council and imposing sanctions on the notary still do not cancel the deed, so if there are parties who feel aggrieved by the deed, they can file a civil lawsuit with the local district court."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Martinus
"ABSTRAK
Latar belakang: Cidera saraf perifer sebagai keluaran dari post operatif hingga saat ini belum ditangani dengan maksimal. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan potensi dari sekretom pada regenerasi cidera saraf perifer.
Metode: Cidera saraf perifer buatan dilakukan pada tikus dengan melakukan diseksi pada saraf sciatic. Evaluasi perbaikan motorik dilakukan mengunakan Sciatic Functional Index (SFI) pada minggu ke enam (SFI 1), minggu ke sembilan (SFI 2), dan minggu ke dua belas (SFI 3). Rasio berat basah antara otot gastrocnemius kanan dan kiri dibandingkan serta dilakukan histomorphometry saraf sciatic pada tiap kelompok.
Hasil: Kelompok III menunjukan SFI 1 yang lebih baik dibandingkan kelompok I (p=0.017). Kelompok I dan III menunjukan perbedaan SF2 yang signifikan dibandingkan dengan kelompok II dan IV (p<0.001). Rasio tertinggi dari otot gastrocnemius ditemukan pada kelompok I dan III, yang bernilai 0.65 ± 0.059 dan 0.67 ± 0.179 (p<0.001). Pada histomorphometry, akson termyelinisasi paling banyak ditemukan pada kelompok I dan III, yang bernilai p<0.001.
Kesimpulan: Sekretom sel punca mesenkimal korda umbilikalis dapat digunakan sebagai terapi baru untuk menggantikan autograf pada penanganan kerusakan saraf perifer.

ABSTRACT
Background: Currently, the post-surgical outcome of peripheral nerve injury has not been optimal. The purpose of this research is to determine the potency of secretome in peripheral nerve injury regeneration.
Method: The mice had artificially-induced peripheral nerve injury, which was created by dissecting the sciatic nerve. Sciatic Functional Index (SFI) was used to evaluate the motoric recovery on week six (SFI 1), week nine (SFI 2), and week twelve (SFI 3). The mice was sacrificed on week twelve. The wet mass ratios of the right and left gastrocnemius muscle were compared, then the sciatic nerve histomorphometry evaluation was performed on each group.
Results: Group III showed a better SFI 1 result than Group I (p=0.017). Group I and III showed significantly better SFI 2 than group II and IV (p<0.001). The highest ratio of gastrocnemius muscle was found in group I and III, which were 0.65 ± 0.059 and 0.67 ± 0.179 (p<0.001). On histomorphometry, the highest number of myelinated axons were found in group I and III, which were p<0.001.
Conclusion: Umbilical cord mesenchymal stem cell secretome can be used as a new therapy to replace the autograft in peripheral nerve defect management."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library